UMAT ALLAH DILEPASKAN --
40
Bilamana
perlindungan hukum manusia ditarik dari mereka yang menghormati hukum Allah,
akan ada suatu gerakan yang serentak untuk kebinasaan mereka di berbagai
negeri. Sementara waktu yang ditetapkan di dalam surat keputusan semakin dekat,
orang-orang akan berkomplot untuk menghancurkan sekte yang dibenci itu. Akan
ditentukan untuk melancarkan serangan yang mematikan pada suatu malam, yang
akan membungkam sama sekali suara pendapat yang berbeda dan teguran itu.
Umat Allah -- yang sebagian di
dalam penjara, sebagian bersembunyi di daerah-daerah terpencil di hutan-hutan
dan gunung-gunung -- masih memohon perlindungan ilahi, sementara di markas
pasukan-pasukan bersenjata, yang didorong oleh malaikat-malaikat jahat, sedang
dipersiapkan pelaksanaan pembunuhan. Sekaranglah, pada saat yang sangat penting
ini, Allah Israel akan campur tangan untuk melepaskan umat-Nya. Tuhan bersabda,
"Kamu akan menyanyikan suatu naynyian seperti pada waktu malam ketika
orang menguduskan diri untuk perayaan, dan kamu akan bersuka hati seperti pada
waktu orang berjalan diringi suling hendak naik ke gunung Tuhan, ke Gunung Batu
Israel. Dan Tuhan akan memperdengarkan suara-Nya yang mulia, akan memperlihatkan
tangan-Nya yang turun menimpa dengan murka yang hebat dan nyala api yang
membakar habis, dengan hujan lebat, angin ribut dan hujan batu." (Yes.
30:29,30).
Dengan pekik kemenangan, ejekan dan kutukan, rombongan orang-orang jahat
hampir menyerang menerkam mangsa mereka, pada waktu tiba-tiba kegelapan, yang
lebih gelap dari kegelapan malam, turun ke atas bumi. Pelangi yang bersinar
dengan kemuliaan dari takhta Allah, meliputi segala langit dan seolah-olah
mengelilingi setiap kelompok orang yang sedang berdoa. Orang banyak yang marah
itu tiba-tiba terdiam. Teriak ejekan mereka terhenti. Tujuan kegeraman mereka
hendak membunuh telah dilupakan. Dengan penuh rasa takut mereka memandang
lambang perjanjian Allah, dan ingin agar terlindung dari cahayanya yang luar
biasa itu.
Suatu suara yang jelas dan merdu di dengar oleh umat Alla, yang berkata,
"Lihat ke atas," dan mengangkat mata mereka melihat ke langit, mereka
melihat pelangi perjanjian. Awan hitam yang murka yang menutupi cakrawala
terbelah, dan seperti Stefanus, mereka menatap ke dalam Surga dan melihat
kemuliaan Allah dan Anak Manusia yang duduk di atas takhta-Nya. Dalam rupa
ilahinya mereka melihat dengan jelas tanda-tanda kehinaan-Nya, dan dari
bibir-Nya mereka mendengar permohonan yang disampaikan kepada Bapa dan
malaikat-malaikat suci, "ya Bapa, Aku mau supaya dimanapun Aku berada,
mereka juga bersama-sama dengan Aku." (Yoh. 17:24). Sekali lagi suatu
suara musik yang merdu dengan nada kemenangan, terdengar mengatakan,
"Mereka datang! mereka datang! kudus, tidak bercela dan tidak bernoda.
Mereka telah memelihara firman-Ku, mereka akan berjalan di antara
malaikat-malaikat." dan bibir yang pucat dan gemetar dari mereka yang
berpegang teguh dalam imannya meneriakkan suatu sorak kemenangan.
Pada tengah malamlah Allah menyatakan kuasa-Nya untuk kelepasan
umat-Nya. Matahari tampak, bercahaya dalam keperkasaannya. Tanda-tanda dan
mujizat-mujizat menyusul silih berganti dengan cepat. Orang-orang fasik melihat
pemandangan itu dengan ketakutan dan keheranan, sementara orang-orang benar
memandang kesukaan besar itu sebagai tanda kelepasan mereka. Segala sesuatu di
alam ini kelihatannya berubah. Sungai-sungai berhenti mengalir. Awan-awan hitam
tebal muncul dan saling berbenturan satu sama lain. Di tengah-tengah langit
yang sedang marah itu ada suatu ruang terbuka dengan kemuliaan yang tak
tergambarkan, dari sana datang suara Allah bagaikan suara gemuruh air, yang
berkata, "Sudah terlaksana!" (Wah. 16:17). Suara itu mengguncangkan
langit dan bumi. Terjadilah gempa bumi yang dahsyat, "seperti belum pernah
terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi itu."
(Wah. 16:17,18). Cakrawala tampak terbuka dan tertutup. Kemuliaan dari takhta
Allah tampak memancar bagaikan kilat. Gunung-gunung bergoncang bagaikan
alang-alang yang ditiup angin, dan batu-batu berserakan ke segala sudut. Ada
suatu gemuruh bagaikan datangnya angin topan. Lautanpun bergelora dengan
ganasnya. Terdengar jeritan angin ribut bagaikan suara iblis-iblis dalam misi
penghancuran. Seluruh dunia bergelora bagaikan gelombang laut. Permukaannya
terbelah-belah. Dasarnya tempaknya hancur. Barisan gunung-gunung tenggelam.
Pulau-pulau yang berpenduduk lenyap. Pelabuhan-pelabuhan laut yang telah
menjadi seperti Sodom dalam kejahatan, ditelan oleh laut yang mengamuk. Babilon
yang besar itu telah menjadi peringatan di hadirat Allah, "untuk memberikan kepadanya cawan yang
penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya."
Hujan es batu yang besar, masing-masing beratnya "kira-kira seberat
satu talenta" atau "seratus pon" melakukan penghancuran. (Wah.
16:19,21). Kota-kota megah kebanggan dunia diruntuhkan. Istana-istana para
bangsawan, di mana orang-orang besar dunia telah memboroskan harta kekayaan
mereka untuk memuliakan diri sendiri, hancur dan musnah di depan mata mereka.
Tembok-tembok penjara rubuh berkeping-keping, dan umat Allah yang dipenjarakan
oleh karena iman mereka dibebaskan .
Kuburan-kuburan terbuka, dan "banyak dari antara orang-orang yang
telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup
yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal."
(Dan. 12:2). Semua yang telah mati di dalam iman kepada pekabaran malaikat yang
ketiga, yang akan keluar dari kuburan dengan dimuliakan, akan mendengar
perjanjian damai Allah dengan mereka yang telah memelihara hukum-Nya. "Juga yang telah menikam Dia,"
(Wah. 1:7), mereka yang mengejek dan mencemoohkan derita kematian Kristus, dan
penentang paling keras kebenaran-Nya dan umat-Nya, dibangkitkan untuk memandang
Dia dalam kemuliaan-Nya, dan memandang penghormatan yang diberikan kepada
mereka yang setia dan menurut.
Awan tebal masih menutupi langit, namun matahari kadang-kadang
menembusinya, tampak bagaikan mata Yehovah yang penuh dendam. Kilat yang
dahsyat memancar dari langit membungkus dunia ini dengan nyala api. Di atas
gemuruhnya guntur dan suara-suara yang
misterius dan mengerikan, diumumkanlah kebinasaan orang-orang fasik itu.
Kata-kata yang diucapkan tidak dimengerti oleh semua orang, tetapi dimengerti
dengan jelas oleh guru-guru palsu. Mereka yang sesaat sebelumnya begitu
semberono, begitu sombong dan membangkang, begitu bersuka dalam melakukan
kekejaman kepada umat Allah yang memelihara hukum-Nya, sekarang dipenuhi dengan
ketakutan dan gemetar dalam kengerian. Ratapan mereka terdengar mengatasi suara
unsur-unsur bumi. Iblis mengakui keilahian Kristus, dan gemetar di hadapan
hadirat-Nya, sementara manusia memohon belas kasihan dan menyembah dalam
ketakutan yang menyedihkan.
Nabi-nabi zaman dahulu berkata, sementara mereka memandang penglihatan
kudus dari Allah, "Merataplah, sebab hari Tuhan sudah dekat, datangnya
sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa." (Yes. 13:6). "Masuklah di
sela gunung batu dan bersembunyilah di dalam liang tanah terhadap kedahsyatan
Tuhan dan terhadap semarak kemegahan-Nya! Manusia yang sombong akan
direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan, dan hanya Tuhan sajalah
yang maha tinggi pada hari itu. Sebab Tuhan semesta alam menetapkan suatu hari
untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh serta menghukum semua yang
meninggikan diri supaya direndahkan."
"Pada hari itu berhala-berhala perak dan berhala-berhala emas yang
dibuat manusia untuk sujud menyembah kepadanya akan dilemparkannya kepada tikus
dan kelelawar, dan ia akan masuk ke dalam lekuk-lekuk di gunung batu dan ke
dalam celah-celah di bukit batu terhadap kedahsyatan Tuhan dan terhadap semarak
kemegahan-Nya pada waktu Ia bangkit menakut-nakuti bumi."(Yes. 2:10-12,
20,21).
Melalui celah-celah di awan-awan bersinarlah sebuah bintang yang
kecermelangannya bertambah empat kali lipat dibandingkan dengan kegelapan. Ia
membawa harapan dan sukacita kepada orang-orang yang setia, tetapi kekerasan
dan murka kepada pelanggar-pelanggar hukum Allah. Mereka yang telah
mengorbankan segalanya bagi Kristus sekarang merasa aman, terlindung bagaikan
berada di tempat tersembunyi di rumah Tuhan. Mereka telah diuji dan di hadapan
dunia ini dan di hadapan mereka yang membenci kebenaran mereka telah
memperlihatkan kesetiaan mereka kepada Dia yang telah mati bagi mereka. Suatu
perobahan yang menakjubkan telah terjadi pada mereka yang telah memegang teguh
integritas mereka di hadapan maut sekalipun. Dengan tiba-tiba mereka telah
dilepaskan dari kelaliman manusia yang gelap dan mengerikan yang telah berubah
menjadi Iblis. Wajah-wajah mereka yang tadinya pucat, cemas dan lesu, sekarang
bercahaya dengan ajaib, iman dan kasih. Suara mereka berkumandang dalam
naynyian kemenangan, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan,
sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan
takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung guncang di dalam laut,
sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh
gelarannya. Sela." (Maz. 46:2-4).
Sementara kata-kata dorongan kudus ini naik kepada Allah, maka
awan-awanpun menyisih dan langit yang berbintangpun kelihatan, tak terkatakan
kemuliaannya, yang sangat berbeda dengan langit hitam ganas di sebelah
menyebelahnya. Kemuliaan kota surgawi itu terpancar dari pintu-pintu gerbang
yang terbuka sedikit. kemudian tampak di langit suatu tangan yang memegang dua
loh batu yang digabung bersama. Nabi itu berkata, "Langit memberitahukan
keadilan-Nya sebab Allah Sendirilah hakim." (Maz. 50:6). Hukum yang kudus
itu, kebenaran Allah, yang diumumkan dari gunung Sinai, di tengah-tengah guntur
dan nyala api, sebagai penuntun hidup, sekarang dinyatakan kepada manusia
sebagai ukuran untuk penghakiman. Tangan itu membuka loh-loh batu itu, dan di
sana tampaklah perintah-perintah sepuluh hukum itu, yang dituliskan,
seolah-olah dengan pena api. Kata-katanya begitu jelas sehingga semua orang
bisa membacanya. Ingatanpun dibangkitkan, kegelapan ketakhyulan dan bidat
dihapuskan dari setiap pikiran, dan sabda Allah yang sepuluh, yang singkat,
mendalam dan berkuasa itu, ditunjukkan kepada segenap penduduk dunia ini. Tidak
mungkin menggambarkan ketakutan dan keputusasaan mereka yang telah
menginjak-injak tuntutan hukum Allah yang kudus. Tuhan memberikan kepada mereka
hukum-Nya, agar mereka dapat membandingkan
tabiat mereka dengan hukum itu, dan mengetahui kekurangan-kekurangan
mereka sementara masih ada kesempatan untuk bertobat dan mengadakan
pembaharuan. Tetapi agar mereka memperoleh perkenan dunia ini, mereka mengesampingkan
ajaran-ajaran hukum itu dan mengajar oarng-orang lain untuk melanggarnya.
Mereka memaksa umat Allah untuk menajiskan Sabat-Nya. Sekarang mereka
dipersalahkan oleh hukum yang mereka hinakan. Jelas sekali mereka lihat bahwa
mereka tidak punya dalih. Mereka memilih siapa yang akan mereka layani dan
sembah. "Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan
orang fasik, antara orang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah
kepada-Nya." (Mal. 3:18).
Musuh-musuh hukum Allah, mulai dari pendeta-pendeta sampai kepada yang
terkecil di antara mereka, mempunyai suatu konsep kebenaran dan kewajiban baru.
Terlambat mereka melihat bahwa Sabat hukum keempat adalah meterai Allah yang
hidup. Terlambat mereka melihat sifat yang sebenarnya dari sabat mereka yang
palsu, dan dasar yang rapuh di mana mereka membangun. Mereka mendapati bahwa
mereka telah berjuang melawan Allah. Guru-guru agama telah menuntun jiwa-jiwa
kepada kebinasaan sementara mereka mengaku menuntun jiwa-jiwa itu ke pintu
gerbang Firdaus. Pada perhitungan terakhirlah nanti akan diketahui betapa besar
tanggungjawab orang-orang yang memegang jabatan suci, dan betapa mengerikan
akibat-akibat dari ketidaksetiaan mereka. Hanya dalam kehidupan kekallah dapat
kita mengerti dengan sebenarnya arti hilangnya satu jiwa. Mengerikanlah hukuman
orang-orang yang kepadanya Allah berkata, "Enyahlah dari pada-Ku, hai
hamba yang jahat."
Suara Allah terdengar dari Surga, menyatakan hari dan jam kedatangan
Yesus, dan menyampaikan perjanjian yang kekal kepada umat-Nya. Bagaikan bunyi
guntur yang paling keras, firman-Nya menggemuruh ke seluruh dunia. Umat Israel
Allah berdiri mendengarkan dengan matanya memandang ke atas. Wajah mereka
diterangi kemuliaan-Nya, dan bercahaya seperti wajah Musa pada waktu ia turun
dari gunung Sinar. Orang-orang fasik tidak dapat memandang mereka. Dan bilamana
berkat-berkat diumumkan bagi mereka yang menghormati Allah oleh pemeliharaan
Sabat-Nya yang kudus, akan terdengar sorak kemenangan yang luar biasa.
Tidak lama kemudian tampaklah di sebelah timur suatu awan hitam yang
kecil kira-kira setengah kepalan tangan besarnya. Itulah awan yang mengelilingi
Juru Selamat, yang tampak dari jauh seperti diselubungi oleh kegelapan. Umat
Allah mengenal ini sebagai tanda Anak Manusia. Dalam keheningan yang khidmat
mereka memandanginya sementara semakin mendekat ke bumi, menjadi semakin terang
dan mulia, hingga menjadi awan putih besar, yang dasarnya adalah kemuliaan
bagaikan api yang menyala-nyala, dan diatasnya ada pelangi perjanjian.Yesus
mengendarainya bagaikan seorang penakluk. "Orang yang penuh kesengsaraan
itu" sekarang tidak untuk meminum cawan yang pahit penderitaan dan yang
memalukan; Ia datang, yang menang di Surga maupun di bumi, untuk menghakimi
yang hidup dan yang mati. "Yang Setia dan Yang Benar," "Ia menghakimi dan berperang dengan
adil." "Dan semua pasukan yang di Surga mengikuti Dia." (Wah.
19:11, 14). Dengan nynyian-nyanyian Surga, malaikat-malaikat kudus suatu
kelompok besar yang tak terhitung banyaknya menyertai Dia dalam perjalanan-Nya.
Langit seolah-olah dipenuhi oleh bentuk-bentuk yang bercahaya --
"berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa banyaknya." Tak ada pena manusia yang dapat melukiskan
pemandangan itu, tidak ada pikiran fana yang sanggup mengerti keindahan dan
keagungan kemuliaannya. "Keagungan-Nya menutupi segala langit, dan bumipun
penuh dengan pujian kepada-Nya. Ada kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari
sisi-Nya." (Hab. 3:3,4). Sementara awan yang hidup itu datang semakin
dekat, setiap mata memandang Raja kehidupan itu. Tak ada lagi mahkota duri yang
merusakkan kepala yang kudus itu, tetapi suatu perhiasan kemuliaan terletak di
atas keningnya yang suci. Wajah-Nya memancarkan sinar terang yang menyilauklan
melebihi sinar matahari di tengah hari.
"Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: Raja segala raja dan Tuan di atas segala
tuan." (Wah. 19:16).
Di hadapan hadirat-Nya "muka sekalian orang menjadi pucat
pasi;" ketakutan keputusasaan kekal
menimpa para penolak belas kasihan Allah." "Hati menjadi tawar dan
lutut goyah!" "Mengapakah
setiap muka berubah menjadi pucat?" (Nahum 2:10; Yer. 30:6). Orang benar
berseru dengan gemetar, "Siapakah yang dapat bertahan?" Nyanyian malaikat berhenti, dan terjadilah
saat hening yang luar biasa. Lalu terdengar suara Yesus berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku
bagimu." Wajah orang-orang benar
bercahaya dan sukacita memenuhi hati mereka. Dan malaikat-malaikat membunyikan
lagu lebih keras dan kembali menyanyi, sementara mereka semakin dekat ke bumi
ini.
Raja segala raja turun di atas awan, dibungkus di dalam api yang
bernyala-nyala. Segala langit digulung bagaikan gulungan kertas, bumi bergetar
di hadirat-Nya, dan setiap gunung dan pulau berpindah dari tempatnya. "Allah kita datang dan tidak akan
berdiam diri, di hadapan-Nya api menjilat-jilat, di sekelilingnya bertiup badai
yang dahsyat. Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk mengadili
umat-Nya." (Maz. 50:3,4).
"Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira,
dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang
merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan
mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: Runtuhlah
menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta
dan terhadap murka Anak Domba itu. Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan
siapakah yang dapat bertahan?" (Wah. 6:15-17).
Sendagurau olok-olokan sudah berakhir. Bibir yang penuh kebohongan
ditutup rapat-rapat. Peperangan dan hiruk-pikuk
serta derunya pertempuran "yang berderap-derap dan setiap jubah
yang berlumuran darah" (Yes. 9:4 -- Alkitab, LAI Jakarta 1993) tidak
terdengar lagi. Yang terdengar hanyalah suara doa dan suara ratapan serta
tangisan. Tangisan terdengar dari bibir orang-orang yang baru saja mengejek,
"Sebab sudah tiba hari besar murkan-Nya, siapakah yang dapat
bertahan?" Orang-orang fasik berdoa
supaya terkubur di bawah batu-batu gunung daripada memandang muka Dia yang
telah mereka benci dan tolak.
Suara yang menerusi telinga orang-orang mati, mereka kenal. Betapa
sering mereka telah mendengar nada lembut suara itu memanggil mereka untuk
bertobat. Betapa sering suara itu mereka dengar bagaikan bujukan seorang
sahabat, seorang saudara, seorang Penebus. Kepada mereka yang menolak kasih
karunia-Nya, tiada suara lain yang penuh dengan hukuman, yang penuh dengan
celaan, dan pada suara yang sejak lama mengajak, "Bertobatlah, bertobatlah
dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah
kamu akan mati?" (Yehez. 33:11). Oh, suara itu kepada mereka dianggap
seperti suara orang asing! Yesus berkata, "Oleh karena kamu menolak ketika
aku memanggil dan tidak ada yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, bahkan
kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku." (Amsal
1:24,25). Suara itu membangunkan
ingatan-ingatan yang mereka ingin hapuskan -- amaran-amaran dibenci,
undangan-undangan ditolak, kesempatan-kesempatan diremehkan.
Ada di antara mereka yang mengejek Kristus dalam kehinaan-Nya. Dengan
kuasa yang menggetarkan datang kepada pikiran mereka, kata-kata Penderita, bilamana imam besar
mendesak, Ia menyatakan sengan khidmat, "Mulai sekarang kamu akan melihat
Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan
di langit." (Mat. 26:64). Sekarang mereka memandang Dia dalam
kemuliaan-Nya, dan mereka masih akan melihat Dia duduk di sebelah kanan
kekuasaan.
Mereka yang mencemoohkan pengakuan-Nya sebagai Anak Allah sekarang
bungkam tidak bisa berkata-kata. Di situ ada Herodes yang angkuh, yang
mengejek-Nya mengenai gelar kerajaan-Nya, dan yang memerintahkan
serdadu-serdadu yang mengejek itu untuk memahkotai-Nya menjadi raja. Di sana
ada orang-orang yang dengan tangannya yang cemar memakaikan jubah ungu
kepada-Nya, dan mahkota duri ke atas kepala-Nya yang suci, dan pada tangan-Nya
yang tak berdaya itu tongkat pura-pura, dan tunduk di hadapan-Nya dengan
ejekan-ejekan hujat. Orang-orang yang memukul dan meludahi Raja kehidupan itu,
sekarang berpaling dari pandangan-Nya yang tajam dan berusaha melarikan diri
dari kemuliaan hadirat-Nya yang dahsyat itu. Mereka yang memaku tangan dan
kaki-Nya, serdadu yang menusuk lambung-Nya, melihat bekasnya dengan ketakutan
dan penyesalan yang dalam.
Dengan jelas sekali para imam dan para penguasa mengingat kembali
peristiwa-peristiwa Golgota. Dengan ketakutan yang menggetarkan mereka
mengingat bagaimana mereka dengan menggoyang-goyangkan kepala dengan ejekan
kesetanan, berkata, "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri
tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja
Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu
dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah, baiklah
Allah menyelamatkan Dia, jika Allah berkenan kepada-Nya.' (Mat. 27:42,43).
Dengan terang mereka mengingat kembali perumpamaan Juru Selamat mengenai
para petani penggarap yang menolak memberikan kepada tuannya buah dari kebun
anggur, dan yang memperlakukan secara kasar hamba-hambanya dan membunuh anak
tuannya. Juga mereka mengingat keputusan yang mereka sendiri umumkan: Tuan dari
kebun anggur "akan membinasakan orang-orang fasik dengan
menyedihkan." Dalam dosa dan
hukuman orang-orang yang tidak setia itu, para imam dan tua-tua melihat
perjalanan dan nasib mereka sendiri. Dan sekarang terdengarlah tangisan
penderitaan fana. Lebih nyaring dari teriakan "Salibkanlah Dia!
Salibkanlah Dia!" yang terdengar di jalan-jalan Yerusalem, terdengarlah
raungan keputusasaan yang mengerikan, "Ia adalah Anak Allah! Ia adalah
Mesias yang sebenarnya!" Mereka
berusaha melarikan diri dari hadapan Raja segala raja itu. Dengan sia-sia
mereka berusaha mencoba bersembunyi di dalam gua-gua di tanah, yang reka-retak
karena beradunya elemen-elemen bumi.
Dalam kehidupan semua orang yang menolak kebenaran, ada saat-saat di
mana hati nurani mereka dibangunkan, di mana ingatan menampilkan
kenangan-kenangan yang menyiksa perasaan mengenai suatu kehidupan kemunafikan,
dan jiwa diganggu oleh penyesalan-penyesalan yang sia-sia. Tetapi apalah
artinya ini dibandingkan dengan penyesalan yang mendalam pada hari itu
"apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai!" (Ams. 1:27).
Mereka yang bermaksud membinasakan Kristus dan umat-Nya yang setia, sekarang
menyaksikan kemuliaan yang turun ke atas Kristus dan umat-Nya itu. Di
tengah-tengah ketakutan mereka, mereka mendengar suara orang-orang kudus dalam
nada sukacita berseru, "Sesungguhnya inilah Allah kita, yang kita
nanti-nantikan supaya kita diselamatkan." (Yes. 25:9).
Di tengah-tengah bumi yang sedang bergoyang, sambaran kilat dan deru
halilintar, suara Anak Allah memanggil orang-orang kudus yang sedang tidur. Ia
memandang kepada kuburan orang-orang benar, lalu mengangkat tangannya ke langit
dan berseru, "Bangun, bangun, bangun, kamu yang tidur di lebu tanah,
bangkitlah!" "Hai orang-orang
yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai!" (Yes.
26:19). Dari seluruh penjuru dunia ini orang mati mendengar suara itu, dan
mereka yang mendengar akan hidup. Dan seluruh dunia dipenuhi dengan bunyi derap
langkah pasukan yang amat besar yang terdiri dari segenap bangsa, suku, bahasa
dan kaum. Dari penjara maut mereka keluar, berpakaikan kemuliaan kekal,
berseru, "Hai maut, dimanakah kemenanganmu? Hai maut, dimanakah sengatmu?"
(1 Kor. 15:55). Dan orang-orang benar yang masih hidup dan orang-orang kudus
yang dibangkitkan itu menyatukan suara mereka dalam pekik kemenangan yang
panjang penuh kegembiraan.
Semua keluar dari kubur dengan perawakan yang sama pada waktu mereka
dimasukkan ke dalam kubur. Adam, yang berdiri di antar orang-orang yang
dibangkitkan itu, adalah seorang yang tinggi dengan bentuk yang mulia, dengan
perawakan sedikit lebih rendah dari Anak Allah. Ia memperlihatkan suatu
perbedaan yang menyolok dibandingkan dengan generasi yang kemudian. Dalam satu
hal ini saja telah tampak kemerosotan luar biasa umat manusia. Tetapi semuanya
bangkit dengan kesegaran dan tenaga kemudaan kekal. Pada mulanya, manusia
diciptakan dalam keserupaan dengan Allah, bukan saja dalam tabiat, tetapi juga
dalam bentuk dan roman wajah. Dosa merusakkannya dan hampir melenyapkan citra
atau gambaran ilahi itu; tetapi Kristus datang untuk mengembalikan apa yang
telah hilang. Ia akan mengubahkan tubuh kita yang hina ini dan membentuknya
menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. Tubuh yang fana dan korup, tidak
enak dipandang yang sekali telah dicemari dosa, menjadi sempurna, cantik dan
baka. Semua noda cacad telah ditinggalkan di dalam kubur. Dipulihkan kepada
pohon kehidupan yang ada di taman Firdaus yang telah lama hilang itu, umat
tebusan "akan berjingkrak-jingkrak" (Mal. 4:2) bertumbuh kepada
perawakan penuh manusia pada kemuliaan permulaan dunia dijadikan. Bekas-bekas
terakhir kutuk dosa akan dihilangkan, dan umat Kristus yang setia akan tampak
"dalam kemuliaan Tuhan, Allah kita," di dalam pikiran, jiwa dan tubuh
memantulkan gambar sempurna Tuhan mereka. O, penebusan yang ajaib! yang telah
lama dibicarakan, telah lama diharapkan dan direnungkan dengan kerinduan yang
mendalam, tetapi yang tidak pernah dimengerti sepenuhnya.
Orang benar yang masih hidup "diubahkan dalam sekejap
mata." Pada waktu Allah bersuara
mereka telah dimuliakan, dan dengan bangkitnya orang-orang kudus mereka diangkat
untuk menemui Tuhan mereka di awang-awang. Malaikat-malaikat "mengumpulkan orang-orang pilihan dari
keempat penjuru mata angin, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang
lain." Anak-anak kecil dibawa oleh
malaikat-malaikat suci keharibaan ibu mereka. Teman-teman yang sudah lama
dipisahkan oleh kematian dipersatukan, tidak pernah lagi akan berpisah, dan
dengan nyanyian kesukaan naik bersama-sama ke dalam kota Allah.
Pada kedua sisi kereta kencana awan itu terdapat sayap-sayap dan di
bawahnya ada roda-roda hidup, dan sementara kereta kencana itu bergerak menuju
ke atas, roda-roda itu berbunyi, "Kudus," dan sayap-sayap itu
berbunyi "Kudus, kudus, kudus Tuhan Allah Yang Mahakuasa." Dan umat yang ditebus itu berseru, "Haleluyah!"
sementara kereta itu terus bergerak menuju Yerusalem Baru.
Sebelum memasuki kota Allah, Juru Selamat menganugerahkan kepada para
pengikut-Nya lambang kemenangan dan menyematkan kepada mereka lencana kerajaan.
Barisan arak-arakan yang berkilauan itu di tarik ke atas dalam bentuk lekuk
segiempat mengelilingi Raja mereka, yang bentuk perawakan-Nya lebih tinggi
mengatasi orang-orang kudus dan malaikat, yang wajah-Nya bercahaya kepada
mereka penuh dengan kasih yang besar. Rombongan besar umat tebusan yang tak
terhitung banyaknya itu menujukan pandangan mereka kepada-Nya, setiap mata
memandang kemuliaan Dia yang "tampang-Nya telah dirusakkan lebih dari
manusia manapun dan bentuk-Nya melebihi anak-anak manusia." Di atas kepala orang-orang yang menang, Yesus
dengan tangan kanan-Nya sendiri meletakkan mahkota kemuliaan. Ada mahkota bagi
setiap orang yang bertuliskan "nama baru" (Wah. 2:17) masing-masing,
dan tulisan yang berbunyi "Kekudusan bagi Tuhan." Kepada setiap tangan diberikan daun palem
kemenangan dan kecapi yang bercahaya. Kemudian, pada waktu pemimpin malaikat
memainkan lagu, setiap tangan memetik tali kecapi dengan mahirnya, menghasilkan
musik yang bersuara lembut merdu. Kegembiraan yang tidak terkatakan
menggetarkan setiap hati, dan setiap suara diangkat dalam pujian syukur,
"Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa
kita oleh darah-Nya -- dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan,
menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa
selama-lamanya. Amin." (Wah. 1:5,6).
Di hadapan umat tebusan tampaklah kota suci itu. Yesus membuka
lebar-lebar pintu-pintu gerbang mutiaranya dan bangsa-bangsa yang telah
memelihara kebenaran masuk ke dalamnya. Di sana mereka memandang Firdaus Allah,
tempat kediaman Adam sebelum ia berdosa. Kemudian suara itu, yang lebih merdu
dari musik manapun yang pernah didengar telinga fana, terdengar berkata,
"Perjuanganmu telah berakhir."
"Marilah, hai kamu yang diberkati Bapa-Ku, warisilah kerajaan yang
disediakan bagimu sejak dunia dijadikan."
Sekarang digenapilah doa Juru Selamat bagi murid-murid-Nya, "Ya
Bapa, Aku mau supaya dimanapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama
dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku." (Yoh. 17:24).
"Tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya." (Judas
24). Dalam mempersembahkan mereka yang dibeli dengan darah-Nya kepada Bapa,
Kristus berkata, "Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah
diberikan Allah kepada-Ku." (Iber. 2:13).
"Yang Engkau telah berikan kepada-Ku, Aku telah menjaga
mereka." (Yoh. 17:12). Oh, betapa
ajaibnya kasih yang menebus itu! Kesukaan besar saat itu bilamana Bapa,
memandang mereka yang sudah ditebus itu, akan melihat gambar-Nya, perselisihan
karena dosa dihapuskan, kutukan dosa dibuangkan, dan sekali lagi manusia selaras
dengan ilahi.
Dengan kasih yang tak terkatakan, Yesus menyambut umat-Nya yang setia
kepada "kesukaan Tuhan mereka."
Kesukaan Juru Selamat adalah dalam melihat jiwa-jiwa yang telah
diselamatkan oleh penderitaan dan kehinaan-Nya ke dalam kerajaan kemuliaan. Dan
yang ditebus itu akan turut mendapat bagian dalam kesukaan-Nya, sebagaimana
mereka lihat di antara orang-orang yang diberkati, mereka yang telah
dimenangkan kepada Kristus melalui doa-doa mereka, usaha-usaha mereka dan
pengorbanan kasih mereka. Sementara mereka berkumpul di sekeliling takhta putih
yang agung itu, kegembiraan yang tak terkatakan akan memenuhi hati mereka, pada
waktu mereka memandang orang-orang yang telah mereka menangkan bagi Kristus,
dan melihat bahwa seseorang telah memenangkan yang lain, dan juga masih yang
lain lagi, semuanya dibawa ke pelabuhan yang tenang. Di sana mereka meletakkan
mahkota mereka di kaki Yesus, dan memuji Dia selama-lamanya.
Sementara umat yang sudah ditebus disambut ke dalam kota Allah,
berkumandanglah di udara sorak pujian. Dua Adam sudah hampir bertemu. Anak
Allah berdiri dengan mengedangkan tangan untuk menerima bapa umat manusia, --
makhluk yang diciptakan-Nya, yang telah berdosa terhadap Pencipta-Nya, dan yang
dosanya telah memberikan tanda-tanda penyaliban di tubuh Juru Selamat. Pada
waktu Adam melihat dengan jelas bekas-bekas paku yang kejam itu, ia tidak
merebahkan dirinya di pangkuan Tuhan-Nya, tetapi dalam kerendahan menjatuhkan
dirinya di kaki-Nya sambil berseru, "Layaklah Anak Domba yang tersembelih
itu!" Dengan lembut Juru Selamat mengangkat dia berdiri, dan menyuruhnya
untuk melihat sekali lagi rumah taman Firdaus, dari mana ia telah lama
terbuang.
Setelah ia diusir dari taman Firdaus, kehidupan Adam di dunia ini telah
dipenuhi dengan kesedihan. Setiap daun yang mati, setiap korban persembahan,
setiap kutukan pada wajah alam yang indah, setiap noda pada kemurnian manusia,
semuanya mengingatkan dosa-dosanya. Sangat mengerikan penderitaan penyesalan
itu pada waktu ia melihat kejahatan merajalela, dan dalam jawaban kepada
amaran-amaran-Nya, menghadapi teguran-teguran yang dilemparkan kepadanya
sebagai penyebab dosa. Dengan kesabaran dan kerendahan hati ia menanggung
hukuman pelanggaran hampir seribu tahun lamanya. Dengan setia ia menyesali
dosa-dosanya dan berharap kepada jasa-jasa Juru Selamat yang dijanjikan, dan ia
mati di dalam pengharapan akan suatu kebangkitan. Anak Allah menebus kegagalan
dan kejatuhan manusia, dan sekarang, melalui pekerjaan pendamaian, Adam
dikembalikan kepada kedudukannya yang semula.
Dengan diliputi sukacita ia memandang pepohonan yang dahulu pernah
menjadi kesenangannya, -- pohon-pohon yang buahnya dikumpulkannya sendiri pada
waktu ia masih belum berdosa dan masih dalam kesukaan. Ia melihat pokok anggur yang telah dirawatnya
sendiri dengan tangannya sendiri, dan bunga-bunga yang pada suatu waktu ia
senang memeliharanya. Pikirannya menangkap realitas pemandangan itu. Ia
mengerti bahwa sesungguhnya inilah Eden (Firdaus) yang telah dipulihkan,
sekarang lebih indah daripada waktu ia dihalau dari dalamnya. Juru Selamat
menuntunnya ke pohon kehidupan, dan memetik buahnya yang mulia, lalu
menawarkannya kepada Adam untuk dimakan. Ia melihat ke sekelilingnya, dan
melihat rombongan besar keluarganya yang telah ditebus, berdiri di Firdaus
Allah. Kemudian ia meletakkan mahkotanya di kaki Yesus, dan merebahkan dirinya
ke dada-Nya dan memeluk Penebus itu. Ia memetik kecapi emas dan kubah-kubah
Surga menggemakan naynyian kemenangan, "Layaklah, layaklah Anak Domba yang
tersembelih, namun hidup kembali!"
Keluarga Adam menyanyikan nyanyian mereka sambil meletakkan mahkota
mereka di kaki Juru Selamat dan tunduk di hadapan-Nya dengan pujian.
Pertemuan ini disaksikan oleh malaikat-malaikat yang menangis pada waktu
kejatuhan Adam, dan bersukacita pada waktu Yesus, sesudah kebangkitan-Nya naik
ke Surga, telah membuka kuburan bagi semua yang akan percaya kepada nama-Nya.
Sekarang mereka melihat pekerjaan penebusan itu diwujudkan, dan mereka
menyatukan suara dalam naynyian pujian.
Di atas laut kristal yang di depan takhta itu, laut kaca yang bening itu
seakan-akan bercampur dengan api -- begitu berkilau-kilau dengan kemuliaan
Allah -- berhimpunlah rombongan yang "telah mengalahkan binatang itu dan
patungnya dan bilangan namanya." (Wah. 15:2). Mereka berdiri bersama Anak
Domba di Bukit Sion memegang "kecapi Allah" bersama 144,000 orang
yang ditebus dari antara manusia. Dan kemudian terdengarlah, bagaikan desau air
bah, dan bagaikan deru guruh yang dahsyat, "bunyi pemain-pemain kecapi
yang memetik kecapinya." (Wah. 15:1-2). Dan mereka menyanyikan
"nyanyian yang baru" di hadapan takhta itu, suatu nyanyian yang tak
seorangpun dapat mempelajarinya selain dari yang 144,000 orang itu. Nyanyian
itu ialah nyanyian Musa dan Anak Domba, -- suatu nyanyian kelepasan. Tak
seorangpun, kecuali yang 144,000 orang itu, dapat mempelajari nyanyian itu,
karena naynyian itu adalah nyanyian pengalaman mereka -- suatu pengalaman yang
tidak pernah dialami oleh rombongan lain. Mereka adalah orang-orang yang
mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. "Mereka ini, setelah
diubahkan dari dunia ini, dari antara yang hidup, dianggap sebagai
"korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu." (Wah.
14:4). "Mereka ini adalah
orang-orang yang keluar dari kesusahan besar" (Wah. 7:14), mereka telah
melewati masa kesesakan seperti yang belum pernah terjadi sejak adanya suatu
bangsa. Mereka telah menanggung penderitaan masa kesesakan Yakub. Mereka telah
berdiri tanpa pengantara selama pelaksanaan terakhir penghakiman Allah. Tetapi
mereka telah dilepaskan, karena telah "mencuci jubah mereka dan membuatnya
putih di dalam darah Anak Domba." "Di dalam mulut mereka tidak
terdapat dusta, mereka tidak bercela" di hadapan Allah. "Karena
mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang dan malam di Bait
Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di
atas mereka." (Wah. 7:14-15). Mereka telah melihat dunia ini dilanda
kelaparan dan bala sampar, matahari berkuasa menghanguskan manusia dengan
panasnya yang hebat, dan mereka sendiri telah menanggung penderitaan, kelaparan
dan dahaga. Akan tetapi "mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga
lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak
Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan
menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata
dari mata mereka." (Wah. 7:16-17).
Dalam segala zaman umat pilihan Juru Selamat telah dididik dan didisiplin
di sekolah pencobaan. Mereka berjalan dalam jalan-jalan sempit di dunia ini.
Mereka dimurnikan di dalam dapur api penderitaan. Demi Yeus mereka menanggung
perlawanan, kebencian dan fitnahan.
Mereka mengikuti Dia melalui pertentangan yang menyakitkan. Mereka
menanggung penyangkalan diri dan mengalami kekecewaan pahit. Dari pengalaman
mereka yang menyakitkan, mereka mengetahui bahayanya dosa, kuasanya, jahatnya,
kutuknya, dan mereka memandangnya dengan kebencian. Suatu kesadaran akan
pengorbanan yang tak terhingga yang dilakukan untuk menyembuhkan akibat-akibat
dosa itu membuat mereka merendahkan hatinya dalam pandangan mereka sendiri, dan
hati mereka dipenuhi dengan rasa syukur dan pujian. Mereka yang tidak pernah
jatuh dalam dosa tidak bisa mengerti dan menghargainya. Mereka mengasihi dengan
limpah sebab mereka telah diampuni dengan limpah. Oleh karena telah turut
mengambil bahagian dalam penderitaan Kristus, mereka telah dilayakkan untuk
turut ambil bagian bersama Dia dalam kemuliaan-Nya.
Para pewaris Allah telah datang dari rumah-rumah bertingkat, dari
gubuk-gubuk, dari penjara-penjara bawah tanah, dari tiang-tiang penggantungan,
dari gunung-gunung, dari padang-padang gurun, dari lobang-lobang di tanah, dari
gua-gua di tepi laut. Di atas dunia ini mereka menderita "kekurangan,
penderitaan dan siksaan."
Berjuta-juta memasuki liang kubur dengan kehinaan, oleh karena mereka
tetap teguh menolak menyerah kepada penipuan Setan. Mereka di vonis sebagai
penjahat-penjahat yang paling keji oleh pengadilan-pengadilan manusia. Tetapi
sekarang "Allah sendirilah Hakim." (Maz. 50:6). Sekarang
keputusan-keputusan dunia menjadi terbalik. "Dan aib umat-Nya akan
dijauhkan-Nya dari seluruh bumi." (Yes. 25:8). "Orang akan
menyebutkan mereka 'bangsa kudus,' 'orang-orang
tebusan Tuhan.'" Ia telah
menentukan "untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu,
minyak untuk pesta ganti kain kabung, naynyian puji-pujian ganti semangat yang
pudar." (Yes. 62:12; 61:3). Mereka tidak lagi lemah, menderita, tercerai
berai dan tertindas. Sejak saat ini mereka akan selalu bersama Tuhan. Mereka
berdiri di hadapan takhta mengenakan jubah yang lebih mewah daripada yang
pernah dipakai orang yang paling terhormat di dunia ini. Mereka dimahkotai
dengan hiasan yang lebih mulia dari yang pernah diletakkan di atas kepala
raja-raja dunia. Hari-hari yang menyakitkan dan tangisan sudah berakhir untuk
selama-lamanya. Raja kemuliaan telah menyapu air mata dari semua wajah, dan
setiap penyebab dukacita telah dibuangkan. Di tengah-tengah lambaian daun-daun
palem mereka mengumandangkan nyanyian pujian yang jelas, merdu dan harmonis.
Setiap suara menyanyikan lagu, hingga lagu itu memenuhi seluruh kubah Surga,
"Keselamatan bagi Allah kita yang duduk di atas takhta, dan bagi Anak
Domba." Dan seluruh penghuni Surga menyambut dengan kata, "Amin!
Puji-pujian dan kemuliaan dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan
kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!" (Wah. 7:10,12).
Dalam kehidupan ini kita baru saja mulai mengerti tema ajaib penebusan.
Dengan pengertian yang terbatas kita boleh memikirkan dengan sangat
bersungguh-sungguh kehinaan dan kemuliaan kehidupan dan kematian, keadilan dan
belas kasihan, yang bertemu di kayu salib. Namun walaupun kita menggunakan kuasa
pikiran kita sekuat tenaga, kita akan gagal untuk menangkap arti sepenuhnya.
Panjang dan lebarnya, dalam dan tingginya kasih yang menebus itu hanya
dimengerti dengan samar-samar. Rencana penebusan tidak akan dimengerti
sepenuhnya, meskipun pada waktu umat yang ditebus itu melihat sebagaimana
mereka dilihat dan mengetahui sebagaimana mereka diketahui, tetapi sepanjang
zaman kekekalan kebenaran baru akan terus dibukakan terus menerus kepada
pikiran yang penuh dengan kekaguman dan kesukaan. Meskipun kedukaan, kesakitan
dan pencobaan dunia telah berakhir, dan penyebabnya telah dibuangkan, umat
Allah akan selalu mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai harga keselamatan
mereka.
Salib Kristus akan menjadi ilmu pengetahuan dan nyanyian umat tebusan
selama-lamanya. Dalam Kristus yang dimuliakan itu mereka akan melihat Kristus
yang disalibkan. Tidak akan pernah dilupakan bahwa Ia yang berkuasa menciptakan
dan menopang dunia-dunia yang tak terhitung banyaknya di seantero jagad raya
ini, Allah Yang Mahakasih, Penguasa Surga, Ia yang dipuja oleh kerub dan
serafim yang bersinar dengan sukacita, -- merendahkan diri-Nya untuk mengangkat
manusia yang jatuh, yang menanggung kejahatan dan kehinaan dosa, dan wajah
Bapa-Nya yang disembunyikan, hingga kutukan dunia yang hilang ini meremukkan
hati-Nya, dan menyerahkan hidup-Nya mati di salib Golgota. Bahwa Pencipta
segala dunia, Penentu semua tujuan, harus mengesampingkan kemuliaan-Nya, dan
merendahkan diri-Nya kepada manusia, akan selalu membangkitkan keheranan dan
kekaguman alam semesta. Sementara bangsa-bangsa yang diselamatkan memandang
Penebus mereka, dan memandang kemuliaan Bapa yang bersinar di wajah-Nya,
sementara mereka memandang takhta-Nya yang dari selama-lamanya sampai
selama-lamanya, dan mengetahui bahwa kerajaan-Nya tidak akan pernah berakhir,
mereka mengangkat suaranya dalam naynyian kegembiraan, "Layaklah, layaklah
Anak Domba yang tersembelih itu, yang telah menebus kita kepada Allah oleh
darah-Nya sendiri yang paling mulia!"
Misteri salib menjelaskan semua misteri lain. Dalam terang yang memancar
dari Golgota, sifat-sifat Allah yang telah memenuhi kita dengan ketakutan dan
kedahsyatan tampak indah dan menarik. Belas kasihan, kelemah-lembutan dan kasih
orangtua tampaknya dipadukan dengan kesucian, keadilan dan kuasa. Sementara
kita memandang keagungan takhta-Nya yang mulia dan ditinggikan, kita melihat
tabiat-Nya dalam manifestasi yang berkemurahan, dan mengerti, seperti belum
pernah sebelumnya, makna dari panggilan, "Bapa kami."
Akan tampak bahwa Ia yang tidak terbatas dalam hikmat, tidak merancang
rencana lain bagi keselamatan kita kecuali pengorbanan Anak-Nya. Imbalan
pengorbanan ini adalah kesukaan yang memenuhi dunia ini dengan umat tebusan
yang kudus, bahagia dan baka. Akibat
dari pertentangan Juru Selamat dengan kuasa-kuasa kegelapan adalah sukacita
bagi umat tebusan, yang akan menyumbang kepada kemuliaan Allah selama-lamanya.
Dan demikianlah nilai jiwa yang membawa kepuasan bagi Allah dengan harga yang
dibayar. Dan Kristus sendiri merasa puas dengan memandang buah-buah
pengorbanan-Nya yang besar.
ARTIKEL LAINNYA....
ARTIKEL LAINNYA....
No comments:
Post a Comment