Ads Google

Showing posts with label Materi Keperawatan. Show all posts
Showing posts with label Materi Keperawatan. Show all posts

Tuesday, February 19, 2019

APPENDICITIS (RADANG USUS BUNTU)



APPENDICITIS adalah peradangan appendix vermiform yang disebabkan oleh kerusakan lapisan dinding usus karena aktivitas bakteri, penyempitan, adanya sumbatan feses, benda asing ataupun tumor.

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm, dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insidens apendisitis pada usia itu (Departemen Bedah UGM, 2010). Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis 10. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004). Pendarahan apendiks berasal dari arteri apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004). 

Persarafan sekum dan apendiks vermiformis berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis dari plekxus mesenterica superior. Serabut saraf simpatis berasal dari medula spinalis torakal bagian kaudal, dan serabut parasimpatis berasal dari kedua nervus vagus. Serabut saraf aferen dari apendiks vermiformis mengiringi saraf simpatis ke segmen medula spinalis thorakal 10.

Secara fisiologis apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir tersebut normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks adalah IgA, imunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh. Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalam sistem imun sekretorik di saluran pencernaan, namun pengangkatan apendiks tidak menimbulkan defek fungsi sistem imun yang jelas (Schwartz, 2000).

Patofisiologi:
Kerusakan jaringan diikuti oleh pembengkakan jaringan (edema), infeksi dan iskemia. Ketika tegangan dalam usus buntu meningkat, dapat berlanjut pada nekrosis dan perforasi.

Tanda & Gejala:
-          Umumnya merasakan sakit perut di daerah perut dan perut kanan atas. Dalam 2 sampai 12 jam, rasa sakit terkumpul di daerah kanan bawah dan intensitas sakit pun meningkat. Anoreksia, lemas tak bersemangat, demam sedang, mual dan muntah.

Komplikasi: Perforasi usus, Abscess, & Peritonitis

Pemeriksaan Diagnostik:
1. Pengkajian Fisik
2. Pemeriksaan WBC (Sel Darah Putih)
3. Urinalisis
4. Foto X-Ray perut
5. USG

GASTRITIS (Maag)


Definisi: Peradangan lapisan mukosa lambung. Dapat terjadi secara tiba-tiba (suddenly) ataupun bertahap dalam waktu yang lama (kronis).

Gastritis Akut seringkali terjadi oleh karena kesalahan dalam diet makanan. Orang yang memakan makanan yang terkontaminasi bakteri ataupun makanan yang mengandung penyedap dan zat iritan yang berlebihan.  Hal yang lain yaitu terjadi karena mengkonsumsi obat NSAID, kelebihan mengkonsumsi alkohol, & efek sinar radiasi.

Gastritis Kronik terjadi oleh karena adanya peradangan dinding lambung dalam waktu yang sudah lama disebabkan oleh luka tumor ataupun kanker. Kadang-kadang juga disebabkan oleh penyakit kelainan darah (pernicious anemia). Faktor diet yang berhubungan seperti: Kafein, obat-obatan, alkohol, dan merokok.

Penyebab: Helicobacter Pylori (adalah bakteri yang hidup di dalam lapisan mukosa lambung.

Tanda & Gejala : Mual, Perut kembung, Nyeri Perut, Muntah, Gangguan Pencernaan, hilang nafsu makan, rasa panas di perut, Muntah darah, BAB berwarna hitam.

Penunjang Diagnostik:
-          Endoskopi, alat seperti selang yang memiliki sebuah kamera kecil & dimasukkan ke dalam mulut dan masuk sampai ke dalam lambung untuk melihat kondisi dinding lambung.
-          Tes Darah: Pemeriksaan sel darah merah untuk dapat menbantu mengidentifikasi akan adanya anemia.
-          Tes Feses (Stool Test): Pemeriksaan ini untuk menguji adanya darah saat BAB, tanda yang dapat membantu penegaakan diagnosa penyakit peradangan lambung.

Monday, February 18, 2019

K3LH

                                        KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian K3:
Keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat dari kecelakaan
kerja

B. Dasar Hukum
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
Yang diatur oleh Undang-Undang ini adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.

C. Tujuan K3
- Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional
- Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut
- Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien

D. Pengertian Kecelakaan
Kejadian yang tidak terduga (tidak ada unsur kesengajaan) dan tidak diharapkan karena
mengakibatkan kerugian, baik material maupun penderitaan bagi yang mengalaminya.
Sabotase atau kriminal merupakan tindakan di luar lingkup kecelakaan yang sebenarnya

Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
5 K
1. Kerusakan
2. Kekacauan Organisasi
3. Keluhan dan Kesedihan
4. Kelainan dan Cacat
5. Kematian

Klasifikasi Kecelakaan
1. Menurut jenis kecelakaan
- Terjatuh
- Tertimpa benda jatuh
- Tertumbuk atau terkena benda
- Terjepit oleh benda
- Gerakan yang melebihi kemampuan
- Pengaruh suhu tinggi
- Terkena sengatan arus listrik
- Tersambar petir
- Kontak dengan bahan-bahan berbahaya
- Lain-lain

2. Menurut sumber atau Penyebab Kecelakaan
a. Dari mesin
b. Alat angkut dan alat angkat
c. Bahan/zat berbahaya dan radiasi
d. Lingkungan kerja

3. Menurut Sifat Luka atau Kelainan
Patah tulang, memar, gegar otak, luka bakar, keracunan mendadak, akibat cuaca, dsb

Pencegahan Kecelakaan
Kecelakaan dapat dihindari dengan:
1. Menerapkan peraturan perundangan dengan penuh disiplin
2. Menerapkan standarisasi kerja yang telah digunakan secara resmi
3. Melakukan pengawasan dengan baik
4. Memasang tanda-tanda peringatan
5. Melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat

Penanggulangan Kecelakaan
1. Penanggulangan Kebakaran
Jangan membuang puntung rokok yang masih menyala di tempat yang mengandung bahan yang
mudah terbakar.
Hindarkan sumber-sumber menyala di tempat terbuka
Hindari awan debu yang mudah meledak

Perlengkapan pemadam kebakaran
Alat-alat pemadam kebakaran dan penanggulangan kebakaran terdiri dari dua jenis:
1. Terpasang tetap di tempat
1. Pemancar air otomatis
2. Pompa air
3. Pipa-pipa dan slang untuk aliran air
4. Alat pemadam kebakaran dengan bahan kering CO2 atau busa

Alat-alat pemadam kebakaran jenis 1-3 digunakan untuk penanggulangan kebakaran yang relatif
kecil, terdapat sumber air di lokasi kebakaran dan lokasi dapat dijangkau oleh peralatan tersebut.
Sedangkan alat jenis ke-4 digunakan jika kebakaran relatif besar, lokasi kebakaran sulit dijangkau
alat pemadam, atau tidak terdapat sumber air yang cukup, atau terdapat instalasi atau peralatan
listrik, dan atau terdapat tempat penyimpanan cairan yang mudah terbakar.
(a) (b) (c )
3
Gambar (a) menunjukkan rumah (almari) tempat penyimpanan peralatan pemadam kebakaran.
Disebelah kiri adalah tempat gulungan pipa untuk aliran air, sedangkan di sebelah kanan berisi alat
pemadam kebakaran yang dapat dibawa. Alat jenis ini bisa berisi bahan pemadam kering atau busa.
Gambar (b) adalah alat pemadam kebakaran jenis pompa air. Alat ini biasanya dipasang di pinggir
jalan dan gang antar rumah di suatu komplek perumahan. Jika terjadi kebakaran di sekitar tempat
tersebut, mobil kebakaran akan mengambil air dari alat ini. Air akan disemprotkan ke lokasi
kebakaran melalui mobil pemadam kebakaran.
Gambar (c) adalah alat pemadam kebakaran jenis pemancar air otomatis. Alat ini biasanya dipasang
di dalam ruangan. Elemen berwarna merah sebagai penyumbat air yang dilapisi kaca khusus. Jika
terjadi kebakaran di sekitar atau di dalam ruangan, maka suhu ruangan akan naik. Jika suhu udara
di sekitar alat tersebut telah mencapai tingkat tertentu (800) kaca pelindung elemen penyumbat akan
pecah dan secara otomatis air akan terpancar dari alat tersebut.
2. Dapat bergerak atau dibawa
Alat ini seharusnya tetap tersedia di setiap kantor bahkan rumah tangga. Pemasangan alat
hendaknya di tempat yang paling mungkin terjadi kebakaran, tetapi tidak terlalu dekat dengan
tempat kebakaran dan mudah dijangkau saat terjadi kebakaran.
Cara menggunakan alat-alat pemadam kebakaran tersebut dapat dilihat pada label yang terdapat
pada setiap jenis alat. Setiap produk mempunyai urutan cara penggunaan yang berbeda-beda.
Jika terjadi kebakaran di sekitar anda, segera lapor ke Dinas Kebakaran atau kantor Polisi terdekat.
Bantulah petugas pemadam kebakaran dan polisi dengan membebaskan jalan sekitar lokasi kebakaran
dari kerumunan orang atau kendaraan lais selain kendaraan petugas kebakaran dan atau polisi.
2. Penanggulangan Kebakaran Akibat Instalasi Listrik dan Petir
Buat instalasi listrik sesuai dengan aturan yang berlaku
Gunakan sekering/MCB sesuai dengan ukuran yang diperlukan
Gunakan kabel yang berstandar keamanan yang baik
Ganti kabel yang telah usang atau acat pada instalasi atau peralatan listrik lain
Hindari percabangan sambungan antar rumah
Lakukan pengukuran kontinuitas penghantar, tahanan isolasi, dan tahanan pentanahan secara
berkala
Gunakan instalasi penyalur petir sesuai standar
3. Penanggulangan Kecelakaan di dalam Lift
Pasang rambu-rambu dan petunjuk yang mudah dibaca oleh pengguna jika terjadi keadaan darurat
Jangan memberi muatan lift melebihi kapasitasnya
Jangan membawa sumber api terbuka di dalam lift
Jangan merokok dan membuang puntung rokok di dalam lift
Jika terjadi pemutusan aliran listrik, maka lift akan berhenti di lantai terdekat dan pintu lift segera
terbuka sesaat setelah berhenti. Segera keluar dari lift dengan hati-hati
4. Penanggulangan Kecelakaan terhadap Zat Berbahaya
Zat berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya, pengolahannya, pengangkutannya,
penyimpanannya dan penggunaannya menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, matilemas, keracunan dan bahaya-bahaya lainnya terhadap gangguan kesehatan orang yang bersangkutan
dengannya atau menyebabkan kerusakan benda atau harta kekayaan.

1. Bahan- bahan eksplosif
Adalah bahan yang mudah meledak. Ini merupakan bahan yang paling berbahaya. Bahan ini bukan
hanya bahan peledak, tetapi juga semua bahan yang secara sendiri atau dalam campuran tertentu
jika mengalami pemanasan, kekerasan atau gesekan akan mengakbatkan ledakan yang biasanya
diikuti dengan kebakaran. Contoh: garam logam yang dapat meledak karena oksidasi diri, tanpa
pengaruh tertentu dari luar.

2. Bahan-bahan yang mengoksidasi
Bahan ini kaya oksigen, sehingga resiko kebakaran sangat tinggi.

3. Bahan-bahan yang mudah terbakar
Tingkat bahaya bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya. Makin rendah titik bakarnya makin
berbahaya.

4. Bahan-bahan beracun
bahan ini bisa berupa cair, bubuk, gas, uap, awan, bisa berbau dan tidak berbau. Proses keracunan
bisa terjadi karena tertelan, terhirup, kontak dengan kulit, mata dan sebagainya. Contoh: NaCl
bahan yang digunakan dalam proses pembuatan PCB. Bahan ini seringkali akan menimbulkan
gatal-gatal bahkan iritasi jika tersentuh kulit.

5. bahan korosif
Bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali, atau bahan-bahan kuat lainnya yang dapat
menyebabkan kebakaran pada kulit yang tersentuh.

6. bahan-bahan radioaktif
Bahan ini meliputi isotop-isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung bahan
radioaktif. Contoh: cat bersinar

Tindakan Pencegahan
Pemasangan label dan tanda peringatan
Pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan harus sesuai dengan ketentuan dan aturan yang ada
Simpanlah bahan-bahan berbahaya di tempat yang memenuhi syarat keamanan bagi penyimpanan
bahan tersebut
Simbol-Simbol Tanda Bahaya
a. Bahaya Ledakan b. Bahaya Oksidasi c. Bahaya Kebakaran d. Bahaya beracun
e. Bahaya korosi f. Bahaya Pencemaran
Lingkungan
g. Bahaya Iritasi h. Bahaya Radiasi
Ion
5
E. Pendekatan Keselamatan Lain
a. Perencanaan
Keselamatan kerja hendaknya sudah diperhitungkan sejak tahap erencanaan berdirinya organisasi
(sekolah, kantor, industri, perusahaan). Hal-hal yang perlu diperhitungkan antara lain: lokasi, fasilitas
penyimpanan, tempat pengolahan, pembuangan limbah, penerangan dan sebagainya
b. Ketatarumahtanggaan yang baik dan teratur:
menempatkan barang-barang di tempat yang semestinya, tidak menempatkan barang di tempat
yang digunakan untuk lalu lintas orang dan jalur-jalur yang digunakan untuk penyelamatan darurat
Menjaga kebersihan lingkungan dari bahan berbahaya, misalnya hindari tumpahan oli pada lantai
atau jalur lalu lintas pejalan kaki
c. Pakaian Kerja
Hindari pakaian yang terlalu longgar, banyak tali, baju berdasi, baju sobek, kunci/ gelang berantai,
jika anda bekerja dengan barabg-barang yang berputar atau mesin-mesin yang bergerak misalnya
mesin penggiling, mesin pintal
Hindari pakaian dari bahan seluloid jika anda bekerja dengan bahan-bahan yang mudah meledak
atau mudah terbakar
Hindari membawa atau menyimpan di kantong baju barang-barang yang runcing, benda tajam,
bahan yang mudah meledak, dan atau cairan yang mudah terbakar
d. Peralatan Perlindungan Diri
Kacamata
Gunakan kacamata yang sesuai dengan pekerjaan yang anda tangani, misalnya untuk pekerjaan las
diperlukan kacamata dengan kaca yang dapat menyaring sinar las, kacamata renang digunakan
untuk melindungi mata dari air dan zat berbahaya yang terkandung di dalam air
Sepatu
Gunakan sepatu yang dapat melindungi kaki dari berat yang menimpa kaki, paku atau benda
tajamlain, benda pijar, dan asam yang mungkin terinjak. Sepatu untuk pekerja kistrik harus berbahan
non-konduktor, tanpa paku logam
Sarung Tangan
Gunakan sarung tangan yang tidak menghalangi gerak jari dan tangan.Pillih sarung tangan dengan
bahan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditangani, misalnya sarung tangan untuk
melindungi diri dari tusukan atau sayata, bahan kimia berbahaya, panas, sengatan listrik atau radiasi
tertentu, berbeda bahannya
Helm Pengaman
Gunakan topi yang dapat melindungi kepala dar tertimpa benda jatuh atau benda lain yang bergerak,
tetapi tetap ringan
Alat Perlindungan Telinga
Untuk melindungi pekerja dari kebisingan, benda bergerak, percikan bahan berbahaya
Alat Perlindungan Paru-paru
Untuk melindungi pekerja dari bahaya polusi udara, gas beracun, atau kemungkinan
Alat perlindungan Lainnya
Seperti tali pengaman untuk melindungi pekerja dari kemungkinan terjatuh
6
F. Tanda-Tanda Keselamatan Di Tempat kerja
a. Tanda Bahaya b. Tanda Anjuran c. Tanda Perlindungan
terhadap Kebakaran
d. Tanda Darurat e. Tanda rumah sakit atau
klinik kesehatan
f. Tanda larangan
g. Tanda Peringatan terhadap bahaya
Tegangan Listrik
h. Tanda peringatan untuk tidak meng-ON-kan Saklar
Bentuk dan Warna untuk Simbol Keselamatan
7
G. Organisasi Keselamatan Kerja
Tujuan utama dibentuknya organisasi keselamatan kerja ialah untuk mengurangi tingkat kecelakaan,
sakit, cacat dan kematian akibat kerja, dengan lingkungan kerja yang sehat, bersih, aman dan nyaman
Organisasi bisa dibentuk di tingkat pemerintah, perusahaan atau oleh kelompok atau serikat pekerja.
Di Amerika, organisasi keselamatan kerja bagi pekerja swasta dibentuk dibawah OSHA (Occupational
Safety and Healthy Administration) OSHA membuat peraturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Organisasi ini terdiri dari 4 bagian: Bagian Perencanaan, Operasi, Logistik dan bagian
keuangan. Personal organisasi bisa terdiri dari pemerintah, kepolisian, dokter, psikolog, tenaga ahli
teknik, ahli jiwa, dsb.
Di Indonesia, organisasi pemerintah yang menangani masalah keselamatan kerja di tingkat pusat
dibentuk di bawah Direktorat Pembinaan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di samping itu
organisasi macam ini juga dibentuk di perusahaan perusahaan dan ikatan ahli tertentu.

TAHAPAN PROSES BERDUKA

Proses Berduka Terhadap Kehilangan (Kubler-Ross)

1. Tahap: Denial (Mengingkari kenyataan), Reaksi respon: menolak mempercayai bahwa
kehilangan terjadi secara nyata dan mengisolasi diri. Reaksi fisik: letih, lemah, diare,
gelisah, sesak nafas dan nadi cepat. Contoh: "tidak mungkin, berita kematian itu tidak
benar. Saya tidak percaya suami saya pasti nanti kembali".

2. Tahap: Anger (Marah), Reaksi respon: timbul kesadaran akan kenyataan kehilangan.
kemarahan meningkat kadang diproyeksi ke orang lain, tim kesehatan atau lingkungan.
Reaksi fisik: nadi cepat, tangan mengepal, susah tidur, muka merah, bicara kasar, dan
agresif. Contoh: "Saya benci dengan dia karena......, "Ini terjadi karena dokter tidak
sungguh-sungguh dalam pengobatannnya".

3. Tahap: Bargaining, Tawar menawar, Penundaan realita kehilangan), Reaksi respon: klien
berunding dengan cara halus untuk mencegah kehilangan dan perasaan bersalah.
Memohon pada Tuhan. Klien juga mempunyai keinginan untuk melakukan apa saja untuk
mengubah apa yang sudah terjadi. Contoh: "Kalau saja saya sakit, bukan anak saya....",
"Kenapa saya ijinkan pergi. Kalau saja dia dirumah ia tidak akan kena musibah ini".,
"Seandainya saya hati-hati, pasti hal ini tidak akan terjadi".

4. Tahap: Depresi, Reaksi respon: sikap menarik diri, perasaan kesepian, tidak mau bicara
dan putus asa. Individu bisa melakukan percobaan bunuh diri atau penggunaan obat
berlebihan. Reaksi fisik: susah tidur, letih, menolak makan, dorongan libido menurun.
Contoh: "Biarkan saya sendiri"., "Tidak usah bawa ke rumah sakit, sudah nasib saya".

5. Tahap: Acceptance (Menerima), Reaksi respon: reorganisasi perasaan kehilangan, mulai
menerima kehilangan. Pikiran tentang kehilangan mulai menurun. Mulai tidak tergantung
dengan orang lain. Mulai membuat perencanaan. Contoh: "Ya sudah, saya iklaskan dia
pergi.", "Apa yang harus saya lakukan supaya saya cepat sembuh". "Ya pasti dibalik
bencana ini ada hikmah yang tersembunyi"

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

A. Pengertian
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat individu sampai tingkat eko¬sistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

PARADIGMA KEPERAWATAN KOMUNITAS
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.

1. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

2. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.

3. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga.
Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.

TUJUAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.

1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan sehat optimal.

SASARAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.

2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difo¬kuskan pada keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan

3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gang¬guan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dira¬wat dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

FALSAFAH
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai - nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup. Falsafah keperawatan memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang luhur dan manusiawi.
Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan komunitas, vaitu:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian integral dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta dapat di terima oleh semua orang.
2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara berkelanjutan.
4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayan¬an kesehatan, menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan.
5. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan berkesinambungan.
6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas kesehatannya. la harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

FILOSOFI
Menurut Helvie (1991) keperawatan komunitas memiliki filosofi sebagai berikut :
1. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang.
2. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan.
3. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat membantu meningkkan kesehatannya.
4. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat bagi dirinya.
5. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas yang berbeda pada waktu yang berbeda.
6. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung pada latar belakang budaya, agama dan sosial klien.
7. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang berbeda pada waktu yang berbeda.
8. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan rangsang internal dan eksternal.
9. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan.
10. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan lingkungannya.
11. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada waktu yang berbeda.
12. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu klien bergerak kea rah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan menggunakan kerangka teori dan pendekatan sistematik.
13. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang waktu akan merubah kebutuhan kesehatan.

ASUMSI KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Asumsi mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang dikemukakan ANA (1980) yaitu keperawatan kesehatan komunitas merupakan system pelayanan kesehatan yang kompleks, keperawatan kesehatan komunitas merupakan subsistem pelayanan kesehatan. Penentuan kebijakan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, perawat dan klien membentuk hubungan kerja sama yang menunjang pelayanan kesehatan, lingkungan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan klien, serta kesehatan menjadi tanggung jawab setiap individu.

KARAKTERISTIK KEPERAWATAN
Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan keperawatan yang diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus pelayanan utama adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan dibe¬rikan secara komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat, klien memiliki otonomi yang tinggi, fokus perhatian dalam pelayanan keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat meng¬kaji dan mengintervensi klien dan lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi.

PRINSIP PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di¬masyarakat dan bukan di rumah sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan perilaku hidup sehat masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan ko¬munitas digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pela¬yanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.

TANGGUNG JAWAB PERAWAT KESEHATAN KOMUNITAS
Claudia M.Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat komunitas adalah menyediakan pela¬yanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya, mempertahankan lingkungan yang sehat, mengajarkan upaya-upaya peningkatkan kesehatan, pencegahan, penyakit dan injuri, identifikasi standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri serta me¬lakukan rujukan, mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect & abuse), memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart, kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat, melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan profesional, serta menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas dan melaksanakan riset keperawatan.

PERAN PERAWAT KOMUNITAS
1. Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien.

2. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya.
3. Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien.
4. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
5. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari.
6. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik keperawatan.
7. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

TATANAN PRAKTIK DALAM KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Perawat kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada berbagai posisi dengan fokus utama klien individu, keluarga, dan komunitas. (Archer, 1976). Tatanan praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua tatanan perawat komunitas dapat memberikan pelayanan dengan penekanan tingkat pencegahan primer, sekunder dan tertier. Perawat yang bekerja di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga, perawat sekolah, perawat kesehatan kerja atau pegawai gerontology.
Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Perawat keluarga adalah perawat terregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit.
Peran yang dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dibidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case management dan konsultasi.

Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986).
Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.

Perawat Kesehatan Kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat ditatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas dan lain-lain.


Perawat Gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi diberbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Lingkup praktik keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat.

KONSEP MODEL KEPERAWATAN
KOMUNITAS

Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, sosial dan cultural serta spiritual, terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan, dan pemeliharaan kesehatan dalam upaya mencapai tujuan.

MODEL SISTEM IMOGENE M. KING (1971)
Komunitas merupakan suatu system dari subsistem keluarga dan supra sistemnya adalah system sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu subsistem akan mempengaruhi komunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan, dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.

MODEL ADAPTASI C. ROY (1976)
Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptive pada komunitas.
Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.

MODEL “SELF CARE” D.E OREM (1971)
Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu : Mengenal masalah, Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, Merawat anggota keluarga yang mengalamai gangguan kesehatan, Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan, dan Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat.


Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit (Orem, 1980).
Individu : Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial dengan berbagai variasi tingkat kemampuan keperawatan mandiri.
“Self Care” : referensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang teliti bagaimana untuk memenuhi kebutuhan.
Keperawatan : pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan teknikal merupakan tindakan khusus. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan keperawatan mandiri dan kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik. Asuhan keperawatan mandiri dapat digunakan dalam praktik keperawatan keluarga.

Sasaran
1. Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara teraupetik
2. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri
3. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

Fokus Asuhan Keperawatan
1. Aspek interpersonal : hubungan di dalam keluarga
2. Aspek sosial: hubungan keluarga dengan masyarakat yang berada disekitarnya.
3. Aspek procedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi
4. Aspek teknis: mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang mampu dilakukan keluarga di rumah misalnya : mengompres dengan baik dan benar.
System keperawatan adalah membantu klien dalam meningkatkan atau melakukan keperawatan mandiri. System keperawatan mandiri dibagi tiga kategori bantuan sebagai berikut :
a. Wholly comphensatory, bantuan secara keseluruhan dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungan dan tidak berespon terhadap rangsangan.
b. Partially compensantory, bantuan sebagian dibutuhkan oleh klien yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit, misalnya kecelakaan.
c. Supportive-educative, dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang membutuhkan bantuan untuk mempelajari agar melakukan keperawatan mandiri.

MODEL “HEALTH CARE SYSTEM” BETTY NEUMAN
Asumsi yang dikemukakan Neuman tentang empat konsep utama dari paradigm keperawatan yang terkait keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variable-variabel: fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
2. Lingkungan
3. Sehat
4. Keperawatan
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan biopsiko – sosio – cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan berfokus pada empat intervensi yaitu : intervensi yang bersifat promosi dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan normal yang terganggu. Sedangkan intervensi yang bersifat kurasi atau rehabilitasi dilakukan apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang berhubngan dengan ketidakseimbangan yang terjadi pada ketiga garis pertahanan yaitu fleksibel, normal dan resisten serta berupaya membantu mempertahankan keseimbangan untuk sehat.
Intervensi yang dilakukan terhadap klien ditujukan pada garis pertahanan yang mengalami gangguan :
1. Intervensi bersifat promosi untuk gangguan pada garis pertahanan fleksibel
2. Intervensi bersifat prevensi untuk gangguan pada garis pertahanan normal
3. Intervensi bersifat kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan pada garis pertahanan resisten

Aplikasi Model Neuman pada Komunitas
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.


















ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS

PENDAHULUAN
Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktik kesehatan komunitas dan praktik kesehatan komunitas, bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan kesehatan.
Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh, lebih banyak tidak langsung dan diberikan secara terus menerus melalui kerja sama.
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah.

PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan (di rumah, di Puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan cara menggunakan proses keperawatan komunitas.
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan :
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien.



Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
• Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
• Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan.
• Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan stress.
• Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
• Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
• System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
• Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
• Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
2. Diagnosa keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi, karakteristik lingkungan.
Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama.

3. Perencanaan (intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.
c) Tahap pendidikan dan latihan
• Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
• Melakukan pengkajian
• Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
• Melatih kader
• Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d) Tahap formasi kepemimpinan
e) Tahap koordinasi intersektoral
f) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :
• Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
• Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
• Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium
• Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan
• Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan



4. Pelaksanaan (Implementasi)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

KONSEP PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: ADVOKASI, DUKUNGAN SOSIAL, dan PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :
1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)
2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya melalui kegiatan pelatihan.
3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan pada berbagai kesempatan dan media yang ada.
Adapun pengetahuan kesehatan serta faktor-faktor terkait yang dimaksud disini adalah mencakup :
• Pengenalan penyakit terutama penyakit menular dan tidak menular. Yang dimaksud disini adalah mengenal nama dan jenis penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, tanda dan gejalanya, bagaimana cara pencegahannya, serta termasuk pula dimana tempat-tempat yang tepat.
• Selain itu, pengetahuan tentang gizi, makanan / menu sehat, baik secara kuantitas maupun kualitas, termasuk pula berbagai akibat atau penyakit yang timbul dari kesalahan gizi.
• Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi dasar termasuk rumah sehat, sumber air bersih, pembuangan sampah serta berbagai isu kesehatan. lingkungan.
• pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya termasuk bahaya rokok, dan berbagai zat adiktif/narkotik
Agar lebih memperoleh gambaran yang komprehensif, dalam uraian selanjutnya akan dibahas berturut-turut mengenai PRINSIP, CIRI dan CONTOH serta INDIKATOR KEBERHASILAN pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
1. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.
• Menumbuh Kembangkan Potensi Masyarakat
Berbagai potensi yang terdapat dalam masyarakat antara lain berupa potensi SDM dan sumberdaya alam. SDM, meliputi penduduk sedang potensi sumberdaya alam meliputi kondisi geografisnya. Kemampuan SDM mengelola SDA yang tersedia pada gilirannya akan menghasilkan sumber daya ekonomi. Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara penduduk kaya dan miskin, berpendidikan tinggi dan rendah.

• Mengembangkan Gotong Royong Masyarakat
Seberapa besarpun potensi SDM dan SDA yang ada di masyarakat, tak akan berkembang dari dalam tanpa adanya kegotong royongan diantara sesama anggota masyarakat.

• Menggali Kontribusi Masyarakat
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah menggali potensi masyarakat terutama potensi ekonomi yang ada dimasing-masing anggota masyarakat.

• Menjalin Kemitraan
Seperti telah diuraikan, dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Disini, untuk membangun kemandirian, kemitraan adalah sangat penting perannya. Masyarakat yang mandiri adalah wujud dari kemitraan antar anggota masyarakat itu sendiri atau diantara masyarakat dengan pihak-pihak luar, baik pemerintah maupun swasta.

• Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat setempat, sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peranan sistem yang ada diatasnya adalah fasilitator dan motivator.
a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan Pemerintah Daerah setempat, dan pihak lain yang dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.

2. Ciri Pemberdayaan Masyarakat
Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan kedalam pemberdayaan masyarakat apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai berikut :

a. Tokoh atau Pimpinan Masyarakat
Disebuah masyarakat apapun baik pedesaan, perkotaan maupun pemukiman elit atau pemukiman kumuh, secara alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pemimpin atau tokoh masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat (Toma) ini dapat bersifat formal (Camat, Lurah, Ketua RT/RW) maupun bersifat informal (Ustad, Pendeta, Kepala Adat). Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.

b. Organisasi Masyarakat
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal maupun informal, misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan sebagainya.

c. Pendaaan Masyarakat
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak lama (tahun 1980-an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).

d. Material Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.

e. Pengetahuan Masyarakat
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge).




f. Teknologi Masyarakat (Community Technologi)
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh kaca, untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.

3. Contoh Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi
pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama menanggulangi masalah yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam memecahakan masalah yang dihadapi.

b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi
Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan peduli terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat.
Hal yang perlu diperhatikan :
• Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam rangka meningkatkan pendapatan.
• Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.
c. Pemberdayaan Petugas
d. Subsidi Langsung
1. Indikator Input :
a. Para pemimpin, toma formal dan informal berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
b. Ukuran besarnya dana yang digunakan dalam kegiatan yang ada, baik dana yang berasal dari kontribusi masyarakat maupun yang bersumber dari luar.
c. Bahan, alat serta material yang digunakan dalam kegiatan
2. Proses, misalnya seperti
a. Frekuensi kegiatan penyuluhan atau sejenis
b. Frekuensi kegiatan pelatihan atau sejenis
c. Banyaknya kader yang telah dilatih
d. Jumlah pertemuan yang terselenggara dsb
3. Output, a.l. seperti
a. Jumlah/jenis UKBM
b. Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat perilaku kesehatannya.
c. Jumlah keluarga yang memperoleh akses untuk income generating.
4. Dampak
a. Penurunan angka-angka kesakitan oleh berbagai penyakit
b. Penurunan angka-angka kematian secara umum
c. Penurunan angka-angka kelahiran kasar
d. Peningkatan status gizi balita dsb.



UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA
MASYARAKAT (UKBM)

PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang sehat, meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan yang lebih besar pengaruhnya pada kesehatan (Blum).
Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya yaitu pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam kaitannya dengan peningkatan dan kemajuan masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau dihadapi masyarakat agar dapat terhindar dari kematian dini, kecacatan, bahkan rendahnya taraf kebugaran sehingga terjaga produktivitas penduduk.

JENIS UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan Posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak dari tahun 1982. Saat ini telah popular di lingkungan Desa dan RW diseluruh Indonesia.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.

Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu dan kesehatan anak lainnya.
Kegiatan di Pondok Bersalin Desa antara lain melakukan pemeriksaan (Ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan pertolongan persalinan normal yang bersih dan aman, memberikan pelayanan KB, memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan masyarakat.

Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos Obat Desa merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (Penyakit rakyat/penyakit endemik).
Dilapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada. Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanannya a.l. menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan beberapa Program Kesehatan.

Pos Gizi (Pos Timbang)
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat menurunkan status gizi.
Dengan sasaran kegiatan yakni: 1) Bayi umur 6 – 11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 2) Anak umur 12 – 23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 3) Anak umur 24 – 59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 4) Seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada Pos Gizi ini apabila setelah diberikan PMT anak masih menderita Kekurangan Energi Protein (KEP) maka, makanan tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke Puskesmas (dirujuk).

Pos KB Desa (RW)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara nasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program berupa peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat kecamatan.
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh Poskestren adalah takjauh berbeda dengan Pos Obat Desa namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.

Saka Bakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembang minat, pengetahuan dan ketrampilan dibidang kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat dilingkungan sekitar.
Sasarannya adalah para peserta didik antara lain: Pramuka Penegak dan Pandega, Pramuka Penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pimpinan saka.

Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan penyuluhan kesehatan, melakukan pemeriksaan secara berkala, memberikan pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.

Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan teurtama dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.

Karang Taruna Husada.
Karang Taruna Husada adalah wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat Karang Taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu mendorong dinamika masyarakat dalam pem¬bangunan lingkungan dan masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunar, kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan Posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotonog-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi Karang Taruna ini sangat besar.

Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayan kesehatan diwilayah terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan melalui Puskesmas Keliling. Upaya pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera diatas.


POSYANDU


1. POSYANDU
Latar Belakang
Puskesmas adalah ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan pertama di masyarakat yang diperkenalkan mulai tahun 1968. Sejak berdirinya Puskesmas banyak bentuk pemberdayaan masyarakat yang telah diselenggarakan, antara lain: Karang Balita (gizi), Pos KB Desa (KB), Pos Imunisasi (Imunisasi), Daerah Kerja Intensif Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (penyuluhan).

Pengertian
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini dalam rangka 1) Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.

Dasar Pelaksanaan
Penyelenggaraan Posyandu didasarkan pada keputusan ber¬sama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan dan KBN melalui Surat Keputusan Bersama: dengan Nomor 23 tahun 1985, 21 /Men. Kes/Inst. B./IV 1985, dan 112/HK-011/ A/1985 tentang penyelenggaraan Posyandu, yaitu:
a. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyeleng¬garakan Posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK
b. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam mening¬katkan fungsi Posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program pembangunan masya¬rakat desa.
c. Meningkatkan peran fungsi LKMD dan PKK dengan meng¬utamakan peranan kader pembangunan.
Tujuan penyelenggaraan Posyandu
Departemen Kesehatan (1988) telah merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah untuk:
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia, dari Sejahtera (NKKBS)
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembang¬kan kegiatan yang menunjang kesehatan, dan
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melaksana¬kan kegiatan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan Dinas Kesehatan DKI (2006) merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu antara lain :
a. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar.
Penyelenggaraan Posyandu
Pada permulaan munculnya ide pembentukkan Posyandu, dibeberapa daerah sudah ada pos-pos pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat, namun pada umumnya pelayanan yang diberikan hanya salah satu pelayanan kesehatan, misalnya: pos penimbangan, pos imunisasi, pos KB desa, atau pos kesehatan Untuk itu, maka Posyandu diselenggarakan berdasarkan pengembangan dari pos-pos tersebut dengan melaksanakan berbagai pelayanan kesehatan secara terpadu. Sedangkan bagi daerah yang belum ada, dihimbau untuk pembentukan yang baru.


Sedangkan kegiatan lain atau yang disebut kegiatan tambahan anatara lain:
a. Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Lear Biasa (KLB), Misalanya: ISPA, DBD, Gizi buruk, Polio, Campak, Diphteri, pertusis, atau tetanus neonatorum.
d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD),
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD),
f. Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN)
g. Tabungan Masyarakat (TABUMAS)
h. Suami Siap Antar Jaga (SIAGA),
i. Ambulan Desa.
j. Penyehatan Air bersih clan penyehatan lingkungan pemukiman
k. Program diversivikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA),

Jenjang Posyandu
Menurut "Konsep ARRIF” Jenjang Posyandu dikelompokkan menjadi empat strata:
a. Posyandu Pratama (warna merah)
• Belum mantap
• Kegiatan belum rutin
• Kader terbatas
b. Posyandu Madya (warna Kuning)
• Kegiatan lebih teratur
• Jumlah kader minimal lima orang
c. Posyandu Purnama (warna Hijau)
• Kegiatan sudah teratur
• Cakupan program/kegiatan baik
• Jumlah kader lebih dari lima orang
• Mempunyai program tambahan

d. Posyandu Mandiri (warna biro)
• Kegiatan teratur dan mantap
• Memiliki dana sehat clan JKM yang mantap

2. KADER KESEHATAN
Pengertian
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara Posyandu. L.A Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan:
“kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat". Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan, bahwa:"Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela ".

Dasar Pemikiran
a) Dari segi kemampuan masyarakat
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dalam bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek, akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.

b) Dari segi kemasyarakatan
Perilaku kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat itu sendiri. Dalam upaya untuk me¬numbuhkan partisipasi masyarakat perlu memperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat, sehingga untuk mengikut¬sertakan masyarakat dalam upaya pembangunan dibidang kesehatan, harus berusaha menumbuhkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan sendiri dengan memper¬hitungkan sosial budaya setempat.

Persyaratan menjadi kader
Proses pemilihan kader hendaknya melalui musyawarah dengan Masyarakat, dan Para pamong desa harus juga mendukung. Persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan kader antara lain:
a. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
c. Mempunyai penghasilan sendiri
d. Tinggal tetap di desa yang bersangkutan,
e. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya,
f. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masya¬rakat,
g. Berwibawa,
h. Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga untuk meningkatkan keadaan kesehatan keluarga.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Dr. Ida Bagus, mengenai persyaratan bagi seorang kader antara lain :
a. Berasal dari masyarakat setempat
b. Tinggal di desa tersebut
c. Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama
d. Diterima oleh masyarakat setempat
e. Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah
f. Sebaiknya yang bias baca tulis

Fungsi Kader
a. Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan data-data, melaksanakan survey mawas diri, membahas hasil survey, menyajikan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat, menen tukankegiatanpenanggulangan masalah kesehatan ada bersama-bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.
b. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi, wawan¬muka (kunjungan), dengan menggunakan alat peraga dan percontohan.
c Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk bergotong royong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
d. Memberikan pelayanan yaitu,:
• Membagi obat
• Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
• Mengawasi pendatang didesanya dan melapor
• Memberikan pertolongan pemantauan penyakit
• Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya
5) Melakukan pencatatan, tentang:
• Jumlah akseptor KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb
• KIA: jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya
• Imunisasi: jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan
• Gizi: jumlah bayi yang ada, jumlah bayi atau balita yang mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangan.
• Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang di¬temukan dan dirujuk.
6) Melakukan pembinaan keluarga mengenai lima program keterpaduan KB-kesehatan. Keluarga binaan untuk masing-masing kader berjumlah 10-20 KK atau sesuai dengan kemampuan kader setempat.

Tugas Kader
Kader bukanlah tenaga professional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan, antara lain :
a. Kegiatan di Posyandu:
• Melaksanan pendaftaran.
• Menimbang bayi dan balita, Bumil/ ibu menyusui, WUS atau PUS,
• Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan,
• Mengisi KMS
• Memberikan penyuluhan.
• Memberi dan membantu pelayanan.
b. Kegiatan- diluar Posyandu:
• Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan Pos¬yandu,
• Melaksanakan kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ada, misalnya:
• Pemberantasan penyakit menular.
• Penyehatan rumah dan pembuangan sampah.
• Pembersihan sarang nyamuk.
• Penyediaan sarana air bersih.
• Penyediaan sarana jamban keluarga.
• Pembuatan sarana pembuangan air limbah.

3. REVITALISASI POSYANDU
Permasalahan yang dirasakan pada tataran konsep dan operasionalisasi Posyandu antara lain:
a) Kurang dilibatkannya anggota dan tokoh masyarakat yang secara sosial, budaya, dan ekonomi lebih potensial, memba¬tasi akses sumber daya,
b) Pengertian pemberdayaan masyarakat hanya secara fisik, menghambat keterlibatan semua anggota masyarakat
c) Pengertian kerelawan yang dicerna secara kaku, menghambat pemanfaatan tenaga profesional,
d) Kegiatan Posyandu yang kurang variasi dan tidak partisipatif, membosankan para pengelola dan peserta,
e) Penampilan Posyandu yang kurang variasi dan tidak atraktif, kurang menarik pengelola dan peserta,
f) Ekspektasi peran yang berlebihan (bimbingan medis dan manajerial), membebani tugas dan tanggungjawab Puskesmas.


DESA SIAGA DAN RW SIAGA

A. DESA SIAGA
Latar Belakang
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ IV/2000 telah ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tingginya angka kematian, terutama kematian pada ibu (AKI) dan bayi (AKB) menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka kesakitan yang akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti malaria dan tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit bare yang bersifat pandemik seperti HIV/AIDS, SARS dan flu burung serta masih banyak ditemukan penyakit¬penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah. Keadaan tersebut diperparah lagi dengan timbulnya berbagai jenis ben¬cana karna faktor alam.

LANDASAN HUKUM PENGEMBANGAN DESA SIAGA
1. Undang Undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1.
2. Undang Undang Nomor 4 tahun 1984 Tentang wabah penyakit menular
3. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
4. Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang perlin¬dungan anak
5. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
6. Undang Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pern¬bangunan Keuangan antara Pusat dan pemerintah Daerah
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ V/2000 Tentang Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010.
8. KEPMENDAGRI No.9 tahun 2001 tentang Kader Pember¬dayaan masyarakat.

PENGERTIAN DESA SIAGA
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan Desa Sehat.

TUJUAN DESA SIAGA
1. Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyara¬kat desa adanya resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan (bencana, wabah penyakit, kegawatdaruratan dan sebagainya). .
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
d. Meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam pembiayaan kesehatan.
e. Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pengampu (stakeholders) dalam mewujudkan kesehatan masyarakat desa.
f. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya dibidang kesehatan.

SASARAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi :
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader desa, serta petugas kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donator, dan stakeholders lainnya.

TITIK AWAL PENGEMBANGAN DESA SIAGA
Pengembangan Desa Siaga dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan desa yang akan dikembangkan.

KRITERIA DESA SIAGA
Kriteria dari Desa Siaga adalah sebagai berikut :
1. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki akses ke Puskesmas/Pustu, dikembangkan Pos Kesehatan Desa)
2. Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (misalnya Posyandu, Pos/Warung Obat Desa dan lain-lain)
3. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
4. Memiliki system pengamatan (surveilans) penyakit dan faktor-faktor resiko yang berbasis masyarakat.
5. Memiliki system kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.
6. Masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat.

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
MASYARAKAT (JPKM) DAN DANA SEHAT

A. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN JPKM
1. Dalam undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 1 No.1 5
JPKM adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya.
2. Pasal 66 ayat (1) UU No. 23 tahun 1992
Pemerintah mengembangkan, membina dan mendorong jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat sebagai cara yang dijadikan landasan setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan, yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya berazaskan usaha bersama dan kekeluargaan.

TUJUAN JPKM
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pemeliharaan kesehatan pari purna yang bermutu dan merata dengan mengendalikan biaya yang berasal dari peserta.

POKOK-POKOK KEGIATAN PENYELENGGARAAN JPKM
1. Pengembangan Organisasi Badan penyelenggara
Fungsi utama badan penyelenggara
a. Fungsi pengelolaan kepesertaan
b. Fungsi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan
c. Fungsi pengelolaan keuangan
d. Fungsi pengelolaan system informasi manajemen

b. Pengembangan Kepesertaan JPKM
Peserta adalah mereka yang telah menyetarakan kesediaannya untuk memakai jasa pemeliharaan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam ikatan kontrak.
Kepesertaan JPKM bersifat aktif, masyarakat melaksanakan kewajibannya untuk ikut serta memelihara kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya seperti dinyatakan dalam pasal 5 UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, dan memilih secara aktif salah satu badan penyelenggara yang paling sesuai dengan kebutuhannya.

3. Pengembangan Pemeliharaan Kesehatan
Diselenggarakan melalui suatu paket pemeliharaan kesehatan yang merupakan rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan serta berkesinambungan.
Paket tersebut terdiri dari :
a. Paket pemeliharaan kesehatan dasar
b. Paket pemeliharaan tambahan

4. Pengembangan Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan dalam JPKM mempunyai dua sisi. Di satu pihak mengupayakan agar terkumpul dana seoptimal mungkin dan dilain pihak mengupayakan agar dengan dana yang terkumpul tersebut dapat dibiayai seluruh kegiatan Badan Penyelenggara yang telah terencana.

5. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Bapel JPKM merupakan suatu organisasi yang bertanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan sejumlah orang yang menjadi pesertanya.

BERBAGAI BENTUK UPAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Pemeliharaan kesehatan pegawai negeri, penerima pensiun dan keluarga
2. Pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dan keluarga
3. Pemeliharaan kesehatan swasta
Beberapa pengusaha swasta telah mulai menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan berdasarkan JPKM untuk golongan tertentu dari masyarakat, terutama segmen yang berpenghasilan menengah ke atas.
4. Pemeliharaan kesehatan diri oleh dan untuk masyarakat (Dana Sehat)
Dana sehat adalah suatu upaya pemeliharaan kesehatan diri oleh dan untuk masyarakat umum.

MASALAH JPKM DI INDONESIA
Banyak faktor yang sebagai penyebab kenapa program JPKM belum berkembang di tanah air secara garis besar dapat dibedakan atas 5 macam :

1. Kurangnya komitmen serta dukungan politis dari pemerintah dalam mengembangkan program JPKM
2. Tidak siapnya aparat yang menangani program JPKM yang dapat dilihat antara lain dari masih rendahnya pemahaman petugas tentang program JPKM. Hasil penelitian. DepKes mencatat hanya sekitar 20% dari petugas kesehatan yang diteliti mengetahui apa yang dimaksud dengan JPKM.
3. Belum berkembangnya badan pelaksanan (Bapel) JPKM. Tercatat sampai dengan akhir tahun 1998, hanya 17 Bapel JPKM saja yang telah memperoleh izin operasional
4. Tidak siapnya penyelenggara pelayanan kesehatan dengan cara pembayaran yang baru, yakni yang semula menerapkan cara pembayaran tunai (fee for service) merubah menjadi cara pembayaran pra upaya (prospective payment)
5. Rendahnya minat masyarakat menjadi peserta program JP-KM, yang menyebabkan intara lain masih terjangkaunya pelayanan kesehatann adanya kebiasaan meminta bantuan dari anggota keluarga (extended family) serta rendahnya kesadaran berasuransi.