Ads Google

Showing posts with label PELAJARAN SEKOLAH SABAT 2018. Show all posts
Showing posts with label PELAJARAN SEKOLAH SABAT 2018. Show all posts

Friday, November 9, 2018

PELAJARAN SEKOLAH SABAT (KE-6) 2018, TRIWULAN 4


PELAJARAN SABAT KE - 6

3 NOVEMBER – 9 NOVEMBER 2018

GAMBARAN-GAMBARAN PERSATUAN

Sabat Petang 

UNTUK PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: 1 PTR. 2:9; KEL. 19:5, 6; EF. 2:19-22; 1 KOR. 3:16, 17; 12:12-26; YOH. 10:1-11; MZM. 23. 


AYAT HAFALAN: ”Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus” (1 Korintus 12:12). 

Seperti yang diketahui oleh setiap pelajar Alkitab, buku ini penuh dengan ilustrasi dan simbol yang menunjuk kepada kenyataan yang lebih besar daripada ilustrasi dan simbol itu sendiri. Misalnya, inti dari keseluruhan sistem korban Alkitabiah, dalam arti tertentu, melambangkan kenyataan yang jauh lebih besar, yaitu: Yesus dan seluruh rencana keselamatan. 

Banyak jenis iluatrasi lainnya digunakan dalam Alkitab, dan kadang-kadang dari unsur paling dasar juga-seperti air, api, angin. Bergantung pada konteksnya, ini adalah ilustrasi untuk kebenaran spin'tual dan teologis. Misalnya, ketika Yesus berkata, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh. 3: 8), angin digunakan sebagai simbol Roh Kudus

Alkitab menggunakan sejumlah ilustrasi untuk menggambarkan jenis persatuan yang kita temukan di gereja, kesatuan yang Tuhan mintakan untuk ditunjukkan di hadapan dunia. Setiap ilustrasi itu sendiri tidak lengkap. Malahan, secara keseluruhan, ilustrasi-ilustrasi tersebut mengungkapkan banyak hal tentang kesatuan gereja, seperti hubungan gereja dengan Tuhan, hubungan anggota satu sama lain, dan hubungan gereja dengan masyarakat secara keseluruhan. 
Pelajaran pekan ini akan melihat beberapa ilustrasi dan apa yang diungkapkan ilustrasi-ilustrasi itu kepada kita tentang kesatuan di dalam Kristus. 
* Pelajarilah pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 10 November


Minggu, 04 November 2018
Umat Allah 

Baca 1 Petrus 2:9; Keluaran 19:5, 6; Ulangan 4:20; dan Ulangan 7:6. Apakah yang dikatakan ayat-ayat ini tentang status khusus umat Allah? 

Gereja adalah tentang orang-orang, tapi tidak sembarang orang. Gereja adalah umat Allah, orang-orang yang menjadi milik Allah, yang mengaku Allah sebagai Bapa dan Juruselamat mereka, dan yang telah ditebus oleh Kristus dan yang taat kepada-Nya. Gambaran ini menekankan konsep bahwa Tuhan telah memiliki satu umat di bumi sejak diperkenalkannya rencana keselamatan dan bahwa ada keberlangsungan antara Israel dalam Perjanjian Lama dan gereja dalam Perjanjian Baru. Sejak zaman Adam, para leluhur sebelum dan sesudah Air Bah, dan Abraham, Allah telah membuat sebuah peri anjian dengan umat-Nya untuk menjadi representasi dari kasih, kemurahan, dan keadilan-Nya kepada dunia. 

Umat Allah disebut “bangsa yang terpilih” suatu “imamat yang rajani”, dan “bangsa kudus.” Istilah-istilah ini menunjukkan bahwa mereka diasingkan untuk tujuan khusus: untuk “memberitakan kemuliaan dari Dia yang memanggil engkau keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib” (1 Ptr 2:9). Ini juga merupakan gema dari gambaran karakter Allah yang murah hati, seperti yang dijelaskan dalam Keluaran 34:6, 7. “Allah memperoleh gereja itu sebagai milik-Nya yang _ khusus agar anggotanya dapat mencerminkan sifat-sifat karakter-Nya yang mulia dalam kehidupan mereka sendiri dan menyatakan kebaikan dan rahmat-Nya kepada semua orang.” ---The SDA Bible Commentary, jld. 7, hlm. 562. 

Baca Ulangan 7 :6-8. Apakah yang mendorong Allah memilih keturunan Abraham sebagai umat-Nya? Bagaimanakah ini berlaku sampai sekarang? 

Mungkin kita bisa bertanya kepada diri kita sendiri, bangsa apakah sekarang yang pantas'dinamakan “bangsa yang kudus” (gambaran lainnya mengenai gereja)? Tidak ada. Semua bangsa dan kelompok etnis terdiri dari orang-orang yang tidak pantasmendapatkan kasih dan anugerah Allah. Dan walaupun Alkitab memanggil kita untuk menjadi umat yang kudus, Kitab Suci itu juga mengajarkan bahwa pemilihan dan pendirian Israel didasarkan sepenuhnya pada kasih-Nya dan bukan pada jasa apa pun yang dapat dibawa manusia kepada-Nya. Pembentukan umat Allah adalah tindakan penciptaan yang penuh kasih dan-meskipun dosa dan kemurtadan pada skala nasional-Allah menepati janji-Nya kepada Abraham bahwa melalui keturunannya, Kristus, Dia akan menyelamatkan umat' Nya. Sama seperti pemilihan umat Allah adalah tindakan anugerah-Nya,"demikian juga keselamatan mereka. Tema ini mengingatkan kita pada dasar bersama kita dalam kasih karunia Allah yang tidak terkatakan. 

Mengapakah kita harus selalu memegang teguh kebenaran suci bahwa keselamatan kita bergantung pada apa 'yang Kristus telah lakukan untuk kita dan bukan pada apa yang dapat kita lakukan untuk diri kita sendiri, sekalipun kita adalah “umat Allah”?


Senin, 05 November 2018
Keluarga Allah 

Ilustrasi lain tentang umat Allah di dalam Perjanjian Baru adalah rumah atau keluarga Allah. Ini adalah metafora batu dan bangunan yang menonjolkan sifat hubungan manusiawi yang rumit dan saling bergantung di gereja. Petrus menyebut orang Kristen sebagai “batu hidup” (1 Ptr. 2: 5). Metafora ini juga mengandung kualitas ketahanan dan kekokohan. 

Baca Efesus 2:19-22. Apakah gagasan kunci yang Paulus tekankan dalam ayat ini? Apakah yang ilustrasi ini jelaskan tentang persatuan di gereja? 

Dalam ayat ini, Paulus menggabungkan dua ilustrasi tentang gereja: yang satu tidak bergerak, rumah atau bangunan; yang lainnya hidup, yaitu umat.

Pada dasarnya sebuah batu tidak terlalu berharga, tetapi bila diikat dengan batu-batu lain, batu itu menjadi struktur yang bisa menahan badai kehidupan. Tidak ada orang Kristen yang bisa menjadi batu sendirian, tetapi harus dikaitkan dengan orang lain dalam persekutuan keluarga Allah. Agar bangunannya kokoh, bangunan itu harus berdiri pada fondasi yang kuat. Yesus Kristuslah fondasi dan“batu penjUru” rumah Allah itu (lihat juga 1 Kor. 3:11). Gereja juga tidak akan ada jikatidak menjadikan Kristus sebagai landasan dari aktivitasnya. Sesungguhnya gereja itu adalah tentang Yesus Kristus: hidup, kematian, kebangkitan, dan kedatangan-Nya kembali. Gereja membentuk kumpulan orang percaya yang bersatu untuk membagikan kabar baik tentang Yesus kepada dunia. Agenda gereja adalah Yesus: siapa Dia, apa yang telah Dia lakukan untuk kita dan di dalam kita, dan apa yang Dia tawarkan kepada barangsiapa yang akan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. 

Ilustrasi rumah tangga juga sangat berarti. Yang ini terletak pada hubungan yang ada antara mereka. Ini adalah ilustrasi yang lazim tentang ayah dan ibu, saudara laki-laki dan perempuan. Ikatan antara anggota keluarga bisa kuat, dan loyalitas yang menyertainya sering melampaui semua ikatan luar lainnya. Kesetiaan adalah bagian besar dari persatuan, karena bagaimana bisa ada persatuan jika tidak ada kesetiaan? 

Bagaimanakah ilustrasi ini berhubungan dengan gereja? Anggota gereja juga merupakan bagian dari satu keluarga besar. Kita terhubung, bukan hanya karena kita termasuk dalam keluarga manusia melalui nenek moyang kita Adam tetapi juga karena kita terhubung dengan Yesus, melalui pengalaman yang sama yaitu “kelahiran baru”. Dengan demikian, kita saling menyatu, bukan hanya karena kebenaran doktrin yang kita pegang bersama tetapi juga dalam pengalaman menjadi jiwa yang bertobat memiliki kehidupan baru di dalam Yesus. 

Sayangnya,. tidak semua orang memiliki pengalaman hebat dengan keluarganya sendiri. Oleh karena itu ilustrasi tersebut mungkin tidak banyak artinya bagi mereka. Namun demikian, bagaimana kita sebagai sebuah gereja bisa menjadi keluarga yang orang-orang tersebut di atas belum pernah memilikinya? .


Selasa, 06 November 2018
Bait Roh Kudus
Ilustrasi lainnya tentang bangunan yang Paulus gunakan adalah bait Allah atau bait Roh Kudus. Ini adalah ilustrasi tentang bangunan yang mahal dan berharga. Seiring dengan 1 Korintus 6:19, di mana ilustrasi itu merujuk pada tubuh seseorang sebagai bait Roh Kudus, dalam 1 Korintus 3:16, 17 Paulus menggunakan ilustrasi tersebut untuk merujuk pada bangunan paling Suci dan berharga di Timur Dekat kuno, yaitu Bait Allah. ' 

Baca 1 Korintus 3:16, 17. Apakah artinya gereja adalah bait Roh Kudus? Apakah yang dia amarkan di ayat 17? 

Dalam merujuk pada gereja, Paulus jelas tidak berpikir tentang bait tubuh atau tempat tinggal Allah. Bahasa Yunani Perjanjian Baru membedakan antara “engkau” tunggal, untuk merujuk pada satu orang, dan “engkau” jamak (kamu), untuk merujuk kepada banyak orang. Yang dibahas di sini adalah yang jamak. Metafora ini merujuk pada entitas perkumpulan: secara bersama-sama orang-orang Kristen di Korintus membentuk bait Roh Kudus, dan dalam pengertian rohani, Allah tinggal di tengah mereka. 

Bagi Paulus, Allah tinggal di dalam persekutuan Kristen; oleh karena itu, amarannya bahwa siapa pun yang mencoba menghancurkan persekutuan ini akan menanggung akibat penghakiman. Kesatuan orang-orang percaya merupakan inti dari persekutuan ini dan kehadiran Allah di Bait Suci ini. Meskipun ayat ini sering digunakan dalam pengertian merawat tubuh fisik seseorang (tentu saja, apa yang seharusnya dilakukan orang Kristen), bukan itu poin khusus yang Paulus buat di sini. Pekabarannya justru merupakan amaran tentang orang-orang yang akan menghancurkan kesatuan gereja. 

Sebelumnya di pasal ini, Paulus merujuk pada apa yang dia anggap sebagai tantangan terhadap kesatuan: “sebab jika ada iri hati, perselisihan dan perpecahan di antara kamu” (1 Kor. 3:3, NKJV). Sikap dan perilaku ini merupakan ancaman nyata bagi kesatuan Kristen dan menyebabkan penarikan hadirat Allah dari Bait Suci-Nya. Dengan kata lain, konilik di gereja dapat menghancurkan Bait Suci Allah. Jadi, dia ingin agar anggota menyingkirkan sikap dan perilaku yang mengancam kesatuan. 

Saat konflik pecah di gereja, nasihat Paulus kepada orang-orang Korintus masih berlaku sampai sekarang: “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudarasaudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” ( I Kor 1:10). 

Iri hati, perselisihan, dan perpecahan-ini bukan masalah yang dihadapi gereja di zaman Paulus saja. Kita juga menghadapinya sekarang ini. Peran apakah yang masing-masing kita miliki dalam usaha mengatasi masalah ini dengan cara yang tidak akan mengancam persatuan kita?


Rabu, 07 November 2018
Tubuh Kristus

Mungkin ilustrasi tentang gereja yang paling terkenal dan yang berbicara paling kuat tentang kesatuan bagian-bagiannya yang beragam adalah tubuh Kristus. “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.... Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” (1 Kor. 12:12, 27). 

Sama seperti tubuh adalah satu kesatuan yang terdiri dari banyak bagian yang berbeda, masing-masing dengan fungsi dan tanggung jawabnya yang berbeda, demikian pula gereja sebagai tubuh Kristus. 

Baca 1 Korintus 12:12-26. Bagaimanakah ilustrasi tentang satu tubuh dengan banyak bagian ini berlaku untuk jemaat Anda? Bagaimanakah itu berlaku untuk organisasi sedunia seperti Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh? 

Ajaran Paulus dalam 1 Korintus 12 menyampaikan kenyataan yang mendalam bahwa kesatuan Kristen yang sejati tidak hanya dalam keragaman, dan tentu saja tidak terlepas dari keragaman, namun melalui keragaman. Kita tidak perlu heran bahwa Roh Kuduslah yang menjadi sumber dari ekspresi keragaman ini. Sama seperti tubuh manusia sangat menyatu dan sangat beragam, demikian pula tubuh Kristus, yang melalui keragaman ini mengungkapkan kelengkapan dan kekayaan tubuh Kristus. 

Gambaran ini berbicara langsung kepada kita sebagai satu gereja. Dalam beberapa dekade terakhir, GMAHK telah berkembang dengan pesat. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh terdiri dari orang-orang dari hampir semua latar belakang, budaya, dan lingkungan yang mungkin ada. Perbedaan etnis, ras, budaya, pendidikan, dan usia kita tidak (boleh diizinkan untuk memisahkan kita di dalam Kristus. Jika ada, keragaman ini harus dibentuk oleh Roh Kudus sebagai kekuatan untuk persatuan, menyatakan kebenaran bahwa terlepas dari perbedaan-perbedaan ini, kita semua adalah satu di dalam Kristus. 

Seperti yang telah kita lihat, di kaki salib kita semua sama, terlepas dari siapa kita atau dari mana kita berasal. Seiring dunia di sekitar kita menjadi semakin terbagi-bagi, gereja harus menunjukkan bahwa kesatuan dalam keragaman dapat dicapai. Umat Allah dapat menunjukkan kuasa Injil yang menyembuhkan dan mendamaikan. 

Hebatnya, Paulus mengatakan kepada kita bagaimana cita-cita ini dapat dicapai. “Kristus adalah kepala jemaat; dan Dia adalah Juruselamat tubuh” (Ef 5:23, NKJV). “Dialah kepala tubuh, yaitu jemaat” (Kol. 1:18, NKIV). Apabila setiap orang percaya berhubungan secara rohani dengan Kristus, maka seluruh tubuh diberi makan dengan makanan yang sama. Oleh karena itu, kita tidak mampu menitikberatkan pentingnya belajar Firman Allah, penurutan pada apa yang kita pelajari dari Firman, dan pengalaman biasa berbakti dan berdoa untuk persatuan dalam tubuh Kristus.


Kamis, 08 November 2018
Domba dan Gembala 

Baca Yohanes 10:1-11. Aspek apakah dari metafora gereja sebagai kandang domba ini berbicara tentang kesatuan? Lihat juga Mazmur 23. 

Di kota-kota besar dunia modern, sangat jarang melihat peternakan dalam bentuk apa pun. Kebanyakan orang sekarang hanya tahu-sedikit tentang hubungan antara domba dan gembala. Namun, ketika Yesus mengatakan perumpamaan ini, orang-orang memahami-Nya dengan baik. Ketika Dia berkata, “Akulah gembala yang baik,” mereka segera mengenali dan mengetahui rujukan-Nya kepada Mazmur 23: 1, “Tuhan adalah gembalaku.” Gambaran itu tidak hanya jelas, tetapi juga penuh dengan nilai emosional yang membuatnya hidup. Dalam budaya Timur Dekat kuno, bahkan hingga hari ini di Timur Tengah, gembala terkenal berdedikasi untuk memelihara domba mereka, tidak peduli apa pun tantangannya. Sosok gembala telah menjadi salah satu ilustrasi paling disukai yang digunakan dalam Alkitab untuk menggambarkan sifat Allah dan hubungan-Nya dengan umat-Nya. 

Gambaran tentang umat Allah sebagai domba adalah suatu ilustrasi yang menarik. Salah satu kesan yang sering kita miliki tentang domba adalah sifatnya yang tidak berbahaya dan tanpa pertahanan. Dengan demikian, domba bergantung pada gembala yang baik untuk perlindungan dan tuntunan. Domba . pada dasarnya terlihat bodoh. Terkadang, secara tidak sengaj a, domba tersesat, dan gembala akan mencarinya dan membawa kembali ke kandang. Domba muda seringkali perlu digendong dan membutuhkan perawatan ekstra. Kesabaran dan pengertian dibutuhkan untuk merawat domba. Dalam banyak hal, ini adalah gambaran yang sempurna untuk mengilustrasikan gereja. Tidak ada yang perlu ditakuti oleh anggota gereja, melainkan segala sesuatu diperoleh melalui hubungan dengan Gembala. 

Yesus juga menekankan dalam perumpamaan ini pentingnya domba mendengarkan suara gembala. Bila situasi memerlukannya, adalah mungkin untuk melindungi beberapa kawanan domba dengan menempatkannya di kandang yang sama. Bagaimana mereka bisa berpisah nanti? Yang dibutuhkan hanyalah gembala berdiri di pintu kandang dan memanggil. Domba-dombanya akan mengenali suaranya dan mendatanginya. “Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya” (Yoh. 10:4). Mendengarkan suara Gembala sangat penting bagi jemaat. Sebenarnya, persatuan dan keamanan umat Allah bergantung pada kedekatan mereka dengan Dia dan secara langsung berhubungan dengan kepatuhan mereka terhadap suara-Nya. 

Orang pada umumnya tidak suka digambarkan sebagai domba. Meski demikian, mengapa metafora ini yang tepat untuk kita? Pelajaran apakah yang kita dapatkan dari gambaran ini tentang kebutuhan kita akan Gembala dan perlunya kita menuruti suara-Nya?


Jumat, 09 November 2018

PENDALAMAN: Ellen G. White, “Gembala Ilahi, ” hlm. 92-100, dalam ' 'buku Alfa dan Omega,jld. 6; “Gereja di Dunia” hlm 334-339, dalam Nasihat bagi Jemaat

“Dalam konteks Bait Suci di Yerusalem dan demikian Juga bangunan-bangunan Yunani-Romawi di mana pun, para penulis Peijanjian Baru menggunakan metafora bait suci untuk memungkinkan orang percaya membayangkan kesucian gereja, peran Allah dalam mendirikan dan menumbuhkan gereja, melukiskan sifat dari pekeijaan Kristus dan Roh, dan solidaritas orang percaya di dalam gereja. Bidang arsitektur sepertinya menyiratkan gambar statis. Namun, metafora tersebut digunakan bersamaan dengan perumpamaan biologis dan proses bangunan sering ditekankan. Gantinya gambar yang statis, “kita terdorong untuk menggambarkan sebuah cerita tentang proses pembangunan dan bukannya bangunan yang sudah rampung.” Gereja diberi hak istimewa yang menakjubkan untuk dengan rendah hati meng akui dalam kehidup an dan ceritanya “bait suci Allah yang hidup ’(2 K0rintus 6: 16).” J ohn McVay,p “Biblical Metaphors for the Church: Building Blocks for Ecclesiology,” in Angel Manuel Rodn’guez, ed., Message, Mission, and Unity of the Church (Hagerstown, Md.: Review and Herald®, 2013), hlm. 52. 

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan: 
1. Renungkan gambaran Alkitabiah mengenai gereja. Manakah yang paling Anda sukai? Mengapakah Anda lebih tertarik dengan yang itu? Beberapa metafora lainnya tentang gereja dapat ditemukan di ayat-ayat ini: 1 Tim. 3:15; 2 Tim. 2:3-5; 1 Ptr: 29. Apakah lagi yang metafora ini ajarkan tentang gereja? 

2. “Tuhan ingin umat-Nya dipersatukan dalam ikatan persekutuan Kristen yang paling intim; kepercayaan pada saudara-saudara kita sangat penting bagi kemakmuran gereja; kesatuan tindakan penting dalam krisis keagamaan. Satu langkah yang tidak bij aksana, satu tindakan ceroboh, dapat menjerumuskan gereja ke dalam kesulitan dan ujian yang akibatnya tidak dapat dipulihkan selama bertahun-tahun.” --Ellen G. White, Testimoniesfor the Church, jld. 3, hlm. 446. Apakah yang amaran ini ajarkan kepada kita tentang betapa kita seharusnya berhati-hati untuk menjaga kesatuan gereja? Peran apakah yang masing-masing” kita” miliki dalam tanggung jawab suci ini? 

3. Pelajaran hari Minggu menekankan bahwa sebagai “umat Allah, ”pun kita” "seharusnya hanya bergantung pada anugerah Tuhan untuk keselamatan, dan tidak atas jasa-jasa kita sendiri. Sebenarnya, tidak bisakah Anda bersikukuh bahwa karena ketergantungan kita yang sangat pada jasa Allah untuk keselamatan itulah yang menjadikan kita “umat Allah”? Mengapakah pernyataan ini benar dan mengapa tidak? 

Ringkasan: Perjanjian Baru menggunakan metafora yang berbeda untuk menggambarkan sifat dan misi gereja. Yang lebih penting, metafora ini mengajarkan bahwa Tuhan dengan penuh perhatian memperhatikan umat-Nya dan melindungi mereka; Gambaran-gambaran ini juga mengajarkan bahwa umat Allah saling terkait satu sama-lain dan kita saling membutuhkan dalam melakukan pekerjaan yang diminta untuk kita lakukan.


>>> Download Pelajaran SS Sabat Ke-6 : GAMBARAN - GAMBARAN PERSATUAN
>>> Download Power-Point Sekolah Sabat Pada Link Di Bawah Ini:







Saturday, November 3, 2018

PELAJARAN SEKOLAH SABAT (KE-5) 2018, TRIWULAN 4





PELAJARAN SABAT KE - 5

27 OKTOBER – 2 NOVEMBER 2018

PENGALAMAN PERSATUAN DI GEREJA MULA-MULA

SABAT PETANG

UNTUK PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: Kis. 1:12-14; 2:5-13; WHY. 14:12; Kis. 2:42-47; 4:32-37; 5:1-11; 2 KOR. 9:8-15.

AYAT HAFALAN: "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kis. 2:42).

Kesatuan gereja adalah hasil dan pengalaman rohani bersama di dalam Yesus, yang adalah kebenaran. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh. 14: 6). Ikatan kuat persekutuan ditempa dalam perjalanan dan pengalaman rohani bersama. Umat Advent mula-mula memiliki pengalaman seperti itu dalam gerakan pengikut Miller. Pengalaman bersama mereka di tahun 1844 mengikat hati mereka saat mereka mencari penjelasan atas kekecewaan mereka. Pengalaman ini melahirkan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan kebenaran tentang penghakiman pra-Advent dan yang berkaitan dengan itu.

Pengalaman murid-murid Yesus setelah kenaikan-Nya ke surga merupakan suatu kesaksian tentang kuasa Firman Allah, doa, dan persekutuan bersama dalam menciptakan kesatuan dan keharmonisan di antara orang-orang percaya yang memiliki latar belakang yang sangat berbeda. Pengalaman yang sama ini masih dapat terjadi sekarang ini.

"Saya akan bersikeras bahwa persekutuan adalah elemen penting dalam peribadatan bersama.... Tidak ada pengganti bagi orang Kristen untuk mewujudkan ikatan rohani yang mempersatukan dia dengan orang percaya lainnya dan dengan Tuhan Yesus Kristus.... Yesus Kristus mula-mula membawa satu orang kepada diri-Nya sendiri, tapi kemudian Dia selalu menyatukan orang itu kepada orang percaya lainnya di dalam tubuh-Nya, yaitu gereja."—Robert G. Rayburn, O Come, Let Us Worship (Grand Rapids: Baker Book House, 1980), p. 91.


 
MINGGU 28 OKTOBER

Hari-hari Persiapan

Pada jam jam terakhir yang dihabiskan bersama murid-murid sebelum kematian-Nya, Yesus berjanji bahwa Dia tidak akan meninggalkan mereka sendirian. Penghibur lainnya, yakni Roh Kudus, akan dikirim untuk menyertai dalam pelayanan mereka. Roh Kudus akan menolong mereka mengingat banyak hal yang telah dikatakan dan dilakukan Yesus (Yoh. 14:26), dan akan memimbing mereka untuk menemukan lebih banyak kebenaran (Yoh. 16:13). Pada hari kenaikan-Nya, Yesus memperbarui janji ini. "Tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.... Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu" (Kis. 1:5, 8). Kuasa Roh Kudus akan diberikan untuk menyanggupkan murid-murid menjadi saksi di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).

Baca Kisah 1:12-14. Apakah yang dilakukan murid-murid selama periode sepuluh hari ini? Kita dapat membayangkan sepuluh hari ini sebagai periode persiapan rohani yang hebat, semacam retret di mana murid-munid ini berbagi kenangan mereka tentang Yesus, perbuatan-perbuatan-Nya, ajaran-ajaran-Nya, dan mukjizat-mukjizat-Nya. Mereka semua "bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama" (Kis. 1:14).

"Sementara murid-murid menunggu kegenapan perjanjian itu, mereka merendahkan hati mereka dengan pertobatan yang sebenarnya dan mengaku kekurangpercayaan mereka. Sementara mereka teringat akan perkataan yang diucapkan oleh Kristus kepada mereka sebelum kematian-Nya, mereka pun lebih rnengerti akan maksud yang sebenarnya. Kebenaran yang telah berlalu dari ingatan mereka dibawa sekali lagi kepada pikiran mereka, dan ini mereka ulangi satu sama lain. Mereka sendiri menyesal karena salah mengerti akan Juruselamat. Bagai suatu prosesi, pemandangan demi pemandangan tentang hidup-Nya yang luar biasa lewat di hadapan mereka. 

Sementara mereka merenungkan tentang kehidupan-Nya yang suci, mereka merasa bahwa tidak ada pekerjaan yang terlalu sukar, tidak ada pengorbanan yang terlampau besar, kalau saja mereka dapat bersaksi dalam kehidupan mereka kepada keindahan tabiat Kristus. Oh jikalau seandainya mereka bisa mengulangi lagi masa tiga tahun hidup bersama-sama, pikir mereka, alangkah berbedanya tindakan mereka! Jikalau mereka dapat melihat Tuhan sekali lagi, betapa sungguh-sungguh mereka berusaha untuk menunjukkan kepada-Nya akan dalamnya mereka mengasihi Dia, dan betapa mereka menunjukkan rasa berdukanya mereka karena telah menyusahkan Dia dengan suatu perkataan atau perbuatan yang kurang percaya! Tetapi mereka terhibur dengan pikiran bahwa mereka telah diampuni. Dan mereka memutuskan bahwa, mereka akan sebisa mungkin menebus ketidakpercayaan mereka dengan berani mengakui Dia di hadapan dunia.... Menyisihkan segala perbedaan, segala keinginan untuk keunggulan, mereka datang bersama-sama dalam persahabatan Kristen."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 31. 

Hal-hal apakah yang Anda ingin bisa lakukan sehubungan dengan iman Anda? Apakah yang bisa Anda pelajari dari penyesalan Anda tentang masa lalu yang dapat membantu Anda mewujudkan masa depan yang lebih baik?


SENIN 29 OKTOBER

Dari Babel ke Pentakosta

Hari-hari persiapan rohani, setelah kenaikan Yesus, mencapai puncaknya dalam peristiwa Pentakosta. Ayat pertama mengatakan bahwa pada hari itu, persis sebelum Roh Kudus dicurahkan ke atas murid-murid, mereka semua berkumpul "seia sekata," di satu tempat (Kis. 2: 1, KJV).

Dalam Perjanjian Lama, Pentakosta adalah yang kedua dari tiga pesta besar yang hams diikuti setiap laki-laki Israel. Hari itu diadakan lima puluh hari (dalam bahasa Yunani, pentekoste, hari kelima puluh) setelah Paskah. Selama hari raya itu orang-orang Ibrani mempersembahkan kepada Tuhan buah sulung dari panen musim panas mereka sebagai persembahan syukur.

Kemungkinan juga bahwa pada zaman Yesus perayaan hari Pentakosta mencakup suatu peringatan pemberian hukum di Gunung Sinai (Kel. 19:1). Jadi, kita melihat di sini pentingnya hukum Allah yang terns berlanjut sebagai bagian tak terpisahkan dari pekabaran Kristen mengenai Yesus, yang kematianNya menawarkan kepada semua orang yang bertobat pengampunan atas pelanggaran mereka terhadap hukum Allah. Tidak heran salah satu ayat penting mengenai hari-hari akhir zaman berbicara mengenai hukum dan Injil: "Yang penting di sini ialah ketekunun orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus" (Why. 14:12).

Juga, seperti halnya dengan Gunung Sinai, ketika Musa menerima Sepuluh Perintah Allah (Kel. 19:16-25; Ibr 12:18), banyak fenomena luar biasa terjadi pada hari Pentakosta ini. "Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya" (Kis. 2:2-4).

Baca Kisah 2:5-13. Apakah pentingnya peristiwa yang menakjubkan ini?

Pentakosta adalah pesta yang menggembirakan, sebuah pesta syukur kepada Tuhan atas rahmat-Nya. Inilah barangkali yang menjadi alasan tuduhan palsu tentang kemabukan (Kis. 2:13-15). Kuasa Allah temtama terlihat dalam mukjizat berbicara dan mendengar dalam berbagai bahasa. Orang-orang Yahudi dari selumh kerajaan Romawi yang datang ke Yerusalem untuk menghadiri hari raya ini mendengar pekabaran tentang Yesus, Mesias, dalam bahasa mereka sendiri.

Dengan cara yang unik, Pentakosta membantu memulihkan penyebaran keluarga manusia dan pembentukan kelompok etnis, yang berawal di Menara Babel. Keajaiban kasih karunia memulai penyatuan kembali keluarga manusia. Kesatuan gereja Allah dalam skala global menunjukkan sifat kerajaan-Nya sebagai pemulihan terhadap apa yang hilang di Babel.


SELASA 30 OKTOBER                      
            
Kesatuan Persekutuan

Sebagai tanggapan atas khotbah dan imbauan Petrus tentang pertobatan dan keselamatan, sekitar tiga ribu orang membuat keputusan untuk menerima Yesus sebagai Mesias dan menggenapi janji Perjanjian Lama kepada Israel. Allah sedang bekerja di dalam hati semua orang ini. Banyak yang telah mendengar ten-tang Yesus dari tempat yang jauh dan mungkin telah pergi ke Yerusalem dengan harapan dapat melihat Dia. Sebagian mungkin telah melihat Yesus dan mendengar pekabaran-pekabaran-Nya tentang keselamatan namun tidak membuat komitmen untuk menjadi pengikut. Pada hari Pentakosta, Allah secara ajaib ikut campur dalam kehidupan murid-murid dan menggunakannya sebagai saksi kebangkitan Yesus. Sekarang mereka tahu bahwa, dalam nama Yesus, orang dapat memiliki pengampunan atas dosa-dosa mereka (Kis. 2:38).

Baca Kisah 2:42-47. Kegiatan apakah yang dilakukan oleh para pengikut Yesus yang mula-mula ini sebagai kumpulan umat percaya? Apakah yang menciptakan persekutuan yang luar biasa ini?
Sungguh luar biasa bahwa aktivitas pertama di mana orang-orang yang barn percaya ini terlibat dalam mempelajari pengajaran para rasul. Pelajaran Alkitab adalah cara penting untuk merangsang pertumbuhan rohani orang yang barn percaya. Yesus telah memberikan perintah kepada murid-murid-Nya untuk mengajar mereka "melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Mat 28:20). Kumpulan barn ini meluangkan waktu untuk belajar dari para rasul tentang Yesus. Mereka mungkin mendengar tentang kehidupan dan pelayanan Yesus; ajaran, perumpamaan, dan khotbah-Nya; serta mukjizatmukjizat-Nya, semuanya dijelaskan sebagai penggenapan Kitab Suci Ibrani dalam tulisan para nabi.

Mereka juga meluangkan waktu untuk berdoa dan memecahkan roti. Tidak jelas apakah memecahkan roti merupakan kiasan langsung kepada Perjamuan Tuhan atau sekadar berbagi makanan bersama, seperti yang dinyatakan secara tidak langsung oleh Kisah 2:46. Penyebutan persekutuan tentunya dapat menyimpulkan bahwa perkumpulan barn ini sering menghabiskan waktu bersama, secara teratur, balk di bait suci di Yerusalem, yang masih berfungsi sebagai pusat ibadah dan penyembahan mereka, maupun di rumah-rumah pribadi mereka. Mereka hidup akrab satu sama lain. Mereka makan dan berdoa bersama. Doa adalah elemen penting dari suatu komunitas iman, dan ini penting bagi pertumbuhan rohani. Perkumpulan barn ini menghabiskan waktu dalam ibadah. Dikatakan bahwa kegiatan ini dilakukan "dengan tekun."

Persekutuan yang tekun ini menghasilkan hubungan baik dengan orang lain di Yerusalem. Orang-orang percaya yang barn digambarkan sebagai "disukai semua orang" (Kis. 2:47). Tidak diragukan lagi, karya Roh Kudus dalam kehidupan mereka membuat kesan yang kuat terhadap orang-orang di sekitar mereka dan menjadi saksi kuat atas kebenaran Yesus sebagai Mesias.

Apakah yang bisa dipelajari oleh jemaat Anda dari contoh yang ditampilkan di sini sehubungan dengan persatuan, persekutuan, dan bersaksi?


RABU 31 OKTOBER

Kedermawanan dan Keserakahan

Lukas mengatakan kepada kita bahwa salah satu hasil alami dan persekutuan yang dialami oleh pengikut Yesus segera setelah Pentakosta adalah saling mendukung satu sama lain. "Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing" (Kis. 2:44, 45).

Berbagi untuk kebaikan bersama ini bukanlah tuntutan masyarakat tapi merupakan hasil sukarela dan kasih mereka satu sama lain dalam persekutuan yang mereka alami. Ini juga merupakan ungkapan konkret persatuan mereka. Saling mendukung ini berlanjut untuk beberapa lama, dan kita mendapat rincian lebih lanjut tentang hal itu di Kisah 4 dan 5. Ini juga merupakan tema yang kita temukan di tempat lain dalam Perjanjian Baru, seperti yang akan kita lihat selanjutnya.

Dalam konteks inilah Barnabas diperkenalkan untuk pertama kalinya. Dia nampaknya adalah orang kaya yang memiliki tanah. Setelah menjual propertinya untuk kepentingan masyarakat, dia membawa uang itu kepada par& rasul (Kis. 4:36, 37). Barnabas digambarkan sebagai contoh untuk diikuti. Baca Kisah 4:32-37 dan 5:1-11. Bandingkan perilaku dan sikap Barnabas dengan Ananias dan Safira. Apakah yang salah dengan pasangan ini?

Selain dosa mereka yang langsung berdusta kepada Roh Kudus, mereka juga menunjukkan keserakahan dan ketamakan. Barangkali tidak ada dosa yang dapat menghancurkan persekutuan dan kasih persaudaraan lebih cepat daripada keegoisan dan keserakahan. Jika Barnabas menjadi teladan positif dan semangat persekutuan gereja mula-mula, Ananias dan Safira adalah kebalikannya. Lukas jujur dalam menceritakan tentang orang-orang yang kurang jujur dalam masyarakat.

Dalam Sepuluh Hukum (Kel. 20:1-17), perintah terakhir, tentang ketamakan, tidak seperti yang lainnya. Sementara perintah-perintah lainnya berbicara tentang tindakan-tindakan yang tampaknya melanggar kehendak Tuhan bagi manusia, perintah terakhir adalah tentang apa yang tersembunyi di dalam hati. Dosa ketamakan bukanlah suatu tindakan; sebaliknya, ini adalah proses berpikir. 

Ketamakan dan cinta diri, bukanlah dosa yang terlihat, melainkan suatu kondisi sifat manusia yang berdosa. Itu bisa terlihat hanya bila diwujudkan dalam tindakan cinta diri, seperti yang terlihat di sini pada Ananias dan Safira. Artinya, perintah terakhir adalah akar kejahatan yang dimanifestasikan dalam tindakan yang dinyatakan salah oleh semua perintah lainnya. Ketamakan mereka membukakan pintu diri mereka pada pengaruh Setan, yang menuntun mereka berbohong kepada Allah; ini tidak berbeda dengan perbuatan Yudas yang dituntun oleh ketamakannya.

Apakah cara-cara oleh mana kita bisa berusaha mencabut ketamakan dari kehidupan kita sendiri? Mengapa pujian dan syukur atas apa yang kita miliki merupakan penangkal yang kuat terhadap kejahatan ini?


KAMIS 1 NOVEMBER                                     

Ingat Orang Miskin

Membagi kepunyaan seseorang sering merupakan ungkapan persatuan yang nyata di gereja mula-mula. Kemurahan hati yang dijelaskan di dalam pasalpasal awal kitab Kisah berlanjut kemudian dengan Paulus mengundang gerejagereja yang telah didirikannya di Makedonia dan Akhaya untuk memberikan bantuan bagi orang miskin di Yerusalem (lihat Kis. 11:27-30; Gal. 2:10; Rm. 15:26; 1 Kor 16:1-4). Pemberian itu menjadi ungkapan nyata dari kenyataan bahwa gereja-gereja, yang terutama terdiri dari orang percaya bukan Yahudi, peduli dan mencintai saudara dan saudari mereka dari keturunan Yahudi di Yerusalem. Terlepas dari perbedaan budaya dan etnis, mereka membentuk satu tubuh di dalam Kristus dan menghargai Injil yang sama. Berbagi dengan mereka yang membutuhkan tidak hanya menunjukkan kesatuan yang sudah ada di gereja tetapi juga memperkuat kesatuan itu.
Baca 2 Korintus 9:8-15. Apakah yang Paulus katakan menjadi hasil kemurahan hati yang ditunjukkan oleh jemaat di Korintus?

Pengalaman persatuan di gereja mula-mula menunjukkan kepada kita apa yang masih bisa dilakukan dewasa ini. Bagaimanapun, persatuan tidak terjadi tanpa komitmen yang disengaja dari semua orang percaya. Pemimpin jemaat mula-mula melihat bahwa adalah tugas pelayanan mereka untuk menumbuhkan persatuan di dalam Kristus. Sebagaimana cinta antara suami istri dan anak adalah komitmen yang hams sengaja dipupuk setiap hari, demikian pula persatuan di antara orang percaya. Kesatuan yang kita miliki di dalam Kristus diperkuat dan dapat terlihat dalam beberapa cara.

Unsur-unsur yang jelas yang memupuk persatuan ini di gereja mula-mula adalah doa, ibadah, persekutuan, visi bersama, dan belajar Firman Tuhan. Mereka tidak hanya memahami misi mereka untuk mengabarkan Injil kepada semua bangsa, tetapi mereka juga menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk sating mengasihi satu sama lain. Kesatuan mereka ditunjukkan dalam kemurahan hati dan sating mendukung dalam persekutuan lokal mereka sendiri, dan lebih luas lagi, di antara komunitas gereja, bahkan jika jarak jauh memisahkan mereka.

"Kebajikan mereka membuktikan bahwa mereka tidak menerima rahmat Allah dengan sia-sia. Apakah yang dapat menghasilkan kedermawanan seperti itu selain penyucian Roh? Di mata orang-orang percaya dan orang-orang tidak percaya itu adalah mukjizat rahmat."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 290.

Dengan cara apakah Anda dan gereja Anda mengalami manfaat kemurahan hati terhadap orang lain? Artinya, berkat apakah yang datang kepada orang yang memberi kepada orang lain?

 
JUMAT 2 NOVEMBER

PENDALAMAN: Ellen G. White, "Pentakosta," hlm. 30-39, dalam Alfa dan Omega, jld. 7.
"Kedermawanan di pihak orang-orang percaya adalah akibat kecurahan Roh Kudus. Orang-orang yang bertobat kepada Injil adalah dari satu hati dan satu jiwa.' Satu minat yang umum mengendalikan mereka—kemajuan dari tugas yang dipercayakan kepada mereka; dan sifat tamak tidak mempunyai tempat dalam kehidupan mereka. Kasih mereka untuk saudara-saudara mereka dan pekerjaan yang telah mereka dukung, adalah lebih besar daripada kasih mereka akan uang dan kepunyaan. Pekerjaan mereka menyaksikan bahwa mereka memperhitungkan jiwa manusia lebih tinggi daripada kekayaan dunia. "Demikianlah akan terjadi bila Roh Allah memiliki kehidupan. Mereka yang hatinya diisi dengan kasih Kristus, akan mengikuti teladan dari Dia yang untuk kepentingan kita menjadi miskin, supaya oleh kemiskinan-Nya kita boleh dijadikan kaya. Uang, waktu, pengaruh—segala pemberian telah mereka terima dari tangan Allah, mereka akan menilai hanya sebagai suatu alat untuk memajukan pekerjaan Injil. Demikianlah adanya pada sidang yang mula-mula; dan bila dalam sidang dewasa ini kelihatan bahwa oleh kuasa Roh anggota-anggota telah mengambil kasih mereka dari perkara-perkara dunia, dan bahwa mereka rela mengadakan pengorbanan supaya sesama manusia boleh mendengar kabar Injil, kebenaran yang dimasyhurkan akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pendengar-pendengarnya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, Pd. 7, hlm. 59-60.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. Bacalah kembali faktor-faktor dari pelajaran pekan ini yang membantu menciptakan persatuan yang dialami gerej a mula-mula. Bagaimanakah kita, sebagai satu jemaat sekarang ini, melakukan hal yang serupa? Artinya, apakah yang mungkin kurang pada kita yang tidak seperti apa yang terjadi di antara orang-orang percaya pada saat itu?

2. Bagaimanakah contoh jemaat mula-mula Perjanjian Baru memberikan persembahan yang murah hati untuk membantu orang miskin di Yerusalem sebagai contoh dari apa yang harus kita lakukan sekarang ini? Bagaimanakah dengan isu sosial lainnya? Bagaimanakah jemaat-jemaat setempat dapat terlibat dalam komunitas mereka untuk mengurangi kemiskinan dan memasok kebutuhan dasar lainnya?

3. Beberapa pelajaran apakah yang bisa kita ambit dari kisah sedih Ananias dan Safira? Apakah pentingnya ungkapan yang ditemukan dalam kitab Kisah 5: 5 dan 5:11 tentang "ketakutan besar" yang menimpa jemaat sehubungan dengan kedua kematian ini?

Ringkasan: Jemaat mula-mula mengalami pertumbuhan yang cepat karena murid-murid Yesus sengaja mempersiapkan diri untuk pencurahan Roh Kudus yang dijanjikan. Persekutuan dan iman mereka bersama adalah sarana yang digunakan oleh Roh Kudus untuk mempersiapkan hati mereka bagi Pentakosta. Setelah Pentakosta, Roh Kudus terus mengubahkan komunitas barn ini, seperti yang terwujud dalam kemurahan hati mereka terhadap satu sama lain dan pertumbuhan jemaat yang cepat.

>>> Download Pelajaran SS Sabat Ke-5 : PENGALAMAN PERSATUAN DI GEREJA MULA-MULA
>>> Download Power-Point Sekolah Sabat Pada Link Di Bawah Ini: