Dalam
menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga di
dapat hasil pengobatan yang maksimal. Berikut ini merupakan petunjuk seputar
penggunaan tumbuhan obat :
A.
Identifikasi
Dalam blog
ini terdapat ilustrasi tumbuhan obat dengan foto berwarna di sertai uraiannya
yang cukup jelas sehingga pembaca dapat mengetahui ciri – ciri tumbuhan obat
yang dimaksud. Hal ini perlu diperhatikan karena banyak tumbuhan yang mirip tetapi
tidak berkhasiat atau mempunyai khasiat yang berbeda.
B. Nama
Beberapa hal
perlu dijelaskan tentang nama tumbuhan obat yang di pakai ialah:
1) Nama
ilmiah : menggunakan nama latin yang paling umum dipakai.
2) Nama
daerah : menggunakan nama daerah atau penyebutan dengan bahasa daerah
3) Sinonim :
nama latin lain untuk tumbuhan obat yang berbeda namun mempunyai khasiat yang
sama.
4) Nama
asing : menggunakan nama yang paling umum di pakai pada buku – buku kepustakaan
luar negeri.
C. Waktu
Pengumpulan
Guna
mendapat bahan terbaik dari tumbuhan obat, perlu diperhatikan saat – saat
pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat.
Berikut ini
pedoman waktu pengumpulan bahan obat secara umum, bila tidak dinyatakan lain:
1) Daun
dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak
2) Bunga
dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3) Buah
dipetik dalam keadaan masak.
4) Biji
dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5) Akar
(Radix), rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) dikumpulkan
sewaktu proses pertumbuhannya terhenti.
D. Pencucian
dan Pengeringan
Bahan obat
yang sudah dikumpulkan dan segera di cuci bersih, sebaiknya dengan air yang
mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian
bahan segar. Namun, bila perlu dikeringkan untuk disimpan dan digunakan bila
sewaktu – waktu diperlukan.
Pengeringan
bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mencegah pembusukan oleh cendawan atau
bakteri. Dengan demikian, bahan dapat disimpan lebih lama dalam toples atau wadah
yantg tertutup rapat. Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat
serbuk.
Berikut ini
cara mengeringkan bahan obat.
1) Bahan
berukuran besar atau banyak mengandung air dapat di potong – potong seperlunya
terlebih dahulu.
2)
Pengeringan bisa langsung dibawah sinar matahari, atau memakai pelindung
seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan yang tidak terlalu cepat.
3) Pengeringan
bisa juga di lakukan dengan mengangin-anginkan bahan di tempat yang teduh atau
dalam ruangan pengering yang aliran udaranya baik.
E. Sifat dan
Cita Rasa
Di dalam
Traditional Chinese Pharmacology di kenal 4 macam sifat dan 5 macam cita rasa
tumbuhan obat, yang merupakan cara dari pengobatan tradisional timur. Adapun keempat
macam sifat tumbuhan obat itu adalah dingin , panas, hangat dan sejuk. Tumbuhan
obat yang sifatnya panas dan hangat dipakai untuk pengobatan sindroma dingin,
seperti pasien takut dingin, tangan dan kaki dingin, lidah pucat, atau nadi
lambat. Tumbuhan obat yang bersifat dingin dan sejuk digunakan untuk pengobatan
sidroma panas, seperti demam, rasa haus, warna kencing kuning tua, lidah merah
atau denyut nadi cepat.
Lima macam
cita rasa dari tumbuhan obat adalah pedas, manis, asam pahit, dan asing. Cita
rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan dengan organ
tubuh, juga mempunyai khasiat dan kegunaan tersendiri. misalnya rasa pedas
mempunyai sifat menyebar dan merangsang. rasa manis berkhasiat tonik dan
menyejukkan. Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan mengelat. Rasa pahit dapat
menghilangkan panas dan lembab, semantara rasa asing melunakkan dan sebagai
pecahar. kadang-kadang ada yang menambahkan cita rasa yang keenam, yaitu netral
atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh kencing.
F. CARA
MEREBUS RAMUAN OBAT
Perebusan
umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik, atau panci email. Pot keramik
dapat dibeli di toko obat tradisional Tionghoa. Panci dari bahan besi,
aluminium, atau kuningan sebaiknya tidak digunakan untuk merebus. Hal ini perlu
diingat karena bahan tersebut dapat menimbulkan
endapan,
konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun, atau menimbulkan efek
samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat. Gunakan air yang
bersih untuk merebus, sebaiknya digunakan air tawar, kecuali ditentukan lain.
Cara merebus bahan sebagai berikut. Bahan obat dimasukan kedalam pot tanah.
Masukan air sampai bahan terendam seluruhnya dan permukaan air berada sekitar
30 mm di atasnya. Perebusan di mulai bila air telah meresap kedalam bahan
ramuan obat. Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila
nyala api tidak ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar
sampai airnya mendidih, selanjutnya api di kecilkan untuk mencegah air rebusan
meluap atau terlalu cepat kering. Meski demikian, adakalanya api besar dan api
kecil digunakan sendiri-sendiri sewaktu merebus bahan obat. Sebagai contoh,
obat yang bekhasiat tonik umumnya direbus dengan api kecil sehingga zat
berkhasiatnyan dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan. Demikian
pula tumbuhan obat yang mengandung racun perlu direbus dengan api kecil dalam
waku yang agak lama sekitar 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya. Nyala api
yang besar digunakan untuk ramuan obat yang berkhasiat mengeluarkan keringat, seperti
ramuan obat untuk influenza atau demam hal ini di maksud agar pendidihan
menjadi cepat dan penguapan berlebihan dari zat yang merupakan komponen aktif
tumbuhan dapat di cegah.
Apabila
tidak di tentukan khusus, perebusan di anggap selesai ketika air rebusan
tersisa setengah dari jumlah semula. Namun, jika bahan obat yang direbus banyak
yang keras seperti biji, batang dan kulit kayu maka perebusan selesai setelah
air tersisa sepertiganya. Berikut ini cara perebusan yang sedikit berbeda dari
cara konvensional yang telah di uraikan diatas karena adanya bahan – bahan yang
memerlukan perlakuan khusus.
1) Direbus terlebih
dahulu.
Dilakukan
bila ada bahan obat yang besar atau keras dan sukar diekstrak seperti kulit kerang
atau bahan mineral. Bahan tersebut perlu
dihancurkan
dan direbus terlebih dahulu 10 menit sebelum bahan lain dimasukan.
2) Direbus
paling akhir.
Dilaksanakan
bila ada bahan obat yang mudah menguap atau bahan aktifnya mudah terurai. Contohnya
peppermint, akar costus atau bahan pewangi. Bahan tersebut biasa dimasukan
paling akhir, kira – kira 4-5 menit menjelang rebusan obat siap diangkat.
3) Direbus
dalam bungkusan.
Beberapa
bahan obat harus dibungkus terlebih dahulu dalam kain sebelum di rebus untuk
mencegah timbulnya kekeruhan, lengket, dan terbentuknya bahan yang dapat menimbulkan
iritasi pada tenggorokan.
4)
Dididihkan perlahan – lahan atau direbus terpisah.
Maksudnya
untuk menghindari rusaknya zat berkhasiatatau terserapnya zat tersebut bila
direbus dengan baganlain. Contohnya ginseng. Bahan ini perlu di iris tipis –
tipiskemudian direbus terpisah dalam pot tertutup dengan api kecil selama 2 – 3
jam.
5)
Dilarutkan dengan penyeduhan. Dilakukan bila ada obat yang lengket, kental atau
mudah terurai bila direbus terlalu lama dengan bahan obat lainnya, atau mudah melekat
di dinding pot maupun di bahan obat lain sehingga keluarnya zat aktif obat lain
terhambat. Contohnya gelatin kulit keledai. Bahan tersebut dimasukan kedalam
cangkir terpisah, lalu di seduh dengan air rebusan obat.
G. Waktu
Minum Obat
Bila tidak
terdapat petunjuk pemakaian, biasanya obat diminum sebelum makan, kecuali obat
tersebut merangsang lambung maka di minum setelah makan. Obat berkhasiat tonik
di minum sewaktu perut kosong, dan obat berkhasiat sedative di minum sewaktu
hendak tidur. Pada penyakit akut obat di minum sesuai jadwal secara teratur.
Rebusan obat bisa diminum sesering mungkin sesuai kebutuhan atau di minum
sebagai pengganti teh.
H. Cara
Minum Obat
Obat
biasanya di minum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2 -3 kali minum. Umumnya
obat diminum selagi hangat, terutama untuk pengobatan sindroma luar. Setelah
minum obat, pakailah baju tebal atau tidur berselimut supaya tubuh tetap hangat
dan mudah mengeluarkan keringat.
Untuk
pengobatan sindroma panas, obat di minum dalam keadaan dingin. Sebaliknya untuk
pengobatan sindroma dingin obat di minum dalam keadaan hangat. Obat yang
sedikit toksik. Di minum sedikit demi sedikit tetapi sering. Tambahkan dosisnya
secara bertahap sehingga efek pengobatannya tercapai.
I. Lama
Pengobatan
Tumbuhan
obat yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak lambat, namun
sifatnya kontruktif atau membangun. Hal ini berbeda dengan obat kimiawai yang
hasil pengobatan terlihat cepat, namun destruktif. Oleh karena itu, obat yang
berasal dari tumbuhan tidak dianjurkan penggunaannya untuk penyakit – penyakit
infeksi akut.
Tumbuhan
obat lebih di utamakan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit
kronis yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimiawi, atau memerlukan
kombinasi pengobatan antara obat kimiawi dengan obat dari tumbuhan berkhasiat.
SEMOGA BERMANFAAT !!!
ARTIKEL LAIN:
No comments:
Post a Comment