ASAL MULA DOSA
-- 29
Bagi banyak orang, asal
mula dosa dan alasan keberadaannya merupakan suatu sumber kebingungan besar.
Mereka melihat pekerjaan sijahat dengan akibat-akibatnya bencana dan kehancuran
yang mengerikan, dan mereka bertanya-tanya bagaimana semua ini bisa terjadi di
bawah pemerintahan dan kedaulatan Oknum yang tak terbatas dalam hikmat, dalam
kuasa, dan dalam kasih. Suatu misteri, yang mereka tidak temukan jawabnya. Dan
dalam ketidakpastian dan keragu-raguan, mereka dibutakan terhadap kebenaran
yang dinyatakan dengan jelas oleh firman Allah, sesuatu yang penting bagi
keselamatan. Dalam keadaan bertanya-tanya mengenai keberadaan dosa, ada orang
yang berusaha menyelidikinya di tempat di mana Allah tidak pernah menyatakan,
karena itu mereka tidak menemukan jawaban kesulitan mereka itu. Dan orang-orang
seperti ini, yang didasari oleh sikap ragu-ragu dan suka memncela, membuat hal
ini sebagai suatu alasan untuk menolak perkataan Alkitab. Namun yang lain,
gagal mengerti dengan sempurna masalah besar kejahatan ini karena tradisi dan
penafsiran yang salah telah menutupi ajaran Alkitab mengenai tabiat Allah,
sifat pemerintahan-Nya dan prinsip-Nya dalam menangani dosa.
Tidak
mungkin menerangkan asal mula dosa yang memberikan alasan-alasan keberadaannya.
Namun cukup banyak yang bisa dimengerti
baik mengenai asal mulanya maupun sifat-sifat dan akhir dari dosa, untuk
menyatakan sepenuhnya keadilan dan kebajikan Allah dalam menangani kejahatan.
Tidak ada yang lebih jelas diajarkan di dalam Alkitab selain bahwa Allah dalam
hal apapun tidak bertanggungjawab bagi masuknya dosa; bahwa tidak ada penarikan
sewenang-wenang rahmat ilahi, tidak ada kekurangan dalam pemerintahan ilahi
yang memberikan kesempatan timbulnya pemberontakan. Dosa adalah pengacau dan
pengganggu, sehingga tidak ada alasan untuk membiarkan keberadaannya dan
kehadirannya. Dosa adalah sesuatu yang misterius dan yang tidak dapat
diterangkan dan dipertanggungjawabkan; memaafkannya berarti mempertahankannya.
Seandainya maaf untuk itu ditemukan atau alasan keberadaannya bisa ditunjukkan,
maka itu tidak menjadi dosa lagi. Definisi kita satu-satunya adalah yang
diberikan di dalam firman Allah. Dosa adalah "pelanggaran kepada
hukum." Dosa adalah sesuatu yang
bekerja di luar prinsip, yang berperang melawan hukum kasih yang agung yang
menjadi landasan pemerintahan ilahi.
Sebelum masuknya kejahatan, damai dan kesukaan memenuhi alam semesta.
Semuanya selaras dengan kehendak Pencipta. Kasih kepada Allah adalah yang
tertinggi, kasih kepada satu sama lain tidak berat sebelah. Kristus, Firman
itu, Anak Allah satu-satunya, adalah satu dengan Allah -- satu dalam alamiah,
dalam tabiat dan dalam tujuan -- satu-satunya oknum di alam semesta ini yang
dapat turut serta dalam semua musyawarah dan maksud-maksud Allah. Melalui Kristus Allah bekerja dalam
menciptakan makhluk-makhluk surgawi. "Di dalam Dialah telah diciptakan
segala sesuatu, yang ada di Surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang
tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun
penguasa," (Kol. 1:16), dan kepada Kristus, sama dengan kepada Bapa,
segenap Surga menunjukkan kesetiaan mereka.
Hukum
kasih yang menjadi dasar pemerintahan Allah, kebahagiaan seluruh makhluk
ciptaan, bergantung kepada keselarasan sempurna kepada prinsip-prinsip
kebenaran agung. Allah menginginkan dari makhluk ciptaan-Nya pelayanan kasih --
penghormatan yang terbit dari penghargaan kepada tabiat-Nya. Ia tidak menyukai
kesetiaan yang terpaksa, dan kepada mereka diberikan-Nya kebebasan kemauan agar
mereka boleh memberikan pelayanan sukarela kepada-Nya.
Tetapi
ada seorang yang menyalahgunakan kebebasan ini. Dosa bermula dari dia yang,
setelah Kristus, paling dihormati Allah, dan yang berkuasa paling tinggi dan
yang paling mulia dari antara penghuni Surga. Sebelum kejatuhannya, Licifer
adalah yang terutama dari kerub-kerub yang berjaga, kerub yang suci dan yang
tidak bercacad cela. "Beginilah firman Tuhan Allah: Gambar dari
kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. Engkau di taman Eden, yaitu
taman Allah penuh segala batu permata yang berharga." "kuberikan tempatmu dekat kerub yang
berjada (Engkau adalah kerub yang menaungi -- terjemahan langsung), di gunung
kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan, di tengah-tengah batu-batu yang
bercahaya-cahaya. Engkau tidak bercela di dalam tingkah lakumu sejak dari
penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu." (Yehez. 28:12-15).
Sebenarnya Lucifer bisa saja tetap
berkenan kepada Allah, dikasihi dan dihormati oleh seluruh malaikat Surga, dan
menjalankan kuasanya yang mulia untuk memberkati yang lain-lain serta
memuliakan Penciptanya. Tetapi kata nabi itu, "Engkau sombong karena
kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu." (Yehez. 28:17).
Sedikit demi sedikit Lucifer memanjakan suatu keinginan untuk meninggikan diri
sendiri. "Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah." "Engkau yang tadinya berkata dalam
hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi
bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di
sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai
yang maha tinggi." (Yehez. 28:6; Yes. 14:13-14). Gantinya berusaha membuat
Allah yang tertinggi dalam kasih dan kesetiaan makhluk-makhluk ciptaan-Nya,
Lucifer berusaha untuk memenangkan pelayanan dan penghargaan mereka untuk
dirinya sendiri. Dan karena menginginkan kehormatan yang dikaruniakan Bapa
Semawi kepada Anak-Nya, lalu penghulu malaikat ini menginginkan kuasa yang hanya Kristus saja memiliki hak prerogatif itu.
Seluruh Surga telah bersukacita untuk
memancarkan kemuliaan Pencipta dan menunjukkan pujian kepada-Nya. Dan sementara
Allah dihormati seperti itu, seluruhnya memperoleh damai dan kesukaan. Akan
tetapi suatu tanda pertentangan sekarang merusak keharmonisan surgawi itu.
Pelayanan dan meninggikan diri sendiri yang bertentangan dengan rencana
Pencipta, membangkitkan suatu pertanda jahat di dalam pikiran mereka, yang
seharusnya kemuliaan Allah adalah yang tertinggi baginya. Majelis surgawi
membujuk Lucifer. Anak Allah mengemukakan dihadapannya kebesaran, kebaikan, dan
keadilan Pencipta, dan sifat hukum-Nya yang kudus dan yang tidak berubah itu.
Allah sendiri telah menetapkan peraturan Surga; dan penyimpangan dari peraturan
itu berarti Lucifer menghinakan Penciptanya, dan mendatangkan kebinasaan bagi
dirinya sendiri. Tetapi amaran yang diberikan dalam kasih dan belas kasihan
yang tak terbatas hanya membangkitkan roh penolakan. Lucifer membiarkan iri
hati kepada Kristus menguasai dirinya, sehingga ia lebih berketetapan dalam
pilihannya.
Kesombongan untuk kemuliaan diri sendiri
memupuk keinginannya untuk memperoleh supremasi. Penghormatan tinggi yang
diberikan kepada Lucifer tidak dihargai sebagai karunia Allah, dan tidak
membuatnya bersyukur kepada Pencipta. Ia bermegah dalam kecemerlangan dan
ketinggiannya, sehingga ia berniat menjadi sama dengan Allah. Ia dikasihi dan
dihormati oleh malaikat-malaikat Surga. Malaikat-malaikat senang melaksanakan
perintah-perintahnya, dan ia dipenuhi dengan hikmat dan kemuliaan melebihi
mereka semua. Namun begitu Anak Allah adalah Penguasa Surga yang diakui, satu
kuasa dan wewenang dengan Bapa. Dalam semua konsultasi Allah, Kristus selalu
turut di dalamnya, sementara Lucifer tidak diizinkan untuk ikut dalam
maksud-maksud ilahi. "Mengapa harus Kristus yang mempunyai
supremasi itu?" kata malaikat perkasa itu. "Mengapa Ia dihormati
melebihi Lucifer?"
Dengan meninggalkan tempatnya di hadapan
Allah, Lucifer pergi untuk menyebarkan roh ketidakpuasan di antara
malaikat-malaikat. Sambil bekerja dengan diam-diam dan misterius, dan untuk
sementara menyembunyikan maksudnya yang sebenarnya dengan berpura-pura tampak
menghormati Allah, ia berusaha untuk membangkitkan ketidakpuasan terhadap
hukum-hukum yang mengatur makhluk-makhluk surgawi, dengan mengatakan bahwa
mereka dibebani dengan pembatasan-pembatasan yang tidak perlu. Oleh karena
alamiah mereka adalah suci, ia mendorong malaikat-malaikat itu untuk mengikuti
kehendak hati mereka sendiri. Ia berusaha mendapatkan simpati, dengan
mengatakan bahwa Allah telah memperlakukannya dengan tidak adil dengan
memberikan penghormatan tertinggi bagi Kristus. Ia mengatakan bahwa dalam
cita-citanya untuk memperoleh kuasa dan penghormatan yang lebih besar bukan
karena bercita-cita mau meninggikan diri, tetapi untuk memperoleh kebebasan
bagi segenap penghuni Surga, agar dengan begitu mereka boleh memperoleh
eksistensi yang lebih tinggi.
Allah, dalam
kemurahan-Nya yang besar, bersabar terhadap Lucifer. Ia tidak segera diturunkan
dari kedudukannya yang tinggi itu pada waktu pertama sekali ia menunjukkan roh
ketidakpuasan, atau bahkan pada waktu ia mulai menyatakan tuntutannya di
hadapan malaikat-malaikat yang setia. Lama ia dipertahankan tetap di Surga.
Berkali-kali ia di ampuni dengan syarat pertobatan dan penyerahan serta tunduk
kepada Allah. Usaha-usaha seperti ini, yang hanya kasih dan hikmat yang tak
terhingga saja yang bisa memberi, telah dibuat untuk meyakinkannya mengenai
kesalahannya. Roh ketidakpuasan sebelumnya tidak dikenal di Surga. Pada mulanya
Lucifer tidak melihat ke arah mana ia sedang hanyut; ia tidak mengerti alamiah
sesungguhnya perasaannya. Tetapi pada waktu ketidakpuasannya terbukti tanpa
alasan, Lucifer yakin bahwa ia salah, bahwa tuntutan ilahi adalah benar dan
adil, dan ia harus mengakuinya demikian di hadapan segenap warga Surga.
Seandainya ia melakukan hal ini, maka ia dapat menyelamatkan dirinya dan banyak
malaikat lain. Pada waktu ini belum seluruhnya ia meninggalkan kesetiaannya
kepada Allah. Walaupun ia sudah meninggalkan kedudukannya sebagai kerub yang
berjaga (menaungi), namun seandainya ia mau kembali kepada Allah, mengakui
hikmat Pencipta, dan puas dengan mengisi kedudukan yang telah ditetapkan
baginya di dalam rencana besar Allah, maka ia akan dikembalikan kepada
jabatannya yang semula. Tetapi keangkuhan menghalanginya untuk menyerah. Ia
tetap mempertahankan jalannya, dengan mengatakan bahwa ia tidak perlu bertobat
dan tunduk sepenuhnya kepada Penciptanya dalam pertentangan besar ini.
Segenap kemampuan pikirannya yang sangat
cerdas itu sekarang digunakan untuk pekerjaan penipuan, untuk mendapatkan
simpati dari malaikat-malaikat yang telah di bawah perintahnya. Bahkan,
kenyataan bahwa Kristus telah mengamarkan dan telah menasihatinya, telah
diputarbalikkan demi rencana pengkhianatannya. Kepada mereka yang
kepercayaannya telah terikat erat dengannya, Setan menunjukkan bahwa Allah
telah salah menilainya, bahwa kedudukannya tidak dihargai, dan bahwa
kebebasannya akan dibatasi. Dari penafsiran salah perkataan Kristus, ia
melangkah kepada kesalahan yang dicari-cari dan kepalsuan yang langsung,
menuduh Anak Allah berusaha menghinakan dia dihadapan penghuni Surga. Ia juga
berusaha membuat isu palsu antara dia dengan malaikat-malaikat yang setia.
Semua yang tidak bisa ditundukkannya dan dibuatnya berpihak kepadanya
sepenuhnya, dituduh acuh tak acuh terhadap masalah makhluk-makhluk Surga.
Pekerjaan yang ia sendiri lakukan, ditanggungkan kepada mereka yang tetap setia
kepada Allah. Dan untuk memperkuat tuduhannya terhadap ketidakadilan Allah
kepadanya, ia menyalahtafsirkan firman-firman dan tindakan-tindakan Pencipta.
Adalah kebijakannya untuk membingungkan para malaikat dengan argumen-argumen
liciknya mengenai tujuan-tujuan Allah.
Segala sesuatu yang sederhana dibungkusnya dengan misteri dan dengan akal bulus
ia melontarkan kebimbangan atas pernyataan-pernyataan Yehovah yang paling
sederhana. Kedudukannya yang tinggi, yang begitu dekat berhubungan dengan
pemerintahan ilahi, memberikan kekuatan yang lebih besar kepada
kegiatan-kegiatannya, sehingga banyak yang bergabung dengannya dalam
pemberontakan melawan kekuasaan Surga.
Allah di dalam hikmat-Nya, membiarkan
Setan meneruskan pekerjaannya sampai roh kebenciannya masak untuk mengadakan
pemberontakan. Adalah perlu bagi rencana-rencana Setan itu untuk benar-benar
berkembang, agar sifatnya dan kecenderungannya yang sebenarnya dapat dilihat
oleh semua. Lucifer, sebagai kerub yang diurapi, telah ditinggikan; ia sangat
dikasihi oleh makhluk-makhluk Surga, dan pengaruhnya atas mereka cukup besar.
Pemerintahan Allah bukan saja atas penduduk Surga, tetapi atas semua
dunia-dunia yang telah dijadikan-Nya;
dan Setan berpikir bahwa jika ia dapat membawa malaikat-malaikat Surga
bersamanya memberontak, maka ia juga dapat membawa dunia-dunia lain bersamanya.
Dengan liciknya ia berusaha menarik kepihaknya, menggunakan argumentasi palsu
dan penipuan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Kuasanya untuk menipu sangat
besar dan bersembunyi di balik kepalsuan ia memperoleh keuntungan.
Malaikat-malaikat yang setia sendiri tidak dapat memahami tabiatnya sepenuhnya,
atau kemana arah perbuatannya.
Setan telah begitu dihormati, dan semua
tindakan-tindakannya dibungkus dengan sangat rahasia, sehingga sangat sulit
bagi malaikat-malaikat mengungkapkan sifat sebenarnya pekerjaannya. Sebelum
berkembang sepenuhnya, dosa tidak akan nampak jahat sebagaimana adanya. Sampai
sejauh ini, Setan tidak mendapat tempat di alam semesta Allah, dan
makhluk-makhluk suci tidak memahami sifat dan kejahatannya. Mereka tidak bisa
melihat dengan jelas akibat-akibat yang mengerikan yang akan timbul dari
mengesampingkan hukum ilahi. Pada mulanya Setan menyembunyikan pekerjaannya
dengan berpura-pura mengaku tetap setia kepada Allah. Ia mengatakan sedang
berusaha meningkatkan kemuliaan Allah, kestabilan pemerintahan-Nya dan kebaikan
seluruh penghuni Surga. Sementara ia memasukkan rasa tidak puas ke dalam
pikiran malaikat-malaikat yang di bawah perintahnya, Setan dengan liciknya membuat
seolah-olah ia berusaha menghilangkan ketidakpuasan itu. Pada waktu ia mendesak
agar diadakan perubahan peraturan dan hukum-hukum pemerintahan Allah, dengan
berpura-pura ia mengatakan bahwa hal itu diperlukan untuk memelihara keserasian
di Surga.
Untuk menangani dosa, Allah hanya dapat
menggunakan keadilan dan kebenaran. Setan dapat menggunakan apa yang Allah
tidak dapat atau tidak mau gunakan -- sanjungan yang berlebihan dan penipuan
atau kecurangan. Ia telah berusaha memalsukan firman Allah dan telah
menyalahtafsirkan rencana pemerintahan-Nya di hadapan malaikat-malaikat,
mengatakan bahwa Allah tidak adil dalam memberikan hukum-hukum dan
peraturan-peraturan atas penghuni Surga; sehingga di dalam menghendaki
penyerahan dan penurutan dari makhluk-makhluk-Nya, Ia hanya berusaha
meninggikan diri-Nya sendiri. Oleh sebab itu harus ditunjukkan di hadapan
penghuni Surga serta dunia-dunia lain, bahwa pemerintahan Allah adalah adil,
dan hukum-hukum-Nya adalah sempurna. Setan menunjukkan seolah-olah ia berusaha
untuk memajukan kebaikan alam semesta. Sifat yang sebenarnya perampas kekuasaan
itu dan tujuannya yang sebenarnya harus dimengerti oleh semua. Ia harus
mempunyai waktu untuk menyatakan dirinya oleh pekerjaan-pekerjaannya yang
jahat.
Pertentangan yang disebabkan oleh
pekerjaannya di Surga, dituduhkan oleh Setan disebabkan oleh hukum dan
pemerintahan Allah. Semua kejahatan dikatakannya adalah akibat dari
pemerintahan ilahi. Ia mengatakan bahwa adalah tujuannya untuk memperbaiki
undang-undang Yehovah. Oleh sebab itu adalah perlu baginya untuk
mendemonstrasikan sifat tuntutannya, dan menunjukkan hasil perobahan-perobahan
yang diusulkannya dalam hukum ilahi. Pekerjaannya sendiri mempersalahkan dia.
Setan sudah mengatakan dari mulanya bahwa ia tidak memberontak. Seluruh alam
semesta harus melihat penipu itu dibuka kedoknya.
Bahkan pada waktu diputuskan bahwa ia
tidak boleh lagi tinggal di Surga, Yang Mahabijaksana itu tidak membinasakan
Setan. Oleh karena pelayanan kasih saja yang berkenan kepada Allah, maka
kesetiaan makhluk-makhluk ciptaan-Nya harus didasarkan atas keyakinan kepada
keadilan dan kebajikan-Nya. Penghuni Surga dan dunia-dunia yang lain, karena
belum siap untuk mengerti sifat atau akibat-akibat dosa, belum dapat melihat
keadilan dan kemurahan Allah dalam membinasakan Setan. Seandainya Setan segera
dihapuskan dari keberadaannya, mereka akan melayani Allah dengan ketakutan,
bukan dengan kasih. Pengaruh penipu tidak akan seluruhnya dibinasakan, atau roh
pemberontakan seluruhnya diberantas. Kejahatan harus dibiarkan menjadi matang.
Untuk kebaikan seluruh alam semesta sepanjang zaman kekekalan, Setan harus
mengembangkan prinsip-prinsipnya dengan lebih sempurna, agar tuduhannya kepada
pemerintahan ilahi dapat dilihat dalam terangnya yang benar oleh semua makhluk
ciptaan, bahwa keadilan dan kemurahan Allah serta keteguhan hukum-Nya tidak
akan dipertanyakan lagi selama-lamanya.
Pemberontakan Setan hendaknya menjadi
suatu pelajaran bagi alam semesta pada abad-abad mendatang, suatu kesaksian
abadi mengenai sifat dan akibat-akibat mengerikan dari dosa. Hasil pemerintahan
Setan, pengaruhnya kepada manusia dan malaikat-malaikat akan menunjukkan apa
yang menjadi akibat dari mengesampingkan kekuasaan ilahi. Pemberontakan itu
akan menyaksikan bahwa keberadaan pemerintahan Allah dan hukum-Nya akan
membungkus dan melindungi kesejahteraan semua makhluk yang telah dijadikan-Nya.
Jadi sejarah percobaan pemberontakan yang mengerikan ini haruslah menjadi
pelindung kekal bagi seluruh makhluk suci, untuk mencegah mereka dari tipuan
untuk mengadakan pelanggaran, untuk menyelamatkan mereka dari berbuat dosa dan
menderita hukumannya.
Hingga pada akhir pertentangan itu di
Surga, perebut kekuasaan besar itu terus berusaha untuk membenarkan dirinya.
Pada waktu diumumkan bahwa ia bersama simpatisannya harus dikeluarkan dan
diusir dari tempat tinggal yang penuh kebahagiaan itu, kemudian pemimpin
pemberontak itu dengan berani menyatakan penghinaannya terhadap hukum Allah. Ia
mengulangi tuntutannya bahwa malaikat-malaikat tidak perlu dikendalikan, dan
harus dibiarkan mengikuti kehendak mereka sendiri, yang senantiasa menuntun
mereka dengan benar. Ia mencela undang-undang atau hukum-hukum ilahi sebagai
yang membatasi kebebasan mereka, dan menyatakan bahwa adalah tujuannya untuk
menghapuskan hukum Allah, agar dengan dibebaskannya mereka dari pembatasan ini,
balatentera Surga boleh lebih ditinggikan, lebih mulia dalam keberadaannya.
Setan dengan balatenteranya bersepakat
mempersalahkan pemberontakan mereka itu seluruhnya kepada Kristus, dan
menyatakan bahwa jika seandainya mereka tidak ditegur, mereka tidak akan pernah
memberontak. Dengan demikian ketidaksetiaan mereka yang penuh pembangkangan dan
keras kepala itu berusaha menumbangkan pemerintahan Allah dengan sia-sia, namun
dengan menghujat mengatakan bahwa mereka adalah korban yang tidak bersalah dari
kekuasaan yang menindas. Sehingga pada akhirnya kepala pemberontak dan
simpatisannya diusir dari Surga. Lihat
Wahyu 12:7-9.
Roh yang sama yang telah menyebabkan
pemberontakan di Surga, masih mengilhami pemberontakan di dunia ini. Setan
meneruskan caranya memperdaya manusia sebagaimana yang dilakukannya kepada
malaikat-malaikat. Rohnya sekarang ini memerintah di dalam hati anak-anak yang
tidak mau menurut. Seperti dia, mereka berusaha melanggar batasan-batasan hukum
Allah, dan menjanjikan kepada manusia itu kebebasan melalui pelanggaran
terhadap perintah-perintah-Nya. Teguran
terhadap dosa masih menimbulkan roh kebencian dan penolakan. Pada waktu
pekabaran amaran Allah diterima di dalam hati nurani, maka Setan menuntun
manusia untuk membenarkan mereka, dan mencari simpati orang-orang lain dalam
dosa mereka. Gantinya memperbaiki kesalahan mereka, mereka marah kepada yang
menegur, seolah-olah ia adalah penyebab satu-satunya kesulitan. Sejak dari
zaman Abel yang benar itu sampai ke zaman kita ini, begitulah roh yang
ditunjukkan kepada mereka yang berani menegur dosa.
Pemutarbalikan yang sama mengenai tabiat
Allah sebagaimana yang dipraktekkan Setan di Surga, yang menyebabkan Allah
dianggap sebagai Allah yang kejam dan bengis, Setan mempengaruhi manusia untuk
berdosa. Dan atas keberhasilannya sejauh itu, ia menyatakan bahwa
pembatasan-pembatasan Allah yang tidak adil telah menyebabkan manusia jatuh,
sebagaimana mereka dituntun kepada pemberontakannya sendiri.
Tetapi Yang Kekal itu
sendiri menyatakan tabiat-Nya. "Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan
pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan
kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan,
pelanggaran dan dosa, tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang
bersalah dari hukuman." (Kel. 34:6,7).
Dalam pengusiran Setan dari Surga, Allah
menyatakan keadilan-Nya, dan mempertahankan kemuliaan takhta-Nya. Akan tetapi
bilamana manusia berdosa melalui penyerahan kepada roh yang murtad atau Setan,
Allah memberikan bukti kasih-Nya oleh menyerahkan Anak-Nya yang tunggal mati
bagi manusia yang jatuh itu. Dalam pendamaian tabiat Allah dinyatakan. Argumen
terbesar salib menunjukkan kepada seluruh alam semesta bahwa tindakan dosa yang
dipilih oleh Lucifer sekali-kali tidak dapat dituduhkan kepada pemerintahan
Allah.
Dalam pertentangan antara Kristus dan
Setan, selama masa pelayanan Juru Selamat di dunia ini, tabiat si penipu besar
itu telah disingkapkan. Tak ada sesuatu yang begitu berhasil menumbangkan Setan
dari kasih sayang malaikat-malaikat Surga dan seluruh alam semesata yang setia,
selain perlawanannya yang begitu kejam terhadap Penebus dunia. Hujatannya yang
paling berani menuntut agar Kristus menyembah dia, keberaniannya yang gegabah
membawa Kristus ke puncak gunung dan ke atas menara kaabah, kedengkiannya yang
sungguh-sungguh untuk mengkhianatinya diungkapkan dengan menyuruh Kristus untuk
menjatuhkan diri-Nya ke bawah dari ketinggian, niatnya yang jahat yang terus
membuntuti-Nya dari satu tempat ke tempat yang lain, mengilhami hati imam-imam
dan orang-orang untuk menolak kasih-Nya, dan pada teriakan terakhir,
"Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!" -- semuanya ini menimbulkan kekaguman dan
perasaan marah semesta alam.
Setanlah yang
mendorong dunia ini menolak Kristus. Raja kejahatan itu mengerahkan seluruh
tenaganya dan kelicikannya untuk membinasakan Yesus, karena ia melihat bahwa
kasih dan kemurahan Juru Selamat, belas kasihan-Nya dan kelemah-lembutan-Nya
menggambarkan kepada dunia ini sifat Allah. Setan menentang setiap pernyataan
yang dikemukakan oleh Anak Allah, dan menggunakan manusia sebagai alatnya untuk
mengisi kehidupan Juru Selamat dengan penderitaan dan dukacita. Kelicikan dan
kepalsuan, dengan mana ia berusaha menghalangi pekerjaan Yesus, kebencian yang
dinyatakan melalui anak-anak pelanggaran, tuduhan-tuduhan kejam terhadap Dia
yang hidup-Nya adalah kebaikan yang tiada tandingan-Nya, semuanya terbit dari
rasa dendam di lubuk hatinya yang terdalam. Api kecemburuan dan permusuhan,
kedengkian dan dendam kesumat meletus di Golgota terhadap Anak Allah, sementara
seluruh Surga menatap pemandangan itu dengan rasa ngeri.
Pada waktu korban agung itu telah
terbakar habis, Kristus naik ke atas, menolak penghormatan para malaikat sampai
Ia telah mempersembahkan permohonan "Ya Bapa, Aku mau supaya, dimanapun
Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku." (Yoh. 17:24). Kemudian dengan kasih dan kuasa yang tidak
terkatakan datang jawaban dari takhta Bapa, "Semua malaikat Allah harus
menyembah Dia." (Iberani 1:6). Tak setitikpun noda ada pada Yesus.
kehinaan-Nya berakhir, pengorbanan-Nya telah selesai, dan kepada-Nya diberikan
nama atas segala nama.
Sekarang kesalahan Setan terpampang tanpa
maaf. Ia telah menyatakan tabiatnya yang sebenarnya sebagai pembohong dan
pembunuh. Telah nyata bahwa roh yang sama yang digunakan memerintah anak-anak
manusia yang di bawah kekuasaannya, akan ditunjukkannya seandainya ia diizinkan
menguasai atau mengendalikan penduduk Surga. Ia telah mengatakan bahwa
pelanggaran hukum Allah akan mendatangkan kebebasan dan meninggikan diri,
tetapi yang terlihat akibatnya ialah perbudakan dan kehinaan.
Tuduhan-tuduhan bohong Setan terhadap tabiat dan
pemerintahan ilahi tampak dalam terangnya yang sebenarnya. Ia telah menuduh
Allah berusaha hanya meninggikan diri-Nya sendiri, dalam mewajibkan makhluk
ciptaan-Nya tunduk dan menurut kepada-Nya, dan telah menyatakan bahwa sementara
Pencipta menuntut penyangkalan diri dari yang lain-lain, Ia sendiri tidak
mempraktekkan penyangkalan diri dan tidak berkorban. Sekarang tampak jelas
bahwa bagi keselamatan bangsa yang jatuh dan manusia berdosa, Penguasa alam
semesta telah membuat pengorbanan yang paling besar yang dapat dilakukan oleh
kasih; karena "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan
tidak memperhitungkan pelanggaran mereka." (2 Kor. 5:19). Tampak juga,
bahwa pada waktu Lucifer telah membuka pintu masuknya dosa, oleh keinginannya
untuk kemuliaan dan supremasi, Kristus telah merendahkan diri-Nya untuk
membinasakan dosa menjadi penurut sampai mati.
Allah
telah menunjukkan kebencian-Nya terhadap prinsip-prinsip pemberontakan. Seluruh
Surga melihat keadilan-Nya dinyatakan, baik dalam menghukum Setan maupun dalam
menebus manusia. Lucifer telah menyatakan bahwa jika hukum Allah tidak bisa
berobah dan hukumannya tidak bisa diampuni, maka setiap pelanggar
selama-lamanya tidak bisa berkenan kepada Allah. Ia telah mengatakan bahwa umat
manusia yang berdosa telah ditempatkan di luar jangkauan penebusan, dan oleh
sebab itu manusia telah menjadi mangsa. Akan tetapi kematian Kristus adalah
suatu argumen demi manusia yang tidak bisa diruntuhkan. Hukuman dari hukum itu
jatuh kepada Dia yang setara dengan Allah, dan umat manusia bebas menerima
kebenaran Kristus, dan oleh suatu kehidupan pertobatan dan merendahkan diri
menuju kemenangan, sebagaimana Anak Manusia menang atas kuasa Setan. Jadi Allah
adalah adil, dan juga pembenar semua orang yang percaya kepada Yesus.
Akan
tetapi Kristus datang ke dunia ini menderita dan mati bukan semata-mata untuk
melaksanakan penyelamatan manusia. Ia datang untuk "membesarkan hukum
itu" dan "memuliakannya."
Bukan cuma agar dunia ini boleh menghargai hukum itu sebagaimana
mestinya, tetapi menunjukkan kepada seluruh alam semesta ini bahwa hukum Allah
tidak bisa diubah. Seandainya tuntutannya itu dikesampingkan, maka Anak Allah
tidak perlu menyerahkan hidup-Nya untuk menebus pelanggar-pelanggar hukum itu.
Kematian Kristus membuktikan bahwa hukum itu tidak bisa diubah. Dan pengorbanan
sebagai pernyataan kasih Bapa dan Anak, agar orang-orang berdosa dapat ditebus,
menunjukkan kepada segenap alam semesta -- apa yang tidak kurang dari rencana
pendamaian ini sanggup lakukan -- bahwa keadilan dan kemurahan adalah azas dari
hukum dan pemerintahan Allah.
Pada
pelaksanaan terakhir pengadilan akan tampak bahwa tidak ada alasan bagi
keberadaan dosa. Pada waktu Hakim seluruh dunia itu akan menuntut Setan,
"Mengapa engkau memberontak melawan Aku, dan merampas penduduk
kerajaan-Ku?" maka Setan, asal mula kejahatan itu, tidak bisa memberikan
alasan. Setiap mulut akan bungkam berdiam, dan seluruh pasukan yang memberontak
akan berdiam seribu bahasa.
Salib
Golgota, sementara menyatakan hukum itu tidak bisa diubah, mengumumkan ke
seluruh alam semesat bahwa upah dosa ialah maut. Dalam seruan terakhir Juru
Selamat, "Sudah genap,"
lonceng kematian Setan dibunyikan. Pertentangan yang besar yang sudah
lama berjalan telah diputuskan, dan pemberantasan terakhir dosa telah
dipastikan. Anak Allah melewati gerbang kubur agar "oleh kematian-Nya Ia
memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut." (Iberani 2:14). Keinginan Lucifer untuk meninggikan diri
sendiri telah menuntunnya berkata, "Aku hendak naik ke langit, aku hendak
mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, . . . aku akan menyamai Yang Mahatinggi!"
(Yes. 14:13,14). Allah menyatakan, "Aku menyalakan api dari tengahmu yang
akan memakan habis engkau . . .
. Akhir hidupmu mendahsyatkan dan
lenyap selamanya engkau." (Yehez. 28:18,19). Bilamana
"sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua
orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan
akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman Tuhan semesta alam, sampai
tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka." (Mal. 4:1).
Seluruh alam semesta akan menjadi saksi bagi sifat dan akibat dosa itu.
Dan pemberontakan total dosa itu, yang pada mulanya mendatangkan ketakutan
kepada malaikat-malaikat dan kehinaan kepada Allah, sekarang akan membuktikan
kebenaran kasih-Nya dan menetapkan kemuliaan-Nya di hadapan makhluk-makhluk
semesta alam yang senang melakukan kehendak Allah, dan yang di dalam hatinya
ada hukum-Nya. Kejahatan tidak akan pernah muncul lagi . Firman Allah berkata ,
" Kesangsaraan tidak akan timbul dua kali ! " ( Nahum 1: 9 ) . Hukum Allah yang telah dicela oleh Setan
sebagai kuk perhambaan akan dihormati sebagai hukum kemerdekaan. Ciptaan yang
telah teruji dan terbukti tidak akan pernah lagi berpaling dari kesetiaan
kepada Dia yang tabiat-Nya telah dinyatakan sepenuhnya di hadapan mereka
sebagai kasih yang tak terduga dalamnya dan hikmat yang tak terbatas.
ARTIKEL LAINNYA....
No comments:
Post a Comment