KEBANGUNAN KEAGAAN YANG BESAR -- 20
Sebuah kebangunan agama di
bawah pengumuman kedatangan Kristus yang segera, diramalkan dalam nubuatan
pekabaran malaikat yang pertama yang terdapat dalam Wahyu 14. Seorang malaikat
tampak terbang "ditengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal
untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua
bangsa, dan suku, dan bahasa dan kaum."
"Dengan suara nyaring," ia mengabarkab pekabaran itu,
"Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia karena telah tiba saat
penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan
laut dan semua mata air." (Wah. 14:6,7).
Fakta
bahwa seorang malaikat dikatakan menjadi jurukabar amaran ini adalah sesuatu
yang penting dan berarti. Oleh kemurnian, kemuliaan, dan kuasa Jurukabar
Surgawi itu, hikmat ilahi berkenan menyatakan sifat pekerjaan yang tinggi yang
harus dicapai oleh pekabaran dan kuasa dan kemuliaan yang menyertainya. Dan
malaikat yang terbang di "tengah-tengah langit" dan "suara
nyaring" dengan mana amaran itu disuarakan, dan penyebarluasan kepada
semua "yang diam di atas bumi" -- "kepada semua bangsa dan suku
dan bahasa dan kaum," -- membuktikan betapa cepatnya pergerakan itu
menyebar ke seluruh dunia.
Pekabaran itu sendiri memancarkan terang seperti pada saat pergerakan
ini dimulai. Ia dinyatakan sebagai bagian dari "Injil kekal." Dan pekabaran itu mengumumkan pembukaan
penghakiman. Kabar keselamatan telah disiarkan pada segala zaman, tetapi
pekabaran ini adalah bagian dari Injil yang dapat dikabarkan hanya pada akhir
zaman, karena hanya sesudah itulah benar bahwa saat penghakiman telah tiba.
Nubuatan-nubuatan itu menyatakan suatu rentetan peristiwa yang menuntun kepada
dimulainya penghakiman. Hal ini terutama benar dalam buku Daniel. Tetapi bagian
dari nubuatan ini yang berhubungan dengan akhir zaman, telah diperintahkan
kepada Daniel agar disembunyikan dan dimeteraikan "sampai pada akhir
zaman." Kita tidak boleh memberitakan berita tentang penghakiman sebelum
tiba waktunya, yang didasarkan atas penggenapan nubuatan-nubuatan itu. Tetapi
pada akhir zaman, kata nabi itu, "banyak orang akan menyelidikinya, dan
pengetahuan akan bertambah." (Daniel 12:4).
Rasul
Paulus mengamarkan gereja agar jangan mencari kedatangan Kristus pada
zamannya. "Sebab sebelum hari itu
haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka
yang harus binasa." (2 Tes. 2:3). Kita tidak bisa melihat kedatangan Tuhan
sebelum kemurtadan besar, dan pemerintahan yang lama dari "manusia
durhaka." "Manusia
durhaka," yang juga dijuluki "rahasia kejahatan," "si manusia jahanam," dan "si
jahat," melambangkan kepausan, yang mempertahankan supremasinya selama
1260 tahun, sebagaimana diramalkan dalam nubuatan. Masa ini berakhir pada tahun
1798. Kedatangan Kristus tidak akan terjadi sebelum waktu itu. Rasul Paulus menutupi seluruh dispensasi Kristen sampai tahun 1798 dengan
amarannya. Saat setelah waktu inilah pekabaran kedatangan Kristus yang kedua
kali itu dikabarkan.
Tidak ada pekabaran yang seperti itu
pernah diberitakan pada masa lalu. Paulus, sebagaimana kita lihat, tidak
mengkhotbahkannya, ia menunjukkan saudara-saudaranya kepada hari depan yang
jauh kepada kedatangan Tuhan. Para
Pembaharu tidak memberitakannya. Martin
Luther menempatkan penghakiman itu kira-kira 300 tahun di muka zamannya. Akan
tetapi sejak tahun 1798 buku Daniel telah dibukakan meterainya, pengetahuan
akan nubuatan telah dipertambahkan, dan banyak yang telah mengabarkan berita
penghakiman yang sudah dekat.
Seperti Pembaharuan besar pada abad ke
enam belas, Pergerakan Advent muncul di berbagai negeri Kekristenan pada waktu
yang bersamaan. Baik di Eropa maupun di Amerika orang-orang beriman dan yang
penuh doa telah dituntun untuk mempelajari nubuatan, dan meneliti
catatan-catatan yang diilhamkan. Mereka menemukan bukti bahwa akhir dari segala
sesuatu sudah dekat. Di berbagai negeri ada badan-badan Kristen yang terpencil
yang, sama sekali hanya mempelajari Alkitab, sampai pada keyakinan bahwa
kedatangan Juru Selamat sudah dekat.
Pada tahun 1821, tiga tahun setelah
Miller sampai pada keterangan (eksposisi) nubuatan-nubuatan yang menunjuk
kepada waktu penghakiman, Dr. Joseph Wolff, "misionaris ke seluruh
dunia," mulai menyiarkan kedatangan Tuhan yang segera. Wolf lahir di
Jerman, dari keturunan Iberani, ayahnya seorang rabbi Yahudi. Pada masa remaja
ia telah yakin kebenaran agama Kristen. Selaku seorang yang aktif dan
berpikiran cerdas, ia telah menjadi pendengar yang menaruh perhatian kepada
pembicaraan-pembicaraan yang diadakan di rumah ayahnya, pada waktu orang-orang
Iberani yang taat berkumpul setiap hari untuk memperbincangkan pengharapan dan
perkiraan orang-orang mereka, kemuliaan kedatangan Mesias, dan pemulihan
Israel. Pada suatu hari ia mendengar Yesus orang Nasaret diperbincangkan, lalu
anak itu bertanya siapa Dia. "Seorang Yahudi yang sangat berbakat,"
jawabnya, "tetapi pada waktu ia berpura-pura jadi Mesias, pengadilan
Yahudi menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya." "Mengapa," kembali
penanya bertanya, "Yerusalem dihancurkan, dan mengapa kita
ditawan?" "Wah, wah!"
jawab ayahnya, "karena orang-orang Yahudi membunuh nabi-nabi." Pikiran segera timbul pada anak itu,
"mungkin Yesus juga adalah seorang nabi, dan orang Yahudi membunuh Dia
sedangkan Dia tidak bersalah." -- "Travels and Adventures of Rev.
Joseph Wolff." Vol. I, p. 6.(ed.1860). Begitu kuat perasaan ini
mempengaruhinya, sehingga walaupun ia dilarang memasuki gereja Kristen, sering
ia tinggal di luar untuk mendengarkan khotbah.
Pada waktu ia baru berumur tujuh tahun,
ia membual kepada seorang tetangga, seorang orang Kristen yang sudah tua,
mengenai kemenangan Israel di masa depan pada waktu kedatangan Mesias. Orang
tua itu berkata dengan lembut, "Hai anakku, saya katakan kepadamu siapa Mesias
yang sebenarnya. Ia adalah Yesus orang Nasaret, . . . yang telah disalibkan oleh nenek moyangmu,
seperti yang telah mereka lakukan kepada nabi-nabi zaman dahulu. Pulanglah ke
rumah dan baca fatsal 53 buku Yesaya, maka engkau akan yakin bahwa Yesus Kristus
adalah Anak Allah." -- "Travels and Adventures of Rev.
Joseph Wolff," Vol. I, p. 7.
Anak itu segera yakin. Ia pulang ke rumah dan membaca Kitab Suci, dengan
kagum ia melihat betapa sempurnanya hal itu digenapi pada diri Yesus orang
Nasaret. Apakah benar kata-kata orang
Kristen itu? Anak itu meminta penjelasan nubuatan itu dari ayahnya. Tetapi
ayahnya diam dan marah sehingga ia tidak pernah berani lagi menyinggung masalah
itu. Tetapi, hal ini hanya menambah kerinduannya untuk mengetahui lebih banyak
mengenai agama Kristen.
Pengetahuan yang ia cari tidak bisa ia
peroleh di rumahnya yang keluarga Yahudi, sebab begitu ketat dihindarkan
daripadanya dan dilarang. Tetapi pada waktu ia berumur sebelas tahun, ia
meninggalkan rumah ayahnya dan pergi berkelana untuk mencari pendidikan, untuk
memilih agamanya dan pekerjaan seumur hidupnya. Untuk sementara ia tinggal di
rumah sebuah keluarga, tetapi segera diusir dari sana sebagai seorang yang
murtad. Sekarang ia sendirian, tanpa uang sesenpun ia mengadakan perjalanan di
antara orang-orang asing. Ia pergi dari satu tempat ke tempat yang lain,
belajar dengan rajin dan membiayai dirinya dengan mengajar bahasa Iberani.
Melalui pengaruh seorang instruktur Katolik, ia dituntun untuk menerima iman
Romawi, dan bermaksud menjadi seorang misionaris kepada bangsanya sendiri.
Dengan tujuan ini, beberapa tahun kemudian, ia pergi belajar di College of the
Propaganda di Roma. Di sini, ia dituduh sebagai seorang murtad, seorang bida'ah
karena kebiasaannya berpikir bebas dan berbicara terus terang. Ia menyerang
secara terus terang penyalahgunaan gereja dan mengajak mengadakan pembaharuan
seperlunya. Walaupunpada mulanya ia
diperlakukan secara istimewa oleh pejabat-pejabat kepausan, tetapi tidak berapa
lama kemudian ia diusir dari Roma. Di bawah pengawasan gereja ia pergi dari
satu tempat ke tempat lain, sampai akhirnya jelas bahwa ia tidak bisa tunduk
kepada perhambaan Romanisme. Ia dinyatakan sebagai seorang yang tidak bisa
diperbaiki dan dibiarkan dengan bebas kemana ia suka pergi. Sekarang ia pergi ke Inggeris, dan mengaku mempunyai iman Protestan. Ia
bergabung dengan Gereja Inggeris. Setelah belajar selama dua tahun, ia
berangkat pada tahun 1821 untuk memulai misinya.
Pada waktu Wolff menerima kebenaran yang
agung, yaitu kedatangan Kristus yang pertama sebagai "seorang yang susah
dan biasa dengan penderitaan." ia melihat bahwa nubuatan-nubuatan
menyatakan dengan jelas kedatangan-Nya yang kedua kali dengan kuasa dan
kemuliaan. Pada waktu ia berusaha menuntun umat-Nya kepada Yesus dari Nasaret
sebagai Yang Dijanjikan, dan menunjukkan mereka kepada kedatangan-Nya yang
pertama dalam kehinaan sebagai korban bagi dosa-dosa manusia, ia juga
mengajarkan kepada mereka mengenai kedatangan-Nya yang kedua kali sebagai raja
dan pelepas.
"Yesus orang Nasaret, Mesias yang
benar," katanya, "yang tangan-Nya dan kaki-Nya telah dipaku, yang
telah dibawa ke pembantaian seperti seekor anak domba, seorang orang susah yang
sudah biasa dengan penderitaan, yang adalah tongkat kerajaan yang diambil dari
suku Yehuda dan pemerintahan di antara kedua kakinya datang untuk pertama kali,
Ia akan datang untuk kedua kalinya dalam awan dengan bunyi sangkakala penghulu
malaikat," -- Wolff, "Researches and Missionary Labours," p. 62
(ed. 1835), "dan akan berdiri di atas Bukit Zaitun. Dan pemerintahan, yang
pernah diberikan kepada Adam pada waktu kejadian, tetapi hilang dari
tangannya(Kej. 1:26; 3:17) akan diserahkan kepada Yesus. Ia akan menjadi raja atas seluruh dunia. Rintihan dan ratapan semua makhluk ciptaan
akan berakhir, tetapi nyanyian pujian dan ucapan syukur akan terdengar . . . .
Bilamana Yesus datang dalam kemuliaan Bapa-Nya, dengan malaikat-malaikat kudus,
. . . orang-orang percaya yang sudah
mati akan bangkit dahulu.(1 Tes. 4:16; 1 Kor. 15:23). Inilah yang kita
orang-orang Kristen sebut kebangkitan yang pertama. Kemudian dunia binatang
akan mengubah alamiahnya (Yes. 11:6-9), dan tunduk kepada Yesus (Maz. 8). Terjadilah perdamaian
universal." -- "Journal of the Rev. Joseph Wolff," pp. 378,379
(ed.1839). "Sekali lagi Tuhan akan melihat dunia ini, dan berkata,
'Lihatlah, semuanya baik adanya.'" -- Idem, p. 294.
Wolff
percaya bahwa kedatangan Tuhan itu sudah dekat, dan penafsirannya akan
masa-masa nubuatan itu menempatkan hari kebinasaan besar itu atau hari
penyempurnaan besar itu beberapa tahun sesudah waktu yang ditunjukkan oleh Wm.
Miller. Kepada mereka yang mengutip dari Alkitab, "Tetapi tentang hari dan
ketikanya tak seorangpun yang tahu," bahwa tak seoranpun yang tahu
mengenai dekatnya kedatangan itu, Wolff menjawab, "Apakah Tuhan kita
mengatakan bahwa hari dan ketikanya itu
tidak akan pernah diketahui? Bukankah Ia memberikan kepada kita tanda -tanda
zaman agar kita tahu paling sedikit kedatangan-Nya yang sudah mendekat?,
sebagaimana seseorang yang mengetahui bahwa musim panas sudah mendekat oleh
melihat ranting-ranting pohon ara mulai melembut dan mulai bertunas? (Maz.
24:32). Apakah kita tidak boleh mengetahui waktunya, sementara Ia sendiri
mengajak kita untuk tidak hanya membaca buku nabi Daniel, tetapi juga
mengertinya? Dan dalam buku Daniel itu sendiri dikatakan bahwa firman itu
dimeteraikan sampai akhir zaman (memang demikianlah halnya pada zamannya) dan
bahwa 'banyak orang akan menyelidikinya' (istilah Iberani untuk mengatakan
memperhatikan dan memikirkan mengenai waktu), 'dan pengetahuan' (mengenai waktu
itu) 'akan dipertambahkan.' (Dan. 12:4). Disamping itu, Tuhan kita tidak
bermaksud dengan mengatakan ini bahwa waktunya yang sudah dekat tidak akan
diketahui, tetapi 'hari dan jam yang tepat tak seorangpun yang tahu.' Ia mengatakan bahwa cukup mengetahui dari
tanda-tanda zaman untuk mendorong kita bersedia kepada kedatangan-Nya itu,
sebagaimana Nuh menyediakan bahtera." -- Wolff, "Research and
Missionary Labours," pp. 404,405.
Mengenai cara penafsiran Alkitab yang umum atau penafsiran Alkitab yang
salah, Wolff menulis, "Sebagian besar gereja Kristen telah menyimpang dari
arti sederhana Alkitab itu, dan telah beralih ke cara berpikir khayal
orang-orang Buddha; mereka percaya bahwa kebahagiaan manusia di masa yang akan
datang akan terdiri dari melayang-layang di udara, dan menyangka bahwa bilamana
mereka membaca orang Yahudi; mereka harus memahami orang kafir; dan bilamana mereka membaca Yerusalem,
mereka harus memahami gereja. Dan jikalau dikatakan dunia, artinya
langit; dan untuk kedatangan Tuhan mereka harus mengerti kemajuan
perkumpulan-perkumpulan misionaris; dan naik ke bukit rumah Tuhan, menyatakan
pertemuan kelompok Metodis besar." --
"Journal of the Rev. Joseph Wolff," p. 96.
Selama
dua puluh empat tahun, dari tahun 1821-1845, Wolff menjelajahi Mesir dan
Abessinia di Afrika, melintasi Palestina, Syria, Persia, Bokhara dan India di
Asia. Ia juga mengunjungi Amerika Serikat, dalam perjalanan untuk berkhotbah di
pulau St. Helena. Ia tiba di New York pada bulan Agustus 1837, dan setelah
berkhotbah di kota itu ia berkhotbah di Philadelphia dan Baltimore, dan
akhirnya menuju Washington. Di sini ia berkata, "atas usul yang
dikemukakan bekas presiden John Quincy Adam, dalam salah satu rapat-rapat
Kongres, dengan suara bulat Kongres menyetujui Gedung Kongres saya gunakan
untuk tempat ceramah. Saya berceramah di sana pada hari Sabtu dihadapan semua
anggota Kongres dan juga uskup Virginia, dan para ulama serta penduduk
Washington. Penghormatan yang serupa juga diberikan kepada saya oleh
anggota-anggota pemerintahan New Jersey dan Pensylvania, dimana saya
menyampaikan ceramah saya mengenai riset saya di Asia dan juga tentang
keberadaan pribadi Yesus Kristus." -- "Journal of the Rev.
Joseph Wolff," pp. 398,399.
Dr.
Wolf menjelajahi negeri-negeri yang paling kejam dan biadab, tanpa perlindungan
sesuatu negara atau kekuasaan Eropah, menanggung banyak kesulitan dan
dikelilingi banyak mara bahaya. Ia dipukuli dengan tongkat, dibiarkan
kelaparan, dijual sebagai budak, dan tiga kali dijatuhi hukuman mati. Ia
dihadang perampok, dan kadang-kadang hampir mati kehausan. Suatu kali semua
miliknya dirampok, dan dibiarkan berjalan ratusan mil tanpa alas kaki melalui
gunung-gunung, salju menerpa wajahnya,
dan kakinya yang bertelanjang itu kaku karena menginjak tanah yang sudah
membeku.
Pada
waktu ia diamarkan jangan pergi tanpa senjata di antara suku-suku yang ganas
dan liar, ia menyatakan bahwa dirinya "dipersenjatai" -- "doa, semangat bagi Kristus, dan
keyakinan akan pertolongan-Nya."
"Saya juga," katanya, "dibekali dengan Kasih Allah dan
tetangga saya dalam hati saya, serta Alkitab ditangan saya." -- Adams, W.H.D.,
"In Perils Oft," p. 192.
Kemana saja ia pergi ia membawa Alkitab bahasa Iberani dan bahasa
Inggeris sertanya. Mengenai salah satu perjalanannya yang kemudian, ia berkata,
"Saya memegang Alkitab itu terbuka di tangan saya. Saya merasakan kuasa
saya ada di dalam Alkitab itu dan bahwa kuasa itu akan memelihara saya." -- Idem,
p. 201.
Demikianlah ia bersabar di dalam pekerjaannya sampai pekabaran
penghakiman itu telah disampaikan ke sebagian besar dunia yang sudah
berpenduduk. Ia membagikan firman Allah dalam berbagai bahasa di antara orang-orang
Yahudi, Turki, Persia, Hindu dan banyak lagi bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa
lain, dan dimana-mana ia mengabarkan pemerintahan Mesias yang sudah dekat itu.
Dalam
perjalanannya ke Bokhara ia menemukan doktrin kedatangan Tuhan yang segera yang
dipegang oleh orang-orang udik yang terpencil. Orang-orang Arab di Yaman,
katanya, "memiliki buku yang dinamakan 'Seera' yang mengamarkan mengenai
kedatangan Kristus yang kedua kali dan pemerintahannya dalam kemuliaan. Dan
mereka mengharapkan akan terjadi peristiwa besar pada tahun 1840." -- Journal of the Rev. Joseph Wolff,"
p. 377. "Di Yaman, . . . saya
tinggal bersama anak-anak keturunan Rechab selama enam hari. Mereka tidak minum
anggur, tidak menanam pokok anggur, tidak menanam biji apapun, mereka hidup di
tenda dan mengingat Jonadab, anak Rehab.
Dan saya menemukan bersama mereka anak-anak Israel dari suku Dan . .
. yang, bersama anak-anak Rechab,
mengharapkan kedatangan Mesias yang segera di awan-awan." -- Idem,
p. 389.
Kepercayaan yang sama ditemukan oleh misionaris lain di antara
orang-orang Tartar. Imam Tartar bertanya kepada misionaris kapan Kristus akan
datang kedua kali. Pada waktu misionaris itu menjawab bahwa ia tidak
mengetahuinya, imam itu tampaknya heran atas kebodohan seseorang yang mengaku
sebagai guru Alkitab. Dan ia mengatakan kepercayaannya, yang didasarkan atas
nubuatan, bahwa Kristus akan datang kira-kira pada tahun 1844.
Pada
tahun 1826 pekabaran Advent mulai diberitakan di Inggeris. Pergerakan di sini
tidak begitu jelas bentuknya seperti di Amerika. Waktu yang tepat mengenai
kedatangan itu tidak begitu umum diajarkan, tetapi kebenaran agung mengenai
kedatangan Yesus yang segera, dalam kuasa dan kemuliaan diberitakan secara
luas. Dan pemberitaan ini bukan saja kepada orangorang yang ingkar, tetapi juga
kepada orang-orang yang tidak mau berkompromi. Mourant Brock, seorang penulis
Inggeris, mengatakan bahwa kira-kira tujuh ratus pendeta Gereja Inggeris
terlibat dalam mengkhotbahkan "Injil kerajaan" itu. Pekabaran yang
menunjukkan kepada tahun 1844 sebagai waktu kedatangan Tuhan juga diberitakan
di Inggeris Raya. Risalah-risalah mengenai kedatangan Kristus kedua kali dari
Amerika serikat disebarkan secara luas. Buku-buku dan majalah-majalah
dicetak-ulang di Inggeris. Dan pada tahun 1842, Robert Winter, seorang
kelahiran Inggeris, yang telah menerima iman advent di Amerika, kembali ke
negerinya untuk memberitakan kedatangan Tuhan. Banyak orang yang bergabung
dengan dia, dan pekabaran penghakiman itu disiarkan di berbagai bagian
Inggeris.
Di Amerika Selatan, di antara barbarisme,
Lacunza, seorang Spanyol dan seorang imam, membaca Alkitab dan menemukan dan
menerima kebenaran tentang kedatangan Kristus yang segera. Di dorong oleh
keinginan untuk memberikan amaran, namun ingin melepaskan diri dari cemoohan
dan kritikan Roma, ia menerbitkan pandangannya dalam buku yang diberi judul,
"Rabbi Ben-Ezra," yang
memperkenalkan dirinya sebagai seorang Yahudi yang sudah bertobat. Lacunza
hidup pada abad ke delapan belas, tetapi baru kira-kira tahun 1825 buku ini
tersebar di London. Buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris. Penerbitan
buku itu memperdalam perhatian yang telah bangkit di Inggeris mengenai
kedatangan Kristus kedua kali.
Di
Jerman, doktrin ini telah diajarkan pada abad ke delapan belas oleh Bengel,
seorang pendeta Gereja Lutheran, dan seorang sarjana dan ahli kritik Alkitab
yang terkenal. Setelah menyelesaikan
pendidikannya, Bengel telah "membaktikan dirinya untuk mempelajari teologia
yang sangat diminatinya dan diperdalam serta diperkuat oleh pendidikannya yang
sebelumnya. Seperti pemuda-pemuda lain yang bertabiat berhati-hati, baik
sebelum ataupun sesudah, ia bergumul dengan keragu-raguan dan kesulitan
sifat-sifat agama. Dan ia menyindir dengan perasaan tentang "banyak anak
panah yang menusuk hatinya yang membuat masa mudanya sulit ditanggung."
-- Encyclopaedia Britanica, art.
Bengel (ninth edition). Setelah ia menjadi anggota Majelis Gereja di
Wurtemberg, ia menganjurkan kebebasan beragama.
"Sementara mempertahankan hak-hak dan kesempatan gereja, ia adalah
penganjur untuk semua kebebasan yang layak bagi mereka yang terikat, atas dasar
hati nurani, untuk mnengundurkan diri dari persekutuannya." -- Encyclopaedia
Britanica, art. Bengel (ninth edition). Pengaruh-pengaruh baik kebijakan
ini masih terasa di kampung halamannya.
Pada
waktu ia menyediakan khotbah dari Wahyu 21 untuk "Minggu
Advent," terang kedatangan Kristus
yang kedua kali muncul di pikiran Bengel. Nubuatan-nubuatan Wahyu dibukakan
kepada pengertiannya seperti belum pernah sebelumnya. Dipenuhi dengan perasaan
penting yang menakjubkan dan pandangan yang melebihi segala kemuliaan yang
ditunjukkan nabi itu, ia dipaksa beralih untuk sementara dari pokok pemikiran
itu. Di mimbar, perasaan itu sekali lagi datang kepadanya dengan sangat terang
dan berkuasa. Sejak waktu itu ia mengabdikan diri untuk mempelajari
nubuatan-nubuatan, terutama nubuatan yang mempunyai lambang-lambang, yang
kekuasaan Allah akan menghancurkan segala kekuasaan dunia, seperti pada buku
Wahyu. Dan dengan segera ia sampai pada keyakinan bahwa nubuatan-nubuatan itu
menunjuk kepada kedatangan Kristus kedua kali yang sudah dekat. Waktu yang ia
tetapkan sebagai waktu kedatangan yang kedua kali itu tidak jauh berbeda dengan
apa yang ditetapkan oleh William Miller kemudian.
Tulisan-tulisan Bengel telah disebarkan di seluruh dunia Kristen.
Pandangan-pandangannya mengenai nubuatan pada umumnya diterima di negara
bagiannya Wurtemberg, dan dalam beberapa hal, di bagian-bagian Jerman lainnya.
Pergerakan ini diteruskan sesudah ia meninggal dunia, dan pekabaran Advent itu
di dengar di Jerman pada waktu yang sama pekabaran itu menarik perhatian
orang-orang di negeri-negeri lain. Sebelumnya beberapa dari oranhg-orang
percaya pergi ke Rusia, dan membentuk kelompok tempat tinggal di sana. Dan iman
mengenai kedatangan Kristus yang kedua kali yang tidak lama lagi tetap dipegang
oleh gereja-gereja orang Jerman di negeri itu.
Terang
itu juga bersinar di Perancis dan Swis. Di Geneva, dimana Farel dan Calvin
telah menyebarkan kebenaran Pembaharuan, Gaussen memberitakan kabar kedatangan
Kristus yang kedua kali. Pada waktu masih menjadi mahasiswa, Gaussen telah
menemukan bahwa roh rasionalisme melanda Eropa pada akhir abad ke delapan belas
dan permulaan abad ke sembilan belas; dan pada waktu ia memulai pelayanannya
sebagai pendeta ia bukan saja buta mengenai iman yang benar, tetapi ia
cenderung skeptis, ragu-ragu. Pada masa mudanya ia tertarik untuk mempelajari
nubuatan. Setelah ia membaca tulisan "Rollin's Ancient History,"
perhatiannya tertarik kepada buku Daniel fatsal yang kedua. Dan ia tertarik
kepada ketepatan yang luar biasa dari nubuatan yang telah digenapi, sebagaimana
terlihat dalam catatan ahli sejarah itu. Ini adalah suatu kesaksian kepada inspirasi
Alkitab, yang menjadi jangkar baginya ditengah-tengah malapetaka tahun-tahun
berikutnya. Ia tidak merasa puas dengan ajaran rasionalisme. Dan dalam
mempelajari Alkitab dan mencari terang yang lebih jelas, setelah beberapa lama
kemudian, ia telah dituntun kepada iman yang positif.
Pada
waktu ia meneruskan penyelidikannya terhadap nubuatan-nubuatan, ia akhirnya
tiba pada keyakinan bahwa kedatangan Tuhan sudah dekat. Terkesan oleh
khidmatnya dan pentingnya kebenaran agung ini, ia ingin membawakannya di hadapan
orang-orang. Tetapi kepercayaan populer yang menyatakan bahwa buku Daniel
adalah misteri yang tidak bisa dimengerti menjadi penghalang besar keinginannya
itu. Akhirnya ia memutuskan -- sebagaimana yang telah lakukan oleh Farel
sebelum dia dalam mengevangelisasi Geneva -- memulai dengan anak-anak dengan
harapan dapat menarik perhatian para orang tua.
"Saya ingin hal itu dimengerti," katanya kemudian waktu
berbicara mengenai langkah yang diambilnya, "bukan karena itu kurang
penting, tetapi sebaliknya oleh karena nilainya yang besar, sehingga saya ingin
menyajikannya dalam bentuk yang biasa, dan saya tujukan kepada anak-anak. Saya
ingin didengar, dan saya takut tidak akan didengar jika terlebih dahulu saya
tujukan kepada orang-orang dewasa. "Oleh sebab itu saya putuskan untuk
memulai dengan yang paling muda. Saya kumpulkan pendengar anak-anak. Jika
kelompok ini semakin banyak, jika mereka kelihatannya mau mendengar, jika
mereka senang, tertarik dan bahwa mereka mengerti dan dapat menerangkan pokok bahasan,
maka saya merasa pasti akan ada kelompok kedua dengan segera. Dan pada
gilirannya, orang-orang dewasa akan dapat melihat bahwa adalah berguna duduk
bersama dan belajar. Bilamana hal ini terjadi, maka usaha sudah
berhasil."-- Gaussen, L., "Daniel
the Prophet," Vol. II, Preface.
Usaha
itu berhasil. Pada waktu ia mengajar anak-anak itu, orang-orang dewasa datang
untuk mendengarkan. Ruang gerejanya penuh dengan pendengar-pendengar yang
berminat. Di antara mereka terdapat orang-orang berpangkat dan yang terpelajar,
dan orang-orang yang sedang berkunjung ke Geneva. Dengan demikian, kabar itu
telah dibawa ke tempat-tempat lain.
Didorong oleh keberhasilannya, Gaussen menerbitkan
pelajaran-pelajarannya itu, dengan harapan untuk memajukan pelajaran buku-buku
nubuatan di jemaat-jemaat yang berbahasa Perancis. "Untuk menerbitkan
pelajaran yang diberikan kepada anak-anak," kata Gaussen, "adalah
mengatakan kepada orang dewasa, yang terlalu sering mangabaikan buku-buku
seperti itu dengan dalih bahwa buku-buku itu samar-samar, 'bagaimana mungkin
buku-buku itu samar-samar sementara anak-anakmu bisa mengerti?'" "Saya mempunyai kerinduan yang
besar," ia tambahkan, "memberikan pengetahuan nubuatan yang populer
di kelompok kita, kalau memungkinkan."
"Dan yakin tidak ada pelajaran yang tampaknya bisa menjawab
kebutuhan zaman lebih baik dari ini."
"Dengan inilah kita boleh bersedia kepada kesengsaraan dan
penderitaan yang sudah dekat, dan berjaga dan menunggu kedatangan Yesus
Kristus.
Walaupun Gaussen adalah seorang pendeta berbahasa Perancis yang paling
menonjol dan paling disenangi, tidak berapa lama kemudian ia diskors dari
kependetaan. Kesalahan utamanya adalah bahwa ia telah menggunakan Alkitab dalam
mengajar pemuda-pemuda sebagai gantinya katekismus gereja, buku pegangan yang
rasionalistis, dan yang hampir tak mempunyai iman yang positif. Sesudah itu ia
menjadi guru di sekolah teologia, sementara pada hari Minggu ia terus
mengerjakan tugasnya sebagai guru agama mengajar anak-anak dan memberikan petunjuk
dari Alkitab. Pekerjaannya mengenai nubuatan membangkitkan banyak minat. Dari
jabatannya sebagai profesor, melalui percetakan dan kerja favoritnya sebagai
guru anak-anak, ia teruskan selama bertahun-tahun mengerahkan suatu pengaruh
yang luas. Dan ia adalah alat yang ampuh dalam menarik perhatian orang banyak
untuk mempelajari nubuatan-nubuatan yang menunjukkan bahwa kedatangan Tuhan
sudah dekat.
Di
Skandinavia juga telah diberitakan pekabaran Advent dan api perhatian yang luas
telah disulut. Banyak orang yang telah bangkit dari kelalaiannya, mengakui dan
meninggalkan dosa-dosa mereka, dan mencari pengampunan dalam nama Yesus
Kristus. Tetapi alim ulama gereja negara menentang gerakan ini, dan melalui
pengaruh mereka beberapa orang yang memberitakan pekabaran itu dijebloskan ke
dalam penjara. Di beberapa tempat, pengkhotbah kedatangan Yesus Kristus yamg
tidak lama lagi itu dibungkam, Allah suka mengirim pekabaran itu dalam cara
yang ajaib, melalui anak-anak kecil. Oleh karena mereka masih di bawah umur,
undang-undang negara tidak boleh membatasi mereka, dan mereka diizinkan untuk
berbicara tanpa gangguan.
Gerakan ini terutama di antara golongan bawah, dan di tempat-tempat
sederhana tempat tinggal para buruh itulah orang-orang berkumpul untuk mendengarkan
amaran. Pengkhotbah-pengkhotbah cilik itu sendiri adalah anak-anak dari
penghuni gubuk-gubuk miskin itu. Beberapa dari antara mereka belum berumur enam
tahun atau delapan tahun. Dan sementara kehidupan mereka menyaksikan bahwa
mereka mengasihi Juru selamat, dan mencoba hidup dalam penurutan kepada
kehendak Allah yang kudus, biasanya mereka hanya menunjukkan kecerdasan dan
kemampuan yang biasa terlihat pada anak-anak seumur mereka. Namun, bilamana
mereka berdiri di hadapan orang-orang, nyatalah bahwa mereka digerakkan oleh
suatu pengaruh di luar karunia mereka yang biasa. Nada dan cara berbicaranya
berubah, dan dengan kuasa yang sungguh-sungguh mereka memberikan amaran
penghakiman dengan menggunakan kata-kata dari Alkitab, "Takutlah akan Allah
dan muliakanlah Dia, karena hari penghakiman-Nya sudah tiba." Mereka
mencela dosa-dosa orang banyak, bukan saja mencela kebejatan moral dan
kejahatan, tetapi juga mencela keduniawian dan kemurtadan; dan mengamarkan
pendengar-pendengar agar segera menyingkir dari murka Allah yang akan datang.
Orang-orang mendengarkan dengan gemetar. Roh Allah yang meyakinkan itu
berbicara ke dalam hati mereka. Banyak yang dituntun untuk menyelidiki Alkitab
dengan minat yang baru dan mendalam. Keadaan tak bertarak dan tak bermoral
dibaharui, yang lain meninggalkan kebiasaannya yang tidak jujur. Dan pekerjaan
ini telah dilakukan begitu nyata sehingga pendeta-pendeta negara sendiripun
terpaksa mengakui bahwa tangan Allah ada dalam gerakan ini.
Adalah
kehendak Allah agar berita kedatangan Juru Selamat dikabarkan di negara-negara
Skandinavia. Dan bilamana suara hamba-hamba-Nya dibungkam, Ia mencurahkan
Roh-Nya ke atas anak-anak, agar pekerjaan itu dapat dilaksanakan. Pada waktu
Yesus semakin dekat memasuki Yerusalem diserati oleh orang banyak yang
bersukacita yang, dengan pekik kemenangan dan lambaian daun-daun palem,
mengumumkan-Nya sebagai Anak Daud, orang-orang Farisi yang cemburu memintanya
untuk mendiamkan mereka. Tetapi Yesus menjawab bahwa semua ini adalah kegenapan
nubuatan. Jika mereka harus diam maka batu-batu juga akan berbicara.
Orang-orang, yang ditakut-takuti oleh ancaman imam-imam dan penguasa-penguasa,
menghentikan pernyataan sukacita mereka pada waktu mereka memasuki gerbang kota
Yerusalem. Tetapi kemudian anak-anak di halaman Bait Allah menyambut dengan
sorak sorai, sambil melambai-lambaikan daun palem mereka berseru, "Hosana
bagi anak Daud!" (Mat. 21:8-16). Pada waktu orang Farisi sangat jengkel,
lalu mereka berkata kepada-Nya, "Engkau dengar apa yang dikatakan
anak-anak ini?" Yesus menjawab, "Aku dengar, belum pernah kamu baca:
Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusui Engkau telah menyediakan
puji-pujian?" Sebagaimana Allah
bekerja melalui anak-anak pada waktu kedatangan Yesus yang pertama, demikianlah
Ia bekerja melalui mereka dalam memberitakan kedatangan-Nya yang kedua kali.
Firman Allah harus digenapi, bahwa pekabaran kedatangan Juru Selamat harus
disampaikan kepada semua orang, bahasa dan bangsa.
Kepada
William Miller dan rekan-rekannya diberi tugas untuk memberitakan amaran itu di
Amerika. Negara ini menjadi pusat Pergerakan Advent besar itu. Di sinilah
nubuatan pekabaran malaikat yang pertama digenapi secara langsung.
Tulisan-tulisan Miller dan rekan-rekannya telah dibawa ke negeri-negeri yang
jauh. Di mana saja misionaris telah menjelajahi seluruh dunia, disanalah
diberitakan kabar kesukaan mengenai kedatangan Kristus yang tidak lama lagi.
Jauh dan luaslah penyebaran kabar Injil kekal, "Takutlah akan Allah dan
muliakanlah Dia, karena hari penghakiman-Nya sudah tiba."
Kesaksian nubuatan yang kelihatannya menunjuk kepada kedatangan Kristus
pada musim semi tahun 1844, berakar dalam
di pikiran orang-orang. Pada waktu pekabaran itu tersebar dari satu Negara Bagian ke Negara Bagian lainnya,
dimana-mana terjadi kebangunan perhatian yang meluas. Banyak yang diyakinkan
bahwa argumen dari masa-masa nubuatan itu adalah tepat, dan mereka membuang
pendapat sombong mereka dan menerima kebenaran dengan sukacita. Beberapa
pendeta mengesampingkan pandangan-pandangan dan perasaan-perasaan sekte mereka,
mereka meninggalkan kepegawaian dan gereja mereka dan bersatu untuk
memberitakan kedatangan Yesus. Namun hanya sedikit pendeta yang menerima
pekabaran ini, oleh sebab itu kebanyakan pemberitaan itu sebagian besar
diserahkan kepada kaum awam yang sederhana. Para peladang meninggalkan
ladangnya, para ahli bengkel meninggalkan perkakasnya, para pedagang
meninggalkan barang dagangannya, dan para profesional meninggalkan jabatan
mereka. Namun begitu jumlah pekerja masih sedikit dibandingkan dengan pekerjaan
yang harus diselesaikan. Keadaan gereja yang tidak beriman dan dunia yang penuh
kejahatan membebani jiwa-jiwa para penjaga yang setia, dan dengan rela mereka
menanggung kerja keras, kesepian dan penderitaan, agar mereka bisa memanggil
orang-orang untuk bertobat kepada kesela,matan. Walaupun ditentang oleh Setan,
pekerjaan itu maju terus dan kebenaran Advent itu diterima oleh ribuan orang.
Dimana-mana terdengar kesaksian-kesaksian yang menggugah hati menggambarkan
orang-orang berdosa, baik anggota jemaat maupun orang yang bersifat duniawi,
untuk menghindarkan diri dari murka yang akan datang. Seperti Yohanes
Pembaptis, pendahulu Kristus, para pengkhotbah meletakkan kampaknya pada akar
pohon, dan mendorong semua untuk memberikan buah-buah pertobatan. Himbauan dan
ajakan mereka yang menggugah hati sangat berbeda dengan jaminan damai sejahtera
yang terdengar dari mimbar populer dimana saja pekabaran itu dikabarkan, maka
orang-orangpun digerakkan. Kesaksian Alkitab yang langsung dan sederhana,
dengan kuasa Roh Kudus, membawa keyakinan yang mendalam yang hanya sedikit yang
berhasil menolaknya. Mahaguru-mahaguru agama telah dibangunkan dari keselamatan
mereka yang palsu. Mereka melihat kemurtadan mereka, keduniawian dan
ketidakpercayaan mereka, kesombongan dan sifat mementingkan diri mereka. Banyak
yang mencari Tuhan dengan pertobatan dan kerendahan hati. Kasih sayang yang
selama ini ditujukan kepada perkara-perkara dunia, sekarang ditujukan ke Surga.
Roh Allah turun ke atas mereka, dan dengan hati yang dilembutkan dan diserahkan
mereka bergabung memekikkan seruan, "Takutlah akan Allah dan muliakanlah
Dia, karena saat penghakiman-Nya telah tiba."
Orang-orang berdosa bertanya sambil menangis, "Apakah yang harus
kuperbuat supaya selamat?" Mereka yang hidupnya ditandai dengan
ketidakjujuran ingin membuat ganti rugi. Semua orang yang telah menemukan
kedamaian dalam Kristus rindu melihat
orang-orang lain mendapat berkat. Hati orang-orang tua berbalik kepada anak-anak
mereka, dan hati anak-anak kepada orang tua mereka. Penghalang kesombongan dan
pamrih telah dibuang jauh-jauh. Pengakuan yang menyentuh hati dilakukan; dan
anggota keluarga bekerja untuk keselamatan keluarga mereka yang paling dekat
dan yang paling disayang. Sering terdengar suara pengantaraan yang
sungguh-sungguh. Dimana-mana terdapat jiwa-jiwa yang sangat menderita, yang
memohon kepada Allah. Banyak yang bergumul berdoa sepanjang malam untuk
memastikan bahwa dosa-dosa mereka sudah diampuni, atau untuk pertobatan sanak
keluarga atau tetangga mereka.
Semua
golongan berbondong-bondong ke perkumpulan-perkumpulan orang-orang Advent.
Orang kaya dan orang miskin, yang terhormat dan yang hina, oleh karena berbagai
alasan, ingin mendengar sendiri doktrin kedatangan kedua kali itu. Tuhan
menahan roh perlawanan sementara hamba-hambanya-Nya menjelaskan alasan-alasan iman mereka.
Kadang-kadang alat-alat itu lemah, tetapi Roh Allah memberikan kuasa kepada
kebenaran-Nya. Kehadiran malaikat-malaikat kudus terasa di
perkumpulan-perkumpulan, dan setiap hari banyak yang ditambahkan kepada
orang-orang percaya. Pada waktu bukti-bukti kedatangan Kristus yang tidak lama
lagi dikemukakan berulang-ulang, orang banyak berkerumun mendengarkan firman
itu dengan tekun seolah-olah tidak bernafas. Surga dan dunia seolah-olah saling
mendekat. Kuasa Allah dapat dirasakan oleh orang tua dan orang muda maupun
orang setengah baya. Orang-orang kembali ke rumah mereka dengan puji-pujian di
bibir mereka, dan suara kesukaan terdengar di udara malam yang tenang itu. Tak
seorangpun dari mereka yang menghadiri perkumpulan-perkumpulan itu dapat
melupakan pemandangan perhatian yang begitu besar dan dalam.
Pemberitaan mengenai waktu yang pasti kedatangan Kristus menimbulkan
perlawanan besar dari berbagai golongan, dari pendeta di mimbar gereja sampai
kepada orang-orang berdosa yang paling gegabah, dan yang berani menantang
Surga. Kata-kata nubuatan digenapi, "bahwa pada hari-hari zaman akhir akan
tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup
menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: Dimanakah janji kedatangan-Nya itu? Sebab
sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula,
pada waktu dunia diciptakan." (2 Pet. 3:3,4). Banyak orang yang mengaku
mengasihi Juru Selamat, menyatakan bahwa mereka tidak menentang doktrin
kedatangan Kristus yang kedua kali. Mereka hanya tidak setuju mengenai waktu
yang dipastikan. Tetapi Allah yang maha melihat membaca hati mereka. Mereka
tidak ingin mendengarkan kedatangan Kristus untuk menghakimi dunia ini dalam
kebenaran. Mereka adalah hamba-hamba yang tidak setia. Pekerjaan mereka tidak
tahan kepada ujian Allah yang mengetahui segala isi hati, dan mereka takut
bertemu dengan Tuhan mereka. Seperti orang-orang Yahudi pada waktu kedatangan
Yeusu yang pertama kali, mereka tidak siap sedia menyambut Yesus. Mereka bukan saja menolak untuk mendengar
argumentasi sederhana dari Alkitab, tetapi bahkan mengejek mereka yang mencari
Tuhan. Setan dengan malaikat-malaikatnya bersukaria, dan melemparkan cemoohan
ke muka Kristus dan malaikat-malaikat-Nya yang kudus, bahwa orang yang mengaku
umat-Nya tidak mengasihi-Nya dan bahwa mereka
itu tidak menginginkan kedatangan-Nya.
"Tak seorangpun yang mengetahui hari atau jamnya," adalah
argumentasi yang paling sering dikemukakan oleh para penolak iman kedatangan
kedua kali itu. Alkitab mencatat, "Tetapi tentang hari dan saat itu tidak
seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat yang di Surga tidak, dan Anakpun tidak,
hanya Bapa sendiri." (Mat. 24:36). Keterangan yang jelas dan harmonis
serta selaras mengenai ayat ini telah diberikan oleh mereka yang mencari Tuhan,
dan penggunaan yang salah dari ayat ini oleh penentang-penentang telah
dinyatakan dengan jelas. Firman itu diucapkan oleh Kristus dalam suatu
percakapan yang tak terlupakan dengan murid-murid-Nya di Bukit Zaitun setelah
untuk terakhir kalinya Ia meninggalkan kaabah. Murid-murid itu bertanya,
"Apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" (Mat. 24:3).
Yesus memberikan tanda-tanda kepada mereka, dan berkata, "Jika kamu
melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah diambang
pintu." (Mat. 24:33). Suatu ucapan Juru Selamat tidak akan dibuat untuk
merusakkan ucapan-Nya yang lain. Walau tak seorangpun yang tahu tentang hari
dan saat kedatangan -Nya, kita diajar dan diharuskan untuk mengetahui kapan
kedatangan-Nya itu sudah dekat. Lebih jauh kita diajar bahwa mengabaikan
amaran-Nya dan menolak atau tidak mau mengetahui kapan kedatangan-Nya itu, akan
sama fatalnya kepada kita seperti kepada mereka pada zaman Nuh. Mereka tidak
mengetahui kapan air bah itu datang. Dan perumpamaan dalam fatsal yang sama
mempertentangkan hamba yang setia dengan yang tidak setia, dan memberikan
kebinasaan kepada mereka yang berkata dalam hatinya, "Tuanku tidak
datang-datang,"(Mat. 24:49) dan Kristus menghargai dan memberi upah kepada
mereka yang didapat-Nya berjaga dan mengajarkan kedatangan-Nya, dan mereka yang
menyangkalnya. "Karena itu berjaga-jagalah," (Mat. 24:42), kata-Nya.
"Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika
tuannya itu datang." (Mat. 24:46). Karena jikalau engkau tidak
berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri, dan engkau tidak tahu pada waktu
manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu." (Wah. 3:3).
Paulus
berbicara kepada segolongan orang yang tidak berjaga-jaga pada waktu kedatangan
Tuhan. "Bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam. Apabila mereka
mengatakan: Semuanya damai dan aman -- maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh
kebinasaan . . . mereka pasti tidak akan luput." (1 Tes. 5:2). Tetapi ia
tambahkan kepada mereka yang memperhatikan amaran Juru Selamat itu,
"Tetapi kamu, Saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan,
sehingga hari itu mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah
anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau
orang-orang kegelapan." (1 Tes. 5:4-5).
Jadi
jelas ditunjukkan bahwa Alkitab tidak membiarkan orang-orang yang tetap tidak
mau tahu atau bersikap masa bodoh terhadap kedatangan Kristus itu. Tetapi
mereka yang hanya mencari dalih untuk menolak kebenaran, menutup telinganya
kepada keterangan ini, dan perkataan "tentang hari dan saat itu tak
seorangpun yang tahu," terus digemakan dan didengungkan oleh
pengolok-olok, bahkan oleh mereka yang mengaku pelayan-pelayan Kristus. Pada
waktu orang-orang bangkit dan mulai mencari jalan keselamatan, guru-guru agama
menghalangi mereka menemukan kebenaran, berusaha menenteramkan ketakutan mereka
dengan menafsirkan salah firman Allah. Para penjaga yang tidak setia bersatu
dengan penipu besar itu berseru, Damai, damai, sementara Allah tidak berbicara
damai. Seperti Farisi pada zaman Kristus, banyak yang menolak memasuki kerajaan
Surga. Dan mereka yang mau masuk, mereka halang-halangi. Darah jiwa-jiwa ini
akan dituntut dari tangan mereka.
Orang
yang paling rendah hati dan yang bersungguh-sungguh berserah biasanya adalah
yang pertama menerima pekabaran ini. Mereka yang mempelajari sendiri Alkitab
itu akan dengan segera dapat melihat sifat yang tidak Alkitabiah dari
pandangan-pandangan populer nubuatan. Dan dimana orang-orang tidak dikendalikan
oleh alim ulama, dimana mereka bisa menyelidiki firman Allah bagi mereka
sendiri, maka doktrin itu hanya perlu dibandingkan dengan Alkitab saja untuk
menetapkan kewenangan ilahinya.
Banyak
orang dianiaya oleh Saudara-saudara mereka yang tidak percaya. Untuk
mempertahankan kedudukannya di dalam jemaat, sebagian orang memilih diam
mengenai pengharapannya. Tetapi yang lain merasa bahwa kesetiaan kepada Allah
melarang mereka menyembunyikan kebenaran yang telah dipercayakan Tuhan kepada
mereka. Banyak yang dipecat dari persekutuan jemaat dengan alasan karena
menyatakan keyakinan mereka pada kedatangan Kristus. Kata-kata nabi ini sangat
berharga bagi mereka yang mengalami cobaan iman, "Saudara-saudaramu yang
membenci kamu, yang mengucilkan kamu oleh karena kamu menghormati nama-Ku,
telah berkata, 'Baiklah Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya supaya kamu melihat
sukacitamu.' Tetapi mereka sendirilah yang mendapat malu." (Yes. 66:5).
Malaikat-malaikat Tuhan memperhatikan dengan sungguh-sungguh hasil dari
amaran ini. Bilamana secara umum jemaat-jemaat menolak pekabaran itu, maka
malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dengan sedih. Tetapi banyak yang
belum diuji sebelumnya dengan kebenaran kedatangan Kristus itu. Banyak yang
tertipu oleh suami, isteri, orang tua, atau anak-anak, dan membuatnya percaya
bahwa adalah dosa hanya mendengar sajapun kepada ajaran-ajaran sesat seperti
yang diajarkan oleh orang-orang Advent. Malaikat-malaikat diperintahkan untuk
terus memperhatikan jiwa-jiwa ini, karena terang lain masih akan bersinar
kepada mereka dari takhta Allah.
Dengan
kerinduan yang tak terucapkan, mereka telah menerima pekabaran memperhatikan
kedatangan Juru Selamat mereka. Waktunya sudah dekat dimana mereka akan bertemu
dengan-Nya. Mereka menantikan saat itu dengan tenang dan khidmat. Mereka tetap
mengadakan persekutuan yang mesra dengan Allah, suatu kedamaian yang sungguh-sungguh
yang akan mereka warisi pada masa depan yang cerah. Tak seorangpun yang
mengalami oengharapan dan kepercayaan ini dapat melupakan indanya dan
berharganya saat-saat menunggu itu. Beberapa minggu sebelum waktu itu, kebanyakan usaha-usaha
duniawi telah dikesampingkan umat-umat percaya yang sungguh-sungguh dengan
cermat memeriksa setiap pikiran dan emosi hati mereka seperti seseorang yang
mau meninggal dan beberapa saat lagi akan menutup mata mereka terhadap
pemandangan dunia ini. Tidak ada yang membuat "jubah kenaikan,"
(Lihat Lampiran) tetapi semua merasakan perlunya keyakinan kesaksian dalam diri
bahwa mereka telah bersedia bertemu dengan Juru Selamatnya. Jubah putih mereka
adalah kemurnian jiwa -- tabiat yang disucikan dari dosa oleh darah Kristus.
Apakah roh pemeriksaan hati yang seperti itu masih ada pada orang-orang yang
mengaku umat Allah, iman yang sama yang sungguh-sungguh dan yang pasti?
Sekiranya mereka terus merendahkan diri di hadirat Tuhan, dan mengajukan
permohonan mereka ke hadapan takhta kemurahan, mereka akan memiliki pengalaman
yang jauh lebih kaya daripada yang mereka miliki sekarang. Terlalu sedikit doa,
terlalu sedikit pengakuan dan kesadaran dosa dan kurangnya iman yang hidup
membuat banyak orang jadi miskin akan kasih karunia yang sebenarnya begitu
limpahnya disediakan oleh Penebus.
Allah
bermaksud menguji umat-Nya. Tangan-Nya menutupi kesalahan dalam perhitungan
masa-masa nubuatan. Orang-orang Advent tidak menemukan kesalahan itu, atau
ditemukan oleh penentang-penentangnya yang paling terpelajar. Penentang itu
berkata, "Perhitunganmu mengenai masa-masa nubuatan itu adalah tepat.
Beberapa peristiwa besar akan terjadi. Tetapi itu bukan yang diramalkan oleh
Tuan Miller. Itu adalah pertobatan dunia ini, dan bukan kedatangan Kristus yang
kedua kali." (Lihat Lampiran).
Waktu
yang diharapkan itu sudah berlalu dan Kristus tidak datang untuk melepaskan
umat-Nya. Mereka yang dengan iman dan kasih yang sungguh-sungguh yang telah
mencari dan menantikan Juru Selamat mereka, mengalami kekecewaan yang pahit.
Namun begitu maksud Allah sedang dicapai. Ia menguji hati mereka yang mengaku
menanttikan kedatangan-Nya. Ada
beberapa di antara mereka yang hanya
karena takut. Pengakuan iman mereka
tidak mengubah hati mereka, atau hidup mereka. Pada waktu peristiwa yang
diharapkan tidak terjadi, orang-orang ini menyatakan bahwa mereka tidak kecewa.
Mereka tidak pernah percaya kalau Kristus akan datang. Merekalah justru yang
pertama mengejek kesedihan orang-orang percaya yang benar itu.
Tetapi
Yesus, bersama seluruh balatentera
Surga, melihat dengan kasih sayang dan simpati kepada mereka yang dicobai dan
yang setia namun kecewa. Seandainya tirai yang memisahkan dunia yang kelihatan
dan dunia yang tidak kelihatan disingkirkan, maka malaikat-malaikat akan tampak
semakin dekat dengan jiwa-jiwa yang teguh ini dan melindungi mereka dari
serangan Setan.
ARTIKEL LAINNYA....
No comments:
Post a Comment