Ads Google

Showing posts with label CERITA MISSION DEWASA TRIWULAN 4 2018. Show all posts
Showing posts with label CERITA MISSION DEWASA TRIWULAN 4 2018. Show all posts

Friday, November 23, 2018

CERITA MISSION, SABAT KE-8, 24 NOVEMBER 2018 (SAMPAH YANG MENGUBAH KEHIDUPAN)


SAMPAH YANG MENGUBAH KEHIDUPAN

CERITA MISSION SABAT KE-8, 24 NOVEMBER 2018
Oleh : Petrus Tobolu, 50 Tahun
Indonesia

          Petrus Tobolu sang petani, marah ketika mengetahui bahwa Monika, putrinya yang berusia 19 tahun, telah dibaptis di Gereja Masehi Adent Hari Ketujuh.
Ia sendiri adalah seorang pendeta awam dari gereja kampung Soa-hukum, pulau Halmahera, Indonesia, selama 35 tahun. Ia tidak mengerti mengapa seorang pendeta Advent dapat membaptis putrinya tanpa meminta izinnya terlebih dahulu, dan ia khawatir jangan-jangan ajaran Advent itu sesat.

Maka ia pun mengambil sebuah tongkat besar dan memukuli Monika."Lepaskan keyakinanmu itur teriaknya.

Monika menangis tetapi tidak mengucapkan sepatah kata pun. Hal ini membuat ayahnya bingung, dan terheran-heran mengapa putrinya tidak melawan.
Monika adalah satu dari empat anak muda yang dibaptis setelah pelajaran Alkitab dan serangkaian KKR di pulau Halmahera. Mereka adalah empat orang Advent pertama di pulau itu, sebagai hasil dari pelayanan dua orang misionaris.

Pada suatu hari, Monika pulang ke rumah dengan sebuah kotak berisi buku-buku Advent. Dengan marah Petrus merampas kotak itu dan melemparkannya ke lubang pembuangan sampah di halaman belakang. Kotak itu menghantam tanah, pecah, dan isinya berhamburan keluar. Sebuah buku menarik perhatian Petrus: "Hari yang Hampir Dilupakan"karya penginjil Mark Finley. Diam-diam ia mengambil buku itu dan dua majalah Adventist World dari lubang sampah.

Keesokan paginya, ia membawa buku dan majalah itu bersamanya ke ladang. la tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya. la bekerja hingga pukul 10.00 dan kemudian membaca buku serta majalah sepanjang sisa hari itu. Hal yang sama terjadi keesokan harinya. la membandingkan ayat-ayat Alkitab di dalam buku dan majalah itu dengan ayat-ayat di dalam Alkitabnya. la mempelajari bahanbahan itu selama delapan bulan. "Saya melihat bahwa apa yang tertulis di dalamnya sungguh tertulis di dalam Alkitab," kata Petrus. "Saya terus belajar dan terkesan dengan apa yang saya pelajari tentang hari Sabat".

Setelah ia mengerti bahwa hari Sabtu adalah hari Sabat Alkitabiah, ia mulai berkhotbah tentang hari Sabat di gerejanya.

Fakta Singkat
Dari total 17.508 pulau di Indonesia, hanya sekitar 6.000 pulau yang dihuni.
Indonesia adalah rumah bagi pelbagai flora dan fauna, membuat negeri ini menduduki peringkat kedua dalam keaneka-ragaman hayati di dunia ini setelah Brazil.
Indonesia adalah satu-satunya tempat di dunia untuk melihat Komodo di udara bebas. Sumatera adalah satu-satunya tempat selain Kalimantan untuk melihat orangutan liar. Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik dan memiliki 150 gunung berapi. Pada umumnya gunung-gunung itu jinak, tetapi negara ini mengalami sekitar satu letusan gunung berapi dan satu gempa bumi yang kuat setiaptahunnya.
Tips Cerita
Saksikan Petrus di tautan: bit.ly/ Petrus-Tobolu
Temukan foto-foto untuk kisah ini di tautan: bit.ly/fb-mq

"Mengapakah kita tidak beribadah pada hari Sabtu?" la bertanya. "Jika kita tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh Alkitab, maka untuk apakah kita memiliki Alkitab?"
Setelah khotbah itu, anggota jemaat yang terkejut menghannpirinya. "Sudah lama sekali tidak ada yang berkhotbah seperti ini,"kata seorang dari mereka.

"Barangkali Anda ingin membawa sebuah doktrin yang baru?"Kata yang lain.

Petrus tidak pernah berpikir untuk memasukkan ajaran Advent ke gerejanya. la mengerti kebenaran Alkitab, dan ia hanya mencoba untuk mengkhotbahkan apa yang telah dipelajarinya. Dan sesudah itu, ia memutuskan untuk beribadah pada hari Sabtu.
Ketika kakak perempuan Petrus mendengar tentang kepercayaannya, ia menyarankannya untuk bergabung dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. la mendengar tentang gereja ini dari putrinya, yang kuliah di Universitas Klabat milk gereja Advent di pulau yang lain.

Beberapa saat kemudian, Petrus mengundang beberapa pendeta Advent untuk beribadah di gerejanya. Para anggota gerejanya, menyerang gedung gereja dengan batu ketika para pendeta itu berada di dalam, dan Petrus harus mengungsikan mereka ke luar desa untuk keamanan mereka.

Ketika Petrus kembali, penduduk desa telah menantikannya dengan tongkat di tangan, tetapi entah bagaimana ia bisa menghindari mereka dan meninggalkan desa itu. la memutuskan untuk dibaptis di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.

Petrus membawa keluarganya ke Manado, sebuah kota dekat Universitas Klabat, dan dibaptis dalam sebuah KKR di sana.

Ketika ia dan keluarganya pulang ke rumah, mereka menemukan rumah mereka dihuni oleh orang lain. Mereka pindah ke sebuah pondok kecil di ladang, dan tinggal di sana selama dua bulan. Dua orang putra Petrus, berusia 13 dan 17 tahun, juga dibaptis pada saat itu.

Tetapi orang-orang kampung menghalangi keluarga itu untuk beribadah pada hari Sabat, sehingga mereka pun pindah ke Manado sambil memperdalam pengetahuan Alkitab mereka.

Dua tahun kemudian, mereka kembali pulang dan memperbarui persahabatan mereka dengan orang di desa itu. Sikap orang itu pun sudah berubah terhadap mereka.
"Kami membaur dan berbagi kisah dengan komunitas,"kata Petrus. "Kami memulai dari para kerabat. Dalam tiga tahun, kami telah membaptis 27 orang dan membentuk sebuah gereja."

Saat ini, Petrus berusia 50 tahun dan melayani sebagai penatua gereja. la memimpin KKR pertama di desanya pada bulan September 2017, dan tiga orang dibaptis.

"Penduduk desa, dimulai dari saya, menganiaya orang Advent katanya."Tetapi saati ini 8 anggota keluarga kami beribadah bersama pada setiap hari Sabat. 

Oleh: Andrew McChesney





Tuesday, November 6, 2018

CERITA MISSION, SABAT KE-7, 17 NOVEMBER 2018 (KESEMBUHAN MELALUI JERUK NIPIS)


KESEMBUHAN MELALUI JERUK NIPIS

CERITA MISSION SABAT KE-7, 17 NOVEMBER 2018

Oleh : Ceren Wuysan, 27 Tahun

Indonesia

          Mintalah seorang pemuda untuk menceritakan kisah ini dalam bahasa orang pertama.
          Pesawat misi itu menurunkan saya dan teman saya di kaki pegunungan Papua, Indonesia.

          Kami pergi ke sebuah kota untuk berbelanja kebutuhan di menit-menit terakhir sebelum mendaki pegunungan itu untuk melakukan tugas kami sebagai misionaris. Kami tidak memiliki banyak uang, tetapi kami mencari apa yang kami butuhkan di pasar induk: Satu kantung jeruk nipis hijau. Kami menyukai jeruk nipis, dan kami tahu bahwa kami tidak akan menemukannya di atas gunung.

Dua minggu kemudian, kami sudah berada di kampung pegunungan Tinibil, dan kami belum tahu bagaimana cara mewartakan Yesus di sana. Kami menerima pelatihan dari 1000 Missionary Movement, yang mengirim kami ke kampung itu, tetapi kami tidak dapat menemukan cara bagaimana untuk membuat penduduk kampung itu tertarik kepada Injil.

Kami ingat bahwa jika kami tidak tahu apa yang harus dilakukan, kami diajarkan untuk berdoa. Jadi, kami pun berdoa.

Pada suatu hari saat kami mendaki menyusuri kampung-kampung itu, seorang pria dari kampung tempat kami menginap meminta kami untuk menengok kerabatnya yang buta, bernama Marius. Kami pergi ke rumah Marius dan bertanya kepada Marius apakah yang menyebabkannya buta dua tahun yang lalu.

"Saya tidak tahu," katanya, sambil menggelengkan kepala. "Kejadiannya begitu mendadak."

Tapi orang lain di kampung itu tidak ragu-ragu mengenai penyebab kebutaan itu. Mereka menyalahkan roh-roh jahat.

Pos Misi
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Indonesia dibagi menjadi Uni Indonesia Kawasan Timur, dengan kantor pusat di Sulawesi, dan Uni Indonesia Kawasan Barat, dengan kantor pusat di Jakarta.
Karya Advent di Indonesia dimulai pada tahun 1900, ketika R.W. Munson, yang dahulunya adalah misionaris untuk gereja lain di Singapura, memulai sebuah karya misi di Padang, di sisi barat pantai Sumatra. Orang pertama yang ditobatkannya adalahTay Hong Siang, seorang pengkhotbah keturunan Tionghoa, yang pernah menghuni panti asuhan Munson di Singapura bertahuntahun sebelumnya. Pada tahun 1903, Kepulauan Hindia Timur ini menjadi ladang misi bagi Australasian Union Conference.
Pada tahun 1905, Immanuel Siregar, dari tanah Batak, menerima iman Advent setelah belajar Alkitab bersama R.W. Munson dan menjadi orang Indonesia pertama yang bertobat. la kemudian kembali ke Sumatra Utara, tanah Batak yang masih kanibal, sambil membawa pekabaran itu bagi sukunya.

Tips Cerita
Ceren melayani sebagai misionaris pada tahun 2016.1a sekarang menjadi mahasiswa teologi di Universitas Klabat dekat Manado, Indonesia.
Jangan mencoba di rumah untuk mengobati mata dengan air jeruk nipis.
Saksikan Ceren di tautan: bitty/ Ceren-Wuysan
Temukan foto-foto untuk kisah ini di tautan: bitly/fb-mq

Marius dan keluarganya meminta pertolongan. Mereka meminta obat dan doa.
Saya dan teman saya tidak tahu harus melakukan apa. Kami kembali ke rumah tempat kami menginap dan berdoa:"Tuhan, jika ini adalah jalan untuk memulai pekerjaan misi ini, tolong lakukan sebuah mukjizat."

Kami teringat akan kantung berisi jeruk nipis yang kami beli di bawah gunung. Kami bukan dokter, tetapi kami tahu bahwa jeruk nipis memiliki efek pengobatan. Maka kami membawa sebuah jeruk nipis ketika berkunjung ke rumah Marius keesokan harinya. 

Kami memotong jeruk nipis itu menjadi dua dan berdoa. Kemudian kami membubuhkan beberapa tetes air perasan jeruk nipis itu ke mata Marius. Lalu kami kembali berdoa.

Kami melakukan hal ini setiap pagi dan petang selama sepekan. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi, dan kami hampir menyerah. Tapi setelah minggu kedua, Marius memberitahukan kami bahwa ia dapat melihat cahaya untuk pertama kalinya dalam dua tahun ini. Kami pun bersemangat dan berdoa lebih giat lagi.

Satu bulan berlalu, dan pada suatu hari Marius mengatakan bahwa ia dapat melihat sedikit.

Pada hari yang sama, kami kehabisan jeruk nipis. Kami tidak memberitahu Marius bahwa kami tidak memiliki jeruk nipis lagi. Kami hanya memberitahunya:"Mulai sekarang, kita akan melakukan terapi yang baru. Kita hanya berdoa saja."

Beberapa minggu kemudian, kami tiba di sana menyaksikan Marius berjalan-jalan di dekat rumahnya. la berjalan berkeliling dengan bebas. la sudah bisa melihat! Marius memberitahukan kami bahwa penglihatannya belum sempurna, tapi dia sudah mampu melihat untuk dapat menjalani hidup normal.

Marius sangat bersukacita, dan ia memberitahukan hal ini kepada penduduk kampung yang lain bahwa Yesus telah mengembalikan penglihatannya dengan mengalahkan roh-roh jahat.

Hal ini membuka pintu bagi kami untuk mengabarkan Injil. Berita tentang mukjizat itu menyebar di pegunungan itu, dan orang mulai meminta kami untuk didoakan dan diobati. Mereka bersikeras untuk memanggil kami"pendeta"dan "dokter,"meskipun kami bukanlah pendeta atau pun dokter. Mereka ingin belajar Alkitab. Ini adalah sebuah jawaban doa.Tujuh orang dibaptis.

Terima kasih untuk persembahan misi Anda yang membantu penyebaran Injil ke sudut-sudut terpencil di dunia, bahkan ke atas sebuah gunung di Indonesia. 

Oleh: Ceren Wuysan, seperti diceritakan kepada Andrew Mc Chesney