KEBANGUNAN ROHANI MODERN --
27
Di mana saja firman Allah
diberitakan dengan setia, hasilnya selalu terlihat yang membuktikan bahwa itu
berasal dari Allah. Roh Allah menyertai pekabaran hamba-hambanya, dan kata-kata
mereka memiliki kuasa. Orang-orang berdosa merasa hati nurani mereka
digerakkan. "Terang yang menenrangi setiap orang datang kepada
dunia," menyinari relung-relung jiwa mereka yang paling tersembunyi,
sehingga perkara-perkara yang tersembunyi di dalam kegelapan telah dibuat menjadi
nyata. Keyakinan yang mendalam menguasai pikiran dan hati mereka. Mereka
diyakinkan mengenai diosa dan mengenai kebenaran, dan mengenai penghakiman yang
akan datang. Mereka mempunyai kepekaan terhadap kebenaran Yehowa dan perasaan
gentar untuk tampil dihadirat Penyelidik hati dalam keadaan bersalah dan najis.
Dalam penderitaan mereka berseru, "Siapaka yang akan melepaskan aku dari
tubuh maut ini?" (Rom. 7:24). Sementara salib di Golgota, dengan korbannya
yang sangat besar itu bagi dosa-dosa manusia, dinyatakan, mereka melihat bahwa
tidak ada yang lain selain jasa Kristus yang dapat mengadakan pendamaian bagi
pelanggaran-pelanggaran mereka. Hanya dengan ini saja manusia dapat
diperdamaikan kembali kepada Allah. Dengan iman dan kerendahan mereka menerima Anak
Domba Allah yang mengangkut dosa isi dunia ini. Melalui darah Yesus Ia telah
"membiarkan dosa-dosa yang terjadi dahulu." (Rom 3:25).
Jiwa-jiwa ini menghasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.
Mereka percaya dan dibaptiskan, dan bangkit dalam pembaharuan hidup, -- menjadi
kejadian yang baru di dalam Yesus Kristus;
tidak merupakan dirinya menurut hawa nafsu sebelumnya, tetapi oleh iman
kepada Anak Allah akan mengikuti-Nya dalam setiap langkah-langkah-Nya,
merefleksikan tabiat-Nya dan menyucikan diri mereka sebagaimana Kristus suci
adanya. Perkara-perkara yang pada suatu ketika dibenci, sekarang mereka
sukai; dan perkara-perkara yang pada
suatu ketika disukai, mereka benci. Sifat sombong dan suka menonjolkan diri,
menjadi lemah lembut dan rendah hati. Kesia-siaan dan keangkuhan menjadi
sungguh-sungguh dan tidak suka menonjolkan diri. Kenajisan menjadi rohani,
peminum dan pemabuk dan orang yang tidak bermoral menjadi suci. Gaya hidup yang
penuh kesia-siaan dunia ini dikesampingkan. Orang-orang Kristen tidak berusaha
menghiasi dirinya dengan "secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-epang
rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
tetapi . . . manusia batiniah yang
tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa, yang berasal dari roh yang
lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah." (1 Pet.
3:3,4).
Kebangunan rohani membawa penyelidikan hati yang mendalam dan kerendahan
hati. Hal itu ditandai oleh himbauan yang sungguh-sungguh dan khidmat kepada
orang-orang berdosa, oleh kerinduan yang kuat kepada belas kasihan penebusan
darah Kristus. Pria dan wanita berdoa dan bergumul dengan Allah bagi
keselamatan jiwa-jiwa. Buah-buah kebangunan rohani seperti itu nampak pada
jiwa-jiwa yang tidak akan ciut dengan penyangkalan diri dan pengorbanan, tetapi
bersukacita karena mereka dianggap layak menderita celaan dan cobaan demi
Kristus. Manusia melihat suatu perubahan dalam hidup mereka yang mengaku nama
Yesus. Masyarakat diuntungkan oleh pengaruh mereka. Mereka berkumpul dengan
Kristus dan menabur kepada Roh, menuai kehidupan yang kekal.
Mengenai mereka boleh dikatakan, "Dukacitamu membuat kamu
bertobat," "Sebab dukacitamu
menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan
yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia menghasilkan
kematian. Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak
Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri,
kejengkelan, ketakutan, kegiatan, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah
membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah dalam perkara itu." (2 Kor.
7:9-11).
Inilah
hasil pekerjaan Roh Allah. Tidak ada bukti pertobatan sejati kecuali pertobatan
itu mengerjakan pembaharuan dalam diri orang itu. Jikalau seorang berdosa
memperbaharui janjinya, mengembalikan apa yang sudah dirampoknya, mengakui
dosa-dosanya, dan mengasihi Allah dan sesamanya manusia, maka orang berdosa itu
boleh merasa yakin bahwa ia telah menemukan perdamaian dengan Allah. Begitulah
pengaruh yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya sesudah kebangunan keagamaan.
Dari buah-buah yang dihasilkan, dapatlah diketahui bahwa mereka diberkati Allah
dalam penyelamatan manusia dan meninggikan kemanusiaan.
Akan
tetapi banyak kebangunan rohani pada zaman modern ini telah menunjukkan suatu
perbedaan yang mencolok dengan manifestasi rahmat Allah yang pada masa-masa
sebelumnya mengikuti pekerjaan hamba-hamba Allah. Benar bahwa perhatian yang
luas dibangkitkan, dan banyak mengaku bertobat, dan banyak orang bergabung ke
dalam gereja-gereja. Namun, hasil-hasilnya tidak menjamin bahwa terdapat
peningkatan dalam kehidupan kerohanian yang sesungguhnya. Terang yang bersinar
untuk sesaat lamanya segera padam, meninggalkan kegelapan yang lebih pekat dari
sebelumnya.
Kebangunan-kebangunan rohani populer sering dihasilkan oleh penarikan
kepada imaginasi, oleh membangkitkan emosi, oleh memuaskan keinginan terhadap
sesuatu yang baru dan mengagumkan. Dengan demikian orang-orang yang bertobat
dengan cara seperti itu tidak begitu tertarik untuk mendengarkan kebenaran
Alkitab, tidak begitu tertarik kepada kesaksian para nabi dan para rasul.
Kecuali upacara keagamaan mempunyai sesuatu yang bersifat sensasi, maka hal itu
tidak menarik bagi mereka. Suatu pekabaran yang tidak menarik kepada logika
tidak akan mendapat respons atau sambutan. Amaran sederhana yang jelas dari
firman Allah, yang berhubungan langsung dengan kepentingan hidup kekal mereka,
tidak dihiraukan.
Bagi
setiap jiwa yang benar-benar bertobat, hubungan dengan Allah dan dengan
perkara-perkara kekal adalah merupakan pokok utama dalam kehidupan. Tetapi
dalam gereja-gereja populer sekarang ini, dimanakah roh penyerahan kepada
Allah? Yang bertobat itu tidak meninggalkan kesombongan dan kasih kepada dunia
ini. Mereka tidak mau lebih menyangkali diri sendiri, memikul salib lalu
mengikut Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, daripada sebelum mereka
bertobat. Agama telah menjadi permainan orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan
dan orang-orang yang skeptis sebab banyak yang mengaku beragama tidak mau tahu
mengenai prinsip-prinsipnya. Kuasa kesalehan telah hampir meninggalkan banyak
gereja-gereja. Piknik, sandiwara gereja, pasar malam gereja, bazar, rumah-rumah
mewah, pameran pribadi, telah menghilangkan pemikiran dari Allah. Tanah dan
harta benda serta pekerjaan duniawi menyibukkan pikiran, dan perkara-perkara
kekekalan sulit untuk mendapat perhatian.
Walaupun kemerosotan iman dan kesalehan merajalela, masih terdapat pengikut-pengikut
Kristus yang benar di dalam gereja itu. Sebelum penghakiman terakhir Allah atas
dunia ini, di antara umat Tuhan akan ada kebangunan rohani seperti yang belum
pernah disaksikan sebelumnya, sejak zaman rasul-rasul. Roh dan kuasa Allah akan
dicurahkan kepada anak-anak-Nya. Pada waktu itu banyak yang akan memisahkan
diri mereka dari gereja-gereja dimana kasih kepada dunia ini telah menggantikan
kasih kepada Allah dan kasih kepada firman-Nya. Baik pendeta-pendeta maupun
orang awam pada waktu itu dengan gembira menerima kebenaran agung yang Allah
suruh disiarkan kepada dunia ini, untuk menyediakan orang-orang kepada
kedatangan Tuhan. Musuh jiwa-jiwa ingin menghalangi pekerjaan ini. Dan sebelum
waktu untuk gerakan seperti itu datang, ia berusaha mencegahnya dengan
memperkenalkan suatu penipuan. Dalam gereja-gereja yang bisa di bawah kuasa penipuannya, akan
ditunjukkannya bahwa seolah-olah berkat-berkat khusus Allah dicurahkan; di sana
akan dinyatakan apa yang dianggap sebagai kepentingan agama yang besar. Orang
banyak akan bersukaria bahwa Allah bekerja dengan sangat mengagumkan bagi
mereka, padahal pekerjaan itu adalah perbuatan roh yang lain. Dengan berkedok
agama, Setan akan berusaha meluaskan pengaruhnya terhadap dunia Kristen.
Dalam
banyak kebangunan rohani yang terjadi selama setengah abad terakhir ini,
pengaruh yang seperti itu sedikit banyaknya telah bekerja, yang akan dinyatakan
dalam gerakan yang lebih luas lagi pada masa yang akan datang. Ada suatu luapan
emosi, suatu pembauran antara yang benar dan yang salah, yang begitu baik
dipadukan untuk menyesatkan. Namun tak seorangpun harus tertipu. Dalam terang
firman Allah tidak sulit untuk menentukan sifat gerakan-gerakan ini. Di mana
saja manusia melalaikan kesaksian Alkitab, dan berpaling dari kebenaran yang
jelas dan sederhana serta yang menguji jiwa, yang memerlukan penyangkalan diri
dan meninggalkan hal-hal duniawi, kita boleh merasa pasti bahwa berkat-berkat
Allah tidak diberikan di sana. Dan dengan peraturan yang telah diberikan Kristus
sendiri, "Dari buahnyalah kamu mengenal mereka" (Mat. 7:16), sudah
jelas bahwa gerakan-gerakan itu bukan pekerjaan Roh Allah.
Di
dalam kebenaran firman-Nya, Allah telah memberikan kepada manusia penyataan
diri-Nya; dan bagi mereka yang menerimanya, penyataan ini adalah perisai
melawan penipuan Setan. Kelalaian akan kebenaran inilah yang telah membukakan
pintu kepada sijahat yang sekarang menjadi begitu tersebar luas di dunia
keagamaan. Sifat dan pentingnya hukum Allah sebegitu jauh telah diabaikan.
Konsepsi yang salah mengenai tabiat, kekekalan dan tuntutan hukum ilahi, telah
menuntun kepada kesalahan-kesalahan dalam hubungannya dengan pertobatan dan
penyucian, dan telah mengakibatkan menurunnya ukuran kesalehan di dalam gereja.
Di sinilah akan ditemukan rahasia kekurangan Roh dan kuasa Allah dalam
kebangunan rohani pada zaman kita.
Di
berbagai denominasi, ada orang-orang yang terkenal kesalehannya oleh siapa
fakta ini diakui dan disesali. Profesor Edwards A. Park, dalam mengetengahkan
bahaya-bahaya keagamaan dewasa ini berkata, "Salah satu sumber bahaya
adalah mengabaikan mimbar sebagai tempat menguatkan dan menekankan hukum ilahi.
Pada zaman-zaman sebelumnya mimbar itu adalah tempat menggemakan suara hati
nurani . . . . Para pengkhotbah kita
yang terkenal memberikan kebesaran dan kemuliaan kepada pidato-pidato mereka
yang mengikuti teladan Guru, dan menonjolkan hukum Allah,
peraturan-peraturan-Nya dan ancaman-ancaman-Nya. Mereka mengulang-ulangi dua
pernyataan terkenal, bahwa hukum itu adalah salinan kesempurnaan ilahi, dan
bahwa orang yang tidak mengasihi hukum itu tidak mengasihi Injil, karena hukum
maupun Injil adalah cermin yang memantulkan tabiat Allah yang sebenarnya.
Bahaya ini menuntun kepada bahaya berikutnya, yaitu meremehkan jahatnya,
meluasnya dan celanya dosa itu. Sebanding dengan benarnya hukum itu demikianlah
salahnya jika tidak menurutinya . . . .
"Berkaitan dengan bahaya-bahaya yang sudah disebutkan, adalah
bahaya menganggap remeh keadilan Allah. Kecenderungan mimbar modern ini ialah
memutarbalikkan keadilan ilahi dengan kebajikan dan kemurahan ilahi,
menenggelamkan kebajikan dan kemurahan itu ke dalam perasaan gantinya
meninggikannya menjadi prinsip. Prisma teologi yang baru menceraikan apa yang
telah dipersatukan Allah. Apakah hukum Allah itu baik atau jahat? Hukum Allah
itu baik. Berarti keadilan itu baik, karena keadilan adalah sifat mutlak
pelaksanaan hukum. Dari kebiasaan meremehkan hukum dan keadilan ilahi, luas dan
cacadnya pelanggaran manusia, manusia dengan mudah tergelincir kepada kebiasaan
meremehkan rahmat yang telah menyediakan pendamaian bagi dosa." Demikianlah Injil kehilangan nilai serta
pentingnya di dalam pikiran manusia, dan tidak lama kemudian mereka siap menyingkirkan
Alkitab seluruhnya.
Banyak
guru-guru agama mengatakan bahwa Kristus oleh kematian-Nya telah menghapuskan hukum itu, dan oleh karena
itu manusia dibebaskan dari tuntutan hukum itu. Sebagian menggambarkan hukum
itu sebagai kuk yang kejam dan memberatkan serta menyusahkan. Dan bertentangan
dengan perhambaan hukum itu, mereka menawarkan kebebasan yang akan dinikmati di
bawah Injil.
Tetapi
para nabi dan para rasul tidak menganggap hukum Allah yang suci itu demikian.
Daud berkata, "Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari
titah-titah-Mu." (Maz. 119:45). Rasul Yakobus, yang menulis sesudah
Kristus mati, menganggap hukum itu sebagai "hukum utama" dan
"hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang." (Yakub
2:8; 1:25). Dan Pewahyu, setengah abad setelah penyaliban Kristus, mengumumkan
suatu berkat atas mereka "yang melakukan perintah-perintah-Nya, sehingga
mereka berhak menghampiri pohon kehidupan, dan masuk melalui pintu gerbang ke
dalam kota itu." (Wah. 22:14 -- terjemahan langsung).
Pernyataan bahwa Kristus oleh kematian-Nya menghapuskan hukum Bapa-Nya,
tidaklah beralasan. Seandainya hukum itu bisa diubah atau dikesampingkan, maka
Kristus tidak perlu mati untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa.
Kematian Kristus, yang sama sekali tidak menghapuskan hukum itu, membuktikan
bahwa hukum itu tidak bisa diubah. Anak Allah datang untuk memberi
pengajaran-Nya yang besar dan mulia." (Yes. 42:21). Ia berkata,
"Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat;" "selama belum lenyap
langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari
hukum Taurat sebelum semuanya terjadi." (Mat. 5:17,18). Dan mengenai
diri-Nya sendiri Ia mengatakan, "Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya
Allahku; Tauratmu ada dalam dada-Ku." (Maz. 40:9).
Hukum Allah, dari sifatnya sendiri, tidak
dapat diubah. Hukum itu adalah penyataan kehendak dan tabiat Penciptanya. Allah
adalah kasih, dan hukum-Nya adalah kasih. Prinsip agungnya ialah mengasihi
Allah dan mengasihi manusia. "Kasih
adalah kegenapan hukum Taurat." (Rom. 13:10). Tabiat Allah ialah
kebenaran; demikianlah sifat hukum-Nya. Pemazmur berkata, "Taurat-Mu
benar," "segala perintah-Mu
benar." (Maz. 119:142,172). Dan Rasul Paulus menyatakan, "Jadi hukum
Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik."
(Roma 7:12). Hukum seperti itu, yang menjadi penyataan pikiran dan kehendak
Allah, sudah tentu sekekal Penciptanya.
Pertobatan dan penyucianlah yang mendamaikan manusia kepada Allah, oleh
membawa manusia itu selaras dengan hukum-Nya. Pada mulanya manusia diciptakan
menurut peta Allah. Ia sangat selaras dengan sifat dan hukum Allah.
Prinsip-prinsip kebenaran dituliskan di dalam hati. Tetapi dosa memisahkan dia
dari Penciptanya. Ia tidak lagi memancarkan peta ilahi. Hatinya berperang
dengan prinsip-prinsip hukum Allah. "Sebab keinginan daging adalah
perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah, hal ini
memang tidak mungkin baginya." (Roma 8:7). Tetapi "karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal," agar manusia boleh diperdamaikan dengan Allah. Melalui jasa-jasa
Kristus manusia itu bisa kembali selaras dengan Penciptanya. Hatinya harus
diperbaharui oleh rahmat ilahi. Ia harus mempunyai hidup baru yang dari atas.
Perubahan ini adalah kelahiran baru, tanpa itu kata Yesus "ia tidak bisa
melihat kerajaan Allah."
Langkah pertama dalam pendamaian kepada Allah ialah pengakuan dosa.
"Dosa ialah pelanggaran hukum Allah."
"Oleh hukum Taurat orang mengenal dosa." (1 Yoh. 3:4; Roma
3:20). Agar dapat melihat dosanya, orang
berdosa itu harus menguji tabiatnya dengan standar kebenaran Allah. Standar
kebenaran itu adalah cermin yang menunjukkan penyempurnaan tabiat kebenaran,
dan yang menyanggupkannya untuk melihat cacad pada dirinya.
Hukum
itu menunjukkan kepada manusia dosa-dosanya, tetapi tidak menyediakan obatnya.
Sementara hukum itu menjanjikan hidup kepada yang menurut, ia menyatakan
kematian menjadi bagian pelanggar. Hanya Injil Kristus saja yang dapat
membebaskannya dari hukuman dan pencemaran dosa. Ia harus menunjukkan
penyesalan kepada Allah, yang hukum-Nya telah dilanggar; dan iman kepada
Kristus, korban pendamaiannya. Dengan demikian ia memperoleh "pengampunan
dosa-dosa yang terjadi dahulu," dan menjadi ikut mengambil bagian dalam
sifat ilahi. Ia adalah anak Allah yang telah menerima pengangkatan menjadi
anak, dimana ia berkata, "Abba, ya Bapa!"
Apakah
sekarang ia bebas melanggar hukum Allah? Rasul Paulus berkata, "Jika
demikian, apakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak!
Sebaliknya, kami meneguhkannya." (Rom. 3:31). "Bukankah kita telah
mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? (Rom, 6:2).
Dan Yohanes menyatakan, "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa
kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak
berat." (1 Yoh. 5:3). Dalam kelahiran baru, hati dibawa menjadi selaras
dengan Allah, sebagaimana juga menjadi selaras dengan hukum-Nya. Bilamana
perubahan besar ini terjadi pada orang berdosa, ia telah melewati dari kematian
kepada kehidupan, dari dosa ke kesucian, dari pelanggaran dan pemberontakan ke
penurutan dan kesetiaan. Hidup lama yang terpisah dari Allah telah berakhir,
hidup baru yaitu hidup yang berdamai dan beriman kepada Allah, telah mulai.
Kemudian "tuntutan hukum Taurat" akan "digenapi di dalam kita,
yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh." (Rom. 8:4).Dan
bahasa jiwa akan berkata ," O, betapa kucintai Taurat-Mu! Aku
merenungkannya sepanjang hari " [ Maz 119 : 97 ).
"Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa." (Maz. 19:7).
Tanpa hukum Taurat, manusia tidak mempunyai pandangan yang benar mengenai
kesucian dan kekudusan Allah, atau mengenai kejahatan dan kecemaran manusia itu
sendiri. Mereka tidak mempunyai pandangan yang benar mengenai dosa, dan tidak
merasa perlu bertobat. Tidak melihat keadaan mereka yang hilang sebagai
pelanggar-pelanggar hukum Allah. Mereka tidak menyadari kebutuhan mereka akan
darah pendamaian Kristus. Pengharapan keselamatan diterima tanpa perobahan hati
yang drastis atau pembaharuan hidup. Demikianlah pertobatan dangkal merajarela,
dan orang-orang banyak bergabung dengan gereja yang sebenarnya tidak pernah
bersatu dengan Kristus.
Teori-teori pengudusan yang salah, juga yang timbul karena melalaikan
atau menolak hukum Taurat ilahi, tampak menonjol dalam gerakan keagamaan
sehari-hari. Teori-teori ini salah dalam doktrin dan berbahaya dalam akibat
praktek sehari-hari. Dan fakta bahwa teori-teori ini mendapat perhatian umum,
adalah sangat penting agar semua mempunyai pengertian yang jelas tentang apa
yang diajarkan Alkitab mengenai pengudusan ini.
Penyucian yang benar adalah doktrin Alkitab. Rasul Paulus dalam suratnya
kepada jemaat di Tesalonika, menyatakan, "Karena inilah kehendak Allah:
pengudusanmu." Dan ia berdoa,
"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya." (1 Tes.
4:3; 5:23). Alkitab dengan jelas mengajarkan apa itu pengudusan, dan bagaimana
cara memperolehnya. Juru Selamat mendoakan murid-murid-Nya, "Kuduskanlah
mereka dalam kebenaran; firmanmu adalah kebenaran." (Yoh. 17:17,19). Dan
Rasul Paulus mengajarkan bahwa orang-orang percaya akan "disucikan oleh
Roh Kudus." (Roma 15:16). Apakah pekerjaan Roh Kudus itu? Yesus mengatakan
kepada murid-murid-Nya, "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia
akan memimpin kamu kedalam seluruh kebenaran." (Yoh. 16:13). Dan Pemazmur
berkata, "Taurat-Mu itulah kebenaran." (Maz. 119:142). Melalui firman
dan Roh Allah telah dibukakan kepada manusia prinsip-prinsip agung kebenaran
yang terkandung di dalam hukum-Nya. Dan oleh karena hukum Allah adalah
"kudus, benar dan baik," sebagai salinan kesempurnaan ilahi, maka
tabiat yang dibentuk oleh karena penurutan kepada hukum itu juga adalah kudus.
Kristus adalah contoh yang sempurna tabiat seperti itu. Ia berkata, "Aku
menuruti perintah Bapa-Ku." (Yoh. 15:10). "Aku senantiasa berbuat apa
yang berkenan kepada-Nya." (Yoh. 8:29). Para pengikut Kristus harus
menjadi seperti Dia oleh rahmat Allah membentuk tabiat yang selaras dengan
prinsip-prinsip hukum-Nya yang kudus. Inilah pengudusan menurut Alkitab.
Pekerjaan pengudusan ini dapat dicapai hanya melalui iman dalam Kristus,
oleh kuasa Roh Allah yang tinggal di dalam hati. Rasul Paulus menasihati orang-orang
percaya, "Hai Saudara-saudara, . . .
tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar." "Karena Allahlah yang mengerjakan di
dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." (Filipi
2:12,13). Orang-orang Kristen akan merasakan dorongan-dorongan atau
desakan-desakan dosa itu, tetapi ia akan selalu berperang melawannya. Di
sinilah pertolongan Kristus diperlukan. Kelemahan manusia menjadi bersatu
dengan kekuatan ilahi, dan iman berseru, "Tetapi syukur kepada Allah yang
telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus." (1 Kor.
15:57).
Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa pekerjaan pengudusan itu bersifat
progresif, terus maju. Bilamana pada pertobatan seseorang berdosa memperoleh
perdamaian dengan Allah melalui darah pendamaian itu, maka pada waktu itu
kehidupan Kristen baru mulai. Sekarang ia harus "beralih kepada
perkembangan yang penuh." (Iberani 6:1); bertumbuh ke "tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus." (Epes 4:13). Rasul
Paulus berkata, "Tetapi ini yang kulakukan: Aku melupakan apa yang telah
dibelakangku dan mengarahkan diri kepada yang dihadapanku, dan berlari-lari
kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dan
Kristus." (Filipi 3:13,14). Dan Rasul Peterus menetapkan tangga-tangga di
hadapan kita, dengan mana pengudusan Alkitab kita capai: "Sungguh-sungguh
berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan, dan kepada pemngetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri
ketekunan, kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan
saudara-saurada, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.
Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan
dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus Tuhan
kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu ia menjadi buta dan picik,
karena ia lupa bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu,
Saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu
makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah
tersandung." (2 Pet. 1:5-10).
Mereka
yang mengalami pengudusan cara Alkitab akan menunjukkan roh kerendahan hati.
Seperti Musa, mereka telah memandang kebesaran kekudusan yang menakjubkan, dan
melihat betapa ketidaklayakan mereka tidak bisa dibandingkan dengan kemurnian
dan kesempurnaan yang ditinggikan dari Yang Kekal itu.
Nabi
Daniel adalah satu contoh pengudusan yang benar. Sepanjang hidupnya dipenuhi
dengan pelayanan mulia bagi Tuannya. Ia adalah
"orang yang dikasihi Surga." (Dan 10:11). Namun, gantinya
mengakui murni dan kudus, nabi yang dihormati ini menyatakan dirinya sebagai
seorang yang sangat berdosa di Israel, pada waktu bermohon kepada Allah mengenai
bangsanya, "sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu
bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang
berlimpah-limpah." "Kami telah
berbuat dosa, kami telah berlaku fasik." (Dan. 9:18,15). Ia menyatakan,
"Sementara aku berbicara dan berdoa dan mengaku dosaku dan dosa bangsaku,
bangsa Israel." (Dan. 9:20). Dan pada waktu hari kemudian Anak Allah
muncul, untuk memberikan petunjuk kepadanya, Daniel berkata, "aku menjadi
pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku." (Dan. 10:8).
Pada
waktu Ayub mendengar suara Tuhan dari angin badai, ia berseru, "Oleh sebab
itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan
abu." (Ayub 42:6). Yesaya berseru
setelah ia melihat kemuliaan Tuhan dan mendengar kerub berseru: "Kudus,
kudus, kuduslah Tuhan semesta alam,"
"Cilakalah aku! Aku binasa!" (Yes. 6:3,5). Rasul Paulus,
setelah terangkat ke langit yang ketiga, dan mendengar kata-kata yang tak
terucapkan oleh manusia, berbicara mengenai dirinya, sebagai "yang paling
hina di antara segala orang kudus." (2Kor. 12:2-4; Epes 3:8). Yohanes yang
kekasih, yang bersandar kepada Yesus dan yang memandang kemuliaan-Nya, jatuh
tersungkur di depan kaki malaikat itu. Wah 1:17).
Mereka
yang berjalan dalam bayang-bayang salib Golgota tidak akan meninggikan diri,
tidak akan menyombongkan diri karena mereka telah dibebaskan dari dosa. Mereka
merasa bahwa oleh karena dosa-dosa merekalah yang menyebabkan penderitaan yang
menghancurkan hati Anak Allah, dan pemikiran ini akan menuntun mereka kepada
penyesalan yang mendalam. Mereka yang hidup paling dekat dengan Yesus melihat
dengan jelas kelemahan dan keberdosaan manusia, dan harapan mereka satu-satunya
hanyalah jasa-jasa Juru Selamat yang tersalib dan yang telah bangkit kembali
itu.
Sekarang pengudusan menonjol di dunia keagamaan, dan bersamaan dengan
itu Roh meninggikan diri sendiri, dan ketidakperdulian kepada hukum Allah yang
menandakannya sebagai yang asing bagi agama Alkitab. Para penganjurnya mengajarkan
bahwa penyucian adalah pekerjaan seketika, sekejap, oleh mana, melalui iman
saja mereka memperoleh kekudusan yang sempurna. "Percaya saja," kata
mereka, "dan berkat menjadi milikmu."
Tidak diperlukan usaha-usaha lebih jauh di pihak sipenerima. Pada waktu
yang sama mereka menyangkal wewenang dan kekuasaan hukum Allah, dan mengatakan
bahwa mereka telah dibebaskan dari kewajiban memeliharakan hukum-hukum atau
perintah-perintah itu. Tetapi apakah mungkin bagi manusia menjadi kudus, sesuai
dengan kehendak dan tabiat Allah, tanpa menyesuaikan atau menselaraskan diri
dengan prinsip-prinsip atau hukum Allah, yang adalah pernyataan sifat dan
kehendak-Nya, dan yang menyatakan apa yang menjadi kesukaan bagi-Nya?
Keinginan kepada agama yang gampang, yang tidak menuntut suatu
perjuangan, tidak ada penyangkalan diri, tidak ada perpisahan dengan kebodohan
dunia ini, telah membuat ajaran iman, hanya iman, menjadi ajaran atau doktrin
yang populer. Tetapi apakah yang dikatakan oleh firman Allah? Rasul Yakobus
berkata, "Apakah gunanya saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan bahwa
ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu
menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian
dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata:
'Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!' tetapi ia
tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? .
. . . Hai manusia yang bebal, maukah
engkau mengaku sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika
ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman
bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman
menjadi sempurna. . . . Jadi kamu lihat,
bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, dan bukan hanya karena
iman." (Yakobus 2:14-24).
Kesaksian firman Allah menentang ajaran "iman tanpa perbuatan"
yang menjerat itu. Bukanlah iman yang hanya menuntut kemurahan Surga tanpa
menyesuaikan dengan syarat-syarat atas mana kemurahan diberikan. Itu hanyalah
dugaan, karena iman yang sejati berdasarkan janji-janji dan syarat-syarat
Alkitab.
Jangan
seorangpun menipu diri sendiri dengan kepercayaan bahwa mereka dapat menjadi
kudus sementara dengan senagaja melanggar salah satu tuntutan-tuntutan Allah.
Perbuatan dosa yang diketahui atau disengaja mendiamkan suara Roh, dan akan
memisahkan jiwa dari Allah. "Dosa adalah pelanggaran kepada
hukum." Dan "setiap orang yang
tetap berbuat dosa (melanggar hukum), tidak melihat dan tidak mengenal
Dia." (1 Yoh. 3:6). Walaupun
Yohanes dalam surat-suratnya banyak menekankan tentang kasih yang sepenuhnya,
namun ia tidak ragu-ragu menyatakan tabiat yang sebenarnya dari golongan yang
mengaku dikuduskan sementara mereka hidup dalam pelanggaran hukukm Allah.
"Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti
perintah-perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada
kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh
sudah sempurna kasih Allah." (1 Yoh. 2:4,5). Inilah ujian pengakuan setiap
orang. Kita tidak dapat mengatakan seseorang suci tanpa mengukurnya dengan
satu-satunya standar kesucian baik di Surga maupun di dunia. Jika manusia tidak
merasakan pengaruh dari hukum moral, jika mereka mengecilkan dan meremehkan ajaran-ajaran Allah, jika
mereka melanggar salah satu yang terkecil dari perintah-perintah ini dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, mereka akan tidak berharga di
pandangan Surga, dan kita akan tahu bahwa ajaran-ajaran dan tuntunan mereka itu
tanpa dasar.
Dan
pengakuan seseorang bahwa ia tanpa dosa, adalah suatu bukti bahwa ia yang
membuat pengakuan itu sebenarnya jauh dari kudus. Hal itu disebabkan karena ia
tidak mempunyai konsepsi yang benar mengenai kemurnian dan kesucian Allah, atau
mengenai bagaimana caranya menjadi selaras dengan tabiat-Nya. Karena ia tidak
mempunyai konsep yang benar mengenai kemurnian dan kekudusan Yesus yang
ditinggikan dan permusuhan dan kejahatan dosa, sehingga orang menganggap
dirinya suci. Semakin besar jarak antara
dia dengan Kristus, dan semakin tidak memadai konsepsinya mengenai tabiat ilahi
dan tuntutatn-Nya, semakin benar ia tampak oleh matanya sendiri.
Pengudusan yang diberikan di dalam Alkitab mencakup manusia seutuhnya --
roh, jiwa dan badan. Rasul Paulus
bedrdoa bagi orang-orang di Tesalonika, agar "semoga roh, jiwa dan tubuhmu
terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan
kita." (1 Tes. 5:23). Sekali lagi ia menulis kepada orang-orang
percaya, "Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang
hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah." (Rom. 12:1).
Pada
zaman Israel kuno, setiap persembahan yang dibawa sebagai korban kepada Allah,
harus diperiksa dengan teliti. Jika ditemukan cacad pada hewan yang diserahkan,
persembahan itu akan ditolak, oleh karena Allah telah memerintahkan bahwa
persembahan itu haruslah "tanpa cela." Jadi orang Kristen di himbau untuk
mempersembahan tubuhnya menjadi "persembahan yang hidup, kudus, dan bekenan
kepada Allah." Agar dapat
melaksanakan ini, seluruh kuasa harus disimpan dalam keadaan yang paling baik.
Setiap perbuatan yang melemahkan kekuatan fisik atau mental membuat seseorang
tidak layak bagi pelayanan kepada Khalik-Nya. Dan apakah Allah akan senang
dengan sesuatu yang kurang dari yang paling baik yang kita persembahkan
kepada-Nya? Kristus berkata, "Hendaklah kamu mengasihi Tuhan, Allahmu
dengan segenap hatimu." Mereka yang
mengasihi Allah dengan segenap hati ingin memberikan kepada-Nya pelayanan
terbaik dari kehidupan mereka, dan mereka akan terus berusaha membawa seluruh
kuasa tubuhnya tetap selaras dengan hukum yang mengembangkan kemampuan mereka
untuk melakukan kehendak-Nya. Mereka tidak akan melemahkan atau mengotori
persembahan yang mereka serahkan kepada Bapa surgawi oleh pemanjaan selera atau
hawa nafsu.
Rasul
Peterus berkata, "Saudara-saudara, . . .
kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang
melawan jiwa." (1 Pet. 2:11). Setiap pemuasan hawa nafsu dosa cenderung
melumpuhkan kemampuan-kemampuan jasmani dan mematikan kemampuan pikirani dan
rohani, sehingga firman atau Roh Allah hanya memberikan kesan lemah kepada
hati. Rasul Paulus menulis kepada orang-orang Korintus, "Marilah kita
menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan
demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah." (2 Kor.
7:1). Dan buah-buah Roh -- kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemah-lembutan -- digolongkan
"penguasaan diri."
Walaupun telah mengetahui pernyataan yang diilhamkan ini, betapa
banyaknya orang yang mengaku orang Kristen melemahkan kuasa mereka dengan usaha
mengejar keuntungan atau pendewaan mode; betapa banyaknya orang yang
merendahkan peta Allah dalam diri mereka dengan kegelojohan, minuman keras, dan
kesenangan-kesenangan yang terlarang. Dan jemaat, gantinya menegur, seringkali
mendorong untuk berbuat jahat oleh memanjakan selera, keinginan untuk
memperoleh keuntungan atau kecintaan kepada kepelesiran, untuk mengisi
perbendaharaannya, yang tidak bisa dipenuhi oleh kasih kepada Kristus.
Seandainya Yesus memasuki gereja zaman ini dan menyaksikan pesta pora dan
kegiatan-kegiatan yang tidak suci yang dilakukan atas nama agama, apakah Ia
tidak akan mengusir mereka sebagaimana Ia telah mengusir para penukar uang dari
kaabah?
Rasul
Yakobus menyatakan bahwa hikmat dari atas adalah "pertama
murni." Seandainya ia bertemu
dengan mereka yang menyebut nama Yesus yang berharga dengan bibir yang dikotori
oleh tembakau, dengan mereka yang
nafasnya dan tubuhnya tercemar dengan bau busuk dan yang mengotori udara, dan
memaksa orang-orang sekitarnya menghisap racun -- seandainya rasul berhubungan dengan
praktek-praktek yang bertentangan dengan kemurnian Injil, tidakkah ia akan
mencelanya sebagai "duniawi, hawa nafsu, seperti setan?" Budak-budak
kepada tembakau, yang menuntut berkat pengudusan menyeluruh, berbicara mengenai
harapan mereka masuk Surga; tetapi firman Allah dengan jelas mengatakan bahwa
"tidak akan masuk kedalamnya sesuatu yang najis." (Wah. 21:27).
"Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam
di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah -- dan bahwa kamu bukan
milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.
Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Kor. 6:19,20). Ia yang
tubuhnya adalah bait Roh Kudus tidak akan diperbudak oleh kebiasaan-kebiasaan
yang berbahaya. Segala kekuatan dan kemampuannya adalah milik Kristus, yang
telah membelinya dengan harga darah-Nya. Harta miliknya adalah milik Tuhan.
Bagaimanakah ia dianggap tidak bersalah dalam memboroskan harta yang
dipercayakan kepadanya? Orang-orang yang mengaku Kristen membelanjakan sejumlah
besar uang setiap tahunnya kepada pemanjaan diri yang tidak berguna dan berbahaya,
sementara jiwa-jiwa binasa tanpa firman yang hidup. Allah dirampok dalam
persepuluhan dan persembahan, sementara mereka membakar di atas mezbah hawa
nafsu yang merusak lebih banyak dari yang mereka berikan untuk menolong orang
miskin atau untuk menolong pekerjaan Injil. Jika sekarang semua orang yang
mengaku pengikut Kristus benar-benar dikuduskan, maka harta mereka, gantinya
digunakan untuk pemanjaan diri yang sia-sia dan bahkan merusak, akan
dikembalikan ke dalam perbendaharaan Tuhan, maka orang-orang Kristen akan
memberikan satu teladan penguasaan diri, penyangkalan diri dan pengorbanan.
Dengan demikian mereka akan menjadi terang dunia.
Dunia
ini telah takluk kepada pemanjaan diri. "Keinginan daging dan keinginan
mata serta keangkuhan hidup" (1 Yoh. 2:16), mengendalikan orang banyak.
Tetapi pengikut-pengikut Kristus mempunyai panggilan yang lebih suci.
"Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka,
firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis." (2 Kor. 6:17). Dalam terang firman Tuhan kita dibenarkan
dalam menyatakan bahwa pengudusan tidak akan benar-benar bilamana tidak
melepaskan usaha-usaha yang penuh dosa dan pemanjaan duniawi.
Kepada
mereka yang setuju dengan syarat-syarat ini, "Keluarlah kamu dari antara mereka,
dan pisahkanlah dirimu . . . dan janganlah menjamah apa yang najis," janji
Allah adalah, "Maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu
dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan,
demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa." (2 Kor. 6:17,18). Adalah suatu
kesempatan dan kewajiban setiap orang Kristen untuk mempunyai pengalaman yang
kaya dan melimpah dalam perkara-perkara Allah. "Akulah terang dunia,"
kata Yesus, "barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam
kegelapan, melainkan ia mempunyai terang hidup." (Yoh. 8:12). "Tetapi
jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai
rembang tengah hari." (Amsal 4:18). Setiap langkah iman dan penurutan
membawa jiwa dalam hubungan yang lebih dekat dengan Terang dunia, yang padanya
"tidak ada kegelapan sama sekali."
Cahaya terang Matahari Kebenaran bersinar ke atas hamba-hamba Allah dan
mereka memantulkan sinar-sinar-Nya. Sebagaimana bintang-bintang memberitahukan
kepada kita bahwa ada terang besar di langit yang dengan kemuliaannya mereka
dibuat bersinar, demikianlah orang-orang Kristen menyatakan bahwa ada Allah di
atas takhta semesta alam yang sifatnya patut dipuji dan ditiru. Karunia-karunia
Roh-Nya, kemurnian dan kekudusan-Nya, akan dinyatakan dalam umat-umat-Nya
sebagai saksi-saksi-Nya.
Rasul
Paulus, dalam suratnya kepada orang-orang Kolose, mengemukakan berkat-berkat
yang limpah yang diberikan kepada anak-anak Allah. Ia berkata, "Kami tiada
berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta supaya kamu menerima segala
hikmat dan pengertian yang benar untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan
sempurna, sehingga hidupmu layak dihadapan-Nya serta berkesan kepada-Nya dalam
segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan
bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan
segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan
tekun dan sabar." (Kolose 1:9-11).
Sekali
lagi ia menuliskan kerinduannya agar saudara-saudara di Epesus mengerti
tingginya kesempatan Kristen. Ia membukakan dihadapan mereka, dengan bahasa
yang sangat luas, kuasa dan pengetahuan ajaib yang boleh mereka miliki sebagai
anak-anak laki-laki dan perempuan Yang Mahatinggi. Adalah bagian mereka untuk
dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh-Nya di dalam batin mereka, sehingga iman
mereka berakar dan berdasar di dalam kasih, untuk memahami bersama-sama segala
orang kudus, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih
Kristus, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Tetapi doa rasul itu
mencapai klimaks kesempatan pada waktu ia berdoa, "supaya kamu dipenuhi di
dalam seluruh kepenuhan Allah." (Epes. 3:16-19).
Di
sini dinyatakan tingginya pencapaian yang dapat dicapai melalui iman pada
janji-janji Bapa surgawi kita kalau kita memenuhi tuntutan-Nya. Melalui jasa-jasa Kristus, kita dapat datang kepada takhta Yang
Mahakuasa. "Ia yang tidak
menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkannya bagi kita semua,
bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu bagi kita
bersama-sama dengan Dia?"(Rom. 8:32). Bapa memberikan Roh-Nya kepada Anak-Nya tanpa
batas, dan kita juga bisa mengambil bagian dalam kepenuhannya. Yesus berkata,
"Jadi, jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada
anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di Surga. Ia akan memberikan Roh Kudus kepada
mereka yang meminta kepada-Nya." (Lukas 11:13). "Jika kamu meminta
sesuatu kepada-Ku atas nama-Ku, Aku akan melakukannya." "Mintalah maka kamu akan menerima supaya
penuhlah sukacitamu." (Yoh. 14:14; 16:24).
Sementara kehidupan Kristen akan ditandai oleh kerendahan hati, tetapi
tidak mesti ditandai oleh kesedihan dan rendah diri. Adalah kesempatan setiap
orang untuk hidup sedemikian rupa sehingga Allah berkenan kepadanya. dan
memberkatinya. Bukanlah kehendak Bapa surgawi kita agar kita tetap di bawah
hukum dan kegelapan. Kepala yang selalu tertunduk dan hati yang dipenuhi dengan
pemikiran diri sendiri bukanlah bukti kerendahan hati yang sejati. Kita boleh datang
kepada Yesus dan dibasuh, dan berdiri di hadapan hukum tanpa malu dan perasaan
bersalah yang mendalam. "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi
mereka yang ada di dalam Kristus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan
kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut." (Rom 8:1).
Melalui Kristus anak-anak Adam yang jatuh menjadi "anak-anak
Allah." "Sebab Ia yang
menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka
saudara." (Iberani 2:11). Kehidupan Kristen haruslah merupakan suatu
kehidupan iman, kemenangan dan sukacita di dalam Allah. "Sebab semua yang
lahir dari Allah mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan
dunia: iman kita." (1 Yoh. 5:4). Hamba Allah Nehemia berkata dengan
sungguh-sungguh, "Sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!"
(Neh. 8:11). Dan Rasul Paulus berkata, "Bersukacitalah senantiasa di dalam
Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa.
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di
dalam Kristus Yesus bagi kamu." (Filipi 4:4; 1 Tes. 5:16-18).
Demikianlah buah-buah pertobatan dan pengudusan menurut Alkitab; dan
adalah oleh karena prinsip-prinsip kebenaran agung yang terdapat di dalam hukum
Allah begitu disepelekan oleh dunia Kristen, sehingga buah-buah ini begitu
jarang dapat disaksikan. Itulah sebabnya mengapa sedikit saja terlihat
pekerjaan Roh Allah yang dalam yang menandai kebangunan rohani pada tahun-tahun terdahulu.
Adalah
oleh memandang kita berubah. Dan pada waktu ajaran-ajaran kudus di mana Allah
telah membukakan kepada manusia penyempurnaan dan penyucian tabiat-Nya
dilalaikan, dan pikiran orang-orang telah ditarik kepada ajaran-ajaran dan
teori-teori manusia, maka tidak heran kalau terjadi kemerosotan kehidupan saleh
gereja. Tuhan berkata, "Mereka meninggalkan Aku, sumber air hidup, untuk
menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat
menahan air." (Yer. 2:13). "Berbahagialah orang yang tidak berjalan
menurut nasihat orang fasik . . . tetapi
yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan
malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan
buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya
berhasil." (Maz. 1:1-3). Hanya kalau hukum Allah dikembalikan kepada
kedudukannya yang benar barulah ada kebangunan iman yang sederhana dan
kesalehan di antara umat-umat-Nya. "Beginilah firman Tuhan: Ambillah
tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala,
di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat
ketenangan." (Yer. 6:16).
ARTIKEL LAINNYA....
No comments:
Post a Comment