Pasal
10
SUARA
DI PADANG BELANTARA
DARI
antara orang‑orang yang setia di kalangan orang Israel, yang telah lama
menantikan kedatangan Mesias, bangkitlah bentara Kristus. Imam Zakharia yang
sudah tua dan istrinya Elisabet adalah "keduanya . . . orang benar kepada
Allah;" dan dalam hidup mereka yang tenang dan suci cahaya iman bersinar
seperti sebuah bintang dalam kegelapan hari‑hari yang penuh kejahatan itu.
Kepada suami istri yang beribadat ini telah dijanjikan seorang anak laki‑laki,
yang akan "berjalan dulu di hadapan Tuhan, akan menyediakan jalan‑Nya."
Zakharia
tinggal "dalam segala pegunungan Yudea," tetapi ia telah pergi ke
Yerusalem untuk bekerja seminggu lamanya dalam bait suci, suatu kewajiban yang
dituntut dua kali setahun dari imam‑imam menurut gilirannya. "Maka pada
sekali peristiwa, sementara ia mengerjakan pekerjaan imamat di hadapan Allah
dalam gilir peraturan harinya, sesuai adat jabatan imam, maka dengan dibuang
undi kenalah ia pekerjaan masuk ke dalam rumah Tuhan akan membakar persembahan
dupa."
Ia
sedang berdiri di muka mezbah keemasan di dalam bilik yang suci di bait suci.
Asap dupa bersama doa bangsa Israel sedang naik di hadirat Allah. Tiba‑tiba
sadarlah ia akan hadirat Ilahi. Seorang malaikat Tuhan "berdiri di sebelah
kanan meja persembahan dupa itu." Tempat malaikat berdiri itu mengalamatkan
bahwa ia membawa kabar baik, tetapi Zakharia tiada menghiraukan hal ini.
Bertahun‑tahun lamanya ia telah mendoakan kedatangan Penebus; kini surga
mengutus pesuruhnya untuk memberitahukan bahwa doa itu sudah hampir dijawab;
tetapi kemurahan Allah tampaknya terlalu besar baginya untuk dipercayai. Ia
dipenuhi dengan ketakutan dan penyesalan diri.
Tetapi
ia disapa dengan jaminan yang menggembirakan hati: "Jangan takut, hai
Zakharia, karena permintaan doamu telah diluluskan; bahwa istrimu Elisabet akan
beranak bagimu laki‑laki seorang, maka hendaklah engkau menamai dia Yohanes.
Maka engkau akan mendapat kesukaan dan suka‑cita dan banyak orang bergemar
hatinya kelak akan jadinya. Karena ia pun akan besar di hadapan Tuhan, dan
tidak ia akan minum air anggur atau minuman pedas, dan ia pun akan dipenuhi
dengan Roh Kudus.... Dan banyaklah bangsa Israel akan dibalikkannya kepada
Tuhan Allahnya. Maka ia pun akan berjalan di hadapan‑Nya dengan roh dan kuasa
Elia, akan membalikkan hati segala bapa kepada anak‑anaknya dan yang durhaka
dibalikkannya kepada kebijaksanaan orang yang benar, akan melengkapkan bagi
Tuhan suatu bangsa yang siap benar. Maka kata Zakharia kepada malaikat itu:
Bagaimana aku akan mengetahui ketentuannya, karena sudah tua aku dan istriku
pun telah lalu sangat umurnya."
Zakharia
tahu betul bagaimana kepada Abraham di masa tuanya telah dikaruniakan seorang
anak sebab ia percaya bahwa Ia yang telah berjanji itu setiawan adanya. Tetapi
seketika lamanya imam yang sudah tua itu mengalihkan pikirannya ke arah
kelemahan kemanusiaan. Ia lupa bahwa apa yang telah dijanjikan Allah, Ia
sanggup melaksanakannya. Alangkah besarnya perbedaan antara sifat kurang
percaya ini dengan percaya Maria yang segar dan jujur, gadis Nazaret itu, yang
jawabnya terhadap pemberitahuan ajaib dari malaikat itu ialah,
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu." Lukas 1:38.
Lahirnya
seorang anak bagi Zakharia, seperti lahirnya anak Abraham, dan anak Maria,
haruslah mengajarkan suatu kebenaran rohani yang besar, suatu kebenaran yang
tidak gampang kita pelajari dan lekas melupakannya. Dalam diri kita sendiri,
kita tidak sanggup berbuat sesuatu perkara yang baik; tetapi apa yang tidak
dapat kita perbuat, akan diadakan oleh kuasa Allah dalam tiap‑tiap jiwa yang
menyerah dan percaya. Oleh percayalah anak perjanjian dikaruniakan. Oleh
percayalah pula hidup kerohanian dilahirkan dan kita disanggupkan untuk
melakukan pekerjaan kebenaran.
Untuk
menjawab pertanyaan Zakharia, malaikat itu berkata, "Bahwa aku ini
Gabriel, yang berdiri di hadapan hadirat Allah, maka aku pun disuruhkan berkata‑kata
dengan dikau, dan menyampaikan segala perkataan ini kepadamu." Lima ratus
tahun sebelumnya, Gabriel sudah memberi tahu kepada nabi Daniel masa nubuatan
yang berlangsung hingga kedatangan Kristus. Pengetahuan bahwa akhir masa ini
sudah dekat, telah menggerakkan Zakharia untuk mendoakan kedatangan Mesias itu.
Kini justru utusan yang telah menyampaikan nubuatan itu, sudah datang untuk
mengumumkan kegenapannya.
Perkataan
malaikat itu, "Bahwa aku ini Gabriel, yang berdiri di hadapan hadirat
Allah," menunjukkan bahwa ia menduduki suatu pangkat yang amat terhormat
di istana surga. Ketika ia datang dulu membawa kabar kepada Daniel, ia berkata,
"Tidak ada satu pun yang berdiri di pihakku dengan tetap hati melawan
mereka, kecuali Mikhael (Kristus), pemimpinmu itu." Daniel 10:21. Tentang
Gabriel, Juruselamat berfirman dalam Wahyu, bahwa "disuruhkan‑Nya malaikat‑Nya
menyatakan dia kepada Yohanes, hamba‑Nya." Wahyu 1:11. Dan kepada Yohanes
malaikat itu menandaskan, "Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan
saudara‑saudaramu, para nabi." Why. 22:9. Pikiran yang sungguh mengagumkan
bahwa malaikat yang kedua dari Anak Allah dalam kemuliaan, ialah yang dipilih
untuk memaparkan maksud‑maksud Allah kepada manusia yang berdosa.
Zakharia
telah menyatakan kebimbangan akan perkataan malaikat itu. Ia terpaksa tidak
boleh berbicara lagi hingga perkataan itu digenapi. "Bahwasanya,"
kata malaikat itu, "engkau akan menjadi kelu, . . . sampai kepada hari
segala perkara ini telah jadi, maka yaitu sebab tidak engkau percaya akan
perkataanku, yang akan disampaikan pada masanya." Adalah kewajiban imam
dalam upacara ini untuk melayangkan doa keampunan dosa orang banyak dan bangsa
itu serta kedatangan Mesias; tetapi ketika Zakharia mencoba hendak melakukan
ini, sepatah kata pun tidak dapat diucapkannya.
Setelah
keluar hendak mendoakan orang banyak, "dilambai‑lambainya mereka itu dan
tinggal kelu juga." Mereka sudah menunggu lama, dan sudah mulai merasa
agak khawatir, jangan‑jangan ia sudah dibinasakan oleh hukuman Allah. Tetapi
ketika ia keluar dari bilik yang suci, wajahnya bersinar‑sinar dengan kemuliaan
Allah, "maka pada perasaan mereka itu telah dilihatnya suatu khayal dalam
rumah Allah." Zakharia memberitahukan kepada mereka dengan isyarat apa
yang telah dilihat dan didengarnya; dan "setelah sudah genap hari
pekerjaannya, pulanglah ia ke rumahnya."
Tidak
lama setelah anak yang dijanjikan itu lahir terurailah lidah bapa itu,
"lalu berkata‑kata ia sambil memuji Allah. Maka datanglah ketakutan atas
segala orang yang diam keliling mereka itu, dan banyaklah perkataan orang akan
segala perkara ini dalam segala pegunungan Yudea. Maka segala orang yang
mendengar perkara‑perkara itu diperhatikannya, katanya: Apa gerangan jemaah
akan menjadi kanak‑kanak ini?" Semuanya ini mengandung maksud untuk
menaruh perhatian kepada kedatangan Mesias, yang untuk itu Yohanes harus
menyediakan jalan.
Roh
Suci hinggap atas Zakharia, dan dalam ucapan yang indah ini ia bernubuat
tentang tugas anaknya: "Maka adapun engkau, hai anakku, bahwa engkau akan
dipanggil seorang nabi Allah Yang Mahatinggi,
Karena
engkau pun akan berjalan dulu di hadapan Tuhan, akan menyediakan jalan‑Nya,
Akan
memberi kepada umat‑Nya pengetahuan akan hal selamat dalam keampunan dosanya,
Oleh
sebab gerakan hati rahmat Allah kita;
Maka
sebab itu pun fajar dari ketinggian telah mendapatkan kita,.
Akan
menjadi nyata kepada mereka itu, yang duduk dalam gelap dan dalam bayang‑bayang
maut,
Dan
akan membetulkan kaki kita pada jalan selamat."
"Adapun
anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun
sampai kepada hari ia harus menampakkan dirinya kepada Israel." Sebelum
Yohanes lahir, malaikat telah berkata, "Ia pun akan besar di hadapan
Tuhan, dan tidak ia akan minum air anggur atau minuman keras, dan ia pun akan
dipenuhi dengan Roh Kudus." Allah telah memanggil anak Zakharia itu untuk
melakukan pekerjaan yang besar, yang terbesar pernah diamanatkan kepada
manusia. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan ini, ia mesti bekerja bersama‑sama
dengan Tuhan. Maka Roh Allah akan menyertai dia kalau ia memperhatikan petunjuk
malaikat itu.
Yohanes
harus keluar sebagai utusan Yehova, untuk membawa terang Allah kepada manusia.
Ia wajib memberikan suatu tujuan yang baru bagi pikiran mereka. Ia wajib
menekankan ke dalam pikiran mereka kesucian tuntutan‑tuntutan Allah, dan
keperluan mereka akan kebenaran‑Nya yang sempurna itu. Seorang utusan semacam
itu wajiblah suci. Wajiblah ia merupakan suatu bait suci untuk tempat kediaman
Roh Allah. Untuk dapat menjalankan tugasnya itu, wajiblah ia memiliki badan
yang sehat dan tenaga pikiran serta rohani yang kuat. Itulah sebabnya itu
perlulah baginya mengendalikan selera dan nafsunya. Ia mesti sanggup mengendalikan
segala kuasanya demikian rupa hingga ia dapat berdiri di antara manusia dengan
tidak tergoncang oleh keadaan di sekelilingnya seperti bukit‑bukit batu dan
gunung‑gunung di padang belantara.
Pada
zaman Yohanes Pembaptis, keserakahan akan kekayaan, dan cinta akan kemewahan
dan pertunjukan sudah merajalela. Kepelesiran cabul, pesta‑pesta dan minum‑minum,
sedang menimbulkan penyakit‑penyakit badani serta kemerosotan, menumpulkan
pengertian rohani, dan mengurangi daya rasa akan dosa. Yohanes harus berdiri sebagai seorang pembaru. Oleh
hidupnya yang bertarak dan pakaiannya yang sederhana ia harus mengecam segala
keterlaluan yang terjadi pada zamannya. Itulah sebabnya petunjuk‑petunjuk
diberikan kepada orang tua Yohanes, sebuah pelajaran pertarakan oleh seorang
malaikat dari singgasana surga.
Pada
masa kanak‑kanak dan masa mudalah tabiat paling mudah mendapat kesan. Kuasa
mengendalikan diri sendiri seharusnya dimiliki pada waktu itu. Di sekitar
perapian dan di meja makan keluarga, pengaruh‑pengaruh diberikan, yang hasilnya
akan tahan selama‑lamanya bagaikan zaman yang kekal. Lebih daripada bakat yang
mereka miliki, segala kebiasaan pada masa kanak‑kanak menentukan apakah
seseorang akan menang atau kalah dalam peperangan kehidupan. Masa mudalah masa
menabur. Masa ini menentukan jenis panen bagi kehidupan ini dan bagi kehidupan
yang akan datang.
Sebagai
seorang nabi, Yohanes harus "membalikkan hati segala bapa kepada anak‑anaknya
dan yang durhaka dibalikkannya kepada kebijaksanaan orang yang benar, akan
melengkapkan bagi Tuhan suatu bangsa yang siap benar." Dalam mempersiapkan
jalan bagi kedatangan Kristus yang pertama kalinya ia mengibaratkan orang‑orang
yang akan mempersiapkan suatu umat bagi kedatangan Tuhan kita yang kedua
kalinya. Dunia sudah terjerumus ke dalam jurang pemanjaan diri. Kesalahan dan
cerita dongeng berlimpah‑limpah. Jerat‑jerat Setan guna memusnahkan jiwa‑jiwa
dilipatgandakan. Semua orang yang mau menyempurnakan kesucian dalam takut akan
Allah, wajib memahami pelajaran pertarakan dan pengendalian diri. Selera dan
segala nafsu wajib ditundukkan ke bawah kuasa pikiran yang lebih tinggi.
Pengendalian diri ini sangat penting bagi tenaga pikiran dan pengertian rohani,
yang akan menyanggupkan kita untuk mengerti dan untuk mempraktikkan kebenaran‑kebenaran
firman Allah yang suci. Oleh sebab ini pertarakan mendapat tempatnya dalam
pekerjaan persiapan untuk kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Menurut
keadaan yang sewajarnya, anak Zakharia itu harus dididik guna keimamatan. Akan
tetapi pendidikan di sekolah rabi‑rabi pasti akan menjadikan dia tidak cocok
untuk pekerjaannya. Allah tidak menyuruh dia pergi kepada guru‑guru agama untuk
belajar bagaimana menafsirkan Alkitab. Dipanggil‑Nya dia ke padang belantara,
supaya ia dapat belajar dari alam kejadian dan Allah alam kejadian itu.
Di
suatu daerah yang sunyilah ia tinggal, di antara bukit‑bukit yang tandus,
jurang‑jurang yang dalam, dan gua‑gua batu. Tetapi kemauannya sendirilah
meninggalkan segala ' kesenangan dan kemewahan hidup demi disiplin yang keras
di padang belantara. Di sana keadaan di sekelilingnya cocok bagi kebiasaan‑kebiasaan
kesederhanaan dan penyangkalan diri. Dalam keadaan tidak terganggu oleh
keramaian dunia, dapatlah ia mempelajari pelajaran‑pelajaran dari alam
kejadian, dan wahyu dan dari Allah. Perkataan malaikat yang kepada Zakharia itu
telah acapkali diulangi kepada Yohanes oleh ayah bundanya yang beribadat itu.
Sejak kecil tugasnya itu telah dinyatakan kepadanya, dan ia telah menerima
kewajiban yang kudus itu. Baginya kesunyian padang belantara itu merupakan
suatu tempat menjauhkan diri dan masyarakat di mana kecurigaan, sikap kurang
percaya, dan percabulan sudah hampir merata. Ia tidak percaya pada kuasanya
sendiri untuk melawan pencobaan, dan menjauhkan diri dari hubungan yang tetap
dengan dosa, agar jangan ia kehilangan rasa akan kedahsyatan dosa itu.
Karena
telah diserahkan kepada Allah sebagai seorang Nazir Allah sejak lahir, ia
sendiri menunaikan nazar itu dalam penyerahan seumur hidup. Pakaiannya adalah
seperti pakaian nabi‑nabi purba kala, pakaian yang diperbuat daripada bulu
unta, diikat dengan sebuah ikat pinggang kulit. Ia makan "belalang dan air
madu hutan" yang terdapat di padang belantara itu, dan minum air jernih
yang datang dari bukit‑bukit.
Tetapi
kehidupan Yohanes tidaklah dihabiskannya untuk bermalas‑malas, untuk semata‑mata
bertekun dengan muka muram, atau mengasingkan diri untuk kepentingan diri
sendiri. Kadang‑kadang ia pergi bercampur gaul dengan orang banyak; dan ia
selamanya merupakan seorang peninjau yang menujukan perhatian besar terhadap
apa yang terjadi di dunia. Dari tempat kediamannya yang sunyi itu ia mengamat‑amati
perkembangan peristiwa. Dengan penglihatan yang diterangi oleh Roh Ilahi
dipelajarinya tabiat‑tabiat manusia, supaya ia tahu bagaimana cara mencapai
hati mereka dengan pekabaran dari surga. Beban tugasnya dipikulnya. Dalam
kesunyian oleh renungan dan doa, ia berusaha memperkuat jiwanya guna pekerjaan
hidup yang ada di hadapannya.
Sungguh
pun di padang belantara, tidaklah ia bebas dari penggodaan. Sedapat‑dapatnya ia
menutup setiap jalan yang dapat dimasuki oleh Setan namun ia masih juga
diserang oleh penggoda itu. Tetapi pandangan rohaninya terang; ia telah
mengembangkan tenaga dan keputusan tabiat, maka dengan pertolongan Roh Kudus ia
sanggup mengenal bujukan Setan, dan melawan kuasanya.
Yohanes
mendapat sekolah dan tempat pemukiman di padang belantara. Sebagaimana halnya
dengan Musa dulu kala di antara pegunungan Midian, Ia dikelilingi oleh hadirat
Allah, serta dikelilingi dengan tanda‑tanda kuasa‑Nya. Bukanlah nasibnya untuk
tinggal, sebagaimana halnya dengan pemimpin besar Israel itu dulu kala, di
tengah‑tengah kesunyian pegunungan yang hebat dan mulia; tetapi di hadapannya
adalah gunung‑gunung Moab, di seberang Yordan, yang berbicara tentang Dia yang
telah mendirikan gunung‑gunung itu, serta melengkapinya dengan kekuatan.
Pemandangan alam yang suram dan ngeri di tempat kediamannya di padang belantara
itu dengan jelas melukiskan keadaan Israel. Kebun anggur Tuhan yang subur itu
sudah menjadi padang belantara yang sunyi. Tetapi di atas padang belantara itu
langit melengkung terang dan indah. Awan‑awan yang berkumpul, gelap dengan
badai, dilengkungi dengan pelangi perjanjian. Demikianlah di atas kehinaan
Israel bersinarlah kemuliaan kerajaan Mesias yang telah dijanjikan itu. Awan
murka dilingkungi pelangi perjanjian kemurahan‑Nya.
Seorang
diri pada waktu malam yang sunyi ia membaca janji Allah kepada Abraham tentang
benih yang tidak terhitung seperti bintang‑bintang banyaknya. Cahaya fajar,
yang menyepuh pegunungan Moab, bercerita tentang Dia yang akan menjadi seperti
"fajar di waktu pagi, pagi yang tidak berawan." 2 Samuel 23:4. Dan
dalam kegemilangan siang hari dilihatnya kemegahan kenyataan‑Nya, manakala
"kemuliaan Tuhan akan dinyatakan, dan seluruh umat manusia akan melihatnya
bersama‑sama." Yesaya 40:5.
dengan
roh yang segan namun penuh sukacita ia memeriksa dalam gulungan‑gulungan surat
nubuatan segala kenyataan tentang kedatangan Mesias, benih perjanjian yang akan
meremukkan kepala ular itu; Silo, "pemberi damai itu," yang akan
menampakkan diri sebelum seorang raja berhenti berkerajaan di atas takhta Daud.
Kini waktunya sudah tiba. Seorang pemerintah bangsa Romawi bersemayam dalam
istana di atas Bukit Sion. Oleh firman Tuhan yang tentu, Kristus itu pun sudah
lahir.
Gambaran
Yesaya yang indah tentang kemuliaan Mesias menjadi pelajarannya siang dan
malam, Pucuk dari akar Isai; seorang Raja yang akan memerintah dalam kebenaran,
"menghakimi orang‑orang lemah dengan keadilan;" "perteduhan
terhadap angin dan tempat perlindungan terhadap angin ribut . . . naungan batu
yang besar, di tanah yang tandus;" Israel tiada lagi akan disebut
"yang ditinggalkan suami," atau pun tanahnya "yang sunyi,"
melainkan akan disebut oleh Tuhan, "yang berkenan kepada‑Ku," dan
tanahnya "bersuami." Yesaya 11:4; 32:2; 62:4. Hati orang buangan yang
kesunyian itu dipenuhi dengan penglihatan orang buangan yang mulia.
Ia
memandang kepada Raja itu dalam kemuliaan‑Nya, lalu diri pun dilupakan. Ia
melihat kemuliaan kesucian, lalu merasa dirinya tidak cakap dan tidak layak. Ia
sudah sedia untuk pergi sebagai utusan surga, tiada gentar oleh kemanusiaan,
sebab ia telah memandang kepada Ilahi. Ia dapat berdiri tegak dan berani di
hadapan raja‑raja duniawi, sebab ia sudah sujud di hadapan Raja segala raja.
Yohanes
belum mengerti betul sifat kerajaan Mesias itu. Ia mengharap bahwa Israel akan
dilepaskan dari musuh‑musuh bangsanya; tetapi kedatangan seorang Raja dalam
kebenaran, dan penetapan Israel sebagai suatu bangsa yang suci, merupakan
tujuan harapannya yang besar itu. Demikianlah ia percaya akan digenapkannya
nubuatan yang diberikan pada waktu ia lahir,
"Diingat‑Nya
akan perjanjian‑Nya yang suci itu; . . .
Setelah
sudah terlepas daripada segala musuh kita
Bolehlah
kita beribadat kepada‑Nya dengan tiada takut
dengan
kesucian dan kebenaran di hadapan‑Nya seumur hidup kita."
Ia
melihat bangsanya tertipu, merasa puas akan diri sendiri, dan tidur dalam dosa‑dosanya.
Ia ingin hendak membangunkan mereka kepada cara hidup yang lebih suci. Kabar
yang telah diberikan Allah kepadanya supaya disiarkan, dimaksudkan untuk
mengejutkan mereka dari kelalaiannya dan membuat mereka gemar karena kejahatannya
yang besar itu. Sebelum benih Injil dapat ditanamkan, tanah hati itu mesti
dihancurkan. Sebelum mereka mencari kesembuhan dari Yesus mereka wajib
disadarkan lebih dulu akan bahaya mereka dari luka‑luka dosa.
Allah
tidak mengutus pesuruh untuk memuji‑muji orang berdosa. Ia tidak memberikan
kabar damai, untuk membuai orang‑orang yang belum disucikan ke dalam keamanan
maut, Ia meletakkan beban berat di atas angan‑angan hati orang yang bersalah,
serta menusuk jiwa dengan anak panah keyakinan. Malaikat‑malaikat yang melayani
menghadapkan kepadanya hukuman Allah yang mengerikan untuk memperdalam rasa
keperluan, serta mendorong orang itu berseru "Apakah yang patut saya
perbuat, supaya saya mendapat selamat?" Kemudian tangan yang telah
merendahkan ke dalam debu itu mengangkat orang yang bertobat itu. Suara yang
telah menempelak dosa, dan mendatangkan malu kepada kecongkakan dan sifat suka
mencari nama, bertanya dengan belas kasihan yang selembut‑lembutnya,
"Apakah kau kehendaki Kuperbuat padamu?"
Ketika
pekerjaan Yohanes mulai, bangsa itu tengah berada dalam keadaan gelisah dan
rasa tidak puas, di pinggir api revolusi. Setelah Arkhelaus dipecat, Yudea
telah ditaruh langsung di bawah kekuasaan Roma. Kelaliman dan pemerasan yang
dilakukan oleh gubernur‑gubernur Romawi, dan usaha mereka yang kuat dan tetap
hendak memasukkan segala lambang dan kebiasaan kafir, mengobarkan api
pemberontakan, yang telah dipadamkan dalam darah beribu‑ribu pahlawan Israel.
Semuanya ini mempertebal kebencian nasional terhadap Roma, serta menambahkan
kerinduan hendak dibebaskan dari kuasanya.
Di
tengah pertikaian dan pergolakan itu, suatu suara terdengar dari padang
belantara, suatu suara yang mengagetkan dan keras, namun penuh harapan:
"Bertobatlah, karena kerajaan surga sudah hampir." Dengan suatu kuasa
yang baru dan asing digerakkannya hati bangsa itu. Nabi‑nabi telah menubuatkan
kedatangan Kristus sebagai suatu peristiwa yang masih jauh di masa depan;
tetapi di sinilah suatu pengumuman yang mengatakan bahwa kedatangan itu sudah
dekat. Munculnya Yohanes secara istimewa itu membawa pikiran para pendengarnya
kembali kepada penilik‑penilik purbakala. Dalam cara‑cara serta pakaiannya ia
menyerupai nabi Elia. Dengan roh dan kuasa Elia ditegurnya kebejatan bangsa itu
dan ditempelaknya dosa‑dosa yang telah merajalela. Perkataannya tegas, tajam,
dan meyakinkan. Banyak orang percaya bahwa ialah seorang daripada nabi‑nabi
yang bangkit dari antara orang mati. Seluruh bangsa itu tergerak hati. Berduyun‑duyun
orang pergi ke padang belantara.
Yohanes
memaklumkan kedatangan Mesias, serta mengajak bangsa Itu kepada pertobatan.
Sebagai lambang penyucian dari dosa, dibaptiskannya mereka itu di sungai
Yordan. Demikianlah dengan suatu pelajaran penting yang mengandung arti
dinyatakannya bahwa orang‑orang yang mengaku dirinya umat pilihan Allah itu
sudah dinajiskan oleh dosa, dan bahwa dengan tiada penyucian hati dan hidup,
mereka itu tidak dapat beroleh bagian dalam kerajaan Mesias itu.
Penghulu‑penghulu
dan rabi‑rabi, serdadu‑serdadu, para pemungut cukai, dan para petani datang
untuk mendengar nabi itu. Seketika lamanya amaran yang tekun yang datang dari
Allah itu mengejutkan hati mereka. Banyak yang bertobat dan menerima baptisan.
Orang dari segala lapisan masyarakat menyerahkan diri kepada tuntutan Pembaptis
itu, supaya boleh mendapat bagian dalam kerajaan yang diumumkannya itu.
Banyak
dari antara katib‑katib dan orang Farisi datang mengakui dosa mereka dan
meminta baptisan. Mereka telah meninggikan diri sendiri sebagai orang yang
lebih baik daripada orang lain, dan telah menuntun orang banyak untuk memandang
tinggi kesalahan mereka; sekarang segala rahasia hidup mereka yang bersalah itu
tersingkap. Tetapi Yohanes diberi tahu oleh Roh Suci bahwa banyak dari orang‑orang
ini tidak menaruh keyakinan yang sungguh akan dosa. Mereka adalah pengikut
aliran masa. Sebagai sahabat nabi itu mereka berharap akan mendapat kebaikan
dari Raja yang akan datang itu. Maka oleh menerima baptisan dari tangan guru
muda yang termasyhur ini, mereka bermaksud hendak memperkuat pengaruh mereka
dalam masyarakat.
Yohanes
menghadapi mereka dengan pertanyaan yang tajam ini, "Hai kamu keturunan
ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka
yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah‑buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan
janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata
kepadamu: Allah dapat menjadikan anak‑anak bagi Abraham dari batu‑batu ini!”
Orang Yahudi telah salah menafsirkan janji Allah tentang kebaikan yang kekal
bagi Israel: "Beginilah firman Tuhan, yang memberi matahari untuk
menerangi siang, yang menetapkan bulan dan bintang‑bintang untuk menerangi
malam, yang mengharu-biru laut, sehingga gelombang‑gelombangnya ribut,‑‑Tuhan
semesta alam nama‑Nya: 'Sesungguhnya, seperti ketetapan‑ketetapan ini tidak
akan beralih dari hadapan‑Ku, demikianlah firman Tuhan, demikianlah keturunan
Israel juga tidak akan berhenti menjadi bangsa di hadapan‑Ku untuk sepanjang
waktu. Beginilah firman Tuhan: Sesungguhnya, seperti langit di atas tidak
terukur dan dasar‑dasar bumi di bawah tidak terselidiki, demikianlah juga Aku
tidak akan menolak segala keturunan Israel, karena segala apa yang dilakukan
mereka, demikianlah firman Tuhan." Yeremia 31:35‑37. Orang Yahudi mengira
bahwa karena mereka keturunan Abraham mereka berhak atas janji ini. Tetapi
mereka mengabaikan syarat‑syarat yang telah ditentukan Allah. Sebelum
memberikan janji itu, Ia telah berfirman, "Aku akan menaruh Taurat‑Ku
dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi
Allah mereka dan mereka akan menjadi umat‑Ku . . . sebab Aku akan mengampuni
kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." Yeremia 31:33,34.
Kepada
suatu bangsa yang dalam hatinya hukum‑Nya tertulis, kebaikan Allah dipastikan.
Mereka satu dengan Dia. Tetapi orang Yahudi telah memisahkan diri dari Allah.
Karena dosa mereka menderita di bawah hukum‑Nya. Inilah yang menyebabkan
perhambaan mereka kepada bangsa kafir. Pikiran mereka sudah digelapkan oleh
pelanggaran, dan sebab pada waktu yang lalu Tuhan memberikan kepada mereka
kebaikan yang begitu besar, mereka berdalih akan segala dosa mereka. Mereka
memuji‑muji diri dengan mengatakan bahwa mereka lebih baik daripada orang lain,
dan berhak mendapat berkat‑berkat‑Nya.
Hal
ini "dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu,
di mana zaman akhir telah tiba." 1 Kor. 10:11. Betapa sering kita salah
menafsirkan berkat‑berkat Allah, serta memuji diri kita sendiri bahwa kita
beroleh kasih karena sesuatu kebaikan yang ada dalam diri kita. Allah tidak
dapat melakukan bagi kita apa yang ingin dilakukan. Segala karunia‑Nya
digunakan untuk memperbesar kepuasan diri kita sendiri serta untuk mengeraskan
hati kita dalam keadaan kurang percaya dan dosa.
Yohanes
menandaskan kepada guru‑guru Israel itu bahwa kecongkakan hati, sifat
mementingkan diri, serta kebengisan mereka itu menunjukkan bahwa mereka adalah
keturunan ular beludak, suatu kutuk yang sungguh amat berbahaya bagi orang
banyak, dan bukan anak‑anak Abraham yang adil dan penurut itu. Mengingat terang
yang telah mereka terima dari Allah, mereka bahkan lebih jahat lagi daripada
orang kafir, terhadap siapa mereka merasa diri sendiri jauh lebih tinggi.
Mereka sudah melupakan batu yang dari padanya mereka telah dipahat, dan lubang
yang dari dalamnya mereka telah digali. Allah tidak bergantung pada mereka
untuk melaksanakan maksud‑Nya. Sebagaimana Ia telah memanggil Abraham keluar
dari suatu bangsa kafir, demikian pula la dapat memanggil orang lain ke dalam
pekerjaan‑Nya. Hati mereka mungkin tampak tidak bernyawa sekarang ini sama
seperti batu‑batu di padang belantara, tetapi Roh‑Nya dapat menghidupkan mereka
untuk melakukan kehendak‑Nya, serta menerima kegenapan janji‑Nya.
"Dan
lagi," kata nabi itu, "kapak pun tersedia pada pangkal pohon; sebab
itu tiap‑tiap pohon yang tak baik buahnya, yaitu akan ditebang dan dibuang ke
dalam api." Bukannya oleh namanya, melainkan oleh buahnya nilai sesuatu
pohon ditentukan. Kalau buahnya tidak berguna, maka namanya tidak dapat
menyelamatkan pohon itu dari kebinasaan. Yohanes menegaskan kepada orang Yahudi
bahwa kedudukan mereka di hadapan Allah harus ditentukan oleh tabiat serta
kehidupan mereka. Pengakuan tidak berguna. Kalau kehidupan dan tabiat mereka
tidak sesuai dengan hukum Allah, mereka itu bukanlah umat‑Nya.
Akibat
perkataannya yang menusuk hati itu, para pendengarnya diyakinkan. Mereka datang
kepadanya dengan pertanyaan, "Kalau begitu, apakah yang patut kami
perbuat?" Jawabnya, "Adapun orang yang padanya ada baju dua helai,
hendaklah dibagikannya kepada orang yang tidak punya, dan orang yang berbekal
pun hendaklah berbuat demikian." Dan diberinya amaran kepada para pemungut
cukai supaya jangan berlaku curang, dan kepada serdadu‑serdadu supaya jangan
melakukan kekerasan.
Semua
orang yang menjadi rakyat kerajaan Kristus katanya, akan membuktikan adanya
iman dan pertobatan. Kebaikan hati, kejujuran dan kesetiaan akan nampak dalam
kehidupan mereka. Mereka akan menolong fakir‑miskin, dan membawa persembahan
mereka kepada Allah. Mereka akan melindungi orang yang tidak menaruh
perlindungan, serta memberikan teladan kebajikan dan belas‑kasihan. Demikianlah
para pengikut Kristus akan memberikan bukti akan kuasa Roh Suci yang
mengubahkan itu. Dalam kehidupan sehari‑hari, keadilan, kemurahan, dan kasih
Allah, akan kelihatan. Jika tidak demikian maka adalah mereka seperti sekam,
yang dicampakkan ke dalam api.
"Aku
membaptiskan kamu dengan air," kata Yohanes; "tetapi Ia yang datang
kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan
kasut‑Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api."
Matius 3:11. Nabi Yesaya telah menandaskan bahwa Tuhan akan membersihkan umat‑Nya
dari segala kejahatan mereka "dengan roh yang mengadili dan yang
membakar." Firman Tuhan kepada Israel ialah, "Aku akan bertindak
terhadap engkau: Aku akan memurnikan perakmu dengan garam soda, dan akan
menyingkirkan segala timah dari padanya." Yes. 4:4; 1:25. Bagi Dosa, di
mana saja pun terdapat, "Allah kita adalah api yang menghanguskan."
Ibrani 12:29. Dalam diri segala orang yang menyerah kepada kuasa‑Nya, Roh Allah
akan menghanguskan dosa. Tetapi kalau orang berpegang teguh kepada dosa, mereka
itu menjadi satu dengan dosa. Maka kemuliaan Allah, yang membinasakan dosa itu,
mesti membinasakan mereka. Yakub, sesudah malam pergumulannya dengan seorang
malaikat berkata, "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku
tertolong!" Kejadian 32:30. Yakub telah melakukan suatu dosa yang besar
dalam perlakuannya terhadap Esau; tetapi ia sudah bertobat. Pelanggarannya
sudah diampuni, dan dosanya dibasuh; oleh sebab itu ia pun sanggup melihat
kenyataan hadirat Allah. Tetapi di mana saja manusia datang menghadap Allah
sementara dengan sengaja menyimpan kejahatan, mereka itu dibinasakan. Pada
kedatangan Kristus yang kedua kalinya kelak orang‑orang jahat akan dihanguskan
"dengan napas mulut‑Nya," serta "memusnahkannya, kalau Ia datang
kembali." 2 Tes. 2:8. Cahaya saleh akan membunuh orang jahat.
Pada
zaman Yohanes Pembaptis, Kristus sudah hampir kelihatan sebagai seorang yang
menyatakan tabiat Allah. Hadirat‑Nya sendiri akan menyatakan kepada manusia
dosa mereka. Hanya bila mereka itu mau dibasuh dari dosa, dapatlah mereka masuk
ke dalam persekutuan dengan Dia. Hanya orang yang suci hatinya dapat tinggal di
hadirat‑Nya.
Demikianlah
Pembaptis itu menyatakan pekabaran Allah kepada Israel. Banyak yang
memperhatikan segala pengajarannya. Banyak yang mengorbankan segala sesuatu,
agar dapat menurut. Banyak sekali orang yang mengikuti guru baru ini dari satu
tempat ke tempat yang lain, dan tidak sedikit pula yang mengharap bahwa mungkin
dialah Mesias itu. Tetapi ketika Yohanes melihat orang banyak itu berpaling
kepadanya, dicarinyalah setiap kesempatan untuk mengarahkan iman mereka kepada
Dia yang akan datang itu.
_____________
(Pasal
ini didasarkan atas Lukas 1:5‑23, 57‑80; 3:1‑18; Matius 3:1‑12; Markus 1:1‑8.)
No comments:
Post a Comment