Ads Google

Friday, February 1, 2019

PETUNJUK SEDERHANA DALAM PENGOLAHAN HERBAL



Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga di dapat hasil pengobatan yang maksimal. Berikut ini merupakan petunjuk seputar penggunaan tumbuhan obat :

A. Identifikasi
Dalam blog ini terdapat ilustrasi tumbuhan obat dengan foto berwarna di sertai uraiannya yang cukup jelas sehingga pembaca dapat mengetahui ciri – ciri tumbuhan obat yang dimaksud. Hal ini perlu diperhatikan karena banyak tumbuhan yang mirip tetapi tidak berkhasiat atau mempunyai khasiat yang berbeda.

B. Nama
Beberapa hal perlu dijelaskan tentang nama tumbuhan obat yang di pakai ialah:
1) Nama ilmiah : menggunakan nama latin yang paling umum dipakai.
2) Nama daerah : menggunakan nama daerah atau penyebutan dengan bahasa daerah
3) Sinonim : nama latin lain untuk tumbuhan obat yang berbeda namun mempunyai khasiat yang sama.
4) Nama asing : menggunakan nama yang paling umum di pakai pada buku – buku kepustakaan luar negeri.

C. Waktu Pengumpulan
Guna mendapat bahan terbaik dari tumbuhan obat, perlu diperhatikan saat – saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat.
Berikut ini pedoman waktu pengumpulan bahan obat secara umum, bila tidak dinyatakan lain:
1) Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak
2) Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3) Buah dipetik dalam keadaan masak.
4) Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5) Akar (Radix), rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya terhenti.

D. Pencucian dan Pengeringan
Bahan obat yang sudah dikumpulkan dan segera di cuci bersih, sebaiknya dengan air yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian bahan segar. Namun, bila perlu dikeringkan untuk disimpan dan digunakan bila sewaktu – waktu diperlukan.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mencegah pembusukan oleh cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan dapat disimpan lebih lama dalam toples atau wadah yantg tertutup rapat. Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.

Berikut ini cara mengeringkan bahan obat.
1) Bahan berukuran besar atau banyak mengandung air dapat di potong – potong seperlunya terlebih dahulu.
2) Pengeringan bisa langsung dibawah sinar matahari, atau memakai pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan yang tidak terlalu cepat.
3) Pengeringan bisa juga di lakukan dengan mengangin-anginkan bahan di tempat yang teduh atau dalam ruangan pengering yang aliran udaranya baik.

E. Sifat dan Cita Rasa
Di dalam Traditional Chinese Pharmacology di kenal 4 macam sifat dan 5 macam cita rasa tumbuhan obat, yang merupakan cara dari pengobatan tradisional timur. Adapun keempat macam sifat tumbuhan obat itu adalah dingin , panas, hangat dan sejuk. Tumbuhan obat yang sifatnya panas dan hangat dipakai untuk pengobatan sindroma dingin, seperti pasien takut dingin, tangan dan kaki dingin, lidah pucat, atau nadi lambat. Tumbuhan obat yang bersifat dingin dan sejuk digunakan untuk pengobatan sidroma panas, seperti demam, rasa haus, warna kencing kuning tua, lidah merah atau denyut nadi cepat.
Lima macam cita rasa dari tumbuhan obat adalah pedas, manis, asam pahit, dan asing. Cita rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan dengan organ tubuh, juga mempunyai khasiat dan kegunaan tersendiri. misalnya rasa pedas mempunyai sifat menyebar dan merangsang. rasa manis berkhasiat tonik dan menyejukkan. Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan mengelat. Rasa pahit dapat menghilangkan panas dan lembab, semantara rasa asing melunakkan dan sebagai pecahar. kadang-kadang ada yang menambahkan cita rasa yang keenam, yaitu netral atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh kencing.

F. CARA MEREBUS RAMUAN OBAT
Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik, atau panci email. Pot keramik dapat dibeli di toko obat tradisional Tionghoa. Panci dari bahan besi, aluminium, atau kuningan sebaiknya tidak digunakan untuk merebus. Hal ini perlu diingat karena bahan tersebut dapat menimbulkan
endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun, atau menimbulkan efek samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat. Gunakan air yang bersih untuk merebus, sebaiknya digunakan air tawar, kecuali ditentukan lain. Cara merebus bahan sebagai berikut. Bahan obat dimasukan kedalam pot tanah. Masukan air sampai bahan terendam seluruhnya dan permukaan air berada sekitar 30 mm di atasnya. Perebusan di mulai bila air telah meresap kedalam bahan ramuan obat. Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila nyala api tidak ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar sampai airnya mendidih, selanjutnya api di kecilkan untuk mencegah air rebusan meluap atau terlalu cepat kering. Meski demikian, adakalanya api besar dan api kecil digunakan sendiri-sendiri sewaktu merebus bahan obat. Sebagai contoh, obat yang bekhasiat tonik umumnya direbus dengan api kecil sehingga zat berkhasiatnyan dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan. Demikian pula tumbuhan obat yang mengandung racun perlu direbus dengan api kecil dalam waku yang agak lama sekitar 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya. Nyala api yang besar digunakan untuk ramuan obat yang berkhasiat mengeluarkan keringat, seperti ramuan obat untuk influenza atau demam hal ini di maksud agar pendidihan menjadi cepat dan penguapan berlebihan dari zat yang merupakan komponen aktif tumbuhan dapat di cegah.

Apabila tidak di tentukan khusus, perebusan di anggap selesai ketika air rebusan tersisa setengah dari jumlah semula. Namun, jika bahan obat yang direbus banyak yang keras seperti biji, batang dan kulit kayu maka perebusan selesai setelah air tersisa sepertiganya. Berikut ini cara perebusan yang sedikit berbeda dari cara konvensional yang telah di uraikan diatas karena adanya bahan – bahan yang memerlukan perlakuan khusus.

1) Direbus terlebih dahulu.
Dilakukan bila ada bahan obat yang besar atau keras dan sukar diekstrak seperti kulit kerang atau bahan mineral. Bahan tersebut perlu
dihancurkan dan direbus terlebih dahulu 10 menit sebelum bahan lain dimasukan.

2) Direbus paling akhir.
Dilaksanakan bila ada bahan obat yang mudah menguap atau bahan aktifnya mudah terurai. Contohnya peppermint, akar costus atau bahan pewangi. Bahan tersebut biasa dimasukan paling akhir, kira – kira 4-5 menit menjelang rebusan obat siap diangkat.

3) Direbus dalam bungkusan.
Beberapa bahan obat harus dibungkus terlebih dahulu dalam kain sebelum di rebus untuk mencegah timbulnya kekeruhan, lengket, dan terbentuknya bahan yang dapat menimbulkan iritasi pada tenggorokan.

4) Dididihkan perlahan – lahan atau direbus terpisah.
Maksudnya untuk menghindari rusaknya zat berkhasiatatau terserapnya zat tersebut bila direbus dengan baganlain. Contohnya ginseng. Bahan ini perlu di iris tipis – tipiskemudian direbus terpisah dalam pot tertutup dengan api kecil selama 2 – 3 jam.

5) Dilarutkan dengan penyeduhan. Dilakukan bila ada obat yang lengket, kental atau mudah terurai bila direbus terlalu lama dengan bahan obat lainnya, atau mudah melekat di dinding pot maupun di bahan obat lain sehingga keluarnya zat aktif obat lain terhambat. Contohnya gelatin kulit keledai. Bahan tersebut dimasukan kedalam cangkir terpisah, lalu di seduh dengan air rebusan obat.

G. Waktu Minum Obat
Bila tidak terdapat petunjuk pemakaian, biasanya obat diminum sebelum makan, kecuali obat tersebut merangsang lambung maka di minum setelah makan. Obat berkhasiat tonik di minum sewaktu perut kosong, dan obat berkhasiat sedative di minum sewaktu hendak tidur. Pada penyakit akut obat di minum sesuai jadwal secara teratur. Rebusan obat bisa diminum sesering mungkin sesuai kebutuhan atau di minum sebagai pengganti teh.

H. Cara Minum Obat
Obat biasanya di minum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2 -3 kali minum. Umumnya obat diminum selagi hangat, terutama untuk pengobatan sindroma luar. Setelah minum obat, pakailah baju tebal atau tidur berselimut supaya tubuh tetap hangat dan mudah mengeluarkan keringat.
Untuk pengobatan sindroma panas, obat di minum dalam keadaan dingin. Sebaliknya untuk pengobatan sindroma dingin obat di minum dalam keadaan hangat. Obat yang sedikit toksik. Di minum sedikit demi sedikit tetapi sering. Tambahkan dosisnya secara bertahap sehingga efek pengobatannya tercapai.

I. Lama Pengobatan
Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak lambat, namun sifatnya kontruktif atau membangun. Hal ini berbeda dengan obat kimiawai yang hasil pengobatan terlihat cepat, namun destruktif. Oleh karena itu, obat yang berasal dari tumbuhan tidak dianjurkan penggunaannya untuk penyakit – penyakit infeksi akut.

Tumbuhan obat lebih di utamakan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimiawi, atau memerlukan kombinasi pengobatan antara obat kimiawi dengan obat dari tumbuhan berkhasiat.