Ads Google

Tuesday, April 17, 2018

KEBAHAGIAAN SEJATI BAB 8 "MENGUKUR KEDEWASAANMU"


                                                    MENGUKUR KEDEWASAANMU

Perubahan hati yang membuat kita menjadi anak-anak Allah dikatakan di dalam Alkitab sebagai kelahiran baru. Tambahan pula, itu dibandingkan dengan pertumbuhan benih yang baik yang ditaburkan oleh petani. Demikianlah orang-orang yang bertobat kepada Kristus, disebut “seperti bayi yang baru lahir” “bertumbuh” menjadi lelaki maupun perempuan di dalam Yesus Kristus, (1 Petrus 2:2; Efesus 4:15). Atau seperti benih yang baik yang ditaburkan di ladang, mereka itu harus bertumbuh lalu mengeluarkan buahnya. Nabi Yesaya mengatakan bahwa orang akan “menyebutkan mereka ‘pohon terbantin kebenaran’ tanaman Tuhan untuk memperlihatkan keagungan-Nya”(Yesaya 61:3). Dari tumbuh-tumbuhan itulah diambil perumpamaan untuk membantu kita memahami lebih baik rahasia-rahasia kebenaran kehidupan rohani.
Semua akal budi dan kemampuan manusia tidak dapat mengadakan kehidupan di dalam benda yang terkecil sekalipun di dalam alam. Hanyalah melalui hidup yang telah diberikan Allah sendiri, baik tanaman dan binatang dapat hidup. Maka melalui kehidupan yang datang dari Allah itu sajalah kehidupan rohani dapat berada di dalam hati manusia. Kecuali manusia itu “dilahirkan kembali,” dia tidak dapat menjadi seorang pewaris kehidupan yang mana Kristus datang untuk memberikannya. (Yohanes 3:3)
Sebagaimana halnya dengan hidup itu sendiri, demikianlah juga dengan pertumbuhan. Allahlah yang membuat kuncup bunga mekar dan bunga itu berbuah. Dengan kuasa-Nyalah benih itu bertumbuh, “mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.” (Markus 4:28). Dan nabi Hosea berkata mengenai Israel, bahwa Ia akan berbunga seperti bunga bakung.” (Hosea 14:6). “Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon.” (ayat 7). Dan Yesus pun menyuruh kita supaya memperhatikan “bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun,”(Lukas 12:27). Tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan bertumbuh bukanlah karena kekhawatiran atau usaha mereka sendiri, tetapi hanyalah dengan menerima yang disediakan Allah untuk melayani hidupnya. Anak kecil pun bukan dengan kuasanya sendiri, tubuhnya bertambah besar. Demikian juga engkau, bukan dengan kuasamu sendiri, atau dengan kekhawatiranmu, atau usahamu sendiri untuk  mendapat pertumbuhan rohani. Tanaman, anak-anak, bertumbuh dengan menerima dari sekitarnya hal-hal yang melayani kehidupannya--udara, matahari, dan makanan. Sebagaimana segala pemberian alam ini kepada hewan dan tanaman, demikian jugalah Kristus kepada orang-orang yang berharap pada-Nya. Dia “penerang abadi” bagi mereka, “matahari dan perisai.” (Yesaya 60:19; Mazmur 84:12). Bahwa Dia akan menjadi, “seperti embun bagi Israel.”(Hosea 14:6), “Kiranya ia seperti hujan yang turun ke atas padang rumput, seperti deras hujan yang menggenangi bumi.” (Mazmur 72:6). Dialah air hidup, “roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia” (Yohanes 6:33).
Di dalam anugerah Anak-Nya yang tiada taranya itu, Allah telah melingkari seluruh dunia ini dengan satu suasana anugerah sama seperti udara yang berputar di seluruh dunia ini. Semua orang yang memilih menghirup udara yang memberikan kehidupan ini akan hidup bertumbuh  di dalam Kristus, baik lelaki maupun perempuan.
Sebagaimana bunga menghadap matahari, sehingga sinarnya membantu menyempurnakan keindahan dan keseimbangannya, demikian pula seharusnya kita berpaling kepada matahari kebenaran itu, sehingga sinar yang turun dari surga menerangi kita, dan tabiat kita dapat diperkembangkannya menjadi serupa dengan Kristus.

Yesus mengajarkan perkara yang sama ketika Dia berkata “tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku... sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:4,5). Demikian juga engkau wajib bergantung kepada Kristus supaya dapat menghidupkan satu kehidupan yang suci, sama seperti cabang bergantung atas batangnya supaya dapat bertumbuh dan berbuah. Kalau terpisah daripada-Nya maka engkau tidak dapat hidup. Engkau tidak mempunyai kuasa menahan penggodaan atau bertumbuh di dalam anugerah dan kesucian. Dengan tinggal di dalam Dia engkau dapat tumbuh dengan subur. Dengan menerima hidup dari Dia saja, maka engkau tidak akan layu atau tidak berbuah. Engkau akan bagaikan sebatang pohon yang ditanam di tepi sungai.
Banyak orang yang beranggapan bahwa mereka harus mengerjakan sendiri sebagian pekerjaan itu. Mereka telah mengharapkan keampunan dosa di dalam Kristus, tetapi sekarang mereka berusaha sendiri mendapatkan kehidupan yang benar. Tetapi usaha-usaha yang demikian pasti gagal. Kata Yesus, “di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Pertumbuhan kita di dalam anugerah, kegembiraan kita, kegunaan kita--semuanya tergantung atas hubungan kita dengan Kristus. Oleh berhubungan dengan Dia dari hari ke hari, setiap jam--dengan tinggal di dalam-Nya--kita bertumbuh dalam anugerah. Dia bukan saja awal tetapi juga kesudahan iman kita. Kristuslah yang pertama dan yang terakhir dan yang selalu ada. Dia haruslah bersama-sama dengan kita, bukan hanya pada permulaan dan akhir perjalanan kita, tetapi pada setiap langkah jalan kita. Daud berkata, “Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah” (Mazmur 16:8).
Apakah engkau bertanya: “Bagaimanakah saya tinggal dalam Kristus?-- Dalam cara yang sama sebagaimana engkau menerima Dia pada mulanya. “Karena kita telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita, karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman,” (Kolose 2:6; Ibrani 10:38). Engkau serahkan jiwamu kepada Allah, untuk menjadi milik-Nya, melayani dan menurut Dia, lalu mengambil Kristus sebagai Juruselamatmu. Dengan dirimu sendiri engkau tidak dapat mengadakan grafirat atas dosa-dosamu atau mengubah hatimu; akan tetapi sesudah engkau menyerahkan dirimu sendiri kepada Allah, engkau percaya bahwa Dia sudah melakukan segala perkara ini bagimu karena Kristus.
Melalui iman engkau menjadi milik Kristus, dan melalui iman engkau bertumbuh di dalam Dia --dengan memberi dan menerima. Engkau harus memberikan semuanya--hatimu, kemauanmu, baktimu --serahkanlah dirimu kepada-Nya untuk menurut semua peraturan-peraturan-Nya; maka engkau harus mengambil semuanya--Kristus, berkat-berkat yang penuh, supaya tinggal di dalam hatimu, menjadi kekuatanmu, kebenaranmu, pembantumu yang abadi--supaya
memberi padamu kuasa untuk menurut.
Serahkan dirimu kepada Tuhan pada pagi hari, jadikanlah ini tugasmu yang pertama. Biarlah doamu seperti berikut: “Ambillah aku, ya Tuhan, jadi milik-Mu sepenuhnya. Kubentangkan semua rencana-rencanaku di kaki-Mu. Gunakanlah aku hari ini berbakti pada-Mu. Gunakanlah aku hari ini berbakti pada-Mu. Tinggallah di dalam aku dan biarlah semua pekerjaanku di kerjakan di dalam Engkau.” Ini adalah masalah sehari-hari. Setiap pagi serahkan dirimu kepada Allah buat pagi hari itu. Serahkanlah segala rencanamu pada-Nya. Dengan demikianlah hari demi hari engkau dapat menyerahkan hidupmu ke dalam tangan Tuhan, sehingga hidupmu dibentuk hari demi hari seperti kehidupan Kristus.

Satu kehidupan di dalam Kristus ialah kehidupan yang penuh kedamaian. Mungkin tiada kegembiraan yang meluap-luap, namun pasti ada satu keyakinan yang teguh penuh damai. Pengharapanmu bukanlah di dalam dirimu sendiri, melainkan di dalam Kristus. Kelemahanmu dipadukan dengan kekuatan-Nya yang perkasa itu. Oleh karena itu janganlah engkau bersandar pada dirimu sendiri, atau membiarkan hati memikir-mikirkan diri saja, melainkan pandanglah kepada Kristus. Biarlah pikiran tinggal di dalam kasih-Nya, atas keindahan, kesempurnaan tabiat-Nya. Kristus di dalam kehinaan-Nya, Kristus di dalam kekudusannya dan kesucian-Nya, Kristus di dalam kasih-Nya yang tiada taranya--inilah perkara-perkara yang patut direnung-renungkan setiap jiwa. Dengan mengasihi Dia, meniru Dia, bergantung sepenuhnya kepada-Nya, engkau dapat diubahkan menjadi serupa dengan Dia.
Yesus berkata: “Tinggallah di dalam Aku.” Perkataan ini membawa pikiran kita kepada soal perhentian, stabilitas dan keyakinan. Sekali lagi Dia mengundang kita: “Marilah kepada-Ku, semua yang lebih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Perkataan penulis Mazmur juga menyatakan pikiran yang sama: “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia,”(Mazmur 37:7). Lalu nabi Yesaya juga memberikan jaminan “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” (Yesaya 30:15). Perhentian ini tidak didapat tanpa usaha karena di dalam undangan Juruselamat janji perhentian dipadukan dengan panggilan untuk bekerja: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11:29). Hati yang sepenuhnya berada pada Kristus akan menjadi pekerja yang paling tekun dan giat bagi Dia.
Apabila hati hanya memikir-mikirkan diri saja, berarti hati itu berpaling dari Kristus, sumber kekuatan dan hidup. Itulah sebabnya Setan selalu berusaha menarik perhatian menjauh dari Juruselamat dan mencegah hubungan jiwa dengan Kristus. Kepelesiran dunia ini, keluh kesah kehidupan, kebimbangan dan duka, kesalahan-kesalahan orang lain atau kesalahan-kesalahanmu sendiri serta ketidaksempurnaanmu--kepada salah satu atau semua ini Setan akan berusaha menarik perhatianmu. Janganlah disesatkan tipu dayanya. Banyak orang yang sungguh-sungguh tulus, dan ingin hidup bagi Allah, dia sering menuntun untuk memikir-mikirkan kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan mereka sendiri, dan dengan demikian oleh menceraikan mereka dari Kristus, Setan berharap memperoleh kemenangan. Janganlah kita menjadikan diri kita sebagai pusat segalanya dan selalu cemas apakah kita akan selamat atau tidak. Semuanya ini akan memalingkan jiwa dari Sumber kekuatan kita itu. Serahkanlah penjagaan jiwamu kepada Allah, dan berharaplah di dalam Dia. Berbicara dan berpikirlah mengenai Yesus. Biarlah dirimu lebur di dalam Dia. Buangkanlah segala kebimbangan; enyahkanlah segala khawatirmu. Katakanlah seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku” (Galatia 2:20). Tinggallah dalam Allah. Dia sanggup menjaga apa yang Anda serahkan kepada-Nya. Jika Anda mau menyerahkan dirimu sendiri ke dalam tangan-Nya, maka Dia akan menjadikan engkau lebih daripada pemenang di dalam Dia yang telah mengasihi engkau.
Ketika Kristus mengenakan keadaan manusia atas diri-Nya, dia mengikat kemanusiaan kepada diri-Nya sendiri melalui satu ikatan kasih yang tidak akan pernah dapat diputuskan oleh  kuasa apa pun kecuali pilihan manusia itu sendiri. Setan selalu menimbulkan pikiran-pikiran yang akan membujuk kita memutuskan ikatan ini supaya memilih memisahkan diri kita dari Kristus. Di sinilah kita perlu waspada, berusaha dan berdoa, supaya jangan ada sesuatu yang dapat membujuk kita memilih tuan yang lain; karena kita senantiasa bebas melakukannya. Tetapi marilah kita menetapkan pandangan kita kepada Kristus dan Dia akan memelihara kita. Dengan memandang kepada Kristus kita selamat. Tidak ada sesuatu yang dapat merampas kita dari tangan-Nya. Dengan senantiasa memandang Dia, kita “diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar”( 2 Korntus 3:18).

Demikianlah murid-murid Yesus yang mula-mula itu mendapat wajah seperti Kristus yang dikasihi. Manakala murid-murid itu mendengar kata-kata Yesus, mereka merasakan kebutuhan mereka akan Dia. Mereka berusaha mencari, dan mendapat, lalu mereka mengikuti Dia. Mereka bersama-sama dengan Dia sebagai murid dengan seorang guru, setiap hari menerima pelajaran-pelajaran kebenaran yang suci daripada-Nya. Mereka menatap pada-Nya, sebagai hamba kepada tuannya, mempelajari tanggung jawab mereka. Murid-murid itu pun adalah manusia yang “biasa seperti kita.” (Yakobus 5:17). Mereka memerlukan anugerah yang serupa supaya dapat menghidupkan satu kehidupan yang suci.
Bahkan Yohanes sendiri pun, murid yang disayangi itu, salah satu yang paling banyak persamaannya dengan Juruselamat, bukanlah secara alam memperoleh keindahan tabiat itu. Dia bukan saja membesarkan diri serta menginginkan kehormatan, tetapi juga seorang yang mudah tersinggung dan gampang marah walau oleh kesalahan yang terkecil sekalipun. Tetapi karena tabiat Kristus dinyatakan padanya, maka dia melihat kekurangannya, dan pengetahuannya lalu merendahkan dirinya.  Kekuatan dan kesabaran, kuasa dan kelemahlembutan, keagungan dan kelembutan, yang tampak di alam kehidupan Anak Allah sehari-hari, telah mengisi jiwanya dengan pujaan dan kasih. Sehari demi sehari hatinya ditarik kepada Kristus, sampai akhirnya pandangannya terhadap dirinya luluh karena kasih-Nya kepada Tuhannya. Tabiatnya yang cepat naik darah, keinginan akan kemuliaan diri sendiri, telah diserahkan kepada kuasa pembentukan yang datang dari Kristus. Pengaruh Roh Kudus telah membarui hatinya. Kuasa kasih Kristus mengadakan perubahan tabiatnya. Inilah hasil yang pasti di dalam persatuan dengan Kristus. Jika Kristus tinggal di dalam hati, maka semua tabiat akan diubahkan. Roh Kristus, kasih-Nya, melembutkan pikiran-pikiran dan keinginan terhadap Allah dan surga.
Ketika Kristus naik ke surga, hadirat-Nya masih terasa juga di antara pengikut-pengikut-Nya, yakni hadirat pribadi, yang penuh kasih dan terang. Yesus Juruselamat, yang telah berjalan dan berbicara serta berdoa bersama mereka, yang telah mengucapkan kata penghiburan dan pengharapan ke dalam hati mereka, ketika kabar damai masih diucapkan bibir-Nya, Dia terangkat ke surga, sementara malaikat-malaikat menyambut Dia, suara-Nya kedengaran kembali kepada mereka--“Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Dia telah naik ke surga dalam keadaan manusia. Mereka tahu bahwa Dia telah berada di hadapan hadirat Allah menghadapkan tebusan darah-Nya sendiri yang amat berharga itu, memperlihatkan luka di tangan dan kaki-Nya, sebagai kenangan nilai tebusan yang telah ditunaikan-Nya untuk umat tebusan-Nya. Mereka tahu bahwa Dia telah naik ke surga untuk menjadikan tempat kediaman bagi mereka, dan Dia akan datang kembali lalu menjemput mereka bagi diri-Nya sendiri.
Pada waktu mereka berkumpul bersama-sama setelah kenaikan itu, mereka ingin mempersembahkan permohonan-permohonan mereka kepada Allah Bapa di dalam Nama Yesus. Di dalam getaran yang kudus mereka tunduk dalam doa, mengulangi jaminan yang telah diberikan itu, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu” (Yohanes 16:23,24). Semakin lama semakin tinggi mereka mengangkat tangan iman dengan alasan yang kuat, “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”(Roma 8:34). Dan hari Pentakosta telah membawa hadirat Penghibur itu ke hadapan mereka, dari hal mana Kristus telah mengatakan, Dia “akan diam di dalam kamu.” Dan Dia kemudian berkata: “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yohanes 14:17; 16:7). Mulai saat itulah melalui Roh,  Kristus harus tinggal senantiasa di dalam masing-masing hati anak-anak-Nya. Persatuan mereka dengan Dia adalah lebih erat daripada ketika Dia secara jasmani bersama-sama mereka. Terang dan kasih serta kuasa Kristus yang berdiam di dalam mereka bersinar melalui mereka, sehingga semua orang yang melihatnya, “heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus” (Kisah 4:13).

Sebagaimana dulu Kristus kepada murid-murid-Nya, demikian juga diinginkan-Nya terjadi kepada anak-anak-Nya pada zaman sekarang ini; karena pada doa yang terakhir bersama murid-murid-Nya yang sedikit berkumpul mengelilingi Dia, Dia berkata: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka” (Yohanes 17:20).
Yesus berdoa bagi kita, dan memohon supaya kita bersatu dengan Dia, sebagaimana Dia satu dengan Bapa itu. Betapa ini satu persekutuan! Juruselamat telah pernah mengatakan dari hal Diri-Nya sendiri seperti berikut: “Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri,” Bapa, yang diam di dalam Aku , Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya” (Yohanes 5:19, 14;10). Maka jika Kristus tinggal di dalam hati kita, Dia akan bekerja di dalam kita “baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13). Kita akan bekerja sama seperti Dia bekerja; kita akan menyatakan roh yang sama pula. Oleh karena itu, mengasihi Dia serta tinggal di dalam-Nya, kita akan “bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah kepala” (Efesus 4:15).


No comments:

Post a Comment