Ads Google

Showing posts with label KEBAHAGIAAN SEJATI. Show all posts
Showing posts with label KEBAHAGIAAN SEJATI. Show all posts

Tuesday, April 17, 2018

KEBAHAGIAAN SEJATI BAB 13 "KEBAHAGIAAN SEPENUHNYA"


                                                      KEBAHAGIAAN SEPENUHNYA

Anak-anak Allah dipanggil untuk menjadi wakil-wakil Kristus, menunjukkan kebaikan dan kemurahan Tuhan. Sebagaimana Yesus telah menunjukkan kepada kita tabiat Bapa yang sejati, demikian pulalah kita menyatakan Kristus kepada satu dunia yang belum mengenal kasih-Nya yang lembut dan ramah itu. “Sama seperti engkau telah mengutus aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.” “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yohanes 17:18,23). Rasul Paulus berkata kepada murid-murid Yesus seperti berikut: “Kamu adalah suara pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.” “Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia” (2 Korintus 3:2,3). Di dalam tiap-tiap anak-Nya, Yesus mengirim sebuah surat ke dunia ini. Jika engkau adalah murid Yesus, Dia mengirimkan di dalam engkau sebuah surat untuk keluarga, untuk kampung, jalan raya, di tempat tinggalmu. Yesus, yang berdiam di dalam engkau, ingin berbicara ke hati orang-orang yang belum mengenal Dia. Mungkin mereka belum membaca Alkitab atau belum mendengar suara yang berbicara kepada mereka melalui halaman-halaman buku itu, mereka belum melihat kasih Allah melalui segala pekerjaan-Nya. Tetapi jika engkau adalah seorang wakil Yesus, yang sejati, maka mungkin melalui engkau mereka akan mengerti sesuatu dari hal kebaikan-Nya serta dimenangkan menjadi mengasihi dan berbakti kepada Tuhan.

Orang-orang Kristen ditentukan menjadi pembawa terang dalam perjalanan menuju surga. Terang yang dipantulkan mereka kepada dunia ini adalah terang yang bersinar atas mereka dari Kristus. Kehidupan dan tabiat mereka hendaklah demikian rupa supaya melalui mereka orang-orang lain mendapat satu konsep yang benar dari hal bakti kepada-Nya.
Jika kita memiliki Kristus, maka kita akan mengadakan perbaktian kita dengan menarik sekali, sebagaimana adanya. Orang-orang Kristen yang menghimpun kemurungan dan duka ke dalam jiwanya, bersungut-sungut dan berkeluh-kesah, berarti memberikan gambaran yang salah dari hal Allah dan kehidupan Kristen kepada orang lain. Mereka memberikan kesan bahwa Allah tidak memperkenankan anak-anak-Nya berbahagia, dan di dalam hal seperti ini berarti mereka menjadi saksi palsu melawan Bapa kita yang di surga.

Setan bergembira apabila dia dapat memimpin anak-anak Allah ke dalam sikap ingkar dan kemurungan. Dia gembira melihat kita tidak percaya kepada Tuhan, meragukan kesucian dan kuasa-Nya yang menyelamatkan kita. Dia senang membuat kita supaya merasa bahwa Tuhan menyakiti kita dengan pimpinan-Nya. Setan bekerja menampilkan Allah sebagai yang tidak mempunyai kasih dan kelembutan. Dikacaukannya kebenaran dari hal Allah. Diisinya pikiran dengan pikiran-pikiran palsu mengenai Allah, sehingga gantinya tinggal di dalam kebenaran Bapa kita yang di surga, kita sering meletakkan pikiran kita di atas tafsiran-tafsiran yang salah yang diberikan Setan itu, menghina Allah dengan jalan kurang percaya dan bersungut-sungut melawan Dia. Ia selalu berusaha membuat kehidupan beragama itu satu kemuraman. Dia ingin memperlihatkan bahwa kehidupan beragama itu sukar dan sulit, dan apabila orang Kristen menampilkan yang demikian di dalam kehidupan beragamanya sendiri, maka dia, melalui kekurangpercayaannya, menunjukkan sokongannya kepada kepalsuan Setan itu.
Banyak orang, yang berjalan sepanjang jalan hidup, memikirkan selalu akan kesalahan-kesalahan, kegagalan-kegagalan dan kekecewaan-kekecewaannya, sehingga hati mereka dipenuhi dengan kegetiran dan kekecewaan. Ketika saya berada di Eropa, seorang saudari yang dalam keadaan seperti ini, dalam keadaan tertekan batin yang berat, menulis surat kepada saya, memohon kata penghiburan yang menguatkan hati. Malam sesudah saya membaca suratnya saya bermimpi bahwa saya berada di sebuah taman, dan seorang yang agaknya pemilik taman itu memimpin saya menjalani jalan-jalan yang ada di dalamnya. Saya sedang mengumpulkan bunga-bunga dan menikmati baunya yang semerbak ketika saudari ini, yang berjalan di sisi saya, mengarahkan perhatian saya kepada duri-duri yang menghalangi jalannya. Di sana dia meratap kesakitan. Dia tidak berjalan pada jalan yang telah disediakan, yang ditunjukkan penunjuk jalan, melainkan berjalan dicela-cela onak dan duri. “Aduh,” keluhnya, “bukankah sayang sekali taman yang indah ini dirusakkan oleh duri-duri ini?” Lalu petunjuk jalan itu berkata: “Biarkanlah duri-duri, karena duri-duri itu hanya mampu melukai engkau. Kumpulkan bunga-bunga, bunga mawar dan bakung.”
Bukankah telah ada saat-saat gembira di dalam pengalamanmu? Bukankah engkau telah mempunyai waktu-waktu yang indah di mana jantungmu berdebar dengan kegembiraan dalam menyambut Roh Allah? Jika engkau menoleh kembali kepada pengalaman-pengalamanmu pada masa lampau, apakah engkau tidak mendapat masa-masa yang menyenangkan? Bukankah janji-janji Allah, seperti bunga-bunga yang berbau harum itu, bertumbuh di sisi perjalananmu? Apakah engkau tidak mau membiarkan keindahan dan keelokannya mengisi hatimu dengan kegembiraan?

Duri-duri bunga mawar hanyalah melukai dan menyakiti engkau; tetapi jika engkau hanya mengumpulkan duri-duri ini dan memberikannya kepada orang-orang lain, bukankah dengan demikian engkau, selain menghina kebaikan Allah, juga menghalangi orang-orang yang ada di sekelilingmu berjalan pada jalan kehidupan itu?
Mengumpulkan kesenangan-kesenangan yang tidak menyenangkan di masa lampau tidaklah bijaksana- segala yang jahat-jahat dan yang mengecewakan-membicarakannya, meratapinya sampai kita pun dirundung kekecewaan. Satu jiwa yang kecewa diisi kegelapan, mematikan terang Allah dari dalam jiwanya lalu melontarkan bayang-bayang suram kepada jalan orang-orang lain juga.
Terima kasih kepada Tuhan karena telah diberikan-Nya kepada kita banyak kegembiraan. Marilah kita kumpulkan bersama berkat-berkat janji kasih-Nya, supaya kita dapat memandangnya terus menerus: Anak Allah meninggalkan takhta Bapa-Nya, membungkus keilahian-Nya dengan kemanusiaan, supaya dengan demikian Dia dapat menyelamatkan manusia dari kuasa Setan; kemenangan-Nya untuk kita, membuka pintu surga bagi manusia, memperlihatkan Allah membuka kemuliaan-Nya; bangsa yang sudah jatuh itu diangkat dari lubang kehancuran, ke tempat mana dia dijerumuskan dosa, lalu dibawa kembali ke dalam perhubungan dengan Allah yang abadi, dan sanggup melalui ujian Ilahi dengan iman di dalam penebus kita, diselubungi dengan kebenaran Kristus dan ditinggikan kepada takhta-Nya inilah gambaran Allah untuk di renungkan.

Apabila kita seakan-akan ragu-ragu terhadap kasih Allah dan kurang yakin pada janji-janji -Nya, kita merendahkan dia dan mendukakan Roh Kudusnya. Bagaimanakah perasaan seorang ibu jika anak-anaknya terus menerus bersungut terhadap dia, seolah-olah dia tidak memikirkan kepentingan mereka, sedangkan sepanjang hidupnya dia berusaha memperhatikan kepentingan mereka serta membahagiakan mereka? Sekiranya anak-anak itu meragukan kasih-Nya; ini membuat hatinya hancur. Bagaimanakah perasaan orangtua diperlakukan anaknya seperti itu? Dan bagaimanakah pandangan Bapa kita yang di surga apabila kita meragu-ragukan kasih-Nya, yang telah membawa Dia menyerahkan Anak-Nya yang tunggal supaya kita memperoleh kehidupan? Rasul Paulus menuliskan sebagai berikut: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? (Roma 8:32). Namun betapa banyak juga orang yang berkata melalui perbuatan-perbuatan kalau bukan dengan kata-kata mereka: “Tuhan tidak maksudkan hal ini bagiku. Mungkin Dia mengasihi orang-orang lain, tetapi bukan aku.”

“Semuanya ini hanyalah membahayakan jiwamu sendiri; karena tiap-tiap kata yang meragukan yang kau ucapkan akan mengundang godaan-godaan Setan; itu meneguhkan kecenderungan untuk keragu-raguan di dalam dirimu, dan mendukakan malaikat yang bertugas melayani. Apabila Setan menggoda engkau janganlah sekali-kali mengucapkan sepatah kata yang meragukan atau mendatangkan kegelapan. Jika engkau membuka pintu kepada bisikan Setan, maka pikiranmu akan dipenuhi kekurangan percaya dan keraguan yang durhaka. Jika engkau mengucapkan perasaan-perasaanmu, setiap keragu-raguan yang engkau ucapkan bukan hanya bereaksi atas dirimu sendiri, tetapi ia akan menjadi benih yang akan bertumbuh dan berbuah di dalam kehidupan orang lain, dan mungkin mustahil menarik perkataan itu. Engkau sendiri mungkin dapat sembuh daripada masa pencobaan dan dari jerat Setan, tetapi orang lain yang telah terpengaruh oleh perkataanmu mungkin tidak dapat melepaskan diri dari kekurangpercayaan yang engkau ucapkan itu. Betapa pentingnya kita membicarakan hanya perkara-perkara yang akan memberikan kekuatan rohani dan hidup.
Para malaikat memasang telinga untuk mendengar laporan apakah yang engkau bawa kepada dunia ini mengenai Tuhanmu yang ada di dalam surga. Biarlah percakapanmu mengenai Dia yang telah hidup untuk mengadakan permohonan bagimu di hadapan Bapa. Apabila engkau berjabat tangan dengan seorang sahabat, pujilah Tuhan dengan bibir dan di dalam hatimu. Ini akan menarik segala pikirannya kepada Kristus.
Masing-masing mempunyai ujian-ujian, kesulitan-kesulitan yang berat dipikul, godaan-godaan yang susah dilawan. Janganlah utarakan kesulitan-kesulitanmu di hadapan sesamamu manusia yang fana, melainkan bawalah segala sesuatu kepada Allah di dalam doa. Buatlah satu peraturan untuk tidak pernah mengucapkan sepatah kata yang meragukan dan mengecewakan. Engkau dapat melakukan banyak hal untuk menggembirakan hidup orang-orang lain dan menguatkan usaha-usaha mereka melalui kata-kata pengharapan dan kegembiraan yang kudus.
Sering satu jiwa yang perkasa ditekan oleh penggodaan dengan hebat, hampir-hampir menyerah di dalam perjuangan melawan diri dan kuasa jahat. Janganlah tawarkan hati seseorang yang berjuang keras seperti itu. Gembirakan dia dengan kata-kata penuh keberanian dan harap yang akan mendorong dia maju meneruskan perjalanannya. Supaya terang Kristus bersinar-sinar dari padamu. “Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri“ (Roma 14:7). Dengan pengaruh kita yang tidak kentara orang-orang lain dapat dikuatkan dan diteguhkan, atau mereka dapat juga ditawarkan hatinya, sehingga dihalau dari Kristus dan kebenaran.

Banyak juga orang yang mempunyai pikiran-pikiran yang salah mengenai kehidupan dan tabiat Kristus. Mereka menganggap bahwa Dia tidak peramah dan tidak gembira, bahwa Dia seorang yang keras, kejam dan tidak periang. Di dalam banyak hal seluruh pengalaman keagamaan diwarisi oleh pandangan-pandangan tersebut semacam ini.
Sering dikatakan bahwa Yesus menangis, tetapi hampir tidak pernah Ia dikenal tersenyum. Memang Juruselamat kita adalah seorang Manusia Duka, yang banyak mengenal liku-liku kepahitan, karena Dia membuka hati-Nya terhadap segala dukacita manusia. Tetapi walaupun hidup-Nya adalah penyangkalan diri dan dibayang-bayangi derita dan keluh kesah, roh-Nya tidak hancur. Wajah-Nya tidak menunjukkan duka dan persungutan, melainkan selalu menunjukkan ketenangan yang penuh damai. Hati-Nya adalah pancaran air hidup; dan ke mana pun Dia pergi Dia membawa damai sejahtera, kegembiraan dan kesukaan.
Juruselamat kita amat bersungguh-sungguh dan tekun benar, namun tidak pernah berwajah murung atau masam. Kehidupan orang-orang yang meniru Dia akan penuh dengan tujuan sungguh-sungguh, mereka akan mempunyai satu perasaan tanggung jawab pribadi yang dalam. Tiada lagi kesia-siaan, tiada lagi kesukaan yang riuh suasananya, tiada cemoohan kasar, tapi agama Yesus mendatangkan damai seperti sebuah sungai. Itu tidak memadamkan terang kegembiraan; tidak juga menghalangi keriangan, atau memuramkan wajah yang berseri-seri dan tersenyum. Kristus datang bukanlah untuk dilayani melainkan untuk melayani; dan apabila kasih-Nya bertahta di dalam hati, maka kita akan menurut teladan-Nya.

Jika kita mengutamakan perbuatan-perbuatan yang tidak ramah dan tidak adil di dalam pikiran kita, yang dilakukan orang lain terhadap kita, maka mustahillah kita mengasihi mereka seperti Yesus mengasihi kita; tetapi jika pikiran kita tinggal di dalam kasih Kristus yang ajaib bagi kita, maka roh yang serupa itulah yang mengalir pula kepada orang lain. Kita harus saling menghormati, meskipun kesalahan-kesalahan dan cacat-cacat tidak bisa tidak akan kita lihat. Kerendahan hati dan tidak berharap kepada diri sendiri haruslah ditumbuhkan, disertai kelemahlembutan yang sabar terhadap kesalahan-kesalahan orang lain. Inilah yang memusnahkan sikap mementingkan diri yang sempit. Lalu membuat orang bermurah hati dan dermawan.
Penulis Mazmur berkata: “Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakukah setia” (Mazmur 37:3). “Haraplah pada Tuhan.” Setiap hari mempunyai bebannya sendiri-sendiri kekhawatiran dan kesulitan-kesulitannya; dan apabila kita bertemu, betapa siapkah kita mengutarakan kesulitan-kesulitan dan pencobaan-pencobaan kita. Begitu banyak kesulitan-kesulitan yang dipinjam mengganggu, betapa banyak rasa takut yang dilebih-lebihkan, begitu juga beban hati yang dinyatakan, sehingga orang lain menyangka bahwa kita tidak mempunyai Juruselamat yang kasih dan penyayang yang sedia mendengar segala permohonan kita serta menyodorkan pertolongan di dalam setiap waktu kekurangan.
Beberapa orang selalu takut, dan meminjam kesulitan. Setiap hati mereka dikelilingi kenyataan kasih Allah; Setiap hari mereka menikmati kelimpahan pimpinan-Nya tetapi mereka tetap  tidak memperhatikan karunia-karunia yang ada ini. Pikiran-pikiran mereka tertumpu terus menerus atas sesuatu yang tidak sepatutnya, yang ditakutinya akan terjadi; atau beberapa kesulitan yang memang ada, meski itu kecil, membutakan mata mereka terhadap banyak perkara-perkara yang menuntut rasa syukur. Kesukaran-kesukaran yang dihadapi mereka, gantinya mendorong mereka kepada Allah, yang satu-satunya sumber pengharapan mereka, memisahkan mereka daripada-Nya karena membangkitkan kegelisahan dan sungut-sungutan.

Apakah baik untuk menjadi demikian kurang percaya? Mengapa kita tidak tahu berterima kasih dan mengapakah kita curiga? Yesuslah sahabat kita; semua penghuni surga memperhatikan kesejahteraan kita. Kita seharusnya jangan memperkenankan kekacauan dan kesusahan hidup sehari-hari menyakiti pikiran dan menyuramkannya dengan ketakutan. Jika kita mau, selalu ada sesuatu yang hendak mengganggu dan menjengkelkan. Janganlah kita memanjakan satu keinginan yang hanya mengganggu dan memenatkan kita, bukannya membantu kita menanggung pencobaan-pencobaan.
Mungkin engkau mengalami kesulitan dalam usaha, pengharapan masa depanmu bertumbuh semakin gelap, dan kamu mungkin terancam bangkrut; tetapi janganlah tawar hati, letakkanlah segala kesusahanmu kepada Allah, tetaplah tenang dan gembira. Doakanlah supaya diberi kebijaksanaan mengatur masalahmu dengan bijaksana, dengan demikianlah engkau dapat mencegah kerugian dan malapetaka. Lakukanlah sekuat tenagamu apa yang dapat engkau lakukan untuk mendatangkan hasil yang baik. Yesus telah menjanjikan  pertolongan-Nya, tetapi janji itu tidaklah terpisah daripada usaha kita sendiri. Apabila bergantung kepada penolong kita itu, engkau telah lakukan semua yang dapat engkau lakukan, terimalah hasilnya dengan gembira.
Bukanlah kehendak Allah umat-Nya dibebani dengan penderitaan.

Tetapi Allah kita tidak menipu kita. Dia tidak berkata kepada kita: “Jangan takut, tidak ada bahaya pada jalanmu.”  Dia tahu ada banyak pencobaan dan bahaya, dan Dia bertindak terus terang terhadap kita. Dia bukannya bermaksud mengambil umat-Nya keluar dari satu dunia yang jahat dan penuh dosa, melainkan ditunjukkan-Nya kepada mereka satu perlindungan yang tidak dapat dikalahkan. Doa-Nya bagi murid-murid-Nya adalah sebagai berikut: “Aku tidak meminta, supaya engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yohanes 17:15; 16:33).

Di dalam khotbah-Nya di atas bukit, Kristus mengajar murid-murid-Nya pelajaran yang sangat berharga tentang perlunya berharap kepada Allah. Pelajaran-pelajaran ini telah direncanakan untuk menguatkan anak-anak Allah sepanjang zaman, dan pelajaran itu sampai kepada kita penuh pengajaran dan penghiburan Juruselamat menunjuk kepada murid-murid-Nya burung-burung yang terbang di udara yang mendengungkan nyanyi pujian yang merdu, tanpa digelisahkan pikiran-pikiran, karena “tiada ia menabur benih dan tiada ia menuai. “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (Matius 6:26). Allah yang menyediakan bagi manusia dan hewan, membukakan tangan-Nya serta mencukupkan keperluan makhluk ciptaan-Nya. Burung-burung yang terbang di udara tidak luput dari perhatian-Nya. Dia tidak menjatuhkan makanan ke paruh burung itu, tetapi Dia menyediakan keperluan mereka. Mereka harus mengumpulkan biji-bijian yang telah disebarkan-Nya bagi mereka itu. Mereka juga harus menyediakan bahan-bahan sarangnya yang kecil. Mereka harus memberi makan anak-anaknya yang kecil. Mereka berangkat ke tempat bekerja dengan menyanyi, karena Bapamu yang di surga memeliharakannya.” “Dan bukankah kamu lebih indah daripada burung itu?” Bukankah engkau sebagai penyembuh yang lebih pintar, dan rohani, lebih berharga daripada burung-burung yang di udara? Tidakkah Allah yang sudah menjadikan kita , yang memelihara hidup kita, Seorang yang telah membentuk kita menurut gambaran Ilahi-Nya sendiri, menyediakan keperluan kita jika kita berharap di dalam Dia?
Kristus menunjukkan kepada murid-murid-Nya bunga-bunga yang di ladang yang bertumbuh dengan subur, dengan keindahannya yang sederhana yang diberikan Bapa yang di surga kepada mereka itu, sebagai satu pernyataan kasih-Nya kepada manusia. Kata-Nya: “Dan mengapa kamu khawatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,” keindahan dan kesederhanaan bunga-bunga alam ini jauh lebih mulia daripada pakaian Salomo. Pakaian yang paling indah yang dapat diciptakan keahlian seni manusia tidak dapat menandingi karunia alam dan keindahan yang cemerlang dari bunga-bunga ciptaan Allah. Yesus berkata: “Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan esok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (Matius 6:28,30). Jika Allah, seniman Ilahi itu, mengaruniai kembang sederhana yang berusia satu hari saja keindahan dan warnanya yang aneka ragam, betapa lebih besarnya pemeliharaan yang akan diberikan-Nya kepada orang-orang yang diciptakan menurut gambaran-Nya sendiri? Pelajaran yang diberikan Kristus ini merupakan satu teguran kepada pikiran-pikiran kekhawatiran, kebingungan dan kebimbangan, dari hati yang tidak beriman.
Tuhan mau supaya semua anak-anak-Nya lelaki dan perempuan berbahagia, penuh damai dan menurut. Yesus berkata: “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Semuanya itu Kukatakan kepadamu supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” (Yohanes 14:27; 15:11).

Kebahagiaan yang diperoleh dari motif-motif yang mementingkan diri sendiri, di luar jalan kewajiban, tidak benar adanya, pula tidak menentu, dan hanya sebentar saja; kebahagiaan yang demikian berlalu, sehingga jiwa diisi kesunyian dan duka; tetapi kegembiraan dan kepuasanlah yang diperoleh dalam berbakti kepada Allah; orang-orang Kristen tidak dibiarkan berjalan pada jalan yang tidak menentu; dia tidak dibiarkan menyerah kepada perasaan kecewa. Jika kita masih belum mendapat kegembiraan yang lebih besar dalam memandang kehidupan yang akan datang.
Namun di dunia ini sekalipun orang-orang Kristen dapat menikmati kegembiraan hubungan dengan Kristus; mereka dapat memiliki sinar kasih-Nya, penghiburan yang kekal dari hadirat-Nya. Setiap langkah dalam kehidupan dapat membawa kita lebih dekat kepada Yesus, dapat memberikan pengalaman yang dalam dari hal kasih-Nya, dan dapat membawa kita selangkah lebih dekat menuju tempat tinggal yang damai sentosa. Oleh karena itu janganlah kita buangkan keyakinan kita, melainkan meneguhkan hati, lebih teguh dari masa lalu. “Sampai di sini Tuhan menolong kita,” dan tentu Dia akan membantu kita sampai kesudahan. (1 Samuel 7:12). Marilah kita memandang semua tugu peringatan, pengenang segala sesuatu yang telah dilakukan Tuhan untuk menghibur kita serta menyelamatkan diri dari tangan pembinasa itu. Baiklah kita selalu mengingat dalam pikiran kita semua kemurahan yang dinyatakan Tuhan kepada kita;  air mata disapu-Nya, penyakit disembuhkan-Nya, segala kecemasan dihalau, rasa takut dienyahkan, kekurangan-kekurangan dicukupkan, kemurahan dicurahkan dengan demikian menguatkan diri kita sendiri menghadapi segala sesuatu yang ada di depan kita melalui  perjalanan kita yang sisa.

Bagaimanapun kita harus memandang ke depan kepada kesusahan-kesusahan baru di dalam perjuangan yang akan datang, namun dapatlah kita melihat atas apa yang telah lalu sama seperti melihat masa yang akan datang seraya berkata: “Biarlah dari besi dan dari tembaga palang pintumu, selama umurmu kiranya kekuatanmu.” (Ulangan 33:25). Ujian tidaklah lebih berat daripada kekuatan yang diberi kepada kita untuk menanggungnya. Oleh karena itu marilah kita kerjakan pekerjaan kita di mana pun kita mendapatnya, yakin walau apa pun yang akan terjadi, kekuatan yang sebanding dengan ujian itu akan diberikan.
Dan kelak pintu surga pun akan dibukakan supaya anak-anak Allah dapat masuk, dan dari bibir Raja kemuliaan berkat akan diucapkan serta sampai di telinga bagi musik yang merdu: “Marilah, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (Matius 25:34).
Maka orang yang ditebus itu akan disambut masuk ke dalam kediaman yang telah disediakan Yesus bagi mereka itu. Di sana mereka tidak lagi bergaul dengan orang dunia yang hina, pendusta penyembah berhala, yang najis, dan orang yang kurang percaya; mereka itu akan bergaul dengan orang-orang yang telah menyusahkan mereka di atas bumi ini dilenyapkan oleh darah Kristus, lalu kebesaran dan kecemerlangan sinar matahari, diberikan kepada mereka, jauh lebih berharga daripada kemuliaan lahiriah. Mereka tanpa cacat cela berada di hadapan takhta Allah yang besar dan putih, menikmati keagungan dan kesempatan-kesempatan baik daripada malaikat-malaikat.

Melihat warisan mulia yang dapat dimilikinya, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai pengganti nyawanya?” (Matius 16:26). Mungkin dia miskin, namun di dalam dirinya dia memiliki satu kekayaan dan kemuliaan yang tidak akan pernah dapat diberikan dunia ini. Jiwa ditebus dan disucikan dari dosa, dengan semua kuasa-Nya yang mulia dibaktikan untuk melayani Allah, adalah tidak ternilai harganya; maka terdapatlah satu kegembiraan di surga di hadapan hadirat Allah dan malaikat-malaikat yang suci karena satu jiwa yang telah ditebus, satu kesukaan yang dinyatakan di dalam lagu-lagu kemenangan yang kudus.



KEBAHAGIAAN SEJATI BAB 12 "MEMAHAMI AKAN KETERBATASANMU"


                                              MEMAHAMI AKAN KETERBATASANMU

Banyak orang, terutama orang-orang yang masih muda dalam kehidupan Kristen, sering gelisah karena hasutan keragu-raguan. Di dalam Alkitab banyak terdapat hal-hal yang tidak dapat mereka terangkan atau pun dipahami, dan Setan  menggunakan ini menggoncangkan iman mereka atas Alkitab itu sebagai satu Wahyu yang datang dari Tuhan. Mereka bertanya: Bagaimanakah saya dapat mengetahui jalan yang benar? Jika Alkitab itu sesungguhnya Firman Tuhan, bagaimanakah saya dapat dibebaskan dari kebimbangan dan kebingungan?”
Allah tidak pernah meminta kita mempercayai, tanpa memberikan bukti yang cukup atas mana iman kita didasarkan. Adanya Allah, tabiat-Nya, kebenaran Firman-Nya, semuanya telah diteguhkan melalui kesaksian yang menarik pikiran kita, dan kesaksian semacam ini berlimpah-limpah adanya. Namun demikian Tuhan Allah tidak pernah menjauhkan kemungkinan bimbang. Iman kita haruslah dialaskan atas bukti, bukanlah di atas pertunjukan. Orang-orang yang ingin bimbang mempunyai kesempatan untuk itu, sedangkan orang-orang yang sungguh-sungguh ingin mengetahui kebenaran akan memperoleh banyak bukti-bukti atas mana mereka taruh iman mereka.
Mustahil sekali pikiran yang terbatas dengan sepenuhnya memahami semua sifat pekerjaan Allah yang tiada batasnya itu. Bagi pikiran yang cerdas sekalipun, otak yang dididik setinggi-tingginya, kepadanya Allah masih tetap harus merupakan rahasia. “Dapatkah engkau memahami hakikat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan yang Mahakuasa? Tingginya seperti langit--apa yang dapat kau lakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati--apa yang dapat kau ketahui?” (Ayub 11:7,8).
Rasul Paulus berkata seperti berikut: “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” (Roma 11:33). Tetapi walaupun Awan dan kekelaman ada di sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.” (Mazmur 97:2). Kita dapat memahami tindakan-Nya terhadap kita, dan motif yang menggerakkan-Nya, supaya kita dapat melihat kasih dan kemurahan yang begitu agung itu dipadukan dengan kuasa yang tiada batasnya. Kita dapat memahami maksud-maksud-Nya sejauh yang kita perlu kita tahu untuk kebaikan kita; dan lebih daripada itu kita harus percaya pada tangan Yang Mahakuasa, hati yang penuh dengan kasih itu.
Firman Tuhan, sama seperti sifat Ilahi pengarangnya, mengandung rahasia-rahasia yang tidak akan pernah dapat dipahami sepenuhnya, oleh makhluk yang fana. Masuknya dosa ke dalam dunia ini, penjelmaan Kristus, pembaruan, kebangkitan dan banyak lagi pokok-pokok lainnya yang dinyatakan di dalam Alkitab, adalah merupakan rahasia-rahasia yang teramat dalam bagi pikiran manusia untuk menerangkannya, atau pun mengerti sepenuhnya. Tetapi kita tidak mempunyai alasan untuk meragu-ragukan Firman Allah karena kita tidak mengerti rahasia-rahasia takdir-Nya. Di dunia ini pun kita selalu dikelilingi oleh rahasia-rahasia yang tidak dapat kita selami. Bentuk-bentuk kehidupan yang paling rendah sekalipun merupakan satu persoalan yang para ahli filsafat pun tidak mampu menerangkannya. Di mana-mana terdapat keajaiban-keajaiban yang di luar kemampuan kita. Apakah kita masih merasa heran menemukan bahwa di dalam dunia rohani juga terdapat rahasia (misteri) yang tidak dapat kita duga dalamnya? Kesulitannya terletak semata-mata di dalam kelemahan dan kepicikan pikiran manusia. Tuhan Allah telah memberikan kepada kita di dalam Kitab Suci bukti yang cukup dari hal sifat-sifat Ilahi Firman itu, maka kita pun tidaklah patut meragukan Firman-Nya hanya karena kita tidak dapat memahami semua rahasia takdir-Nya.

Rasul Petrus mengatakan bahwa ada terdapat di dalam Kitab Suci “dalam surat-surat-Nya itu ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutar balikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri.” (2 Ptr. 3:16). Hal-hal yang sulit di dalam Kitab Suci itulah yang digunakan oleh orang-orang yang bimbang sebagai alasan menyerang Alkitab; tetapi sebaliknya, ayat-ayat itu menjadi bukti yang kuat bahwa datangnya adalah dari Tuhan. Jika ayat-ayat itu tidak ada hubungannya dengan Allah melainkan kita dapat memahaminya dengan gampang saja; jika kebesaran dan kemuliaan-Nya dapat dijangkau oleh pikiran fana, maka Alkitab itu tidak mendapat pengakuan yang tidak dapat disangsikan lagi berasal dari Ilahi. Kemuliaan besar dan rahasia dari pada tema yang dihadapkan seharusnya menimbulkan iman atasnya sebagai Firman Allah.
Alkitab membukakan kebenaran itu dengan kesederhanaan dan dengan satu penyesuaian yang sempurna terhadap keperluan-keperluan dan kerinduan hati umat manusia, yang telah menakjubkan serta memikat pikiran orang-orang yang paling tinggi budi bahasanya, sementara orang-orang yang sederhana pikirannya dapat menyelidiki jalan keselamatan itu. Namun segala kebenaran yang dituturkan dengan sederhana ini mencakup hal-hal yang begitu tinggi, dengan jangkauannya yang begitu jauh, yang melampaui kuasa daya pengertian manusia, supaya kita dapat menerimanya hanya karena Allah telah menyatakannya. Oleh karena itulah rencana keselamatan ditaruh di hadapan kita dengan terbuka, supaya tiap-tiap jiwa dapat melihat langkah-langkah yang hendak diambilnya dalam pertobatan kepada Allah dan iman di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, supaya diselamatkan di dalam jalan yang telah disediakan Tuhan Allah; tetapi di bawah segala kebenaran ini, yang dengan mudah dipahami, terdapatlah rahasia-rahasia yang menutupi kemuliaan-Nya, rahasia-rahasia yang melebihi kuasa pikiran di dalam menyelidiknya, namun demikian mengilhami pencari kebenaran yang sungguh-sungguh dengan kemuliaan dan iman. Semakin diselidikinya Alkitab semakin dalam keyakinannya bahwa itulah Firman Allah yang hidup, dan pertimbangan manusia tunduk di hadapan kenyataan kemuliaan Ilahi.
Dengan mengaku bahwa kita tidak dapat mengerti betul kebenaran-kebenaran besar Kitab Suci itu berarti semata-mata mengakui bahwa pikiran yang terbatas ini tidak mampu menjangkau yang tidak terbatas bahwa manusia dengan pengetahuan yang terbatas tidak dapat mengerti maksud-maksud Allah Yang Mahatahu.
Karena mereka tidak dapat mengalami semua rahasia-rahasia itu, orang yang bimbang dan orang yang tidak percaya menolak Firman Allah; dan tidak semua orang yang mengaku percaya kepada Alkitab lepas dari bahaya ini. Rasul berkata: “Waspadalah hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup” (Ibrani 3:12). Ada baiknya mempelajari dengan rajin ajaran-ajaran Kitab Suci serta menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” sejauh yang dinyatakan di dalam Kitab Suci. (1 Korntus 2:10).  Sementara “hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita.” (Ulangan 29:29). Tetapi Setan bekerja mengacaukan kuasa menyelidik manusia itu. Keangkuhan-keangkuhan tertentu dicampur adukkan dengan pertimbangan akan kebenaran Alkitab, supaya dengan demikian orang merasa tidak sabar dan ditaklukkan jika mereka tidak dapat menerangkan setiap bagian Kitab Suci dengan memuaskan mereka. Mereka malu mengaku bahwa mereka tidak mengerti Firman yang diilhamkan itu. Mereka kira bahwa tanpa dibantu mereka akan mampu dan cukup bijaksana memahami Kitab Suci, lalu setelah gagal, maka mereka sesungguhnya menyangkal kuasa-Nya. Memang benar bahwa banyak teori dan doktrin populer yang disangka berasal dari Kitab Suci padahal tidak mempunyai dasar sama sekali, dan bahkan sesungguhnya berlawanan dengan perkataan yang diilhamkan Tuhan itu. Hal-hal semacam inilah menjadi penyebab kebimbangan dan kekacauan terhadap banyak pikiran. Bagaimanapun, sebenarnya segala pengajaran serupa ini janganlah disalahkan kepada Firman Allah, melainkan kepada kekacauan yang dibuat manusia itu sendiri.

Jika mungkin makhluk yang diciptakan itu mencapai satu pengertian yang penuh mengenai Allah dan segala perbuatan-Nya, maka setelah mencapai titik pengetahuan seperti ini, tiada akan ada lagi bagi mereka penemuan kebenaran yang lebih lanjut, tiada pertumbuhan pengetahuan lagi, tiada lagi perkembangan pikiran atau hati untuk selanjutnya. Maka Allah tidak berkuasa lagi; dan manusia dengan tercapainya batas pengetahuannya, akan berhenti dan tidak maju lagi. Marilah kita mengucapkan syukur kepada Tuhan sebab hal yang demikian tidak terjadi. Allah tiada batasnya, di dalam “Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” (Kolose 2:3). Sampai selama-lamanya manusia mungkin menyelidik, belajar, dan tidak akan pernah dapat menghabiskan perbendaharaan hikmat-Nya, kebaikan-Nya, dan kuasa-Nya.
Allah berniat bahwa di dalam hidup ini pun kebenaran-kebenaran Firman-Nya akan senantiasa dibukakan kepada umat-Nya. Hanya ada satu jalan dalam mana pengetahuan itu dapat dicapai. Kita dapat mencapai satu pengertian dari hal Firman Allah hanyalah melalui penerangan yang diberikan Roh, yang menyampaikan Firman itu. “Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia?” “Sebab Roh menyelidik segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah”
(1 Korintus 2:11,10). Dan janji Juruselamat kepada pengikut-pengikut-Nya ialah: “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; ...Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Yohanes 16:13,14).
Allah mau supaya manusia itu menggunakan kuasa berpikirnya; dan hal mempelajari Alkitab itu akan menguatkan dan meninggikan pikiran, sebagaimana yang tidak dapat diberikan oleh pelajaran-pelajaran lain. Namun kita harus tetap waspada supaya jangan mendewa-dewakan akal pikiran, yang tunduk kepada kelemahan dan kekurangan manusia itu. Jika kita tidak menghendaki Kitab Suci terselubung dari pengertian kita, sehingga kebenaran-kebenaran yang paling jelas tidak akan dipahami, kita harus mempunyai ketulusan dan iman seperti yang dipunyai anak kecil yang bersedia belajar dan memohon bantuan Roh Kudus. Satu perasaan akan kuasa dan hikmat Allah, dan ketidakmampuan kita memahami kebesaran-Nya, harus menggerakkan kita dengan kerendahan hati, dan kita harus membuka Firman-Nya, sebagaimana kita masuk ke dalam hadirat-Nya disertai kesucian yang menggetarkan. Kalau kita datang kepada Alkitab, maka akal budi kita haruslah mengakuinya sebagai satu kuasa yang tertinggi, hati dan pikiran harus tunduk kepada AKU ADA yang Mahabesar itu.
Ada banyak perkara-perkara yang kelihatannya sulit atau samar-samar, yang akan dibuat Allah menjadi terang dan sederhana bagi orang-orang yang mencari satu pengertian dari halnya. Tetapi tanpa bantuan Roh Kudus kita selalu mungkin memutar balikkan Kitab Suci atau salah menafsirkannya. Banyak pembacaan Alkitab yang tidak mendatangkan faedah dan di dalam banyak hal justru mendatangkan bencana. Apabila Firman Allah dibuka tanpa doa dan hormat; dan bila pikiran dan keinginan hati tidak ditetapkan kepada Allah atau belum sesuai dengan kehendak-Nya, maka pikiran itu digelapi kebimbangan; maka di dalam mempelajari Alkitab seperti itu, keragu-raguan pun semakin bertambah kuat. Musuh kebenaran menguasai pikiran serta menyuguhkan tafsiran-tafsiran yang tidak benar. Apabila orang tidak berusaha mencari hubungan yang harmonis dengan Allah di dalam iman dan perbuatan, betapapun terpelajarnya mereka, ada kemungkinan mereka akan salah dalam pengertian dari hal Kitab Suci, dan tidak selamat mempercayai penjelasan-penjelasan mereka itu. Orang-orang yang mencari-cari salah di dalam Kitab Suci, tidak mempunyai pandangan rohani. Dengan pandangan yang sudah dikacaukan mereka akan melihat banyak sebab musabab untuk ragu-ragu dan tidak percaya di dalam perkara-perkara yang sebenarnya jelas dan mudah.

Betapapun mereka menyembunyikannya, sebab yang sesungguhnya mengenai kebimbangan  dan ragu-ragu ini, pada umumnya ialah kasih terhadap dosa. Pengajaran-pengajaran dan larangan-larangan dalam Firman Allah tidak diindahkan oleh hati yang sombong, hati yang masih mencintai dosa, dan orang-orang yang tidak mau menurut perintah Firman itu sudah siap untuk menyangsikan kuasa-Nya. Supaya dapat sampai kepada kebenaran itu kita harus mempunyai satu kerinduan yang tulus untuk mengetahui kebenaran dan satu hati yang sudi menurutinya. Dan semua orang yang datang dengan roh seperti ini untuk mempelajari Kitab Suci akan mendapat bukti yang berlimpah-limpah bahwa itulah Firman Allah, dan mereka dapat memperoleh satu pengertian terhadap kebenaran-kebenaran yang membuat mereka bijaksana menuju keselamatan.
Kristus telah berfirman: “Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.” Yohanes 7:17. Daripada mencela dan menanyakan dari hal yang tidak engkau pahami, turutlah sinar yang sudah bersinar atasmu, maka engkau akan mendapat terang yang lebih besar lagi. Dengan anugerah Kristus, lakukanlah tiap-tiap kewajiban yang telah dijelaskan dalam pengertianmu, sehingga engkau akan lebih mampu mengerti dan melaksanakan perkara-perkara yang kau sangsikan sekarang.
Ada satu bukti yang terbuka bagi semua orang-kepada orang yang paling terdidik dan kepada orang yang paling buta huruf--bukti pengalaman. Allah mengundang kita supaya membuktikan bagi diri kita sendiri realitas Firman-Nya, dan kebenaran janji-janji-Nya. Disuruh-Nya kita: “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” Mazmur 34:9. Daripada kita bergantung kepada perkataan orang lain, marilah kita rasai untuk diri kita sendiri. Dia juga berkata: “Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu” (Yohanes 16:24). Janji-janji-Nya akan ditepati. Firman itu tidak pernah gagal. Apabila kita semakin dekat kepada Yesus, dan bergembira atas kesempurnaan kasih-Nya, maka kebimbangan dan kegelapan kita akan dilenyapkan di dalam terang hadirat-Nya.
Rasul Paulus mengatakan bahwa Allah “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih” (Kolose 1:13). Maka tiap-tiap orang yang sudah dilewatkan dari mati menuju hidup kekal mampu memeteraikan, bahwa Allah benar adanya. (Yohanes 3:33.)  Dia dapat memberikan kesaksian: “Saya memerlukan pertolongan, dan saya mendapatinya di dalam Yesus. Segala keperluan sudah dipenuhi, jiwaku yang lapar telah dipuaskan; dan sekarang bagi saya Alkitab adalah Wahyu dari Yesus Kristus. Apakah engkau bertanya mengapa saya mempercayai Yesus? Karena Dia Juruselamat Ilahi bagiku. Mengapa saya mempercayai Alkitab? Karena di situlah kudapati suara Allah yang berbicara kepada jiwaku.” Kita mungkin mempunyai kesaksian diri kita sendiri bahwa Alkitab itu benar, bahwa Kristus itulah Anak Allah. Kita tahu bahwa kita bukanlah mengikat tipu daya cerita dongeng.
Rasul Petrus menasihatkan saudara-saudaranya supaya “bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat.” (2 Petrus 3:18). Apabila umat Allah bertumbuh di dalam anugerah, maka mereka tetap memperoleh satu pengertian yang jernih mengenai Firman-Nya itu. Mereka akan melihat terang yang baru dan indah di dalam kebenaran-kebenarannya yang kudus. Hal ini telah dibenarkan sejarah gereja dari abad ke abad, dan justru itulah yang akan terus berlanjut sampai pada hari kiamat. “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.” (Amsal 4:18).

Dengan iman kita dapat memandang kepada akhir zaman dan memegang janji Allah untuk pertumbuhan pikiran, kemampuan manusia di padukan dengan Ilahi, dan setiap kuasa jiwa dihubungkan langsung dengan sumber terang itu. Kita dapat bergembira karena segala yang telah menggelisahkan kita di dalam segala takdir Allah kemudian akan dijelaskan, perkara-perkara yang tadinya amat susah dipahami akan mendapat penjelasan; yang dengan pikiran kita yang terbatas ini semuanya serba kacau dan tiada mempunyai maksud tujuan, kita akan melihat keharmonisan yang amat sempurna dan indah. “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang kau hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1 Korintus 13:12).







KEBAHAGIAAN SEJATI BAB 11 "KUNCI KEPADA HARTA YANG TAK TERBATAS"


                                       KUNCI KEPADA HARTA YANG TAK TERBATAS

Melalui alam dan wahyu, melalui pimpinan-Nya, dan dengan pengaruh Roh Kudus, Allah berbicara kepada kita. Tetapi tidak cukup hanya dengan ini saja, kita juga perlu membuka hati kita kepada-Nya. Untuk memperoleh kekuatan kehidupan rohani, kita harus mempunyai hubungan yang betul dengan Bapa kita yang di surga. Pikiran kita mungkin dapat ditarik pada-Nya, kita dapat merenungkan segala pekerjaan-Nya, kemurahan-Nya, berkat-berkat-Nya; tetapi ini bukanlah berarti sudah berhubungan betul dengan Dia. Supaya berhubungan dengan Allah kita harus mempunyai sesuatu yang hendak kita katakan pada-Nya mengenai hidup kita yang sebenarnya.
Doa adalah membuka hati kepada Allah seperti kepada seorang sahabat. Doa itu perlu bukan karena supaya Allah mengetahui keadaan kita sebenarnya, melainkan untuk menyanggupkan kita menerima Dia. Doa bukanlah membawa Allah turun kepada kita, melainkan membawa kita kepada-Nya.
Ketika Yesus masih berada di atas dunia ini, diajar-Nya murid-Nya bagaimana cara berdoa. Disuruh-Nya murid-murid itu mengajukan keperluan mereka sehari-hari ke hadapan Allah dan menyerahkan segala keluh kesah mereka kepada-Nya. Diberikan-Nya jaminan kepada mereka bahwa permohonan-permohonan mereka akan didengar, demikian pula jaminan yang diberikan kepada kita.
Yesus sendiri, ketika Dia berada di antara manusia, sering berdoa. Juruselamat kita menyamakan diri-Nya sendiri dengan keperluan dan kelemahan-kelemahan kita, dengan demikian Dia menjadi seorang pemohon, mencari kekuatan dari Bapa-Nya, supaya Dia dapat muncul dengan kekuatan menghadapi tugas dan pencobaan. Dialah teladan kita di dalam segala kelemahan kita, “Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15), tetapi sebagai yang tidak berdosa, sifat-Nya mual terhadap kejahatan; Dia menahan pergumulan-pergumulan dan siksaan jiwa di dalam satu dunia yang penuh dosa. Sebab Dia  dalam keadaan manusia maka doa merupakan keperluan yang penting. Dia memperoleh penghiburan dan kegembiraan dalam perhubungan dengan Bapa-Nya. Dan jika Juruselamat manusia, Anak Allah, merasakan perlunya doa itu, betapa lagi kita orang yang lemah, fana dan berdosa amat memerlukan doa yang tekun dan tetap!
Bapa kita yang di surga menanti untuk mencurahkan kepada kita segala berkat-Nya. Hak kitalah mereguk sebanyak-banyaknya dari pancaran kasih yang tiada batasnya itu. Herannya ialah kita berdoa terlalu sedikit! Allah bersedia dan mau mendengar doa yang tulus dari anak-anak Allah yang rendah hati, namun masih juga banyak yang enggan dari antara kita menyatakan keperluan kita kepada Allah. Bagaimanakah anggapan-anggapan malaikat surga terhadap makhluk manusia yang lemah dan tidak berdaya, yang selalu dalam pencobaan, bila Allah yang mempunyai kasih yang tiada batasnya rindu kepada mereka, siap memberikan lebih banyak daripada yang dapat mereka minat atau pikirkan, namun demikian mereka itu amat sedikit berdoa dan imannya begitu kerdil? Malaikat-malaikat di hadapan Allah, mereka gemar dekat hadirat-Nya. Mereka menganggap hubungan dengan Allah sebagai kegembiraan yang paling tinggi, sedangkan anak-anak dunia, yang sangat memerlukan pertolongan yang hanya Allah sendiri dapat berikan, kelihatannya puas berjalan tanpa terang Roh Kudus, yaitu persekutuan dengan hadirat-Nya.

Kegelapan yang berasal dari si jahat akan menudungi orang-orang yang lalai berdoa. Bisik-bisik penggodaan musuh itu akan membujuk mereka berbuat dosa, dan semuanya ini karena mereka tidak menggunakan kesempatan yang telah diberikan Allah kepada mereka dalam doa yang telah ditentukan Ilahi itu. Mengapa anak-anak lelaki dan perempuan Allah merasa enggan berdoa, sedangkan doa itu adalah kunci iman untuk membuka perbendaharaan surga, di mana terdapat segala harta Allah yang Mahakuasa itu? Tanpa doa yang tekun dan waspada kita berada di dalam bahaya, semakin kurang berhati-hati dan menyimpang dari jalan kebenaran. Setan selalu berusaha terus menghalang-halangi jalan menuju takhta kemurahan itu, supaya kita tidak dapat dengan permohonan yang sungguh-sungguh dan iman memperoleh anugerah dan kuasa melawan pencobaan.
Ada beberapa syarat-syarat tertentu atas mana kita dapat mengharapkan bahwa Allah akan mendengar dan menjawab doa-doa kita. Salah satunya ialah merasa bahwa kita memerlukan pertolongan dari pada-Nya. Dia berjanji: “Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering” (Yesaya 44:3). Barang siapa yang lapar dan dahaga akan kebenaran, yang rindu kepada Tuhan, dapatlah merasa pasti bahwa mereka akan dikenyangkan. Hati haruslah dibuka terhadap pengaruh Roh Kudus, kalau tidak, berkat Tuhan tidak akan dapat diterima.
Keperluan kita yang besar saja merupakan alasan dan memohon dengan amat sangat demi kepentingan kita. Tetapi kita harus mencari Tuhan untuk melakukan perkara-perkara ini bagi kita. Kata-Nya,  “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu,” dan “Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” Matius 7:7; Roma 8:32.
Jika kita berpaling kepada kejahatan, jika kita bergantung kepada sesuatu dosa yang kita tahu, maka Tuhan tidak akan mendengar kita; tetapi doa orang yang menyesal dan bertobat dan hancur hati selalu diterima. Jika semua yang diketahui salah telah diluruskan, barulah kita boleh percaya bahwa Allah akan menjawab segala permohonan kita. Jasa kita tidak akan pernah memujikan kita supaya berkenan di hadapan Allah; hanya kebajikan Yesus yang menyelamatkan kita, darah-Nya yang akan menyucikan kita; namun memenuhi syarat-syarat penerimaan.
Unsur lain lagi supaya doa kita diterima ialah iman. “Sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Ibrani 11:6. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Markus 11:24. Percayakah kita kepada firman-Nya?
Jaminan itu luas dan tiada batasnya, dan Dia yang berjanji itu setiawan adanya. Apabila kita belum menerima pada waktunya perkara-perkara yang kita mohonkan, baiklah kita senantiasa yakin bahwa Tuhan mendengar dan akan menjawab doa-doa kita. Pandangan kita pendek dan kita pun amat banyak salah sehingga kadang-kadang kita memohon hal-hal yang tidak menjadi satu berkat bagi kita, dan Bapa kita yang di surga dengan kasih menjawab doa-doa kita dengan memberikan kepada kita yang terbaik yang pasti kita sendiri akan merindukannya apabila dengan pandangan yang diterangi terang Ilahi, kita dapat melihat segala perkara sebagaimana adanya. Apabila doa-doa kita rupanya tidak dijawab, baiklah kita berpaut pada janji itu; karena akan tiba waktunya untuk dijawab, dan kita akan menerima berkat yang amat kita perlukan. Tetapi menuntut supaya doa dijawab dengan cara tertentu dan sebagaimana yang kita inginkan, adalah merupakan iman tanpa alasan benar. Allah amat bijaksana sehingga tidak mungkin berbuat salah, dan terlalu berkemurahan untuk menahankan sesuatu perkara yang baik dari mereka yang berjalan dalam kebenaran. Oleh karena itu janganlah takut berharap pada-Nya walaupun engkau tidak segera mendapat jawab atas doa-doamu. Bergantunglah pada janji-Nya: “Mintalah maka akan diberikan kepadamu.”

Jika kita mengikuti kebimbangan dan ketakutan-ketakutan kita, atau mencoba menyelesaikan segala sesuatu yang tidak dapat kita lihat dengan jelas, sebelum kita mempunyai iman, maka kekacauan sajalah yang akan bertambah dan mendalam. Tetapi jika kita datang kepada Tuhan, merasa tiada daya dan bergantung kepada-Nya, sebagaimana adanya kita, dan di dalam rendah hati, iman yang tulus dan berharap menyatakan segala keperluan kiat kepada Dia yang mempunyai pengetahuan tiada batasnya, yang melihat segala sesuatu di dalam penciptaan, dan yang memerintah segala sesuatu menurut kehendak-Nya, Dia dapat dan mendengar seruan kita, dan memperkenankan terang itu menyinari hati kita. Melalui doa yang sungguh kita dibawa berhubungan dengan pikiran yang tiada batasnya itu. Mungkin kita tidak mempunyai bukti yang luar biasa pada ketika wajah Kristus memandang kepada kita dalam kasih dan kelemahlembutan, tetapi demikianlah adanya. Mungkin kita tidak merasakan pegangan tangan-Nya, tetapi tangan-Nya ada di atas kita dalam kasih dan belas kasihan.
Apabila kita datang memohon kemurahan dan berkat dari Allah kita harus mempunyai satu roh kasih dan keampunan di dalam hati kita sendiri. Bagaimanakah kita dapat berdoa: “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami sudah mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” namun masih tetap tidak mau mengampuni? (Matius 6:12). Jika kita mengharapkan doa kita didengar maka kita harus mengampuni orang-orang lain dalam cara yang sama dan dalam ukuran yang sama sebagaimana kita harapkan diampuni.
Ketekunan dalam doa telah ditetapkan menjadi satu syarat penerimaan. Kita harus senantiasa  berdoa jika ingin bertumbuh dalam iman dan pengalaman. Kita harus “bertekun dalam doa” dan “berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.” Roma 12:12, Kolose 4:2. Rasul Petrus mengingatkan orang-orang percaya supaya, “tenang, supaya kamu dapat berdoa” (1 Ptr.4:7). Paulus langsung berkata: “Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapkan syukur” (Filipi 4:6). Tetapi kamu ini, hai kekasihku,” tulis Yudas, “Bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus” (Yudas 20). Doa yang tiada berkeputusan adalah perhubungan jiwa yang tetap dengan Allah, demikianlah hidup itu mengalir dari Allah masuk ke dalam kehidupan kita dan dari dalam kehidupan kita, kesucian dan kemurnian mengalir kembali kepada Allah.
Berdoa dengan rajin amat perlu; janganlah biarkan ada sesuatu yang merintangi engkau. Usahakanlah supaya tetap terpelihara hubungan yang terbuka antara Yesus dengan jiwamu pergi ke tempat yang biasanya doa dilayangkan: Semua orang yang sungguh-sungguh mencari hubungan dengan Allah akan hadir di dalam perbaktian doa, setia mengerjakan pekerjaan mereka, serta sungguh-sungguh rindu memetik segala keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh-Nya. Mereka akan menggunakan setiap kesempatan sebaik-baiknya dengan menempatkan diri di tempat di mana mereka dapat memperoleh berkas sinar dari surga.
Kita harus berdoa dalam lingkungan keluarga; dan di atas semuanya itu seharusnya kita jangan lupa berdoa sendirian; karena inilah kehidupan jiwa. Jiwa mustahil dapat tumbuh kalau doa dilalaikan. Doa dalam keluarga dan doa di hadapan orang banyak tidaklah cukup. Di tempat yang sepi biarlah jiwa itu ditaruh terbuka di hadapan pemeriksaan pemandangan Allah. Doa tersembunyi itu hendaklah hanya di dengar Allah yang mendengar doa. Janganlah telinga lain mendengar beban permohonan serupa itu. Di dalam doa sendirian jiwa bebas dari segala pengaruh-pengaruh sekelilingnya, bebas dari keributan. Dengan tenang, tekun, doa itu sampai kepada Allah. Kematian dan kekekalanlah pengaruh yang terbit dari Dia yang memandang dalam tempat yang tersembunyi dan yang telinga-Nya terbuka mendengarkan doa yang terbit dari hati. Dengan tenang dan dengan iman yang tulus ikhlas jiwa berhubungan dengan Allah serta mengumpulkan kepadanya sinar terang Ilahi untuk menguatkan serta menegakkannya di dalam pergumulan melawan Setan. Tuhanlah benteng kekuatan kita.
Berdoalah di dalam kamarmu: demikianlah pula ketika engkau berangkat menuju pekerjaanmu sehari-hari biarlah hatimu sering diangkat kepada Allah. Dengan demikianlah Henokh berjalan bersama Allah. Doa sendirian ini bangkit bagaikan bau-bauan yang harum di hadapan takhta kemurahan. Setan tidak dapat menaklukkan orang yang hatinya selalu berharap pada Allah.

Tiada tempat dan waktu yang tidak cocok untuk menghadapkan satu permohonan kepada Allah. Tiada sesuatu yang dapat mencegah kita daripada mengangkat hati kita di dalam doa yang sungguh-sungguh. Di jalan-jalan yang ramai, di tengah-tengah segala kesibukan dagang, kita dapat melayangkan sebuah permohonan kepada Allah, memohon bimbingan Ilahi, seperti yang telah dilakukan Nehemia ketika dia mengadakan permohonan di hadapan Raja Artahsasta. Satu hubungan yang intim dapat diperoleh di mana pun kita berada. Kita harus mempunyai hati yang senantiasa terbuka dengan doa yang selalu dilayangkan supaya Yesus dapat datang dan tinggal sebagai tamu surga di dalam jiwa.
Meskipun ada suasana kotor dan korup di sekeliling kita, kita tidak usah menapaskan suasana udara buruk semacam itu, melainkan kita boleh hidup di dalam suasana udara surga yang bersih. Kita dapat mengatupkan pintu bagi angan-angan hati yang kotor serta pikiran yang kotor dengan jalan mengangkat jiwa kehadirat Allah melalui doa yang sungguh. Orang-orang yang hatinya terbuka menerima bantuan berkat Allah akan berjalan dalam suasana yang lebih kudus dari pada suasana dunia ini, serta akan mempunyai hubungan yang tetap dengan surga.
Kita memerlukan pandangan-pandangan yang lebih jelas lagi mengenai Yesus dan pengertian yang lebih dalam dari hal nilai perkara-perkara yang benar dan kekal. Keindahan kesucian memenuhi hati anak-anak Allah; supaya ini dapat terlaksana, kita harus berusaha supaya perkara-perkara surga dinyatakan kepada kita.
Biarlah jiwa diulurkan dan ditinggikan supaya Allah memberi kepada kita napas suasana surgawi. Kita dapat jadi begitu dekat kepada Tuhan sehingga dalam tiap-tiap godaan yang sekonyong-konyong pikiran kita akan berpaling pada-Nya dengan sendirinya seperti bunga berpaling kepada matahari.
Bawalah segala kekurangan-kekuranganmu, kegembiraan-kegembiraanmu, dukacitamu, segala keluh kesahmu, dan ketakutanmu ke hadapan Allah. Engkau tidak dapat memberkati Dia, engkau tidak dapat memenatkan Dia. Dia yang menghitung jumlah rambut di kepalamu tidaklah bersikap masa bodoh kepada keperluan-keperluan anak-anak-Nya.” .... karena Tuhan Maha Penyayang dan penuh belas kasihan.” (Yakobus 5:11). Hati-Nya yang penuh kasih terjamah oleh dukacita kita, bahkan kepada ucapan kita mengenai hal itu. Bawalah kepada-Nya segala sesuatu yang membingungkan pikiran. Tiada yang terlalu besar untuk ditanggungnya, karena  Dia yang memerintah semesta alam. Tiada sesuatupun yang menyangkut kedamaian kita yang terlalu gelap untuk dibaca-Nya; tiada kesukaran yang terlalu kecil untuk diperhatikan-Nya; tiada kesukaran yang terlalu sulit di selesaikan-Nya, tiada kebimbangan yang menyusahkan jiwa, tiada kegembiraan yang menyenangkan, tiada doa yang sungguh-sungguh diucapkan bibir, yang tidak diperhatikan Bapa yang di surga, atau yang tidak segera diperhatikan-Nya. “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.” (Mazmur 147:3). Hubungan antara Allah dengan tiap-tiap jiwa adalah jelas dan sempurna seperti tiada lagi jiwa yang lain di dunia ini untuk menikmati penjagaan-Nya, tiada jiwa yang lain untuk mana Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal itu.
Yesus berkata: “Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah” (Yohanes 16:26,27).  “Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu” (Yohanes 15:16). Tetapi berdoa di dalam nama Yesus adalah sesuatu yang lebih daripada hanya menyebutkan Nama itu pada permulaan dan akhir sebuah doa. Berdoa dalam nama Yesus artinya berdoa dalam roh dan pikiran Yesus, sementara itu kita percaya atas janji-janji-Nya, bergantung kepada rahmat-Nya serta mengerjakan pekerjaan-Nya.

Tuhan tidak bermaksud supaya ada di antara kita menjadi petapa atau menjadi rahib dan mengasingkan diri dari dunia dalam usaha membaktikan diri kita sendiri untuk mengerjakan ibadah. Kehidupan itu haruslah seperti hidup Kristus-- antara gunung dan khalayak ramai. Orang yang pekerjaannya tiada selain berdoa saja akan segera berhenti berdoa, atau doa-doanya akan menjadi sekadar rutin saja. Bila orang menjauhkan diri mereka sendiri dari kehidupan sosial, menjauh dari lingkungan kewajiban orang Kristen dan tidak suka mengangkat salib itu; apabila mereka berhenti bekerja dengan sungguh-sungguh untuk Tuhan, yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh bagi mereka, mereka kehilangan unsur doa dan tidak mempunyai pendorong kepada perbaktian. Doa-doa mereka akan menjadi bersifat pribadi dan hanya mementingkan diri sendiri saja. Mereka tidak dapat berdoa untuk keperluan umat manusia atau membangun kekuatan yang membuat mereka dapat bekerja.
Kita rugi apabila kita melalaikan kesempatan berkumpul bersama-sama untuk menguatkan dan saling memberanikan di dalam bekerja bagi Allah. Kebenaran-kebenaran Firman-Nya kehilangan terang dan kepentingannya di dalam pikiran kita. Hati kita berhenti diterangi dan dibangkitkan oleh pengaruhnya yang menyucikan, dan di dalam kerohanian kita menjadi mundur. Di dalam pergaulan kita selaku orang-orang Kristen kita kekurangan sekali akan simpati satu dengan yang lain. Orang yang tidak suka bergaul dengan orang lain tidak menggenapi kedudukan yang telah direncanakan Tuhan baginya. Pertumbuhan yang betul dari hal unsur-unsur sosial di dalam tabiat kita akan membawa kita ke dalam simpati terhadap orang lain, dan itu berarti satu jalan pertumbuhan dan kekuatan bagi kita di dalam melayani Allah.
Jika orang-orang Kristen bergaul bersama-sama, saling membicarakan dari hal kasih Allah dari hal kebenaran-kebenaran penebusan yang berharga, hati mereka sendiri akan disegarkan dan mereka akan saling menyegarkan hati. Tiap-tiap hari kita dapat belajar lebih banyak lagi dari hal Bapa kita yang di surga, memperoleh satu pengalaman yang segar dari rahmat-Nya; maka kita pun akan rindu berbicara tentang kasih-Nya; dan apabila kita memikir-mikirkan serta berbicara lebih banyak dari hal Yesus dan kurang mengenai diri sendiri, maka kita akan memperoleh lebih banyak lagi hadirat Tuhan itu.
Jika saja kita mau memikirkan Allah seperti seringnya kita lihat bukti pemeliharaan-Nya atas kita, maka kita harus selalu ingat Dia di dalam pikiran-pikiran kita, dan kita harus bergembira bercakap-cakap dengan Dia serta memuji Dia. Kita berbicara mengenai perkara-perkara yang bersifat sementara karena kita menaruh perhatian di dalamnya. Kita bercakap-cakap mengenai sahabat-sahabat kita sebab kita mengasihinya; suka-duka kita selalu terikat dengan mereka. Namun demikian, ada alasan yang lebih besar dan tiada batasnya untuk mengasihi Allah
daripada sahabat-sahabat kita di dunia ini; maka adalah hal yang sewajarnya di dalam dunia ini mendahulukan Dia di dalam segala sesuatu yang kita pikirkan, membicarakan dari hal kebaikan-Nya serta menceritakan dari hal kuasa-Nya. Pemberian yang diberikan Tuhan dengan limpahnya kepada kita bukanlah dimaksudkan menyerap pikiran-pikiran dan kasih kita begitu banyak sehingga kita tidak lagi mempunyai sesuatu untuk diberikan lagi kepada Allah; semuanya itu patut selalu mengingatkan kita pada-Nya dan mengikat kita di dalam tali kasih dan syukur kepada pemberi anugerah kita yang di surga itu. Kita terlalu dekat tinggal di dalam dataran rendah di dunia ini. Marilah kita mengangkat mata kita kepada pintu bait suci surga di atas yang terbuka, di mana terang kemuliaan Allah bersinar di wajah Kristus, yang “karena itu ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah.”(Ibrani 7:25). Kita perlu memuji Allah karena “mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia.” (Mazmur 107:8). Praktik peribadatan kita janganlah hendaknya hanya terdiri dari meminta dan menerima. Janganlah kita hanya memikirkan dari hal keperluan-keperluan kita saja pada hal tidak pernah memikirkan keuntungan yang telah kita terima; berdoa pun kita kurang sekali, bahkan sangat kurang mengucapkan syukur. Kita adalah penerima rahmat Allah yang tetap, namun masih terlalu sedikit rasa syukur yang kita tunjukkan, betapa sedikitnya pujian kita pada-Nya atas segala sesuatu yang telah dilakukan-Nya kepada kita.

Pada zaman dahulukala Tuhan memberi perintah kepada orang Israel ketika mereka berhimpun berbakti pada-Nya: “Di sanalah kamu makan di hadapan Tuhan, Allahmu, karena dalam segala usahamu engkau diberkati oleh Tuhan, Allahmu.” (Ulangan 12:7). Segala yang dilakukan demi kemuliaan Tuhan hendaklah dilakukan dengan penuh kegembiraan, dengan lagu pujian dan syukur, bukannya dengan murung dan hati yang sedih.
Allah kita lemah lembut, Bapa yang penuh kemurahan. Bakti kita kepada-Nya janganlah dipandang sebagai sesuatu yang menyedihkan dan menyusahkan hati. Berbakti kepada-Nya haruslah menjadi satu kegembiraan, demikian pula di dalam mengambil bagian di dalam pekerjaan-Nya. Allah tidak mau anak-anak-Nya, kepada siapa telah disediakan keselamatan yang begitu besar, bertindak seolah-seolah Dia seorang kepala kerja yang keras dan bengis. Dia adalah sahabat mereka yang terbaik, dan apabila mereka menyembah Dia, Dia berharap bersama-sama dengan mereka, untuk memberkati dan menghibur mereka, mengisi hati mereka dengan kegembiraan dan kasih. Allah menginginkan anak-anak-Nya mendapat penghiburan di dalam baktinya kepada Tuhan serta mencari di dalam pekerjaan-Nya lebih banyak kesukaan daripada kesengsaraan. Dia ingin supaya orang-orang yang datang berbakti pada-Nya kelak membawa pulang pikiran-pikiran yang mulia tentang penjagaan dan kasih-Nya, supaya mereka dapat kegembiraan di dalam pekerjaan hidup mereka sehari-hari, agar mereka dapat memperoleh anugerah bertindak jujur dan setiawan di dalam segala perkara.
Kita pun harus berkumpul di sekeliling salib itu. Kristus dan Dia yang sudah disalibkan itu haruslah menjadi pokok renungan, pokok percakapan, dan gelora hati yang paling penuh kesukaan. Kita harus ingat di dalam pikiran kita tiap-tiap berkat yang kita terima dari Tuhan, dan apabila kita seharusnya mau mempercayakan segala sesuatu ke dalam tangan yang telah terpaku di kayu palang karena kita.
Jiwa dapat naik lebih dekat ke surga dengan sayap-sayap pujian. Allah dipuja dengan lagu dan musik di surga, dan jika kita menyatakan rasa terima kasih kita. Kita mendekati kebaktian balatentara surga. “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku,” (Mazmur 50:23). Marilah dengan gembira memuji, datang kepada Khalik kita disertai “kegirangan dan sukacita.” (Yesaya 51:3).






KEBAHAGIAAN SEJATI BAB 10 "APAKAH PENDIDIKAN ANDA LENGKAP?"


                                              APAKAH PENDIDIKAN ANDA LENGKAP?

Banyak jalan yang di dalamnya Allah berusaha memperkenalkan diri-Nya kepada kita dan membawa kita ke dalam perhubungan dengan Dia. Alam berbicara kepada perasaan kita tanpa henti-hentinya. Hati yang terbuka akan diberi kesan dengan kasih dan kemuliaan Allah sebagaimana yang dinyatakan melalui ciptaan tangan-Nya. Telinga yang sudi mendengarkan dapat mendengar serta mengerti hubungan-hubungan Allah melalui benda-benda alam. Ladang-ladang yang hijau, pepohonan yang tinggi, kuntum bunga-bunga, awan yang lalu, hujan, sungai yang mengalir, kemuliaan-kemuliaan langit, berbicara ke dalam hati kita serta mengundang kita supaya berkenalan dengan Dia yang telah menciptakan sekaliannya itu.
Juruselamat kita menganyam pelajaran-pelajaran yang diberikan-Nya dengan benda-benda alam ini. Pepohonan, burung-burung, bunga-bunga di lembah, bukit-bukit, danau-danau, dan langit yang indah, begitu pula segala peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupan kita sehari-hari, semuanya di hubungkan dengan Firman kebenaran itu, supaya pelajaran-pelajaran yang diberikan-Nya senantiasa diingatkan pada pikiran, meski di tengah-tengah kesibukan hidup manusia itu.
Allah mau supaya anak-anak-Nya menghargai pekerjaan-Nya serta menyukai keindahan yang tenang dan sederhana, yang telah dijadikan-Nya menghiasi bumi kita ini, Dia penggemar keindahan, dan di atas segala keindahan secara luar itu Dia penggemar keindahan tabiat; Dia mau supaya kita mengusahakan kesucian dan kesederhanaan, sifat-sifat indah yang halus dari bunga-bunga itu.
Jika kita mendengar, segala ciptaan Tuhan akan mengajarkan kepada kita pelajaran-pelajaran penurutan dan pengharapan yang berharga. Dari bintang-bintang yang dalam peredarannya melintasi angkasa menyusuri jalan yang tidak berbekas yang ditentukan bagi mereka dari zaman ke zaman, sampai kepada atom yang terkecil sekalipun, benda-benda alam menuruti kehendak Allah. Dan Allah memelihara segala sesuatu itu dan menjaga segala sesuatu yang dijadikan-Nya. Dia yang menopang dunia yang tidak terhitung banyaknya, pada saat yang sama juga memelihara keperluan burung pipit yang kecil yang menyanyikan nyanyian pujian tanpa takut. Ketika manusia mengerjakan pekerjaan yang berat sehari-hari sebagaimana ketika mereka mendoa; manakala mereka berbaring tidur pada malam hari, dan kala mereka bangun pagi hari; tatkala orang-orang kaya mengadakan pesta di rumah istananya, atau ketika orang-orang miskin menghimpun anak-anaknya dengan makanan sedikit di atas meja, masing-masing mereka itu dijaga dengan penuh kasih sayang Allah Bapa yang di surga itu. Tiada linangan air mata yang menyucur yang tidak diperhatikan Allah. Tiada senyum yang tidak dilihat-Nya.
Jika kita mempercayainya betul-betul segala jenis kecemasan yang tidak sepatutnya akan lenyap. Kehidupan kita tidaklah begitu dipenuhi kekecewaan seperti yang sekarang ini, karena segala sesuatu baik kecil maupun besar, akan diserahkan ke tangan Tuhan, yang tidak digelisahkan oleh ragam-ragam keperluan, atau dikalahkan oleh keluh kesahnya. Kita akan menikmati satu kedamaian jiwa, yang kepada orang lain sudah lama tidak dirasainya.
Sebagaimana perasaanmu menggemari keindahan bumi ini, bayangkanlah dunia pada masa mendatang, yang tidak akan pernah mengenal kutuk dosa dan maut; di mana wajah alam tidak lagi dibayangi kutuk. Bayangkan dan gambarkanlah tempat tinggal orang-orang yang diselamatkan itu, dan ingat bahwa wujudnya akan lebih mulia daripada apa yang dapat digambarkan oleh bayang-bayang pikiranmu yang paling tajam sekalipun. Di dalam karunia Allah yang kelihatan pada alam dapat kita lihat hanya sinar samar-samar daripada percikan kemuliaan-Nya. Ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia, semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Korintus 2:9).
Penyair dan pencinta-pencinta alam mengatakan banyak hal mengenai alam, tetapi orang-orang Kristen menikmati keindahan bumi dan menghargainya lebih tinggi, karena dikenalnya perbuatan tangan Allah Bapa dan merasakan cinta-Nya di dalam bunga dan rumput serta pohon. Tidak seorang pun yang akan menghargai sepenuhnya makna bukit dan lembah, sungai dan laut, kalau dia memandangnya sebagai pernyataan kasih Allah kepada manusia.
Allah berbicara kepada kita melalui perbuatan takdir-Nya dan melalui pengaruh Roh Kudus-Nya atas hati. Di dalam segala keadaan sekitar kita, kita dapat memperoleh pelajaran-pelajaran yang amat berharga jika kita terbuka memperhatikannya. Penulis Mazmur, waktu merenungkan perbuatan tangan Tuhan, berkata: “bumi penuh dengan kasih setia Tuhan.” “Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya ini, dan memperhatikan segala kemurahan Tuhan” (Mazmur 33:5; 107:43).
Allah berbicara kepada kita di dalam firman-Nya. Di dalamnya dapat kita lihat dengan terang kenyataan tabiat-Nya, dari hal tindakan-Nya terhadap manusia, dan pekerjaan besar mengenai penebusan. Dengan inilah di hadapan kita dibentangkan sejarah para bapa-bapa dan nabi-nabi orang-orang saleh zaman dulu kala. Mereka itu “sama seperti kita,” (Yakobus 5:17). Kita dapat melihat mereka berjuang melawan kekecewaan sama seperti kekecewaan kita, bagaimana mereka jatuh pada pencobaan sama juga seperti kita, namun demikian hati mereka diberanikan dari menang melalui anugerah Allah; dan dengan memandang hati kita pun diberanikan dalam usaha memperoleh kebenaran itu. Apabila kita membaca pengalaman-pengalaman mereka yang amat berharga, dari hal terang dan kasih serta berkat yang mereka nikmati, dan dari hal pekerjaan yang dibawakannya melalui anugerah yang diberikan kepada mereka itu, maka roh yang menggerakkan mereka menyalakan api keinginan yang suci dalam hati kita, dan dalam tabiat seperti mereka berjalan bersama Allah.
Mengenai Perjanjian Lama Yesus mengatakan--lebih benar lagi mengenai Perjanjian Baru, “Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku.” “Sang Penebus, yang di dalam-Nya kita mengharapkan pusat kehidupan kekal.(Yohanes 5:39.)  Memang, seluruh Alkitab menceritakan dari hal Yesus Kristus. Mulai dari catatan pertama dalam kejadian. “Tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.”--sampai kepada penutupan janji itu, “Sesungguhnya Aku datang segera,” kita membaca mengenai pekerjaan-Nya serta mendengar suara-Nya. (Yohanes 1:3; Wahyu 22:12). Jika engkau mau berkenalan dengan Juruselamat, pelajarilah Kitab Suci.
Isilah seluruh hati dengan firman Tuhan. Firman itulah air hidup, yang memuaskan dahagamu yang amat sangat. Firman itu roti hidup yang turun dari surga. Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging anak manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” Dan diterangkan-Nya dari hal dirinya sendiri dengan berkata: “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yohanes 6:53,63). Tubuh kita terdiri dari apa yang kita makan dan minum; maka sebagaimana dengan perkara jasmani demikian pulalah dalam perkara rohani; yakni apa yang kita pikirkan itulah yang memberi otak dan kekuatan rohani kita.
Penebusan adalah satu perkara yang ingin sekali diselidiki malaikat; hal itu akan menjadi ilmu dan nyanyian orang tebusan sepanjang zaman yang tidak berkesudahan. Tidakkah hal itu perlu dipelajari dengan teliti pada saat sekarang ini? Kemurahan dan kasih Yesus yang tiada batasnya, pengorbanan yang diberikan karena kepentingan kita, perlu dipikir-pikirkan dengan sungguh-sungguh dan segenap hati. Kita sepatutnya tinggal di dalam tabiat Penebus dan Pengacara kita yang amat dikasihi itu. Kita selayaknya merenung-renungkan tugas-Nya yang datang untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka itu. Jika kita merenung-renungkan perkara surgawi, iman dan kasih kita akan semakin bertumbuh kuat, dan doa kita pun akan semakin berkenan kepada Allah karena doa itu semakin berpadu dengan iman dan kasih. Doa itu akan lebih hangat dan berarti. Maka keyakinan akan tetap bertambah terhadap Kristus, dan pengalaman hidup sehari-hari di dalam kuasa-Nya menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang datang kepadaTuhan melalui Dia.
Jika kita merenungkan kesempurnaan Juruselamat, maka kita akan rindu diubahkan sepenuhnya dan dibarui di dalam gambaran kesucian-Nya. Akan ada satu jiwa yang lapar dan dahaga supaya menjadi seperti Dia yang kita puja itu. Kita semakin memikirkan Kristus, semakin kita bicarakan dari hal Dia kepada orang-orang lain, serta menyatakan Dia ke dunia ini.
Alkitab ditulis bukanlah hanya untuk kaum sarjana, sebaliknya, Alkitab itu direncanakan untuk orang banyak. Kebenaran-kebenaran yang besar yang perlu untuk memperoleh keselamatan sudah dinyatakan dengan jelas bagai hari siang; dan tidak seorang pun yang akan salah atau tersesat jalannya kecuali orang yang menurut pertimbangan pikirannya sendiri ganti kehendak Allah yang setelah dinyatakan dengan jelas.
Kita seharusnya jangan berpegang pada kesaksian seseorang tentang pengajaran Kitab Suci, melainkan seharusnya mempelajari firman Allah bagi diri kita sendiri. Jika kita membiarkan orang lain berpikir untuk kita, maka tenaga kita akan timpang dan kemampuan sempit. Kuasa berpikir dari pikiran yang mulia itu dikerdilkan karena tidak digunakan dan dipusatkan kepada perkara-perkara yang berharga sehingga menghilangkan kemampuan mereka menangkap ke dalam makna firman Allah. Pikiran akan menjadi luas apabila digunakan untuk mencari hubungan perkara-perkara Kitab Suci, membandingkannya bagian demi bagian serta rohani dengan perkara rohani.
Tiada yang lebih sanggup menguatkan pikiran melebihi belajar Kitab Suci. Tiada buku lain yang melebihinya, yang begitu kuat meninggikan pikiran, memberikan kekuatan kepada kemampuan, meluaskan kebenaran-kebenaran yang meluhurkan di dalam Kitab Suci. Jika firman Allah dipelajari sebagaimana sepatutnya, maka manusia yang mempelajari akan mempunyai pikiran yang luas, satu tabiat yang mulia, dan tekad yang teguh yang jarang kelihatan pada zaman sekarang ini.
Hanya sedikit saja manfaat yang diperolehnya dari membaca Kitab Suci secara terburu-buru. Seseorang dapat membaca seluruh Alkitab namun tidak berhasil melihat keindahannya serta mengerti ke dalaman maknanya yang tersembunyi. Satu bagian yang pendek yang dipelajari sampai maknanya jelas kepada pikiran dan hubungannya dengan rencana keselamatan jelas betul, itu lebih bernilai daripada membaca beberapa pasal tanpa tujuan tertentu serta tiada pengajaran yang positif yang diperolehnya. Peganglah selalu Alkitabmu. Kalau kau mempunyai kesempatan, bacalah : lekatkan ayat-ayat Alkitab itu dalam pikiranmu. Meski engkau berjalan di jalan-jalan engkau dapat membaca satu bagian dan merenungkannya, dengan demikian memasukkan dalam pikiran.
Kita tidak akan dapat memperoleh akal budi tanpa perhatian yang sungguh-sungguh disertai belajar dengan doa yang tekun. Beberapa bagian daripada Kitab Suci itu memang begitu mudah untuk tidak disalahpahami, tetapi ada pula yang lain yang artinya tidaklah terletak pada permukaan yang dapat dilihat hanya sekilas saja. Bagian-bagian Kitab Suci itu haruslah dibandingkan dengan bagian-bagian lainnya. Harus diadakan penyelidikan yang hati-hati disertai perhatian dan doa yang tekun. Cara belajar yang demikian memang amat banyak manfaatnya. Seperti seorang penambang yang menemukan saluran barang tambang yang amat berharga tersembunyi di bawah bumi, demikianlah orang yang dengan tekun menyelidik firman Allah seperti mencari permata-permata kebenaran yang tiada ternilai harganya, yang tersembunyi dari pandangan orang yang mencari dengan sembrono. Firman yang diilhamkan Allah, ditimbang-timbang dalam hati, akan menjadi seperti sungai yang mengalir dari pancaran kehidupan itu.
Janganlah sekali-kali Alkitab dipelajari tanpa doa. Sebelum kita membuka halaman-halamannya kita haruslah memohon terang dari Roh Kudus, dan penerangan itu memang akan diberikan. Tatkala Natanael datang kepada Yesus, maka Dia menjawab: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya. Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku? Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara” (Yohanes 1:47, 48). Begitu pula Yesus akan melihat kita di tempat-tempat yang tersembunyi tempat kita mendoa jika kita mencari Dia memohonkan terang supaya kita dapat mengenal apa kebenaran itu. Para malaikat dari surga akan menerangi orang yang rendah hati mencari tuntunan Ilahi.
Roh Kudus meninggikan dan memuliakan Juruselamat. Sudah menjadi tugasnya menyatakan Kristus, kesucian kebenaran-Nya, dan keselamatan besar yang dapat kita miliki melalui Dia. Yesus berkata: “Ia akan memuliakan Aku sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya daripada-Ku” (Yohanes 16:14). Roh kebenaran itulah satu-satunya guru yang paling baik akan kebenaran Ilahi. Betapa Allah menatap bangsa manusia itu, sehingga dikaruniakan-Nya Anak-Nya yang tunggal itu mati bagi mereka, lalu menunjukkan Roh Kudus-Nya menjadi guru manusia serta penuntunnya terus menerus!



KEBAHAGIAAN SEJATI BAB 9 "HIDUP OLEH MEMBERI"


                                                            HIDUP OLEH MEMBERI

Allah ialah sumber kehidupan, terang dan kegembiraan bagi semesta alam. Seperti sinar-sinar terang dari matahari, dan seperti aliran air yang memancar dari mata air hidup, berkat-berkat itu mengalir daripada-Nya kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Di mana saja kehidupan Allah tinggal di dalam hati manusia, ia akan mengalir kepada orang-orang lain di dalam kasih dan berkat.
Kegembiraan Juruselamat ialah mengangkat dan menebus manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Karena inilah Dia tidak mengindahkan nyawa-Nya, melainkan memikul salib tanpa mengindahkan malu. Demikian pula para malaikat turut bekerja demi kebahagiaan orang-orang lain. Inilah kegembiraan mereka. Apa yang dianggap orang yang hanya mementingkan dirinya saja sebagai pekerjaan yang hina, melayani orang-orang yang hina dina, adalah pekerjaan para malaikat yang tidak berdosa itu. Roh kasih pengorbanan diri Kristus sendiri adalah roh yang mengisi surga dan yang menjadi inti kebahagiaan. Inilah Roh yang akan dimiliki pengikut-pengikut Kristus, inilah pekerjaan yang akan mereka kerjakan.
Apabila kasih Kristus tersimpan di dalam hati, bagai bau-bauan yang harum maka itu tidak akan dapat tersembunyikan. Pengaruh yang suci akan dapat dirasakan semua orang yang bergaul dengan kita. Roh Kristus yang ada di dalam hati adalah bagaikan sebuah mata air di padang belantara, yang mengalir untuk menyegarkan segalanya, dan membuat orang-orang yang hampir mati, rindu meminum air kehidupan itu.
Kasih kepada Yesus akan dinyatakan di dalam satu kerinduan untuk bekerja sebagaimana Dia bekerja untuk memberkati serta mengangkat manusia. Dipimpinnya kita untuk mengasihi, lemah lembut dan simpati terhadap semua makhluk yang ada dalam pemeliharaan Bapa yang di surga.
Kehidupan Juruselamat di atas dunia ini bukanlah satu kehidupan yang menyenangkan serta memuliakan Diri-Nya sendiri, melainkan Dia bekerja keras dengan tekun, sungguh-sungguh, dengan usaha yang tidak kenal lelah demi keselamatan umat manusia yang sudah hilang. Mulai dari palungan sampai ke Golgota Dia menjalani jalan penyangkalan diri dan tidak mencari jalan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab-tanggung jawab yang berat itu, perjalanan jauh yang memedihkan serta pekerjaan yang meletihkan. Kata-Nya: “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28). Inilah satu-satunya tujuan yang besar daripada kehidupan-Nya. Segala sesuatu yang lain adalah merupakan pekerjaan yang nomor dua dan menjadi alat saja. Makanan dan minuman-Nya ialah melakukan kehendak Allah serta menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kepentingan diri sendiri tidak memegang peranan di dalam pekerjaan-Nya.

Oleh karena itu orang-orang yang turut ambil bagian dalam karunia Kristus akan bersedia membuat pengorbanan apa pun, agar orang lain, untuk siapa Kristus telah mati, dapat membagikan pemberian surga itu. Mereka akan melakukan segala apa yang dapat mereka lakukan untuk membuat dunia ini lebih baik sebagai tempat tinggal mereka. Roh seperti inilah yang harus tumbuh dalam hati orang yang sudah bertobat dengan sungguh-sungguh. Begitu seseorang datang kepada Kristus maka begitu cepat pulalah lahir di dalam hatinya satu kerinduan memberitahukan kepada orang lain betapa indah berkat persahabatan yang diperolehnya di dalam Yesus; kebenaran yang menyelamatkan dan menyucikan tidak dapat dipendam di dalam hatinya. Jika kita sudah mengenakan pakaian kebenaran Kristus dan diisi dengan kegembiraan oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kita, maka kita tidak dapat hanya tinggal diam-diam saja. Jika kita sudah merasa dan melihat bahwa Tuhan itu baik maka pastilah ada sesuatu yang harus kita katakan. Seperti Pilipus; ketika dia sudah menemukan Juruselamatnya, kita harus berusaha menampilkan kepada mereka penghiburan-penghiburan Kristus dan kenyataan-kenyataan yang tak kelihatan dari dunia mendatang Maka akan ada pula kerinduan yang sungguh-sungguh sehingga orang-orang yang ada di sekitar kita melihat “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29).
Dan usaha untuk memberkati orang-orang lain akan mendatangkan berkat juga bagi diri kita sendiri. Inilah tujuan Allah di dalam memberikan satu peranan yang harus dikerjakan di dalam rencana penebusan itu. Dia telah memberikan hak kepada manusia menjadi turut ambil bagian dalam tabiat Ilahi dan giliran merekalah membagikan berkat-berkat itu kepada sesama manusia. Inilah kehormatan yang tertinggi, kegembiraan yang terbesar, yang dapat diberikan Allah kepada manusia. Orang-orang yang turut ambil bagian di dalam pekerjaan-pekerjaan kasih, dibawa lebih dekat kepada Khalik Pencipta mereka.
Allah dapat saja menyampaikan pekabaran-pekabaran Injil ini, dan semua pekerjaan yang penuh kasih sayang, kepada para malaikat-malaikat. Dia juga dapat menggunakan alat-alat yang lain untuk menyelesaikan maksud-Nya. Tetapi di dalam kasih-Nya yang tiada mengenal batas itu Dia memilih kita menjadi pembantu-pembantu-Nya, bersama Kristus dengan malaikat, supaya kita dapat membagikan berkat-berkat, kegembiraan, ketinggian kerohanian, sebagai hasil-hasil dari pekerjaan yang tidak mementingkan diri sendiri ini.
Kita dibawa menjadi seperasaan dengan Kristus melalui persekutuan dalam penderitaan-Nya. Setiap perbuatan pengorbanan diri sendiri demi kebaikan orang lain meneguhkan Roh kebajikan dalam hati si pemberi, memperkenankan dia lebih dekat kepada Penebus dunia, bahwa “Ia yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor. 9:9). Hanyalah jika kita memenuhi maksud Ilahi di dalam penciptaan kita, barulah hidup ini dapat menjadi berkat bagi kita sendiri.
Jika engkau mau pergi bekerja sebagaimana yang Kristus rencanakan bahwa murid-murid-Nya harus bekerja, dan memenangkan jiwa-jiwa bagi-Nya, maka engkau akan merasakan perlunya satu pengalaman yang mendalam dan pengetahuan yang lebih besar mengenai perkara-perkara Ilahi, dan akan lapar dan dahaga terhadap kebenaran. Engkau akan memohon kepada Allah, serta imanmu akan dikuatkan, jiwamu akan meminum lebih banyak lagi dari sumber air keselamatan itu. Perlawanan-perlawanan dan pencobaan-pencobaan akan mendorong engkau berdoa dan menyelidik Alkitab. Engkau akan bertumbuh di dalam anugerah dan pengetahuan mengenai Kristus serta mengembangkan satu pengalaman yang kaya.
Roh suka bekerja yang tidak mementingkan diri sendiri akan memberikan kedalaman, kekukuhan dan kasih seperti Kristus kepada tabiat, serta membawa damai dan kebahagiaan kepada pemiliknya. Cita-cita akan dimuliakan. Tiada tempat bagi kemalasan dan sifat mementingkan diri sendiri. Orang-orang yang mempraktikkan karunia agama Kristen akan bertumbuh dan menjadi kuat bekerja bagi Allah. Mereka akan mempunyai pengertian rohani yang jelas, yang teguh, bertumbuh dalam iman, dan kuasa yang bertambah di dalam doa. Roh Tuhan, yang bergerak di dalam Roh mereka, menuntut kesesuaian jiwa yang suci, dalam menjawab jamahan Ilahi itu. Orang-orang yang dengan cara demikian membaktikan diri mereka sendiri ke dalam usaha yang tidak mementingkan diri sendiri demi kebajikan bagi orang-orang lain sesungguhnya bekerja demi keselamatan mereka sendiri juga.

Satu-satunya jalan supaya bertumbuh di dalam karunia ialah menyukai pekerjaan yang diserahkan Kristus kepada kita, mengusahakan, segala daya kemampuan kita, membantu dan memberkati orang-orang yang memerlukan pertolongan yang dapat kita berikan kepada mereka. Kekuatan datang karena adanya usaha; kegiatan itulah syarat kehidupan. Orang-orang yang berusaha memperoleh kehidupan Kristen dengan penerimaan yang pasif akan karunia -karunia yang datang melalui alat-alat kemurahan, lalu tidak berbuat apa-apa sama sekali bagi Kristus, adalah orang yang mencoba hidup dengan makan tanpa bekerja. Maka dalam soal-soal rohani sama dengan jasmani hal seperti ini selalu mendatangkan kemerosotan dan kemunduran. Seseorang yang menolak menggunakan anggota-anggota badannya akan segera kehilangan kuasa menggunakannya. Demikian juga orang Kristen yang tidak menggunakan kuasa yang diberikan Tuhan padanya bukan saja tidak berhasil bertumbuh ke dalam Kristus, bahkan dia kehilangan kekuatan yang sudah ada padanya.
Gereja Kristus adalah alat yang sudah diangkat Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Tugasnya ialah membawa kabar Injil ke seluruh dunia ini. Semua tanggung jawab itu terletak atas semua orang-orang Kristen. Setiap orang, untuk meluaskan talenta dan kesempatan yang ada padanya, haruslah memenuhi perintah Juruselamat itu. Kasih Kristus yang telah dinyatakan kepada kita, membuat kita berutang kepada orang-orang yang belum mengenal Dia. Tuhan telah memberikan kepada kita terang, bukan untuk diri kita saja, tetapi juga diberikan kepada orang lain.
Jika pengikut-pengikut Kristus sadar akan tugasnya, maka akan ada beribu-ribu orang yang mengabarkan Injil di negeri kafir di mana sekarang terdapat hanya satu orang saja. Dan semua orang yang tidak dapat mengerjakan sendiri pekerjaan itu, dapat membantunya dengan jalan memberikan bantuannya berupa harta, simpati dan doa-doa mereka. Maka akan ada pula usaha yang tekun untuk menyelamatkan jiwa-jiwa di negeri-negeri orang Kristen.
Kita tidak perlu berangkat ke negeri orang-orang yang belum mengenal Kristus atau meninggalkan lingkungan rumah tangga yang kecil sekalipun, jika kewajiban kita memang di sana, di dalam rangka bekerja bagi Kristus, kita dapat melakukan ini di dalam lingkungan rumah tangga, di dalam gereja, di antara orang-orang sepergaulan kita, dan dengan orang-orang yang berhubungan dengan kita.
Sebagian besar daripada kehidupan Juruselamat di atas dunia in telah digunakan di dalam pekerjaan yang dilakukan dengan sabar dalam pertukangan kayu di Nazaret. Malaikat-malaikat yang melayani menyertai Tuhan kehidupan itu ketika Dia berjalan dengan para petani dan pekerja-pekerja, dengan tidak dikenal dan dihormati. Dia dengan setiawan mengerjakan tugas-Nya ketika Dia bekerja sebagai tukang kayu sama seperti ketika Dia menyembuhkan orang sakit akan berjalan di atas ombak tasik Galilea. Demikianlah, di dalam pekerjaan hina dan jabatan hidup yang rendah itu, kita dapat berjalan dan bekerja dengan Yesus.
Rasul Paulus berkata: “Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil” (1 Kor.7:24). Pedagang dapat menjalankan pekerjaannya di dalam satu cara yang akan memuliakan Tuhannya oleh karena ketulusannya. Jika dia pengikut Kristus sejati dia akan memasukkan agamanya ke dalam segala sesuatu yang dibuatnya, serta menunjukkan kepada setiap orang Roh Kristus. Ahli mesin dapat rajin dan setia mewakili Dia yang telah pernah mengerjakan pekerjaan kasar dalam hidup di antara bukit-bukit Galilea. Tiap-tiap orang yang menyebut nama Kristus harus bekerja supaya orang-orang lain, dengan memperhatikan perbuatan-perbuatannya yang baik itu, dituntun memuliakan Khalik Pencipta dan Penebus mereka.
Banyak orang yang mencari maaf bagi diri mereka sendiri dan tidak menyerahkan kecakapan-kecakapan mereka melayani Kristus sebab orang-orang lain mempunyai kecakapan yang lebih tinggi dan menguntungkan. Ada pendapat umum yang tidak benar yang mengatakan bahwa hanya orang-orang pintar sajalah yang perlu memasrahkan kesanggupan-kesanggupan mereka melayani Tuhan. Banyak orang yang menyangka bahwa kepintaran itu diberikan hanya kepada golongan tertentu yang disukai saja, sedangkan golongan lain tidak, sudah tentu orang yang berpikir demikian tidak dipanggil bekerja atau nanti mendapat upah. Tetapi tidak demikianlah dikatakannya di dalam perumpamaan itu. Ketika tuan rumah itu mengumpulkan hamba-hambanya, kepada tiap-tiap orang diberikan pekerjaan masing-masing.
Dengan Roh kasih sayang kita dapat membentuk dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang rendah itu, “untuk Tuhan.” (Kolose 3:23.)  Jika kasih Allah itu ada di dalam hati, maka kasih itu akan dinyatakan di dalam kehidupan. Bau-bauan yang harum yang berasal dari Kristus akan mengelilingi kita, dan pengaruh kita pun akan meninggikan dan membawa berkat.

Engkau tidak perlu menanti peristiwa-peristiwa besar atau mengharapkan kemampuan yang luar biasa sebelum engkau pergi bekerja untuk Tuhan. Engkau tidak perlu pusingkan tentang apa yang akan dipikirkan dunia mengenai kamu. Jika kehidupanmu sehari-hari merupakan satu kesaksian atas kesucian dan kesungguh-sungguhan imanmu, sehingga orang-orang lain diyakinkan bahwa engkau ingin memberikan bantuan kepada mereka, maka pekerjaanmu itu tidaklah sia-sia.
Orang-orang yang paling miskin dan hina daripada murid-murid Yesus dapat menjadi berkat kepada orang-orang lain. Mungkin mereka tidak menyadari bahwa mereka membuat kebaikan apa pun, tetapi pengaruh mereka yang tidak disadarinya memulai ombak kebahagiaan yang makin lama makin dalam, dan berkat yang dihasilkannya tidak pernah mereka ketahui sampai tiba pada hari pemberian upah terakhir itu. Mereka tidak melakukan sesuatu perkara yang besar. Mereka tidak perlu mencemaskan diri mereka mengenai sukses. Mereka hanya perlu maju secara perlahan-lahan, mengerjakan pekerjaan Tuhan yang telah diserahkan dengan setiawan, sehingga hidup mereka tidak menjadi sia-sia. Jiwa mereka akan bertumbuh semakin lama semakin menyerupai Kristus, mereka adalah teman-teman pekerja bersama-sama dengan Allah di dalam kehidupan ini dan oleh karena itu layak bagi pekerjaan yang lebih tinggi dan kegembiraan yang tiada celanya dalam hidup mendatang.


KEBAHAGIAAN SEJATI BAB 8 "MENGUKUR KEDEWASAANMU"


                                                    MENGUKUR KEDEWASAANMU

Perubahan hati yang membuat kita menjadi anak-anak Allah dikatakan di dalam Alkitab sebagai kelahiran baru. Tambahan pula, itu dibandingkan dengan pertumbuhan benih yang baik yang ditaburkan oleh petani. Demikianlah orang-orang yang bertobat kepada Kristus, disebut “seperti bayi yang baru lahir” “bertumbuh” menjadi lelaki maupun perempuan di dalam Yesus Kristus, (1 Petrus 2:2; Efesus 4:15). Atau seperti benih yang baik yang ditaburkan di ladang, mereka itu harus bertumbuh lalu mengeluarkan buahnya. Nabi Yesaya mengatakan bahwa orang akan “menyebutkan mereka ‘pohon terbantin kebenaran’ tanaman Tuhan untuk memperlihatkan keagungan-Nya”(Yesaya 61:3). Dari tumbuh-tumbuhan itulah diambil perumpamaan untuk membantu kita memahami lebih baik rahasia-rahasia kebenaran kehidupan rohani.
Semua akal budi dan kemampuan manusia tidak dapat mengadakan kehidupan di dalam benda yang terkecil sekalipun di dalam alam. Hanyalah melalui hidup yang telah diberikan Allah sendiri, baik tanaman dan binatang dapat hidup. Maka melalui kehidupan yang datang dari Allah itu sajalah kehidupan rohani dapat berada di dalam hati manusia. Kecuali manusia itu “dilahirkan kembali,” dia tidak dapat menjadi seorang pewaris kehidupan yang mana Kristus datang untuk memberikannya. (Yohanes 3:3)
Sebagaimana halnya dengan hidup itu sendiri, demikianlah juga dengan pertumbuhan. Allahlah yang membuat kuncup bunga mekar dan bunga itu berbuah. Dengan kuasa-Nyalah benih itu bertumbuh, “mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.” (Markus 4:28). Dan nabi Hosea berkata mengenai Israel, bahwa Ia akan berbunga seperti bunga bakung.” (Hosea 14:6). “Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon.” (ayat 7). Dan Yesus pun menyuruh kita supaya memperhatikan “bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun,”(Lukas 12:27). Tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan bertumbuh bukanlah karena kekhawatiran atau usaha mereka sendiri, tetapi hanyalah dengan menerima yang disediakan Allah untuk melayani hidupnya. Anak kecil pun bukan dengan kuasanya sendiri, tubuhnya bertambah besar. Demikian juga engkau, bukan dengan kuasamu sendiri, atau dengan kekhawatiranmu, atau usahamu sendiri untuk  mendapat pertumbuhan rohani. Tanaman, anak-anak, bertumbuh dengan menerima dari sekitarnya hal-hal yang melayani kehidupannya--udara, matahari, dan makanan. Sebagaimana segala pemberian alam ini kepada hewan dan tanaman, demikian jugalah Kristus kepada orang-orang yang berharap pada-Nya. Dia “penerang abadi” bagi mereka, “matahari dan perisai.” (Yesaya 60:19; Mazmur 84:12). Bahwa Dia akan menjadi, “seperti embun bagi Israel.”(Hosea 14:6), “Kiranya ia seperti hujan yang turun ke atas padang rumput, seperti deras hujan yang menggenangi bumi.” (Mazmur 72:6). Dialah air hidup, “roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia” (Yohanes 6:33).
Di dalam anugerah Anak-Nya yang tiada taranya itu, Allah telah melingkari seluruh dunia ini dengan satu suasana anugerah sama seperti udara yang berputar di seluruh dunia ini. Semua orang yang memilih menghirup udara yang memberikan kehidupan ini akan hidup bertumbuh  di dalam Kristus, baik lelaki maupun perempuan.
Sebagaimana bunga menghadap matahari, sehingga sinarnya membantu menyempurnakan keindahan dan keseimbangannya, demikian pula seharusnya kita berpaling kepada matahari kebenaran itu, sehingga sinar yang turun dari surga menerangi kita, dan tabiat kita dapat diperkembangkannya menjadi serupa dengan Kristus.

Yesus mengajarkan perkara yang sama ketika Dia berkata “tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku... sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:4,5). Demikian juga engkau wajib bergantung kepada Kristus supaya dapat menghidupkan satu kehidupan yang suci, sama seperti cabang bergantung atas batangnya supaya dapat bertumbuh dan berbuah. Kalau terpisah daripada-Nya maka engkau tidak dapat hidup. Engkau tidak mempunyai kuasa menahan penggodaan atau bertumbuh di dalam anugerah dan kesucian. Dengan tinggal di dalam Dia engkau dapat tumbuh dengan subur. Dengan menerima hidup dari Dia saja, maka engkau tidak akan layu atau tidak berbuah. Engkau akan bagaikan sebatang pohon yang ditanam di tepi sungai.
Banyak orang yang beranggapan bahwa mereka harus mengerjakan sendiri sebagian pekerjaan itu. Mereka telah mengharapkan keampunan dosa di dalam Kristus, tetapi sekarang mereka berusaha sendiri mendapatkan kehidupan yang benar. Tetapi usaha-usaha yang demikian pasti gagal. Kata Yesus, “di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Pertumbuhan kita di dalam anugerah, kegembiraan kita, kegunaan kita--semuanya tergantung atas hubungan kita dengan Kristus. Oleh berhubungan dengan Dia dari hari ke hari, setiap jam--dengan tinggal di dalam-Nya--kita bertumbuh dalam anugerah. Dia bukan saja awal tetapi juga kesudahan iman kita. Kristuslah yang pertama dan yang terakhir dan yang selalu ada. Dia haruslah bersama-sama dengan kita, bukan hanya pada permulaan dan akhir perjalanan kita, tetapi pada setiap langkah jalan kita. Daud berkata, “Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah” (Mazmur 16:8).
Apakah engkau bertanya: “Bagaimanakah saya tinggal dalam Kristus?-- Dalam cara yang sama sebagaimana engkau menerima Dia pada mulanya. “Karena kita telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita, karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman,” (Kolose 2:6; Ibrani 10:38). Engkau serahkan jiwamu kepada Allah, untuk menjadi milik-Nya, melayani dan menurut Dia, lalu mengambil Kristus sebagai Juruselamatmu. Dengan dirimu sendiri engkau tidak dapat mengadakan grafirat atas dosa-dosamu atau mengubah hatimu; akan tetapi sesudah engkau menyerahkan dirimu sendiri kepada Allah, engkau percaya bahwa Dia sudah melakukan segala perkara ini bagimu karena Kristus.
Melalui iman engkau menjadi milik Kristus, dan melalui iman engkau bertumbuh di dalam Dia --dengan memberi dan menerima. Engkau harus memberikan semuanya--hatimu, kemauanmu, baktimu --serahkanlah dirimu kepada-Nya untuk menurut semua peraturan-peraturan-Nya; maka engkau harus mengambil semuanya--Kristus, berkat-berkat yang penuh, supaya tinggal di dalam hatimu, menjadi kekuatanmu, kebenaranmu, pembantumu yang abadi--supaya
memberi padamu kuasa untuk menurut.
Serahkan dirimu kepada Tuhan pada pagi hari, jadikanlah ini tugasmu yang pertama. Biarlah doamu seperti berikut: “Ambillah aku, ya Tuhan, jadi milik-Mu sepenuhnya. Kubentangkan semua rencana-rencanaku di kaki-Mu. Gunakanlah aku hari ini berbakti pada-Mu. Gunakanlah aku hari ini berbakti pada-Mu. Tinggallah di dalam aku dan biarlah semua pekerjaanku di kerjakan di dalam Engkau.” Ini adalah masalah sehari-hari. Setiap pagi serahkan dirimu kepada Allah buat pagi hari itu. Serahkanlah segala rencanamu pada-Nya. Dengan demikianlah hari demi hari engkau dapat menyerahkan hidupmu ke dalam tangan Tuhan, sehingga hidupmu dibentuk hari demi hari seperti kehidupan Kristus.

Satu kehidupan di dalam Kristus ialah kehidupan yang penuh kedamaian. Mungkin tiada kegembiraan yang meluap-luap, namun pasti ada satu keyakinan yang teguh penuh damai. Pengharapanmu bukanlah di dalam dirimu sendiri, melainkan di dalam Kristus. Kelemahanmu dipadukan dengan kekuatan-Nya yang perkasa itu. Oleh karena itu janganlah engkau bersandar pada dirimu sendiri, atau membiarkan hati memikir-mikirkan diri saja, melainkan pandanglah kepada Kristus. Biarlah pikiran tinggal di dalam kasih-Nya, atas keindahan, kesempurnaan tabiat-Nya. Kristus di dalam kehinaan-Nya, Kristus di dalam kekudusannya dan kesucian-Nya, Kristus di dalam kasih-Nya yang tiada taranya--inilah perkara-perkara yang patut direnung-renungkan setiap jiwa. Dengan mengasihi Dia, meniru Dia, bergantung sepenuhnya kepada-Nya, engkau dapat diubahkan menjadi serupa dengan Dia.
Yesus berkata: “Tinggallah di dalam Aku.” Perkataan ini membawa pikiran kita kepada soal perhentian, stabilitas dan keyakinan. Sekali lagi Dia mengundang kita: “Marilah kepada-Ku, semua yang lebih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Perkataan penulis Mazmur juga menyatakan pikiran yang sama: “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia,”(Mazmur 37:7). Lalu nabi Yesaya juga memberikan jaminan “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” (Yesaya 30:15). Perhentian ini tidak didapat tanpa usaha karena di dalam undangan Juruselamat janji perhentian dipadukan dengan panggilan untuk bekerja: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11:29). Hati yang sepenuhnya berada pada Kristus akan menjadi pekerja yang paling tekun dan giat bagi Dia.
Apabila hati hanya memikir-mikirkan diri saja, berarti hati itu berpaling dari Kristus, sumber kekuatan dan hidup. Itulah sebabnya Setan selalu berusaha menarik perhatian menjauh dari Juruselamat dan mencegah hubungan jiwa dengan Kristus. Kepelesiran dunia ini, keluh kesah kehidupan, kebimbangan dan duka, kesalahan-kesalahan orang lain atau kesalahan-kesalahanmu sendiri serta ketidaksempurnaanmu--kepada salah satu atau semua ini Setan akan berusaha menarik perhatianmu. Janganlah disesatkan tipu dayanya. Banyak orang yang sungguh-sungguh tulus, dan ingin hidup bagi Allah, dia sering menuntun untuk memikir-mikirkan kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan mereka sendiri, dan dengan demikian oleh menceraikan mereka dari Kristus, Setan berharap memperoleh kemenangan. Janganlah kita menjadikan diri kita sebagai pusat segalanya dan selalu cemas apakah kita akan selamat atau tidak. Semuanya ini akan memalingkan jiwa dari Sumber kekuatan kita itu. Serahkanlah penjagaan jiwamu kepada Allah, dan berharaplah di dalam Dia. Berbicara dan berpikirlah mengenai Yesus. Biarlah dirimu lebur di dalam Dia. Buangkanlah segala kebimbangan; enyahkanlah segala khawatirmu. Katakanlah seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku” (Galatia 2:20). Tinggallah dalam Allah. Dia sanggup menjaga apa yang Anda serahkan kepada-Nya. Jika Anda mau menyerahkan dirimu sendiri ke dalam tangan-Nya, maka Dia akan menjadikan engkau lebih daripada pemenang di dalam Dia yang telah mengasihi engkau.
Ketika Kristus mengenakan keadaan manusia atas diri-Nya, dia mengikat kemanusiaan kepada diri-Nya sendiri melalui satu ikatan kasih yang tidak akan pernah dapat diputuskan oleh  kuasa apa pun kecuali pilihan manusia itu sendiri. Setan selalu menimbulkan pikiran-pikiran yang akan membujuk kita memutuskan ikatan ini supaya memilih memisahkan diri kita dari Kristus. Di sinilah kita perlu waspada, berusaha dan berdoa, supaya jangan ada sesuatu yang dapat membujuk kita memilih tuan yang lain; karena kita senantiasa bebas melakukannya. Tetapi marilah kita menetapkan pandangan kita kepada Kristus dan Dia akan memelihara kita. Dengan memandang kepada Kristus kita selamat. Tidak ada sesuatu yang dapat merampas kita dari tangan-Nya. Dengan senantiasa memandang Dia, kita “diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar”( 2 Korntus 3:18).

Demikianlah murid-murid Yesus yang mula-mula itu mendapat wajah seperti Kristus yang dikasihi. Manakala murid-murid itu mendengar kata-kata Yesus, mereka merasakan kebutuhan mereka akan Dia. Mereka berusaha mencari, dan mendapat, lalu mereka mengikuti Dia. Mereka bersama-sama dengan Dia sebagai murid dengan seorang guru, setiap hari menerima pelajaran-pelajaran kebenaran yang suci daripada-Nya. Mereka menatap pada-Nya, sebagai hamba kepada tuannya, mempelajari tanggung jawab mereka. Murid-murid itu pun adalah manusia yang “biasa seperti kita.” (Yakobus 5:17). Mereka memerlukan anugerah yang serupa supaya dapat menghidupkan satu kehidupan yang suci.
Bahkan Yohanes sendiri pun, murid yang disayangi itu, salah satu yang paling banyak persamaannya dengan Juruselamat, bukanlah secara alam memperoleh keindahan tabiat itu. Dia bukan saja membesarkan diri serta menginginkan kehormatan, tetapi juga seorang yang mudah tersinggung dan gampang marah walau oleh kesalahan yang terkecil sekalipun. Tetapi karena tabiat Kristus dinyatakan padanya, maka dia melihat kekurangannya, dan pengetahuannya lalu merendahkan dirinya.  Kekuatan dan kesabaran, kuasa dan kelemahlembutan, keagungan dan kelembutan, yang tampak di alam kehidupan Anak Allah sehari-hari, telah mengisi jiwanya dengan pujaan dan kasih. Sehari demi sehari hatinya ditarik kepada Kristus, sampai akhirnya pandangannya terhadap dirinya luluh karena kasih-Nya kepada Tuhannya. Tabiatnya yang cepat naik darah, keinginan akan kemuliaan diri sendiri, telah diserahkan kepada kuasa pembentukan yang datang dari Kristus. Pengaruh Roh Kudus telah membarui hatinya. Kuasa kasih Kristus mengadakan perubahan tabiatnya. Inilah hasil yang pasti di dalam persatuan dengan Kristus. Jika Kristus tinggal di dalam hati, maka semua tabiat akan diubahkan. Roh Kristus, kasih-Nya, melembutkan pikiran-pikiran dan keinginan terhadap Allah dan surga.
Ketika Kristus naik ke surga, hadirat-Nya masih terasa juga di antara pengikut-pengikut-Nya, yakni hadirat pribadi, yang penuh kasih dan terang. Yesus Juruselamat, yang telah berjalan dan berbicara serta berdoa bersama mereka, yang telah mengucapkan kata penghiburan dan pengharapan ke dalam hati mereka, ketika kabar damai masih diucapkan bibir-Nya, Dia terangkat ke surga, sementara malaikat-malaikat menyambut Dia, suara-Nya kedengaran kembali kepada mereka--“Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Dia telah naik ke surga dalam keadaan manusia. Mereka tahu bahwa Dia telah berada di hadapan hadirat Allah menghadapkan tebusan darah-Nya sendiri yang amat berharga itu, memperlihatkan luka di tangan dan kaki-Nya, sebagai kenangan nilai tebusan yang telah ditunaikan-Nya untuk umat tebusan-Nya. Mereka tahu bahwa Dia telah naik ke surga untuk menjadikan tempat kediaman bagi mereka, dan Dia akan datang kembali lalu menjemput mereka bagi diri-Nya sendiri.
Pada waktu mereka berkumpul bersama-sama setelah kenaikan itu, mereka ingin mempersembahkan permohonan-permohonan mereka kepada Allah Bapa di dalam Nama Yesus. Di dalam getaran yang kudus mereka tunduk dalam doa, mengulangi jaminan yang telah diberikan itu, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu” (Yohanes 16:23,24). Semakin lama semakin tinggi mereka mengangkat tangan iman dengan alasan yang kuat, “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”(Roma 8:34). Dan hari Pentakosta telah membawa hadirat Penghibur itu ke hadapan mereka, dari hal mana Kristus telah mengatakan, Dia “akan diam di dalam kamu.” Dan Dia kemudian berkata: “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yohanes 14:17; 16:7). Mulai saat itulah melalui Roh,  Kristus harus tinggal senantiasa di dalam masing-masing hati anak-anak-Nya. Persatuan mereka dengan Dia adalah lebih erat daripada ketika Dia secara jasmani bersama-sama mereka. Terang dan kasih serta kuasa Kristus yang berdiam di dalam mereka bersinar melalui mereka, sehingga semua orang yang melihatnya, “heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus” (Kisah 4:13).

Sebagaimana dulu Kristus kepada murid-murid-Nya, demikian juga diinginkan-Nya terjadi kepada anak-anak-Nya pada zaman sekarang ini; karena pada doa yang terakhir bersama murid-murid-Nya yang sedikit berkumpul mengelilingi Dia, Dia berkata: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka” (Yohanes 17:20).
Yesus berdoa bagi kita, dan memohon supaya kita bersatu dengan Dia, sebagaimana Dia satu dengan Bapa itu. Betapa ini satu persekutuan! Juruselamat telah pernah mengatakan dari hal Diri-Nya sendiri seperti berikut: “Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri,” Bapa, yang diam di dalam Aku , Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya” (Yohanes 5:19, 14;10). Maka jika Kristus tinggal di dalam hati kita, Dia akan bekerja di dalam kita “baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13). Kita akan bekerja sama seperti Dia bekerja; kita akan menyatakan roh yang sama pula. Oleh karena itu, mengasihi Dia serta tinggal di dalam-Nya, kita akan “bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah kepala” (Efesus 4:15).