AMARAN DITOLAK
-- 21
Dalam mengkhotbahkan
doktrin kedatangan Tuhan, William Miller dan rekan-rekannya bekerja dengan satu
tujuan membangunkan orang-orang untuk bersedia kepada penghakiman. Mereka
berusaha membangunkan orang-orang yang mengaku beragama kepada pengharapan
gereja yang benar dan kepada kebutuhan mereka akan pengalaman Kristen yang
lebih dalam. Mereka juga membangunkan orang-orang yang belum bertobat kepada
penyesalan dan pertobatan segera kepada Allah. "Mereka tidak berusaha
menobatkan seseorang kepada sesuatu sekte atau golongan agama. Oleh karena itu
mereka bekerja di antara semua golongan dan sekte tanpa mengganggu organisasi
atau disiplin mereka."
"Dalam semua usaha saya," kata Miller, "saya tak pernah
berkeinginan atau berpikir untuk mendirikan kepentingan terpisah dari
denominasi yang ada, atau menguntungkan sesuatu atas biaya yang lain. Saya
berpikir untuk menguntungkan semua. Seandainya semua orang Kristen bersukacita
dalam prospek kedatangan Kristus, dan bahwa mereka yang tidak melihat
sebagaimana saya lihat akan mengasihi sebagaimana mereka yang menerima ajaran
ini, saya tidak melihat perlunya mengadakan pertemuan yang terpisah. Tujuan
saya satu-satunya adalah keinginan untuk menobatkan jiwa-jiwa kepada Allah,
untuk memberitahu dunia mengenai penghakiman yang akan datang, dan mengajak
sesama manusia untuk mengadakan persediaan hati yang akan menyanggupkan mereka
bertemu dengan Allah mereka di dalam damai. Mayoritas dari mereka yang bertobat oleh karena usaha-usaha saya bergabung dengan
berbagai gereja yang ada." -- Bliss, "Memoirs of Wm. Miller," p.
328.
Oleh
karena usahanya adalah membangun gereja-gereja, maka untuk sementara
usaha-usaha ini diterima dengan baik. Tetapi pada waktu pendeta-pendeta dan
para pemimpin agama memutuskan menentang ajaran tentang kedatangan Kristus dan
bermaksud untuk menekan semua yang menggerakkan ajaran itu, mereka bukan saja
menentangnya dari mimbar, tetapi melarang anggota-anggotanya untuk mengikuti
dan menghadiri khotbah-khotbah mengenai kedatangan Yesus yang kedua kali, atau
bahkan membicarakan pengharapan mereka di perkumpulan-perkumpulan sosial
gereja. Dengan demikian orang-orang yang percaya ini menghadapi cobaan dan
kebingungan besar. Mereka mencintai gereja mereka, dan tidak ingin berpisah
dari gereja itu. Tetapi pada waktu mereka melihat kesaksian firman Allah di
tindas, dan hak mereka untuk menyelidiki nubuatan dilarang, mereka merasa bahwa
kesetiaan mereka kepada Allah melarang mereka menyerah. Yang berusaha menutupi
kesaksian firman Allah, tidak bisa dianggap sebagai bentuk gereja Kristus,
"sebagai tiang dan landasan kebenaran." Oleh
karena itu mereka merasa benar kalau berpisah dari gereja mereka semula. Pada musim panas tahun 1844 kira-kira 50,000 orang mengundurkan diri dari
gereja-gereja.
Kira-kira pada waktu ini terjadi
perubahan nyata di kebanyakan gereja-gereja di seluruh Amerika Serikat. Selama bertahun-tahun terdapat perubahan pelan-pelan tetapi pasti di dalam
gereja. Mereka semakin menyesuaikan diri dengan praktek-praktek dan kebiasaan
keduniawian, dan kemerosotan dalam kehidupan kerohanian yang sebenarnya semakin
nyata. Dan pada tahun itu ada tanda-tanda kemunduran yang nyata di hampir semua
gereja-gereja di negara itu. Sementara tak seorangpun yang dapat mengatakan
penyebabnya, maka fakta itu tersebar luas dan dikomentari baik oleh pers maupun
oleh para pendeta dari mimbar.
Pada sebuah pertemuan dewan gereja
Philadelphia, Tuan Barnes, seorang pengarang komentar yang digunakan secara
luas, dan pendeta dari salah satu gereja yang terutama di kota itu,
"mengatakan bahwa ia telah bekerja dalam pelayanan kependetaan selama dua
puluh tahun, dan tak pernah ia melaksanakan aturan tanpa menerima lebih atau
kurang ke dalam gereja, sampai perjamuan yang terakhir. Tetapi sekarang tidak
ada kebangunan, tidak ada pertobatan, tidak banyak pertumbuhan nyata dalam kasih
karunia pada orang-orang yang mengaku orang Kristen, dan tak seorangpun datang
untuk belajar membicarakan mengenai keselamatan jiwa-jiwa mereka. Dengan bertambahnya
usaha bisnis, dan prospek cerah perdagangan dan pabrik-pabrik, ada pertambahan
dalam pemikiran keduniawian. Demikianlah yang terjadi dengan semua
agama." -- Congregational Journal,
May 23, 1844.
Pada bulan Februari tahun itu, Profesor
Finney dari Oberlin College, berkata, "Kita telah mempunyai fakta dalam
pikiran kita, bahwa pada umumnya gereja-gereja Protestan di negara kita
bersikap apatis atau buas terhadap hampir semua pembaharuan moral pada
zamannya. Memang ada pengecualian, namun tidak cukup memberikan fakta
sebaliknya daripada yang umumnya. Kita juga mempunyai fakta pendukung lainnya:
hampir sama sekali tidak ada pengaruh kebangunan rohani di dalam gereja.
Apatisme kerohanian sudah hampir merajalela kepada semua, dan sangat mendalam dan
menakutkan; demikianlah kesaksian surat kabar agama diseluruh negeri
menyaksikannya . . . . Anggota-anggota
gereja sudah sangat keranjingan mode -- bergandengan tangan dengan orang-orang
yang tidak percaya dalam pesta pora kepelesiran, dalam dansa-dansi, dalam
perayaan-perayaan dan lain-lain . . . . Tetapi kita tidak perlu memperluas
masalah yang menyakitkan ini. Cukuplah kita melihat bahwa bukti-bukti semakin
menumpuk dan melanda kita untuk menunjukkan bahwa pada umumnya gereja-gereja
merosot akhlaknya dengan sangat menyedihkan.
Mereka telah menyimpang begitu jauh dari Tuhan, dan Dia telah
menarik diri dari mereka."
Dan seorang penulis dalam Religious
Telescope menyaksikan, "Kita
belum pernah menyaksikan kemerosotan umum agama seperti sekarang ini. Sungguh,
gereja harus bangun, dan mencari penyebab penderitaan ini, karena setiap orang
yang mengasihi Sion harus memandang itu sebagai penderitaan. Kalau kita
merenungkan betapa "sedikit dan jarang" ada kasus pertobatan yang
benar, dan betapa kekurangajaran dan kekerasan orang-orang berdosa, maka tanpa
disadari kita berseru, 'Apakah Allah sudah lupa kasih karunia-Nya? atau apakah
pintu kasihan sudah tertutup?"
Keadaan seperti itu tidak akan pernah
terjadi tanpa sebab di dalam gereja itu sendiri. Kegelapan rohani yang menimpa
bangsa-bangsa, gereja-gereja dan pribadi bukan karena Tuhan menarik kasih
karunia ilahi-Nya, tetapi karena manusia itu mengabaikan atau menolak terang
ilahi itu. Ilustrasi menarik mengenai kebenaran ini dinyatakan dalam sejarah
orang-orang Yahudi pada zaman Kristus. Oleh karena pengabdian mereka kepada
dunia dan kelalaiannya kepada Allah, pengertian mereka menjadi gelap, hati
mereka dipenuhi keduniawian dan hawa nafsu. Dengan demikian mereka menjadi acuh
tak acuh dan bodoh mengenai kedatangan Mesias, dan di dalam kesombongan dan
ketidakpercayaan mereka, mereka menolak Penebus. Allah bahkan sesudah itu tidak
menghalangi bangsa Yahudi untuk mengetahui atau ikut serta dalam berkat-berkat
keselamatan. Tetapi mereka yang menolak kebenaran kehilangan semua kerinduan
untuk memperoleh karunia Surga. Mereka telah "mengubah kegelapan menjadi
terang dan terang menjadi kegelapan," sampai terang yang ada pada mereka
menjadi kegelapan. Dan betapa pekatnya kegelapan itu!
Sesuailah dengan kebijakan Setan, bahwa
manusia harus mempertahankan formalitas agama, tetapi roh keilahian dan
kesalehan yang vital kurang. Setelah mereka menolak Injil, orang Yahudi terus
mempertahankan upacara-upacara keagamaan lama dengan sungguh-sungguh. Mereka dengan
gigih memelihara keekslusifan nasional mereka, sementara mereka sendiri mengaku
bahwa hadirat Allah tidak lagi dinyatakan di antara mereka. Nubuatan nabi Daniel menunjuk dengan tak
mungkin salah kepada masa kedatangan Mesias dan secara langsung menubuatkan
kematian-Nya. Mereka melarang mempelajari nubuatan, dan akhirnya para rabbi
mengumumkan kutuk bagi semua yang mencoba menghitung masa. Dalam kebutaan dan
tanpa penyesalan, orang Israel telah berdiri selama 1800 tahun tidak
memperdulikan tawaran kasih karunia keselamatan, tidak memperhatikan
berkat-berkat Injil, dan amaran yang sungguh-sungguh dan menakutkan mengenai
bahayanya menolak terang dari Surga.
Bilamana penyebabnya ada terjadi, maka
akibat yang sama akan menyusul. Ia yang dengan sengaja mengabaikan
tanggungjawab karena mengganggu kesukaan-kesukaannya, pada akhirnya akan
kehilangan kuasa untuk membedakan antara kebenaran dan kesalahan. Pengertiannya
menjadi digelapkan, hati nuraninya tidak berperasaan, hatinya dikeraskan dan
jiwanya dipisahkan dari Allah. Dimana pekabaran kebenaran ilahi ditolak atau
diremehkan, maka di sana gereja akan selubungi oleh kegelapan. Iman dan kasih
menjadi dingin, dan perpecahan serta perselisihanpun masuk. Anggota-anggota
gereja memusatkan perhatian dan tenaga mereka kepada perkara-perkara duniawi,
dan orang-orang berdosa semakin tidak mau menyesal.
Pekabaran malaikat yang pertama dalam
Wahyu 14 yang mengumumkan saat penghakiman Allah, dan yang memanggil
orang-orang supaya takut akan Allah dan menyembah Dia, dimaksudkan untuk
memisahkan orang-orang yang mengaku umat Allah dari pengaruh bejat dunia ini,
dan membangunkan mereka untuk melihat keadaan mereka yang sebenarnya yang
murtad dan bersifat keduniawian. Dalam pekabaran ini Allah telah mengirimkan
amaran kepada jemaat, yang kalau diterima, akan memperbaiki kejahatan yang
telah memisahkan mereka dari Dia. Seandainya mereka menerima pekabaran yang
dari Surga itu dan merendahkan hati mereka di hadirat Allah serta berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan diri berdiri di hadirat-Nya, maka
Roh dan kuasa Allah akan dinyatakan di antara mereka. Jemaat itu sekali lagi
akan memperoleh berkat persatuan, iman dan kasih yang ada pada zaman
rasul-rasul; bilamana orang-orang percaya itu "sehati dan sejiwa," dan "memberitakan firman Allah dengan
berani," dan bilamana "Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan." (Kisah 4:32, 31; 2:47).
Jikalau orang-orang yang mengaku umat
Allah mau menerima terang sebagaimana bersinar kepada mereka dari firman-Nya,
mereka akan mencapai persatuan sebagaimana yang telah didoakan oleh Kristus,
yang oleh rasul itu dikatakan, "kesatuan Roh oleh ikatan damai
sejahtera." Ada "satu tubuh,
dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang
terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan. (Epes.
4:3-5).
Demikianlah berkat-berkat yang akan
dialami oleh mereka yang menerima pekabaran kedatangan Kristus. Mereka datang
dari berbagai denominasi atau organisasi agama, dan batasan-batasan denominasi
mereka dicampakkan, ajaran-ajaran yang bertentangan telah dihancurkan,
pengharapan kerajaan seribu tahun yang tidak sesuai dengan keterangan Alkitab
telah ditinggalkan, pandangan-pandangan yang salah mengenai kedatangan Kristus
yang kedua kali dibetulkan, kesombongan dan keduniawian dibuang jauh-jauh, yang
salah dibenarkan. Hati bersatu dalam persekutuan yang paling manis,
dan kasih serta sukacita menguasai mereka sepenuhnya. Jika doktrin ini
melakukan hal-hal itu kepada mereka yang menerimanya yang sedikit jumlahnya,
hal yang sama akan dilakukan kepada semua
jika semuanya menerima ajaran itu.
Tetapi pada umumnya
jemaat tidak mau menerima amaran itu. Pendeta-pendeta mereka, "sebagai
penjaga Israel" yang seharusnya adalah yang pertama melihat tanda-tanda kedatangan Yesus, telah gagal
mengetahui kebenaran, baik dari kesaksian nabi-nabi maupun dari tanda-tanda
zaman. Sementara pengharapan-pengharapan dan ambisi-ambisi duniawi memenuhi hati,
kasih kepada Allah dan iman kepada firman-Nya semakin dingin. Dan bilamana
doktrin kedatangan Kristus itu
diajarkan, itu hanya menimbulkan prasangka dan tidak percaya bagi
mereka. Fakta bahwa pekabaran itu sebagian besar disiarkan oleh kaum awam, telah
digunakan sebagai argumentasi untuk menentangnya. Sebagaimana pada zaman
dahulu, kesaksian sederhana firman Allah telah dihadapi dengan pertanyaan, "Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya,
atau seorang di antara orang Farisi?" (Yoh. 7:48). Dan kenyataan betapa
sulitnya membantah argumentasi yang diangkat dari masa-masa nubuatan, maka
banyaklah orang yang berhenti mempelajarai nubuatan, dan mengatakan bahwa
buku-buku nubuatan itu dimeteraikan, dan tidak akan bisa dimengerti. Orang banyak yang hanya percaya kepada pendeta-pendeta mereka, menolak
mendengarkan amaran itu. Dan yang lain, walaupun yakin terhadap kebenaran itu
tetapi tidak berani mengakuinya, kalau-kalau mereka "dikucilkan" dari
rumah perbaktian. Pekabaran yang dikirimkan
Allah untuk menguji dan memurnikan jemaat menyatakan dengan jelas betapa
besar jumlahnya orang-orang yang mengasihi dunia ini dibandingkan dengan mereka
yang mengasihi Kristus. Tali yang mengikat mereka ke dunia ini lebih kuat
daripada penarikan yang menuju Surga. Mereka memilih untuk mendengarkan suara
hikmat duniawi, dan berpaling dari pekabaran kebenaran yang menyelidiki hati.
Dengan menolak amaran malaikat yang
pertama, mereka menolak sarana yang disediakan Surga untuk pemulihan mereka.
Mereka menolak dengan hinaan jurukabar yang murah hati, yang akan memperbaiki
kejahatan yang memisahkan mereka dari Allah. Dan dengan keinginan yang lebih besar
mereka berbalik, mencari persahabatan dengan dunia. Inilah penyebab keadaan
yang menakutkan dari keduniawian, kemurtadan, dan kematian rohani yang terjadi
dalam jemaat pada tahun 1844.
Dalam
buku Wahyu 14, malaikat yang pertama diikuti oleh malaikat yang kedua,
mengumumkan, "Sudahlah rubuh, sudahlah rubuh Babel, kota besar itu, yang
telah memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya." (Wah.
14:8). Istilah "Babilon," diambil dari kata "Babel," yang
melambangkan kekacauan. Digunakan dalam Alkitab untuk menyatakan berbagai
bentuk agama yang salah atau murtad. Dalam buku Wahyu 17, Babilon dilambangkan
sebagai seorang perempuan, -- sosok yang digunakan dalam Alkitab sebagai
lambang gereja; perempuan yang saleh
melambangkan gereja yang murni, dan perempuan sundal melambangkan gereja yang
murtad.
Dalam
Alkitab tabiat yang saleh dan yang bertahan dalam hubungan antara Kristus
dengan gereja-Nya dilambangkan dengan persekutuan nikah. Tuhan telah
menggabungkan umat-Nya kepada diri-Nya oleh suatu perjanjian khidmat; Ia berjanji menjadi Allah mereka dan mereka
berjanji menjadi kepunyaan-Nya, dan hanya kepunyaan Dia sendiri. Ia mengatakan,
"Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan
menjadikan engkau isteriku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan
kasih sayang." (Hosea 2:18). Dan sekali lagi, "Aku telah menjadi tuan
atas kamu."(Yer. 3:14) (Aku telah menikah dengan kamu -- Yer. 3:14 KJV).
Dan Paulus menggunakan sosok yang sama dalam buku Perjanjian Baru pada waktu ia
berkata, "Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki
untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus." (2 Kor. 11:2).
Ketidaksetiaan jemaat kepada Kristus dengan membiarkan kepercayaan dan
kasih sayangnya dialihkan daripada-Nya, dan dengan membiarkan cinta kepada
perkara-perkara duniawi mengisi jiwanya, disamakan dengan pelanggaran kepada
sumpah pernikahan. Dosa Israel dengan berpaling dari Tuhan dinyatakan dengan
gambaran ini. Dan kasih Allah yang ajaib yang mereka hinakan digambarkan
begini, "Dengan sumpah Aku mengadakan perjanjian dengan engkau,
demikianlah firman Tuhan Allah, dan dengan ini engkau Aku punya." "Dan engkau menjadi sangat cantik,
sehingga layak menjadi ratu. Dan namamu termasyhur di antara bangsa-bangsa
karena kecantikanmu, sebab sangat sempurna adanya, oleh karena semarak
perhiasan-Ku yang Kuberikan kepadamu, . . . . Tetapi engkau mengandalkan
kecantikanmu dan engkau seumpama bersundal dalam menganggarkan
ketermasyhuranmu." "Tetapi sesungguhnya, seperti seorang isteri tidak
setia terhadap suaminya, demikianlah kamu tidak setia terhadap Aku, hai kamu
Israel, demikianlah firman Tuhan." "Hai
isteri yang berzinah, yang memeluk orang-orang lain ganti suaminya
sendiri." (Yehez. 16:8, 13-15,32; Yer. 3:20).
Dalam
Alkitab Perjanjian Baru, bahasa yang sangat mirip dengan yang di atas ditujukan
kepada orang-orang yang mengaku Kristen yang bersahabat dengan dunia ini
melebihi daripada dengan Allah. Rasul Yakub berkata, "Hai kamu orang-orang
yang tidak setia! (orang-orang yang berzinah -- KJV) Tidakkah kamu tahu bahwa
persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa menjadi
sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah." (Yakub 4:4).
Perempuan (Babilon) dalam buku Wahyu 17 digambarkan sebagai "yang
memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata, dan
mutiara, dan ditangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan
kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia,
"Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian
bumi." Nabi berkata, "Dan aku
melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi
Yesus." Lebih jauh, Babilon dinyatakan sebagai "kota besar yang
memerintah atas raja-raja di bumi." (Wah. 17:4-6,18). Kuasa yang untuk
beberapa abad lamanya mempertahankan kekuasaan kelaliman atas raja-raja dunia
Kristen ialah Roma. Warna ungu dan kirmizi, emas, batu permata dan mutiara
menggambarkan kemegahan luar biasa yang melebihi raja yang dipertontonkan oleh
Roma yang sombong dan pongah. Dan tidak ada satu kuasa yang benar-benar bisa
dinyatakan sebagai "mabuk oleh darah orang-orang kudus," seperti
gereja ini yang dengan begitu kejam menganiaya pengikut-pengikut Kristus.
Babilon juga dituduh karena dosanya berhubungan secara tidak sah dengan
"raja-raja dunia." Karena
meninggalkan Tuhan dan bersekutu dengan orang-orang kafir sehingga jemaat
Yahudi menjadi seorang pelacur, seorang sundal. Dan demikian juga Roma, yang
korup oleh mencari dukungan kuasa-kuasa dunia, menerima hukuman yang sama .
Babilon dikatakan sebagai "ibu dari wanita-wanita pelacur"
(Wahyu 17:5). Dan anaknya, yaitu
wanita-wanita pelacur, melambangkan gereja-gereja yang bergantung kepada
ajaran-ajarannya dan tradisi-tradisinya dan yang mengikuti teladannya
mengorbankan kebenaran dan pengakuan Allah, untuk membentuk persekutuan ilegal
dengan dunia. Pekabaran Wahyu 14, yang mengumumkan kejatuhan Babilon, digunakan
untuk badan-badan agama yang pada suatu kali adalah murni tetapi kemudian
menjadi korup atau bejat. Oleh karena pekabaran ini menyusul amaran
penghakiman, maka pekabaran itu pastilah diberikan pada akhir zaman. Jadi tidak
dimaksudkan hanya kepada Gereja Roma saja, oleh karena gereja tersebut sudah
berada dalam keadaan jatuh selama berabad-abad. Lebih jauh, pada fatsal delapan
belas buku Wahyu, umat Allah dipanggil supaya keluar dari Babilon. Menurut
tulisan ini, banyak umat-umat Allah yang masih berada di Babilon. Dan di dalam
badan agama manakah pengikut-pengikut Kristus paling banyak ditemukan? Tanpa
ragu-ragu, di berbagai gereja yang mengaku iman Protestan. Pada waktu
kebangkitan gereja-gereja Protestan,
gereja-gereja ini mengambil pendirian yang agung demi Allah dan
kebenaran-Nya, dan berkat-berkat-Nya ada bersama mereka. Dunia yang tidak mau
percaya sendiripun terpaksa mengakui manfaat yang diakibatkan oleh penerimaan
prinsip-prinsip Injil. Kata-kata nabi kepada Israel, "Dan namamu
termasyhur di antara bangsa-bangsa karena kecantikanmu, sebab sangat sempurna
adanya, oleh karena semarak perhiasan-Ku yang Kuberikan kepadamu, demikianlah
firman Tuhan Allah." Tetapi mereka jatuh oleh karena keinginan yang sama
yang telah mengutuki dan meruntuhkan Israel -- keinginan untuk meniru
persahabatan dengan orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan. "Tetapi engkau mengandalkan kecantikanmu
dan engkau seumpama bersundal dalam menganggarkan kemasyhuranmu." (Yehez.
16:14,15).
Banyak
gereja-gereja Protestan mengikuti teladan hubungan jahat Roma dengan
"raja-raja dunia," -- gereja-gereja negara, oleh hubungan mereka
dengan pemerintah, dan denominasi-denominasi lain, oleh usaha-usaha agar
disukai dunia. Dan istilah "Babilon" -- yang berarti kekacauan --
dapat dikaitkan dengan badan-badan ini yang semua mengaku mengambil ajaran atau
doktrinnya dari Alkitab, namun, terbagi-bagi menjadi banyak sekte, dengan
ajaran dan teori yang bertentangan.
Selain
persekutuan jahat dengan dunia ini, gereja-gereja yang memisahkan diri dari
Roma menampilkan karakteristiknya yang lain.
Seorang Katolik Roma memberikan bantahan, bahwa "jikalau Gereja
Roma pernah dipersalahkan mengenai penyembahan berhala sehubungan dengan
orang-orang saleh, maka anak perempuannya, Gereja Inggeris, juga melakukan
kesalahan yang sama, dimana sepuluh gereja diabdikan kepada Maria sementara
hanya satu diabdikan kepada Kristus."
-- Dr. Challoner, "The Catholic Christian Instructed,"
Preface, pp. 21,22 (ed. 1897).
Dan
Dr. Hopkins dalam "A Treatise on the Millenium," menyatakan, "Tidak ada alasan menganggap
roh dan praktek-praktek agama antikristen dibatasi hanya kepada apa yang
sekarang disebut Gereja Roma.
Gereja-gereja Protestan sendiripun mempunyai banyak antikritus di
dalamnya, dan masih jauh dari pembaharuan seluruhnya dari . . . kebejatan dan
kejahatan." -- Hopkins, Samuel, "Works," Vol.II, p. 328 (ed. 1854).
Menegnai pemisahan Gereja Presbyterian dari Roma, Dr. Guthrie menulis,
"Tiga ratus tahun lalu, gereja kita dengan Alkitab terbuka dalam
panji-panjinya, dengan motto ini, 'Selidiki Alkitab' dalam gulungan dokumennya,
berbaris keluar dari gerbang kota Roma." Lalu ia menanyakan pertanyaan
penting, "Apakah mereka keluar dengan bersih dari Babilon?" -- Guthrie, John, "The Gospel in
Ezekiel," p. 237 (Edinburgh ed. 1857).
"Gereja Inggeris," kata Spurgeon, "tampaknya digerogoti
terus oleh upacara-upacara sakramentarianisme, tetapi ketidaksesuaian kepada
tradisi hampir sama buruknya dengan falsafah tidak percaya kepada Tuhan.
Hal-hal yang kita anggap baik telah disisihkan satu persatu dari dasar-dasar
iman. Seterusnya, saya percaya bahwa hati Inggeris dipenuhi oleh sarang-sarang
ketidaksetiaan yang terkutuk, yang masih berani naik mimbar dan memanggil
dirinya orang Kristen."
Apakah
asal mula kemurtadan besar itu? Bagaimanakah gereja pertama kali menyimpang
dari kesederhanaan Injil? Oleh penyesuaian diri kepada praktek-praktek
penyembahan berhala, untuk memudahkan Kekristenan diterima oleh kekafiran.
Rasul Paulus menyatakan pada zamannya, "Karena secara rahasia kedurhakaan
telah mulai bekerja." Selama
hidupnya para rasul gereja tetap murni. Tetapi menjelang abad kedua kebanyakan
gereja-gereja mengambil bentuk baru. Kesederhanaan mula-mula itu hilang lenyap,
dan tak terasa, pada waktu murid-murid dulu itu meninggal dunia, anak-anak
mereka bersama-sama dengan orang-orang yang baru bertobat . . . tampil dan membuat bentuk baru." --
Robinson, Robert, "Ecclesiastical Researches," ch. 6, par. 17 (ed. 1792, p. 51). Untuk
mendapatkan orang-orang yang bertobat, standar iman Kristen yang tinggi
diturunkan, dan sebagai akibatnya "penyembah-penyembah berhala
berduyun-duyun masuk gereja, dengan membawa adat kebiasaannya dan segala
praktek serta berhala-berhalanya."
-- Gavazzi's Lectures, p. 278 (ed. 1854). Pada waktu agama
Kristen memperoleh bantuan dan dukungan pemerintahan negara, secara nominal
diterima oleh orang banyak. Tetapi walaupun tampaknya mereka adalah orang-orang
Kristen, masih banyak yang masih tetap penyembah berhala, terutama dengan
sembunyi-sembunyi menyembah berhala-berhala mereka." -- Gavazzi's Lectures,
p. 278, (ed. 1854)
Bukankah proses yang sama telah diulang-ulangi di hampir setiap gereja
yang menamakan dirinya Protestan? Pada waktu para penemunya yang memiliki roh
pembaharuan yang benar meninggal, keturunannya tampil dan membuat "bentuk
baru." Sementara mereka secara
membabibuta bergantung kepada ajaran-ajaran leluhur mereka dan menolak menerima
setiap kebenaran yang belum pernah mereka ketahui, anak-anak para pembaharu itu
menyimpang jauh dari teladan kerendahan hati, penyangkalan diri, dan membuangkan dunia. Dengan demikian
"kederhanaan yang mula-mula itu lenyap." Banjir keduniawian mengalir ke gereja,
"membawa adat kebiasaan, praktek-praktek dan berhala-berhala dunia."
Betapa
menakutkan meluasnya persahabatan dunia yang adalah "permusuhan dengan
Allah" yang sekarang melanda umat yang mengaku pengikut Kristus! Betapa jauhnya gereja-gereja populer di
seluruh dunia Kristen menyimpang dari standar Alkitab mengenai kerendahan hati,
penyangkalan diri, kesederhanaan dan kesalehan! John Wesley berkata mengenai
pemakaian uang yang benar, "Jangan sia-siakan sebagianpun dari talenta yang
begitu berharga, hanya untuk memuaskan keinginan mata, untuk pakaian yang
berlebih-lebihan dan mahal, atau untuk perhiasan-perhiasan yang tidak perlu.
Jangan sia-siakan sebagianpun daripadanya untuk menghiasi rumahmu dengan
berlebihan atau dengan perabot yang mahal-mahal, dengan gambar dan lukisan yang
mahal-mahal, dan barang-barang sepuhan . . . . Jangan gunakan apapun untuk
memuaskan kesombongan hidup, untuk memperoleh kekaguman dan pujian orang-orang
. . . . 'Selama engkau berlaku baik maka orang lain akan berkata baik mengenai
engkau.' Selama engkau 'berpakaian kain
lenan yang halus, memakan makanan yang paling mahal setiap hari,' tak heran
banyak orang akan memuji kemewahan seleramu, kemurahanmu dan keramahanmu.
Tetapi janganlah membeli pujian mereka dengan begitu mahal. Sebaliknya
berpuaslah dengan penghormatan yang datang dari Allah." -- Wesley's Works, Sermon 50, "The
Use of Money." Tetapi ajaran
seperti ini diabaikan di banyak gereja pada zaman kita.
Pengakuan agama telah menjadi populer di dunia ini. Para penguasa, ahli
politik, ahli hukum, doktor-doktor, dan para pedagang bergabung ke dalam gereja
sebagai cara untuk memperoleh penghormatan dan kepercayaan masyarakat, dan
untuk memajukan kepentingan duniawi mereka. Dengan begitu mereka berusaha
menutupi semua transaksi mereka yang tidak benar, di bawah pengakuan
Kekristenan. Berbagai badan-badan agama yang didukung oleh kekayaan dan
pengaruh orang-orang duniawi yang sudah dibaptiskan ini, masih dilakukan demi
popularitas dan perlindungan. Bangunan gereja-gereja yang megah, yang dihiasi
dengan sangat mewah, dibangun di jalan-jalan protokol. Para pengunjung yang mau
beribadat menghiasi diri mereka dengan pakaian yang mahal-mahal dan mode-mode
mutakhir. Pendeta berbakat digaji dengan
gaji yang tinggi untuk menghibur dan menarik perhatian orang-orang.
Khotbah-khotbahnya tidak boleh menyinggung dosa-dosa, tetapi harus dibuat
lembut dan menyenangkan bagi pendengar-pendengar modern. Dengan demikian
orang-orang modern yang berdosa didaftarkan dalam catatan-catatan gereja, dan
dosa-dosa modern ditutupi di bawah kesalehan yang pura-pura.
Mengomentari sikap orang-orang yang mengaku Kristen dewasa ini terhadap
dunia, sebuah majalah terkenal berkata, "Dengan tak disadari gereja telah
tunduk kepada kehendak zaman, dan menyesuaikan upacara perbaktiannya kepada
kehendak kemodernan."
"Memang, segala sesuatu yang menolong membuat agama menarik,
sekarang digunakan oleh gereja sebagai
alat." Seorang penulis dalam
majalah New York Independent, berbicara mengenai Metodisme, "Garis
pemisah antara orang saleh dengan orang yang tidak beragama lenyap bagaikan
bayangan kabur waktu gerhana, dan orang-orang yang giat bersemangat di kedua
belah pihak berusaha keras untuk menghapuskan semua perbedaan antara cara tindakan
dan kesenangan mereka."
"Popularitas agama cenderung dengan cepat menambah jumlah orang
yang mau mendapatkan keuntungan-keuntungan tanpa sama sekali memenuhi
kewajiban-kewajibannya."
Howard
Crosby berkata, "Sangat memprihatinkan kita menemukan gereja Kristus
sangat sedikit melaksanakan rencana Tuhan. Sama seperti oarng Yahudi zaman
dahulu membiarkan pergaulan biasa dengan bangsa-bangsa penyembah berhala
mencuri hati mereka dari Allah, . . .
demikianlah gereja Yeusu sekarang, oleh persekutuannya dengan dunia yang
tidak percaya kepada Tuhan, telah kehilangan metode ilahi dalam kehidupannya
yang benar. Dan tunduk menyerah kepada kebiasaan atau tabiat berbahaya
masyarakat yang tidak mempunyai Kristus, walaupun sering masuk akal, dengan
menggunakan argumen-argumen dan mencapai kesimpulan yang asing kepada kenyataan
Allah, dan secara langsung berlawanan dengan semua pertumbuhan dalam kasih
barunia." -- "The Healthy Christian: An Appeal to the
Church," pp. 141,142 (ed. 1811).
Dalam
arus keduniawian dan kepelesiran ini, penyangkalan diri dan pengorbanan diri
demi Kristus hampir seluruhnya hilang. "Sebagian dari laki-laki dan
perempuan sekarang yang hidup aktif dalam gereja kita adalah mereka yang telah
dididik waktu masih kanak-kanak untuk berkorban agar dapat melakukan sesuatu
bagi Kristus." Tetapi "jika
dana dibutuhkan sekarang, . . . tak perlu seorangpun dipanggil untuk memberi.
Oh, tidak! Adakanlah perayaan atau pekan raya, sajikan makanan pesta, lelucon,
makan malam cara kuno, dan sesuatu untuk dimakan, sesuatu yang menghibur
orang-orang."
Gubernur Washburn dari negara bagian Wisconsin, pada amanat tahunannya
pada tanggal 9 Januari 1873 menyatakan, "Seperangkat undang-undang atau
hukum diperlukan untuk membubarkan sekolah-sekolah dimana penjudi-penjudi di
buat, yang merajalela dimana-mana. Bahkan gereja sendiri kadang-kadang (secara
tidak sengaja, tidak diragukan) melakukan pekerjaan Setan. Konser-konser amal,
usaha-usaha dan undian amal, kadang-kadang untuk membantu tujuan-tujuan keagamaan
dan kedermawanan, (tetapi sering untuk tujuan-tujuan yang kurang berguna),
lotere, paket-paket hadiah, dan lain-lain, adalah semua cara untuk mendapatkan
uang tanpa imbalan diterima. Tidak ada yang paling meracuni dan merusak moral,
terutama kepada orang-orang muda, daripada mendapatkan uang atau harta tanpa
bekerja. Orang-orang terhormat melibatkan diri dalam usaha musiman ini, dan
menenangkan hati nurani mereka dengan refleksi bahwa uang yang diperoleh dari
usaha ini digunakan untuk tujuan-tujuan baik. Tidak heran bahwa pemuda-pemuda
negara bagian itu sering harus terjerumus ke dalam kebiasaan yang kegemparan
permainan berbahaya ini hampir pasti dapat menimbulkan kekejian."
Roh
penyesuaian diri dengan keduniawian telah melanda gereja-gereja sepanjang zaman
Kekristenan. Robert Atkins, dalam sebuat khotbahnya di London melukiskan
gambaran hitam kemerosotan kerohanian yang merajalela di Inggeris, "Orang
yang betul-betul benar telah lenyap dari muka bumi ini, dan tak seorangpun yang
memperdulikannya. Yang mengakui beragama dewasa ini di setiap gereja adalah
pecinta-pecinta dunia, yang menyesuaikan diri dengan dunia ini, pecinta-pecinta
hawa nafsu dan pengejar-pengejar kehormatan diri. Mereka dikatakan menderita
dengan Kristus, tetapi mereka bahkan menghindar dari teguran . . . . Kemurtadan,
kemurtadan dan kemurtadan saja yang terukir di paling depan setiap
gereja. Dan sekiranya mereka menyadari itu, dan sekiranya mereka merasakan itu,
mungkin masih ada pengharapan. Tetapi malangnya, mereka berseru, 'Kita kaya dan
bertambah-tambah kekayaan, sehingga kami tidak memerlukan apa-apa.'" -- Second
Advent Library, Tract No. 39.
Dosa
besar yang ditimpakan kepada Babilon adalah bahwa ia telah "memabukkan
segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya." Cawan kemabukan yang diberikan kepada dunia
ini melambangkan ajaran-ajaran palsu yang diterimanya sebagai akibat dari
hubungan gelapnya dengan para pembesar dunia. Persahabatan dengan dunia telah
merusakkan imannya, dan pada gilirannya ia menyebarkan pengaruh kerusakan iman
dan kebejatan kepada dunia oleh mengajarkan ajaran-ajaran yang bertentangan
dengan pernyataan-pernyataan Alkitab yang begitu sederhana dan jelas.
Roma
menahan Alkitab itu dari orang-orang, dan sebagai penggantinya mengharuskan semua
orang menerima ajaran-ajarannya. Adalah perjuangan Pembaharuan untuk
mengembalikan firman Allah kepada manusia. Tetapi bukankah hal itu benar sekali
bahwa dalam gereja-gereja zaman kita orang-orang diajar untuk mengalaskan iman
mereka kepada doktrin dan ajaran gereja sebagai gantinya kepada Alkitab?
Berbicara mengenai gereja Protestan, Charles Beecher berkata, "Mereka
mengelak dari mengucapakan kata-kata kasar melawan ajaran kepercayaan sama
seperti bapa-bapa kudus mengelak mengucapkan kata-kata kasar melawan
orang-orang kudus dan para syuhada (martir) yang sedang naik daun untuk dipuja,
yang mereka telah pelihara . . . . Denominasi penginjilan Protestan begitu
terikat satu sama lain, dan juga dengan dirinya sendiri, bahwa di antara mereka
semua seseorang tidak bisa menjadi seorang pengkhotbah sama sekali, dimana
saja, tanpa menerima beberapa buku disamping Alkitab . . . .
Tidak ada khayalan dalam pernyataan itu, bahwa
kekuasaan ajaran atau syahadat gereja sekarang mulai melarang Alkitab
sebagaimana yang dilakukan oleh Roma,
meskipun dengan cara yang lebih halus."
-- Sermon on "The Bible a Sufficient Creed," delivered at Fort Wayne, Indiana, Febr. 22,
1846.
Pada
waktu guru-guru yang setia menjelaskan firman Allah, bangkitlah orang-orang
terpelajar, pendeta-pendeta yang mengaku mengerti Alkitab, yang mencela doktrin
yang kuat dan benar sebagai bida'ah atau ajaran sesat. Dengan demikian membuat
orang-orang pencari kebenaran berpaling. Seandainya dunia ini tidak dimabukkan
dengan anggur Babilon, maka orang-orang banyak akan diyakinkan dan ditobatkan
oleh kebenaran firman Allah yang sederhana, jelas dan menusuk. Akan tetapi
kepercayaan keagamaan begitu membingungkan dan bertentangan, sehingga orang
tidak mengetahui apa yang harus dipercayai sebagai kebenaran. Dosa pendurhakaan
dunia terletak di pintu gereja.
Pekabaran malaikat yang kedua dalam buku Wahyu 14 pertama kali
dikabarkan pada musim panas tahun 1844, yang kemudian mempunyai penerapan
langsung kepada gereja-gereja di Amerika Serikat, dimana amaran penghakiman
begitu luas dikabarkan, dan yang pada umumnya ditolak; dan dimana kemerosotan dalam gereja-gereja
begitu cepat terjadinya. Akan tetapi pekabaran malaikat yang kedua itu tidak
mencapai kegenapannya yang penuh pada tahun 1844. Gereja-gereja kemudian
mengalami kejatuhan moral, sebagai akibat dari penolakan terang pekabaran
kedatangan Tuhan. Tetapi kejatuhan itu belum lengkap. Pada waktu mereka terus
menolak kebenaran istimewa bagi zaman ini, mereka jatuh semakin dalam dan
rendah. Tetapi, belumlah bisa dikatakan bahwa "Babilon sudah rubuh, . . .
krena ia memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya." Belum smua bangsa dibuatnya melakukan ini.
Roh penyesuaian diri dengan dunia dan tidak perduli menguji kebenaran pada
zaman kita, terdapat dan telah berakar di dalam gereja-gereja yang beriman
Protestan di seluruh dunia Kekristenan. Dan gereja-gereja ini termasuk dalam
celaan serius malaikat yang kedua. Tetapi kemurtadan belum mencapai puncaknya.
Alkitab menyatakan bahwa sebelum kedatangan Tuhan, Setan akan bekerja
"disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat
palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat." Dan mereka yang " tidak
menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka," akan
menerima "kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan
dusta." (2 Tes. 2:9-11). Setelah keadaan ini dicapai dan persekutuan
gereja dengan dunia benar-benar tercapai sepenuhnya di seluruh dunia
Kekristenan, barulah kejatuhah Babilon itu lengkap. Perobahan terus berlangsung
secara bertahap, dan kegenapan sempurna buku Wahyu 18:8 akan terjadi pada masa
yang akan datang.
Walaupun kegelapan kerohanian dan pemisahan diri dari Allah yang terjadi
di dalam gereja-gereja, yang membentuk Babilon itu, kelompok besar pengikut
Kristus yang benar masih terdapat dalam persekutuan mereka. Banyak dari antara
mereka ini yang belum pernah melihat kebenaran khusus zaman ini. Tidak sedikit
yang tidak puas dengan keadaan mereka sekarang, dan rindu kepada terang kebenaran
yang lebih jelas. Mereka tidak melihat gambaran Kristus di
gereja-gereja tempat mereka bergabung. Sementara badan-badan ini berpisah
semakin jauh dari kebenaran, dan bersekutu dengan dunia ini, maka perbedaan
antara dua golongan akan semakin lebar, dan akhirnya akan mengakibatkan
perpisahan. Waktunya akan datang bilamana mereka yang mengasihi Allah tidak
lagi berhubungan dengan "mereka yang mengasihi kepelesiran lebih dari pada
Allah, yang tampaknya beribadat, tetapi menyangkal kuasa peribadatan itu."
Buku Wahyu 18 menunjuk kepada waktu
sebagai akibat penolakan amaran rangkap
tiga Wahyu 14:6-14, bilamana gereja
mencapai sepenuhnya keadaan yang diramalkan oleh malaikat yang kedua, dan umat
Tuhan yang masih berada di Babilon akan dipanggil keluar memisahkan diri dari
persekutuannya. Pekabaran itu adalah pekabaran yang terakhir yang pernah
diberikan kepada manusia, dan akan mencapai tujuannya. Bilamana mereka yang
"tidak percaya akan kebenaran, dan yang suka kejahatan," (2 Tes.
2:12) akan dibiarkan menerima penipuan dan mempercayai kebohongan, kemudian
terang kebenaran akan bersinar ke dalam semua hati yang terbuka untuk
menerimanya. Dan semua anak-anak Tuhan yang tinggal di Babilon akan
mendengarkan panggilan, "Keluarlah daripadanya hai kaum-Ku." (Wahyu 18:4 Terkemahan
Lama).
ARTIKEL LAINNYA....
No comments:
Post a Comment