Ads Google

Saturday, August 11, 2018

CERITA MISSION, SABAT KE-7, 18 AGUSTUS 2018 (IBU UNTUK RATUSAN ANAK)



IBU UNTUK RATUSAN ANAK

CERITA MISSION SABAT KE-7, 18 AGUSTUS 2018

 

Oleh : Mayumi Nagano, 58 Tahun

Jepang
Mayumi adalah salah seorang wanita yang paling berpengaruh di Jepang di kalangan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Tetapi dia hampir saja meninggal. Dua kali hampir meninggal ketika dia masih duduk di kelas satu sekolah dasar.
Mayumi bertumbuh bersama dengan ayahnya yang adalah pecandu minuman keras sehingga ibunya menderita penyakit mental. Pada keadaan inilah ketika masih kanak-kanak, dua kali ketika saya sendang memasak air panas—pertama ketika berusia tiga tahun dan peristiwa kedua terjadi pada usia lima tahun. Sebanyak dua kali tubuhnya tersiram dengan air yang sedang mendidih, mengakibatkan bekas luka permanen.
Tetapi "Tuhan menyelamatkan hidup saya dua kali," ucap Mayumi. Pada saat berusia sembilan tahun, ibunya menghilang dari rumah, dan tidak ditemukan kembali.
Untuk pertama kali Mayumi merasa berpengharapan ketika berada di kelas enam. Pada saat seorang berkebangsaan Amerika pindah dan menjadi tetangganya kemudian mengajarkan dia bahasa Inggris serta membaca Alkitab. la tidak percaya dengan apa yang dia dengarkan ketika dia membaca hukum emas di dalam Injil Matius 7:12, di mana Yesus sendiri mengatakan:"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum taurat dan kitab para nabi."
"Pada saat saya mendengarkan ayat itu, saya tahu bahwa saya telah menemukan jalan ke depan," kata Mayumi."Saya tidak bisa mengubah masa lalu saya, dan kulit luka saya tidak akan kembali seperti semula. Tetapi saya menyadari bahwa saya dapat memberi kepada anak-anak yang lain kasih sayang yang saya rindukan tapi tidak saya dapatkan dari kedua orang tua saya."
Fakta Singkat
Merupakan sebuah budaya Jepang zaman purba bagi wanita untuk menghitamkan gigi mereka dengan pasta gigi seperti gigi putih agar terlihat buruk.
Kebiasaan ini ada sampai akhir tahun 1800-an.
Ada tiga sekolah keperawatan Advent di Jepang, ketiganya membawa nama dari kata Saniku. Nama "Saniku"adalah sebuah penggabungan dari kata "san" yang berarti "tiga" dan "iku"yang berarti "menjadikan" jadi kata Saniku berarti "Menjadikan manusia seutuhnya" secara fisik, intelektual dan rohani.
Itulah asal mula sebuah ide mulia muncul dalam pikiran untuk peduli kepada anak-anak.
Tetapi beberapa dekade pertama harus menghadapi tantangan yang sulit. Mayumi menikah pada usia 21 tahun dan bercerai 10 tahun kemudian. la menjadi seorang pecandu minuman keras juga rokok. la pernah melakukan percobaan bunuh diri. 

Kemudian menikah lagi di usia 38 tahun dan mulai membangun kehidupan yang baru. la begitu bersemangat pada saat bekerja di sebuah Pusat Penitipan Anak. Pusat penitipan anak menetapkan peraturan yang ketat, dan orang tua yang putus asa harus bekerja di sekitar mereka.
Suatu peristiwa yaitu pada saat pusat penitipan anak tersebut menolak merawat bayi yang baru berusia satu tahun yang sedang sakit demam. Sang ibu begitu susah kerena tidak bisa kembali bekerja, ia tidak mendapatkan hari libur kerja.
Pada pagi berikutnya, sang ibu kembali dan berkata bahwa bayi tersebut telah sehat. Mayumi tidak mengerti bagaimana sehingga bayi tersebut dapat sehat dalam waktu yang sangat cepat. Mayumi temukan jawabannya pada saat ia mengganti popok bayi tersebut. Bahwa sang ibu telah memasukkan sebuah alat penurun panas bagi sang bayi.
"Saya berpikir, Tidak, harusnya bukan dengan cara seperti ini,'"ucap Mayumi."Jadi, saya pun memulai sebuah usaha penitipan anak saya sendiri dengan pemikiran bahwa pelanggan adalah yang utama. Saya akan menangani anak-anak tanpa syarat, meskipun mereka itu sendang sakit demam."
Pusat penitipan anak berlokasi di rumah Mayumi sendiri yang dibuka selama 24 jam sehari, sepanjang tahun berjalan. Lima ratus keluarga datang ke tempatnya dengan pendaftaran sedangkan kesanggupannya hanya untuk 10 anak. Itu berarti 50 kali lebih banyak dari jumlah yang harus dia tangani. Jika ada bayi yang sedang sakit demam, ia akan mengirim seorang penjaga bayi ke rumah bayi yang sedang sakit itu sehingga anak-anak yang lain tidak akan terjangkit.
Sementara Mayumi peduli anak-anak orang lain, ia sendiri mendapati masalah. la memiliki dua anak perempuan, dan anak yang bungsu sedang duduk di kelas empat dan sudah tidak mau pergi ke sekolah. Anaknya itu mengeluh karena guru di sekolah umum tersebut memanggil dia "bodoh" serta selalu menghukum dia dengan memukul tangan atau bahunya. Bahkan guru musiknya itu pernah sekali memukul kepalanya dengan alat tambur.
Mayumi kemudian mencoba untuk memilih sekolah yang lain dan ia menemukan sekolah yang dikelola oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang hanya dekat saja dari rumahnya."Sekolah Advent itu seperti surga dibandingkan dengan sekolah umum," ucap Mayumi."Guru-gurunya sangat baik." Dengan cepat anaknya itu menyesuaikan diri dengan sekolah barunya itu, beberapa tahun kemudian, ia dibaptis. Setelah itu, Mayumi beserta suami dan anak perempuan yang satunya lagi menerima baptisan.
Setelah dibaptis, Mayumi mengalami perubahan. Pertama badannya yang gemuk, menjadi langsing. la sangat bahagia. Sahabat-sahabat, orang tua bahkan para pelanggannya dahulu bertanya kepadanya apa yang sebenarnya sudah terjadi, Mayumi kemudian bercerita dengan lantang kepada mereka tentang Yesus. Oleh karena pengaruh yang balk dari Mayumi, kira-kira 30 pelanggan yang sekarang ini telah menjadi anak-anak remaja dan pemuda mereka semua sedang bersekolah di sekolah Advent saat ini.
"Saya memberi nasihat kepada anak-anak yang pernah ia asuh ketika mereka berada di pusat penitipan anak untuk bersekolah di sekolah Advent, dan kebanyakan mereka setujuh dengan anjuran saya itu!" Kata Mayumi.
Dan ada kira-kira 45 anak-anak yang dirawatnya dan orang tua mereka telah dibaptiskan dalam waktu empat tahun. lnilah jumlah baptisan paling banyak di Jepang yang melampaui pencapaian yang pernah dicapai oleh para pendeta!
Saat ini, Mayumi dan pegawaipegawainya membuat sebuah pusat penitipan anak yang lebih besar lagi di Tokyo dengan 50 anak-anak yang dirawat, yang kebanyakan dari mereka bukan berasal dari keluarga Kristen. Nantinya, Mayumi berencana untuk membuka sebuah Pusat Pola Hidup bagi anak-anak yang mengalami gangguan mental seperti Asperger's Syndromer. 
Bagaimanakah kita membuat pengaruh? Marilah kita berdoa seperti apa yang Mayumi perbuat, memenangkan jiwa bagi Kristus. 



 SEMOGA BERMANFAAT DAN SALING MENGUATKAN DALAM IMAN

Oleh Andrew McChesney

No comments:

Post a Comment