Ads Google

Tuesday, March 31, 2020

Pasal 11 YESUS DIBAPTISKAN


Pasal 11
YESUS DIBAPTISKAN 

KABAR tentang nabi padang belantara dan pengumumannya yang ajaib itu pun tersiarlah ke seluruh tanah Galilea. Kabar itu sampai kepada para petani yang diam di bukit yang terjauh sekali pun, dan kepada nelayan di pantai, dan di dalam kota yang tulus ikhlas inilah kabar itu mendapat sambutan yang sesungguhnya. Di Nazaret kabar itu tersiar juga di bengkel pertukangan kayu milik Yusuf, dan panggilan itu didengar oleh Yesus. Waktu‑Nya sudah tiba. Setelah meninggalkan pekerjaan‑Nya sehari‑hari, diucapkan‑Nyalah selamat tinggal kepada ibu‑Nya, dan mengikuti orang senegeri‑Nya yang sedang berduyun‑duyun menuju ke Yordan.
Yesus dan Yohanes Pembaptis bersaudara sepupu, serta bertalian rapat oleh keadaan kelahiran mereka; namun selama ini mereka tidak pernah berkenalan langsung satu sama lain. Yesus selama ini tinggal di Nazaret tanah Galilea; sedangkan Yohanes tinggal di padang belantara Yudea. Di tengah suasana tempat yang sangat berbeda, mereka itu telah hidup dalam kesunyian, dan tidak mempunyai perhubungan satu sama lain. Tuhan telah mengatur hal ini.
Tidak mungkin ada peluang bagi tuduhan bahwa mereka telah berkomplot untuk saling menyokong pengakuan masing‑masing.
Yohanes mengetahui segala peristiwa yang telah menandai kelahiran Yesus. Ia telah mendengar kabar tentang kunjungan ke Yerusalem pada waktu Ia masih kanak‑kanak, dan tentang apa yang telah terjadi di sekolah rabbi‑rabbi. Diketahuinya tentang kehidupan‑Nya yang tidak berdosa itu, serta percaya bahwa Ialah Mesias; tetapi tentang ini ia tidak mempunyai jaminan yang pasti. Kenyataan bahwa Yesus telah sekian tahun lamanya tinggal dalam kesunyian dan tidak memberikan tanda yang istimewa tentang pekerjaan‑Nya, menimbulkan rasa bimbang tentang apakah mungkin lalah Yang Dijanjikan itu. Namun Pembaptis itu menanti dengan percaya, yakin bahwa pada waktu yang ditentukan Allah sendiri segala sesuatu akan dijelaskan. Sudah dinyatakan kepadanya bahwa Mesias itu akan meminta baptisan daripadanya, dan bahwa tanda keilahian‑Nya pun akan diberikan pada waktu itu. Maka dengan demikian akan dapatlah ia memperkenalkan Dia kepada khalayak ramai.


Tatkala Yesus datang untuk dibaptiskan; Yohanes melihat dalam Dia suatu kemurnian tabiat yang sejak dahulu belum pernah dilihatnya dalam seorang manusia pun. Bahkan suasana hadirat‑Nya pun kudus serta mengilhamkan rasa segan. Di antara orang banyak yang telah berkumpul di sekelilingnya di Yarden, Yohanes telah mendengar banyak ceritera yang menyedihkan tentang kejahatan, dan telah bertemu dengan jiwa‑jiwa yang ditindas oleh beban dosa yang tidak terkira banyaknya; akan tetapi belum pernah ia bertemu dengan seseorang yang dari padanya keluar suatu pengaruh yang begitu Ilahi. Semuanya ini adalah sesuai dengan apa yang telah dinyatakan lebih dahulu kepada Yohanes mengenai Mesias itu. Namun ia segan meluluskan permohonan Yesus itu. Bagaimanakah ia, seorang berdosa, dapat membaptiskan Oknum Yang Tidak Berdosa itu? Dan mengapa Ia, yang tidak memerlukan pertobatan, harus mentaati suatu upacara agama yang merupakan pengakuan dosa yang harus dibasuhkan?
Ketika Yesus memohonkan baptisan itu, Yohanes menganjur surut sambil berseru, "Bahwa patut hamba ini Tuhan baptiskan, maka sekarang Tuhan datang mendapatkan hamba?" Dengan wewenang yang tegas namun lemah lembut, Yesus menjawab, "Sekarang biarkanlah, karena demikian patut pada kita menggenapi segala kebenaran." Lalu Yohanes menyerah dan menuntun Juruselamat itu ke dalam sungai Yarden, dan menyelamkan Dia di dalam air. "Sebentar itu juga naiklah la dari dalam air; maka sesungguhnya terbukalah langit bagi‑Nya, dilihat‑Nya Roh Allah turun seperti burung merpati datang atas‑Nya."
Yesus menerima baptisan bukannya sebagai pengakuan kesalahan atas perbuatan‑Nya sendiri. Ia menyamakan diri‑Nya dengan orang berdosa, mengambil langkah yang harus kita ambil, serta melakukan pekerjaan yang wajib kita lakukan. Kehidupan‑Nya yang penuh penderitaan dan penuh kesabaran sesudah Ia dibaptis adalah juga suatu teladan bagi kita.
Setelah keluar dari dalam air, Yesus tunduk melayangkan doa di pinggir sungai itu. Suatu masa baru dan penting sedang terbuka di hadapan‑Nya. Sekarang Ia sedang memasuki perjuangan hidup‑Nya dalam lingkungan yang lebih luas. Sungguh pun Ia Raja Assalam, kedatangan‑Nya wajiblah seperti penghunusan sebilah pedang. Kerajaan yang hendak didirikan‑Nya itu bertentangan dengan kerajaan yang dirindukan oleh bangsa Yahudi. Ia yang merupakan alasan segenap upacara serta peraturan keagamaan bangsa Israel itu, akan dipandang sebagai musuh dan pembinasanya. Ia yang telah mengumumkan hukum di Sinai dipersalahkan sebagai seorang pelanggar. Ia yang telah datang untuk menghancurkan kuasa setan, akan dituduh sebagai Baalzebul. Tiada seorang pun di dunia ini yang telah mengerti akan Dia, dan sepanjang masa kerja‑Nya itu Ia masih harus berjalan seorang diri. Selama hidup‑Nya ibu dan saudara‑saudara‑Nya tidak mengerti akan tugas‑Nya. Bahkan murid‑murid‑Nya sekali pun tidak mengerti akan Dia. Ia telah tinggal di dalam cahaya yang kekal, sebagai seorang yang satu dengan Allah, namun hidup‑Nya di dunia ini harus dilangsungkan‑Nya dalam kesunyian.


Sebagai seorang yang satu dengan kita, Ia harus menanggung beban kesalahan dan malapetaka kita. Ia yang tidak berdosa itu harus merasai malu dosa. Pencinta damai itu harus tinggal dengan pergumulan, kebenaran harus tinggal dengan kepalsuan, kesucian dengan kenajisan. Setiap dosa, setiap perselisihan, setiap nafsu yang menajiskan yang telah dibawa oleh pelanggaran, merupakan siksaan bagi jiwa‑Nya.
Ia harus menempuh jalan itu sendirian; Ia harus memikul beban itu sendirian. Di atas Dia yang telah meletakkan kemuliaan‑Nya, serta menerima kelemahan kemanusiaan, harus diserahkan penebusan dunia ini. Ia melihat serta merasa itu semuanya, tetapi maksud‑Nya tetap teguh. Pada lengan‑Nya tergantung keselamatan bangsa yang telah terjerumus ke dalam jurang dosa, dan Ia menghulurkan tangan‑Nya untuk memegang teguh tangan Kasih yang Maha Kuasa.
Pandangan Juruselamat tampaknya menerusi surga sedang Ia mencurahkan jiwa‑Nya dalam doa. Ia tahu benar betapa dosa telah mengeraskan hati manusia, dan betapa sukarnya kelak bagi mereka untuk mengerti akan pekerjaan‑Nya, serta menerima karunia keselamatan. Ia memohonkan dari Bapa kuasa untuk mengalahkan kurang percaya mereka, untuk menghancurkan belenggu yang digunakan setan untuk menawan mereka, dan untuk mengalahkan pembinasa itu demi kepentingan mereka. Ia memohonkan kesaksian bahwa Allah menerima manusia dalam diri Anak‑Nya itu.
Belum pernah sebelumnya malaikat‑malaikat mendengarkan doa semacam itu. Mereka ingin membawa kepada Panglima mereka suatu kabar jaminan dan penghiburan. Tetapi tidak, Bapa itu Sendirilah yang akan menjawab permohonan Anak‑Nya. Langsung dari takhta surga memancarlah cahaya kemuliaan‑Nya. Langit terbuka, dan ke atas kepala Juruselamat turunlah cahaya yang paling suci, dalam rupa seekor burung darah,—lambang yang tepat untuk Dia, yang lemah‑lembut dan rendah hati itu.
Dari antara orang banyak yang di Yarden itu, hanya sedikit kecuali Yohanes yang melihat penglihatan dari surga itu. Namun khidmatnya hadirat Ilahi ada dalam perhimpunan itu. Orang banyak berdiri dengan diam memandang kepada Kristus. Segenap tubuh‑Nya bermandikan cahaya yang selamanya mengelilingi takhta Allah. Wajah‑Nya yang menengadah ke atas itu dipermuliakan seperti yang belum pernah mereka lihat pada wajah manusia. Dari langit yang terbuka itu kedengaranlah suatu suara berkata, "Inilah Anak‑Ku yang kekasih, maka akan Dia juga Aku berkenan."
Ucapan pengesahan ini diberikan untuk mengilhamkan kepercayaan pada mereka yang menyaksikan peristiwa itu, serta untuk menguatkan Juruselamat bagi tugas‑Nya. Meski pun dosa segenap dunia yang bersalah diletakkan di atas Kristus, dan meski pun kehinaan dalam mengambil bagi diri‑Nya sendiri sifat‑sifat kita yang telah berdosa, namun suara yang dari surga itu menyatakan bahwa Dialah Putera Kekekalan.


Yohanes merasa terharu sekali ketika ia melihat Yesus tersungkur sebagai seorang pemohon, memohonkan keridlaan Bapa dengan berlinang‑linang air mata‑Nya. Sementara kemuliaan Allah mengelilingi Dia, dan suara yang dari surga itu terdengar, Yohanes mengenal tanda yang telah dijanjikan Allah. Tahulah ia bahwa Penebus dunialah yang telah dibaptiskannya itu. Roh Suci hinggap kepadanya, dan dengan tangan yang terkedang menunjuk kepada Yesus, ia berseru, "Lihatlah anak‑domba Allah, yang menghapuskan dosa dunia itu."
Tidak seorang pun dari antara para pendengar itu, bahkan pembicara itu sendiri pun tidak mengerti arti ucapan ini, "Anak‑domba Allah." Di atas Gunung Moriah, Ibrahim telah mendengar pertanyaan puteranya, "Bapa . . . di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Ayah itu menjawab, "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Kejadian 22:7, 8. Maka di dalam domba jantan yang disediakan Tuhan itu untuk mengganti Ishak, Ibrahim melihat lambang Dia yang harus mati untuk dosa‑dosa umat manusia. Roh Suci oleh nabi Yesaya, dengan mengambil lukisan itu, bernubuat tentang Juruselamat, "Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian," "tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian;" (Yesaya 53:6, 7), akan tetapi bangsa Israel tidak mengerti pelajaran itu. Banyak di antara mereka yang menganggap persembahan korban itu justru seperti orang‑orang kapir memandang kepada korban mereka‑sebagai hadiah yang olehnya mereka sendiri kiranya dapat berdamai dengan Tuhan. Allah ingin mengajar mereka bahwa dari kasih‑Nya sendiri sajalah datang karunia yang dapat merukunkan mereka kepada‑Nya.

Dan perkataan yang diucapkan kepada Yesus di Yarden itu, "Inilah Anak‑Ku yang kekasih, maka akan Dia juga Aku berkenan," meliputi seluruh umat manusia. Allah berbicara kepada Yesus selaku wakil kita. Dengan segenap dosa dan kelemahan kita, tidak dibuangkan‑Nya kita sebagai tidak berharga. "Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya. . . supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya." Efesus 1: 5‑6. Kemuliaan yang hinggap atas Kristus itu ialah janji tentang kasih Allah bagi kita. Diberitahukannya kepada kita hal kuasa doa, bagaimana suara manusia dapat mencapai telinga Allah, dan permohonan kita diperkenankan dalam istana surga. Oleh dosa, dunia ini telah terpisah dari surga, serta terasing dari persekutuannya; akan tetapi Yesus sudah menghubungkannya kembali dengan lingkungan kemuliaan. Kasih‑Nya telah melingkari manusia, serta mencapai langit yang tertinggi. Cahaya yang turun dari pintu gerbang yang terbuka ke atas kepala Juruselamat kita, akan turun pula ke atas kita apabila kita berdoa memohonkan bantuan untuk melawan pencobaan. Suara yang berbicara kepada Yesus itu berkata kepada setiap jiwa yang percaya, "Inilah anak‑Ku yang kekasih, maka akan dia juga Aku berkenan."



"Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya." 1 Yohanes 3:2. Penebus kita telah membuka jalan, supaya orang‑orang yang paling berdosa, paling melarat, paling tertindas dan terhina, boleh menghampiri Bapa. Sekaliannya boleh mendapat tempat kediaman dalam tempat tinggal yang disediakan oleh Yesus. "Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. . . lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun" Wahyu 3:7, 8.


-------------
(Pasal ini didasarkan atas Matius 3:13‑17;Markus l:9‑ll;Lukas 3:21, 22.)


No comments:

Post a Comment