IBU UNTUK RATUSAN ANAK
Oleh : Mayumi Nagano, 58 Tahun
Jepang
Mayumi
adalah salah seorang wanita yang paling berpengaruh di Jepang di kalangan
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Tetapi dia hampir saja meninggal. Dua kali
hampir meninggal ketika dia masih duduk di kelas satu sekolah dasar.
Mayumi
bertumbuh bersama dengan ayahnya yang adalah pecandu minuman keras sehingga
ibunya menderita penyakit mental. Pada keadaan inilah ketika masih kanak-kanak,
dua kali ketika saya sendang memasak air panas—pertama ketika berusia tiga
tahun dan peristiwa kedua terjadi pada usia lima tahun. Sebanyak dua kali
tubuhnya tersiram dengan air yang sedang mendidih, mengakibatkan bekas luka
permanen.
Tetapi
"Tuhan menyelamatkan hidup saya dua kali," ucap Mayumi. Pada saat
berusia sembilan tahun, ibunya menghilang dari rumah, dan tidak ditemukan
kembali.
Untuk
pertama kali Mayumi merasa berpengharapan ketika berada di kelas enam. Pada
saat seorang berkebangsaan Amerika pindah dan menjadi tetangganya kemudian
mengajarkan dia bahasa Inggris serta membaca Alkitab. la tidak percaya dengan
apa yang dia dengarkan ketika dia membaca hukum emas di dalam Injil Matius
7:12, di mana Yesus sendiri mengatakan:"Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka. Itulah isi
seluruh hukum taurat dan kitab para nabi."
"Pada
saat saya mendengarkan ayat itu, saya tahu bahwa saya telah menemukan jalan ke
depan," kata Mayumi."Saya tidak bisa mengubah masa lalu saya, dan
kulit luka saya tidak akan kembali seperti semula. Tetapi saya menyadari bahwa
saya dapat memberi kepada anak-anak yang lain kasih sayang yang saya rindukan
tapi tidak saya dapatkan dari kedua orang tua saya."
Fakta Singkat
Merupakan sebuah budaya Jepang zaman purba bagi wanita untuk
menghitamkan gigi mereka dengan pasta gigi seperti gigi putih agar terlihat
buruk.
Kebiasaan ini ada sampai akhir tahun 1800-an.
Ada tiga sekolah keperawatan Advent di Jepang, ketiganya
membawa nama dari kata Saniku. Nama "Saniku"adalah sebuah
penggabungan dari kata "san" yang berarti "tiga" dan
"iku"yang berarti "menjadikan" jadi kata Saniku berarti
"Menjadikan manusia seutuhnya" secara fisik, intelektual dan rohani.
Itulah
asal mula sebuah ide mulia muncul dalam pikiran untuk peduli kepada anak-anak.
Tetapi
beberapa dekade pertama harus menghadapi tantangan yang sulit. Mayumi menikah
pada usia 21 tahun dan bercerai 10 tahun kemudian. la menjadi seorang pecandu
minuman keras juga rokok. la pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Kemudian menikah lagi di usia 38 tahun dan mulai membangun kehidupan yang baru. la begitu bersemangat pada saat bekerja di sebuah Pusat Penitipan Anak. Pusat penitipan anak menetapkan peraturan yang ketat, dan orang tua yang putus asa harus bekerja di sekitar mereka.
Kemudian menikah lagi di usia 38 tahun dan mulai membangun kehidupan yang baru. la begitu bersemangat pada saat bekerja di sebuah Pusat Penitipan Anak. Pusat penitipan anak menetapkan peraturan yang ketat, dan orang tua yang putus asa harus bekerja di sekitar mereka.
Suatu
peristiwa yaitu pada saat pusat penitipan anak tersebut menolak merawat bayi
yang baru berusia satu tahun yang sedang sakit demam. Sang ibu begitu susah
kerena tidak bisa kembali bekerja, ia tidak mendapatkan hari libur kerja.
Pada
pagi berikutnya, sang ibu kembali dan berkata bahwa bayi tersebut telah sehat.
Mayumi tidak mengerti bagaimana sehingga bayi tersebut dapat sehat dalam waktu
yang sangat cepat. Mayumi temukan jawabannya pada saat ia mengganti popok bayi
tersebut. Bahwa sang ibu telah memasukkan sebuah alat penurun panas bagi sang
bayi.
"Saya
berpikir, Tidak, harusnya bukan dengan cara seperti ini,'"ucap
Mayumi."Jadi, saya pun memulai sebuah usaha penitipan anak saya sendiri
dengan pemikiran bahwa pelanggan adalah yang utama. Saya akan menangani
anak-anak tanpa syarat, meskipun mereka itu sendang sakit demam."
Pusat
penitipan anak berlokasi di rumah Mayumi sendiri yang dibuka selama 24 jam
sehari, sepanjang tahun berjalan. Lima ratus keluarga datang ke tempatnya
dengan pendaftaran sedangkan kesanggupannya hanya untuk 10 anak. Itu berarti 50
kali lebih banyak dari jumlah yang harus dia tangani. Jika ada bayi yang sedang
sakit demam, ia akan mengirim seorang penjaga bayi ke rumah bayi yang sedang
sakit itu sehingga anak-anak yang lain tidak akan terjangkit.
Sementara
Mayumi peduli anak-anak orang lain, ia sendiri mendapati masalah. la memiliki
dua anak perempuan, dan anak yang bungsu sedang duduk di kelas empat dan sudah
tidak mau pergi ke sekolah. Anaknya itu mengeluh karena guru di sekolah umum
tersebut memanggil dia "bodoh" serta selalu menghukum dia dengan
memukul tangan atau bahunya. Bahkan guru musiknya itu pernah sekali memukul
kepalanya dengan alat tambur.
Mayumi
kemudian mencoba untuk memilih sekolah yang lain dan ia menemukan sekolah yang
dikelola oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang hanya dekat saja dari
rumahnya."Sekolah Advent itu seperti surga dibandingkan dengan sekolah
umum," ucap Mayumi."Guru-gurunya sangat baik." Dengan cepat
anaknya itu menyesuaikan diri dengan sekolah barunya itu, beberapa tahun
kemudian, ia dibaptis. Setelah itu, Mayumi beserta suami dan anak perempuan
yang satunya lagi menerima baptisan.
Setelah
dibaptis, Mayumi mengalami perubahan. Pertama badannya yang gemuk, menjadi
langsing. la sangat bahagia. Sahabat-sahabat, orang tua bahkan para
pelanggannya dahulu bertanya kepadanya apa yang sebenarnya sudah terjadi,
Mayumi kemudian bercerita dengan lantang kepada mereka tentang Yesus. Oleh
karena pengaruh yang balk dari Mayumi, kira-kira 30 pelanggan yang sekarang ini
telah menjadi anak-anak remaja dan pemuda mereka semua sedang bersekolah di
sekolah Advent saat ini.
"Saya
memberi nasihat kepada anak-anak yang pernah ia asuh ketika mereka berada di
pusat penitipan anak untuk bersekolah di sekolah Advent, dan kebanyakan mereka
setujuh dengan anjuran saya itu!" Kata Mayumi.
Dan
ada kira-kira 45 anak-anak yang dirawatnya dan orang tua mereka telah
dibaptiskan dalam waktu empat tahun. lnilah jumlah baptisan paling banyak di
Jepang yang melampaui pencapaian yang pernah dicapai oleh para pendeta!
Saat
ini, Mayumi dan pegawaipegawainya membuat sebuah pusat penitipan anak yang
lebih besar lagi di Tokyo dengan 50 anak-anak yang dirawat, yang kebanyakan
dari mereka bukan berasal dari keluarga Kristen. Nantinya, Mayumi berencana
untuk membuka sebuah Pusat Pola Hidup bagi anak-anak yang mengalami gangguan
mental seperti Asperger's Syndromer.
Bagaimanakah kita membuat pengaruh? Marilah kita berdoa seperti apa yang Mayumi perbuat, memenangkan jiwa bagi Kristus.
Bagaimanakah kita membuat pengaruh? Marilah kita berdoa seperti apa yang Mayumi perbuat, memenangkan jiwa bagi Kristus.
Link download dokumen: Sabat ke-7 Cerita Mission Dewasa (docx)
SEMOGA BERMANFAAT DAN
SALING MENGUATKAN DALAM IMAN
Oleh Andrew McChesney
No comments:
Post a Comment