Ads Google

Monday, February 5, 2018

KEBAHAGIAAN SEJATI BAB 1 "KASIH YANG TIADA BANDINGANNYA"


KASIH YANG TIADA BANDINGANNYA

     Alam dan wahyu menyaksikan kasih Allah. Bapa kita di surga adalah sumber kehidupan, kebijaksanaan dan kegembiraan. Pandanglah benda-benda alam yang indah dan menakjubkan. Renungkanlah penyesuaiannya yang mencengangkan terhadap keperluan-keperluan dan kebahagiaan, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga untuk semua makhluk ciptaan lainnya. Sinar matahari dan air hujan yang menerangi dan menyegarkan bumi, bukit-bukit dan lautan serta lembah-lembah, semuanya berbicara kepada kita tentang kasih Allah dalam kata-kata indah seperti yang ditulis pengarang Mazmur.

Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya; Engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup.” Mazmur 145:15,16.

Allah, menciptakan manusia suci dan sempurna serta bahagia; begitu juga bumi yang bersih muncul dari tangan Khalik, tiada kerusakan pada tanaman atau pun bayang-bayang kutuk. Hanya pelanggaran terhadap hukum Tuhan yakni hukum kasih yang membawa bencana dan kematian. Kendatipun demikian, di tengah-tengah derita yang diakibatkan oleh dosa itu, kasih Allah masih juga dinyatakan. Telah dituliskan bahwa Allah mengutuk tanah itu karena manusia. Kejadian 3:17. Semak duri dan rumput -- kesusahan dan pencobaan yang membuat hidup manusia itu menderita --telah dibuat demi kebaikan manusia sebagai satu latihan yang amat diperlukan di dalam rencana Allah mengangkatnya dari puing-puing kehinaan yang dibawa dosa itu. Dunia ini, meskipun sudah jatuh, bukanlah semata-mata menjadi duka dan kesengsaraan. Di dalam alam itu sendiri terdapat kabar-kabar pengharapan dan penghiburan. Di dalam alam ini terdapat bunga-bunga dari pohon yang berduri, dan duri-duri yang ditutupi oleh bunga-bunga mawar.
“Allah kasih adanya” demikianlah yang tertulis di dalam tiap-tiap kuntum yang mekar, pada setiap puncak rerumputan yang bertumbuh. Burung-burung yang bagus memenuhi udara dengan kicaunya yang penuh bahagia, serta kembang yang memantulkan bau-bau harum semerbak di udara, pohon-pohon yang menjulang tinggi di hutan dengan daun-daunnya yang rimbun menghijau -- semuanya menyaksikan terhadap kelembahlembutan pemeliharaan Allah Bapa kita serta kerinduan-Nya membuat anak-anak-Nya supaya bahagia.
Sabda Tuhan menunjukkan tabiat-Nya. Dia sendiri telah menyatakan kasih-Nya yang tiada batasnya dan penuh belas kasihan. Ketika Musa berdoa: “Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Nya kepadaku.” Tetapi Firman-Nya: “Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama Tuhan di depanmu.” Keluaran 33:18,19. Inilah kemuliaan-Nya. Berjalanlah Tuhan lewat dari depannya dan berseru: “Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa.” Keluaran 34:6,7. Dia “panjang sabar, berlimpah kasih setia.” “Berkenan kepada kasih setia.”Yunus 4:2; Mikha 7:18.


Allah telah mengikat hati kita pada-Nya dengan tanda-tanda yang tak terhitung jumlahnya di langit maupun di atas bumi. Dengan benda-benda alam, serta ikatan-ikatan yang terdalam dan terlembut yang ada di dunia ini supaya hati manusia itu mengenalnya, Dia telah berusaha menunjukkan Diri-Nya sendiri kepada kita. Namun semuanya ini belumlah mampu menunjukkan kasih-Nya. Kendatipun semua bukti-bukti ini telah diberikan, Setan itu masih saja membutakan pikiran-pikiran manusia, supaya dengan demikian mereka memandang pada Allah dengan rasa takut; mereka menganggap-Nya kejam tanpa belas kasihan. Setan menuntun manusia supaya menganggap Allah sebagai satu oknum yang sifat utamanya ialah keadilan yang lalim--sebagai orang yang berpiutang yang suka memaksa. Digambarkan Khalik itu sebagai satu oknum yang mengawasi dengan pandang penuh kecemburuan mengamat-amati kekeliruan dan kesalahan-kesalahan manusia, supaya Dia dapat menghakimkan mereka.
Anak Manusia dari surga untuk menyatakan Bapa itu, “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Yohanes 1:18. “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Allah selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak.” Matius 11:27. Kata Pilipus kepada-Nya; “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.” Yohanes 14:8,9.
Di dalam menggambarkan pekerjaan-Nya di dunia ini, Yesus mengatakan bahwa Tuhan telah, “mengurapi aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan yang tertindas.” Lukas 4:18,19. Inilah pekerjaan-Nya. Dia melakukan pekerjaan yang baik di mana-mana serta menyembuhkan semua orang yang ditindas Setan. Terdapat pula kampung-kampung di mana tiada serangan kesakitan di rumah mana pun, karena Dia telah melaluinya lalu menyembuhkan semua orang sakit yang ada di kampung-kampung itu. Pekerjaan-Nya membuktikan yang Dia telah diurapi Ilahi, Kasih, kemurahan dan belas kasihan dinyatakan di dalam setiap perbuatan hidup-Nya; Dia jatuh hati dalam simpati-Nya terhadap anak-anak manusia. Dia mengenakan sifat manusia supaya Dia dapat memenuhi keperluan-keperluan manusia. Orang-orang yang paling miskin dan hina tidak takut mendekati Dia. Bahkan anak-anak kecil pun tertarik pada-Nya. Anak-anak ini senang naik kepangkuan-Nya serta menatap wajah-Nya yang penuh pengasihan.
Yesus tidak menyembunyikan sepatahpun daripada kebenaran itu, tetapi mengucapkannya senantiasa penuh dalam kasih. Dia mempraktikkan akal budi yang terbesar dan penuh kebijaksanaan, dengan perhatian yang lemah lembut dalam hubungan-Nya dengan orang banyak. Dia tidak pernah kasar, pun tak mengucapkan sepatah kata yang kejam, tidak pernah menyakiti jiwa orang yang peka dengan kesusahan yang sia-sia. Dia tidak menghinakan kelemahan manusia. Diucapkan-Nya kebenaran, namun senantiasa dengan suasana kasih. Dia mencela kemunafikan, kurang percaya, dan perbuatan jahat; tetapi suara-Nya mengandung butir-butir air mata ketika Dia menangisi Yerusalem kota yang disayangi-Nya dan yang telah menolak-Nya, jalan, kebenaran, dan hidup. Mereka menolak Juruselamat, namun Dia memandangnya dengan duka penuh kelembutan. Hidup-Nya adalah kehidupan yang penuh penyangkalan diri sendiri dan selalu memikirkan orang-orang lain. Tiap-tiap jiwa berharga di hadapan mata-Nya. Walaupun dia mengenakan pada dirinya sendiri kebesaran Allah, dia berlaku lemah lembut kepada tiap-tiap anggota keluarga Allah. Pada setiap manusia Dia melihat jiwa-jiwa yang telah jatuh yang merupakan tugas-Nyalah menyelamatkannya.
Demikianlah sifat Kristus sebagaimana yang dinyatakan di dalam hidup-Nya, Ini adalah sifat Allah. Dari hati Allah Bapa itulah arus kasih sayang Ilahi-Nya, yang dinyatakan di dalam Kristus, mengalir kepada anak-anak manusia. Yesus yang penuh belas kasihan, Juruselamat yang penuh kasihan, adalah Allah yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia.” 1 Timotius 3:16.
Kristus hidup dan mati untuk menebus kita. Dia menjadi, “Seorang yang kena sengsara.”


supaya kita dapat turut ambil bagian dalam rahmat dan kegembiraan yang kekal itu. Allah memperkenankan Anak yang dikasihi-Nya, penuh kebenaran, untuk datang dari satu dunia yang di dalamnya penuh kemuliaan yang tidak taranya, menuju satu dunia yang dinodai dan dilumuri dosa kebinasaan, digelapi bayang-bayang maut dan kutuk. Dia memperkenankan-Nya meninggalkan lubuk kasih-Nya, yang penuh dengan puji-puji para malaikat, untuk menderita hina, malu, nista dan dibenci, bahkan sampai mati.”.... ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” Yesaya 53:5. Lihatlah Dia di padang belantara, ditaman Getsemani, di atas kayu salib! Anak Allah yang tiada bercela itu memikul atas bahu-Nya beban dosa manusia. Dia yang pernah satu dengan Allah, merasa dalam jiwa-Nya dahsyatnya perpisahan yang dibuat dosa antara Allah dan manusia. Sebab itulah dari bibir-Nya terucap jeritan yang pedih: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa engkau meninggalkan Aku?” Matius 27:46. Beban dosa, rasa dahsyatnya dosa itu, perpisahan jiwa dengan Allah yang ditimbulkannya itulah yang menghancurluluhkan hati Anak Allah.
Tetapi pengorbanan yang besar ini bukannya diadakan untuk menciptakan sebuah kisah di dalam hati Allah Bapa bagi umat manusia, bukannya membuat Dia mau menyelamatkannya. Tidak, tidak sama sekali! Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.” Yohanes 3:16. Allah Bapa mengasihi kita bukan karena perdamaian-Nya yang besar itu, tetapi Dia mengaruniakan perdamaian karena Dia mengasihi kita. Kristus adalah pengantara melalui mana dapat dicurahkan kasih-Nya yang tiada batasnya itu kepada dunia yang telah jatuh ke dalam dosa. “Sebab Allah mendamaikan dunia ini dengan diri-Nya oleh Kristus.” 2 KORINTUS 5:19. Allah menderita bersama Anak-Nya, Di dalam derita Kristus ditaman Getsemani, kematian di bukit Golgota, hati kasih yang tiada terduga dalamnya telah membayar tunai harga penebusan kita.
Kata Yesus: “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.” Yohanes 10:17. Yang berarti, “Bapa-Ku mengasihi engkau tetapi Dia amat mengasihi Aku karena Aku telah menyerahkan nyawa-Ku untuk menebus engkau. Dalam hal menjadi Pengganti dan Jaminanmu, dengan menyerahkan nyawa-Ku, dengan memikul segala kesalahanmu, pelanggaran-pelanggaranmu, Allah dapatlah adil, juga Pembenar orang yang percaya di dalam Yesus.”
Tiada lain kecuali Anak Allah dapat menyempurnakan penebusan kita, sebab hanya Dialah yang dulu di dalam ribaan Allah Bapa yang dapat menyatakan Dia. Hanya dia yang mengetahui tinggi dan dalamnya kasih Allah mampu menyatakannya. Tiada yang kurang daripada pengorbanan yang tiada batasnya yang dibuat Kristus untuk manusia yang telah jatuh ke dalam dosa dapat menyatakan kasih Allah Bapa kepada manusia yang sudah hilang.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.” Dia mengaruniakan-Nya bukan saja supaya hidup di antara manusia, untuk menanggung segala dosa-dosa mereka, dan mati sebagai korban mereka. Dia mengaruniakan-Nya kepada bangsa yang sudah berdosa. Kristus harus menyamakan diri-Nya sendiri dengan kepentingan-kepentingan serta keperluan-keperluan umat manusia. Dia yang pernah satu dengan Allah telah menghubungkan Dirinya sendiri dengan anak-anak manusia dengan ikatan yang tidak akan pernah dapat diputuskan. Yesus tidak “malu menyebut mereka saudara” (Ibrani 2:11), Dialah korban kita, Pengacara kita, saudara kita, mengenakan bentuk keadaan manusia di hadapan takhta Allah Bapa, dan sepanjang zaman kekerasan satu dengan bangsa yang telah ditebus-Nya -- anak Manusia. Semua ini dilakukan supaya manusia dapat diangkat dari puing-puing kebinasaan dosa supaya dengan demikian manusia itu dapat memantulkan kasih Allah serta membagikan kegembiraan kesucian itu.


Harga yang telah dibayar untuk menebus kita, pengorbanan yang tiada batas dan taranya dari Allah Bapa kita yang di surga dengan mengaruniakan Anak-Nya mati untuk menebus kita, haruslah pula menerbitkan konsepsi-konsepsi bagi kita tentang apa jadinya kita kelak melalui Kristus. Ketika rasul Yohanes yang diberi Wahyu menatap tinggi, dalam, dan luasnya kasih Allah Bapa terhadap bangsa manusia yang telah berdosa, hatinya dipenuhi pujaan dan hormat; lalu karena tidak berhasil menemukan bahasa yang mampu menyatakan kebesaran dan kelembutan kasih ini, dia hanya mengundang dunia supaya menatapnya. “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah” 1 YOHANES 3:1. Betapa ayat ini memberikan nilai kepada manusia! Dengan pelanggaran anak-anak manusia menjadi milik Setan. Dengan iman di dalam korban Grafirat Kristus anak-anak Adam dapat menjadi anak-anak Allah. Dengan mengenakan keadaan manusia, Kristus meninggikan manusia. Manusia yang sudah jatuh itu ditempatkan di mana, melalui hubungan dengan Kristus, mereka sesungguhnya dapat layak disebut “Anak-anak Allah.”
Kasih yang demikian tidak bandingannya. Menjadi anak-anak Raja Surga! Janji yang amat mulia! Inti yang paling perlu direnungkan! Kasih Allah yang tiada taranya bagi satu dunia yang tiada taranya bagi satu dunia yang tidak mengasihi-Nya! Pikiran ini mempunyai satu kuasa yang menaklukkan jiwa dan membawa pikiran takluk kepada kehendak Allah. Semakin kita pelajari sifat Allah di dalam terang salib itu, semakin kita lihat kemurahan, kelembutan dan keampunan yang dipadu dengan keadilan, dan semakin jelas pula kita perhatikan bukti-bukti satu kasih yang tak terbatas dan tiada taranya, serta belas kasihan yang penuh kelembahlembutan melebihi kasih seorang ibu kepada anak-Nya yang tersesat.