Ads Google

Saturday, August 18, 2018

PELAJARAN SEKOLAH SABAT 2018, TRIWULAN 3 - SABAT KE-7 *11 AGUSTUS - 17 AGUSTUS


PELAJARAN SABAT KE - 7

11 AGUSTUS – 17 AGUSTUS 2018

PERJALANAN MISSIONARIS PAULUS - YANG PERTAMA

 

SABAT PETANG

UNTUK PELAJARAN PEKAN INI BACALAH: KISAH 13; 14:1-26; 2 KORINTUS 4:7-10; ROMA 10:1-4; 3:19; 9-11. 

AYAT HAFALAN: ”Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa” (Kisah 13:38, 39). 

Sangatlah pasti, Injil harus dikabarkan kepada orang bukan Yahudi dan juga orang Yahudi. Inilah suatu pesan yang pelan tapi pasti, mulai dipahami gereja Kristen mula-mula. 

Catatan pertama kita tentang orang bukan Yahudi bergabung dalam jumlah besar terjadi di Antiokhia. Dengan kata lain, di Antiokhialah gereja bukan Yahudi yang pertama didirikan, walau terdapat juga suatu kelompok besar orang percaya asal Yahudi (Gal. 2:11-13). Karena adanya semangat misionaris dari para pendirinya dan dorongan yang baru dengan tibanya Barnabas dan Paulus, gereja di situ bertumbuh pesat, dan menjadi pusat Kristen penting yang pertama di luar Yudea. Sebenamya, dalam beberapa aspek bahkan melebihi gereja di Yerusalem. 

Dengan para rasul masih berpangkalan di Yerusalem, maka Antiokhia menjadi tempat lahir misi-misi Kristen. Dari sanalah, dan dengan dukungan awal dari orang-orang percaya setempat, Paulus berangkat dalam tiga perjalanan misionarisnya. Karena tekad merekalah sehingga Kekristenan menjadi seperti yang Yesus maksudkan; suatu agama dunia, yang di dalamnya Injil akan disebarluaskan ke “semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum” (Why. 14: 6).

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, Agustus 18.


Minggu, 12 Agustus 2018

Salamis dan Pafos

Dalam Kisah 13, Lukas mengalihkan pandangan kembali ke Antiokhia agar memperkenalkan perjalanan misionaris Paulus yang pertama, mengisi dua pasal penuh (Kis. 13, 14). Dari sini sampai ke akhir kitab, fokus diarahkan kepada Paulus dan misinya ke orang bukan Yahudi.  Inilah usaha misionaris pertama dalam Kisah yang dengan sengaja dan direncanakan dengan cermat oleh satu gereja; namun, Lukas berhati-hati dalam penyajiannya agar upaya itu bersumber dari Allah, bukan prakarsa orang-orang percaya. Poinnya adalah, bahwa Allah dapat bekerja hanya bila kita secara rela menempatkan diri kita dalam posisi di mana Ia dapat menggunakan kita. 

Bacalah Kisah 13:1-12. Poin-poin utama apakah yang mau ditekankan Lukas mengenai kegiatan-kegiatan Barnabas dan Paulus di Siprus? 

Suatu waktu untuk doa syafaat dan puasa mendahului keberangkatan para misionaris; dalam konteks ini, pengurapan pada dasarnya adalah suatu tindakan penyerahan, atau suatu penghargaan atas anugerah Allah (Kis. 14. 26) untuk tugas yang tersedia. 

Pulau Siprus terletak di sudut timur laut Laut Tengah, tidak jauh dari Antiokhia. Itu adalah tempat yang alami untuk memulai, sebab bukan hanya karena Barnabas dari Siprus, tapi Injil telah Juga mencapai pulau itu Namun, tentu masih banyak lagi yang perlu dilakukan. 

Sekali di Siprus, Barnabas dan Paulus-serta Yohanes Markus, kemenakan Barnabas (Kis. 15:39; Kol. 4:10)-berkhotbah di sinagoge Salamis. Ini adalah praktik tetap Paulus, berkhotbah lebih dahulu di sinagoge sebelum beralih ke orang-orang bukan Yahudi. Karena Yesus adalah Mesias Israel, maka lebih dari kelaziman menyampaikan Injil kepada orang Yahudi terlebih dahulu. 

Sesudah Salamis, mereka bergerak ke barat, berkhotbah (diduga) sambil pergi, sampai mereka tiba di Pafos. Cerita kemudian berputar di sekitar dua pribadi; seorang pesihir Yahudi bemama Baryesus, juga dikenal sebagai Elimas, dan Sergius Paulus, gubernur Romawi setempat. Cerita itu memberikan satu contoh yang baik tentang bagaimana berhadapan dengan respons yang berlawanan, di satu pihak, penolakan terbuka; di pihak lain, penerimaan yang setia oleh seorang bukan Yahudi yang bermartabat tinggi. Bahasa Kisah 13: 12 jelas menyiratkan pertobatan. 

Pikirkan bagaimanakah, dalam kasus ini, seorang Yahudi menolak kebenaran sedang seorang bukan Yahudi menerimanya. Bagaimanakah hal ini dapat membantu kita mengerti mengapa sering orang Kristen dari denominasi lain lebih sukar dijangkau dengan “kebenaran masa kini” daripada mereka yang tidak beragama sama sekali?


Senin, 13 Agustus 2018

Pisida Antiokhia: Bagian I

Dari Siprus, Paulus dan kawan-kawannya berlayar ke Perga, di Pamfilia, di pantai selatan Turki modern. Sebelum mereka terus ke Antiokhia Pisidia, Lukas melaporkan dua perubahan penting secara kebetulan: Paulus menjadi tokoh terkemuka (sampai di sini, Barnabas selalu disebut lebih dahulu) dan Lukas berhenti menggunakan nama Yahudi Paulus (“Saulus”) dan mulai merujuk padanya hanya sebagai “Paulus” (Kis. 13:9). Hal ini mungkin karena sejak sekarang dan seterusnya Paulus mendapati dirinya terbanyak dalam lingkungan Romawi-Yunani. 

Kisah 13: 13 mencatat pulangnya Yohanes Markus ke Yerusalem. Kita tidak diinformasikan dalam ayat itu apa alasan Yohanes Markus meninggalkan mereka. Ellen G. White menulis bahwa, berhadapan dengan ketakutan dan kekecewaan karena kesukaran yang ada di depan mereka, “Markus ditakut-takuti, dan kehilangan segala keberanian, enggan pergi lebih jauh dan kembali ke Yerusalem.”-Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld.7, hlm. 144. Allah tidak pernah menjanjikan itu akan mudah. Sebaliknya, Paulus tahu dari awal sekali bahwa pelayanannya bagi Yesus akan melalui banyak penderitaan (Kis. 9:16), tetapi ia telah belajar menyandarkan diri sepenuhnya pada kuasa Allah, dan di situlah terletak rahasia kekuatannya (2 Kor. 4: 7-10).  
 Bacalah Kisah 13: 38. Apakah intisari pekabaran Paulus di sinagoge Antiokhia? 

Kisah 13: 16-41 berisi khotbah Paulus yang pertama dicatat dalam Perjanjian Baru. Tentu itu bukanlah khotbah yang pertama yang Paulus khotbahkan, dan tidak ada keraguan bahwa itu hanyalah menggambarkan suatu ringkasan pendek dari yang ia katakan. Khotbahnya dibagi dalam tiga bagian utama. Dimulai dengan kepercayaan bersama tentang pilihan Allah akan Israel dan martabat Daud sebagai raja (Kis. 13:17-23) ; bagian ini dimaksudkan untuk membangun satu titik temu dengan pendengar Yahudinya. Berikut, ia menyatakan Yesus sebagai penggenapan janji-janji Allah akan keturunan Daud yang akan membawa keselamatan kepada Israel (Kis. 13:24-37). Bagian penutupnya adalah suatu amaran melawan penolakan keselamatan yang ditawarkan melalui Yesus (Kis 13:38-41).

Puncak khotbah adalah ayat 38, 39, yang melampirkan inti pekabaran Paulus mengenai pembenaran. Keampunan dan pembenaran tersedia hanya melalui Yesus, bukan melalui Taurat Musa. Ayatayat ini tidak mengatakan bahwa Taurat telah dibatalkan. Ia hanya menekankan ketidakmampuan Taurat melakukan apa yang orang Yahudi. harapkan ia lakukan, yaitu pembenaran (Rm. 10:1-4). Hak istimewa seperti itu terdapat hanya pada Yesus Kristus (Gal. 2:16). 

Apakah artinya bahwa keselamatan hanyalah melalui Yesus? Bagaimanakah Anda merukunkan pentingnya memelihara hukum moral Allah dengan fakta bahwa hukum itu tidak dapat membenarkan?


Selasa, 14 Agustus 2018

Pisida Antiokhia: Bagian II

Kisah 13:38, 39, menyajikan masalah ketidakmampuan hukum untuk membenarkan, suatu konsep doktrin yang penting. Walaupun hukum moral bersifat mengikat, hukum tidak dapat membawakan pembenaran karena tidak dapat menghasilkan ketaatan sempurna di dalam mereka yang mematuhinya (Kis. 15:10; Rm. 8:3). Jika pun hukum dapat menghasilkan ketaatan sempurna di dalam kita, ketaatan sempurna itu tak dapat menebus dosa masa lalu (Rm 3:19; Gal. 3:10, 11 ). Inilah sebabnya pembenaran itu tidak dapat diperoleh, sebagian pun tidak. Kita dapat menerimanya hanya oleh iman di dalam korban penebusan Yesus (Rm. 3:28; Gal. 2:16), suatu pemberian yang kita tidak pantas menerimanya. Betapapun pentingnya itu bagi kehidupan Kristen, ketaatan tidak dapat memberikan kita keselamatan. 

Bacalah Kisah 13:42-49. Bagaimanakah sinagoge menerima pekabaran Paulus? 

Meskipun Paulus mengakhiri pekabarannya dengan tajam, reaksi dari kebanyakan orang di sinagoge sangatlah menyenangkan. Namun pada Sabat berikutnya, keadaan berubah secara drastis. Kemungkinan besar bahwa “orang Yahudi” yang menolak pekabaran Injil adalah para pemimpin sinagoge, yang mewakili Yudaisme resmi. Lukas menganggap bahwa sikap kasar mereka terhadap Paulus adalah berasal dari kecemburuan. 

Dalam dunia kuno, beberapa aspek Yudaisme, seperti monoteisme, gaya hidup, dan Sabat, mempunyai penarikan yang kuat di antara bukan Yahudi, dan banyak dari mereka memeluk iman Yahudi sebagai petobat. Namun, sunat merupakan penghalang berat, karena dianggap sebagai praktik biadab dan menjijikkan. Akibatnya, banyak orang bukan Yahudi menghadiri sinagoge untuk menyembah Allah tetapi tanpa bertobat ke agama Yahudi. Mereka ini dikenal sebagai orang-orang “yang takut akan Allah,” dan mungkin sekali, orang yang takut akan Allah inilah, bersama para petobat dari sinagoge Antiokhia (Kis. 13:16, 43) yang membantu menyebarkan berita tentang pekabaran Paulus di antara orang banyak pada umumnya, dan mereka datang dalam jumlah yang besar. Bahwa keselamatan dapat diperoleh tanpa terlebih dahulu menjadi penganut agama Yahudi, sudah pasti secara istimewa menarik bagi banyak orang. 

Hal ini membantu menjelaskan kecemburuan para pemimpin Yahudi. Bagaimanapun juga, dengan menolak Injil, mereka bukan hanya mengeluarkan diri mereka sendiri dari keselamatan Allah, tetapi juga membebaskan Paulus dan Barnabas mengalihkan perhatian penuh mereka kepada orang bukan Yahudi, yang bersukacita dan memuji Allah karena memasukkan mereka ke dalam rencana keselamatan-Nya.
 

Rabu, 15 Agustus 2018

Ikonium

Di bawah anjuran para pemimpin Yahudi di Antiokhia, penguasa setempat menghasut kerumunan massa melawan Paulus dan Barnabas dan menggiring mereka ke luar kota (Kis. 13:50), namun para rasul itu dipenuhi sukacita dan Roh Kudus (Kis. 13:52). Para misionaris kemudian menuju ke Kota Ikonium. 

Bacalah Kisah 14:1-7. Apakah hasilnya kegiatan-kegiatan Paulus dan Barnabas di Ikonium?

Di Ikonium, Paulus dan Barnabas meneruskan praktik mereka berbicara lebih dahulu kepada orang-orang Yahudi sebelum beralih kepada bukan Yahudi. Khotbah Paulus di Antiokhia (Kis. 13:16-41) memberi alasan utama di balik memprioritaskan Yahudi dalam pelayanan mereka: Status Israel, sebagai umat pilihan, dengan semua yang tercakup di dalamnya (Rm. 3:2; 9:4, 5), dan penggenapan Allah akan janji-Nya tentang Juruselamat dari keturunan Daud. Walaupun dengan fakta bahwa banyak orang Yahudi telah menolak Injil, Paulus tidak pernah kehilangan harapan akan pertobatan besar orang Yahudi. 

Dalam Roma 9-11, Paulus menjelaskan bahwa “tidak semua keturunan dari Israel adalah Israel” (Rm. 9:6, NIV) dan bahwa hanya kemurahan Allah saja sehingga sebagian orang Yahudi percaya. Allah belum menolak umat-Nya, tapi “pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia” (Rm. 11:5). Paulus terus mengkhotbahkan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi walaupun ia percaya bahwa suatu hari kelak lebih banyak orang Yahudi akan beriman di dalam Yesus. 

“Argumentasi Paulus dalam Roma 9-11 memberi keterangan lanjutan tentang strategi misi yang ia teruskan dalam narasi Kisah Para Rasul dan menghadapi setiap generasi Kristen dengan pentingnya secara teologi membawa kesaksian kepada orang-orang Yahudi yang tidak percaya.”-David G. Peterson, The Acts of the Apostles (Grand Rapids: Eerdmans, 2009), hlm, 401. Situasi tidaklah banyak berbeda dengan yang di Antiokhia. Reaksi awal baik dari orang Yahudi maupun bukan Yahudi terhadap Injil Paulus sangatlah positif, tapi lagi-lagi orang-orang Yahudi yang tidak percaya, mungkin para pimpinan komunitas Yahudi setempat menghasut mereka yang bukan Yahudi dan meracuni pikiran mereka melawan para misionaris, menyebabkan perpecahan di antara umat. Ketika para lawannya berencana menyerang dan membunuh Paulus dan Barnabas, kedua misionaris tersebut memutuskan untuk meninggalkan kota itu dan berpindah ke kota berikutnya. 

Lebih dari sekadar mendengar Injil, orang-orang Yahudi perlu melihat Injil itu dihidupkan di antara mereka yang mengakui nama Yesus. Jika Anda mempunyai sahabat Yahudi, kesaksian jenis apakah yang Anda berikan kepada mereka?


Kamis, 16 Agustus 2018

Listra dan Derbe

Tempat berikutnya yang dikunjungi Paulus dan Barnabas adalah Listra, desa yang tidak terkenal, sekitar delapan belas mil (kira-kira 29 km) barat daya Ikonium. Ketika mereka menggunakan waktu di situ (Kis. 14:6, 7, 15), Lukas melaporkan hanya satu kisah dan perkembangannya, penyembuhan seorang lumpuh, mungkin pengemis, yang dideritanya sejak lahir. 

Bacalah Kisah 14:5-19. Apakah yang ditunjukkan oleh reaksi mereka kepada Paulus tentang betapa dalamnya ketidaktahuan mereka? 

Orang banyak sangat terkesan dengan mukjizat sehingga mereka keliru mengira Paulus dan Barnabas dewa-Bamabas sebagai Zeus, dewa tertinggi dalam rumah dewa Yunani, dan Paulus sebagai Hermes, pelayan dan juru bicara Zeus. Sebenamya, orang banyak hendak mempersembahkan korbankorban kepada mereka. 

Pujangga Latin, Ovid (43 SM-17/l 8 M) telah terlebih dahulu mencatat suatu dongeng tentang dua dewa ini menyamar sebagai manusia mengunjungi kota di wilayah yang sama (“di bukit Frigia”) dan mencari tempat untuk istirahat. Menurut dongeng itu, sepasang orang tua memperlakukan mereka dengan baik dan ramah; orang-orang yang lain tidak peduli. Karena kebaikan dan keramahan mereka kepada pengunjung yang menyamar itu, rumah pasangan itu diubah menjadi suatu kuil dan mereka sendiri menjadi imam-imam, sedang seluruh isi kota itu dibinasakan tuntas (Metamorphoses 611-724).
Dengan cerita semacam itu beredar di wilayah ini, maka reaksi orang terhadap mukjizat Paulus tidaklah mengherankan. Cerita itu juga membantu menjelaskan mengapa orang banyak mengira bahwa para misionaris tersebut adalah dua dewa itu, dan bukannya Asklepius, misalnya, si dewa kesembuhan. Namun Paulus dan Barnabas, berhasil menghentikan penyembahan palsu mereka kepada rasul-rasul itu. Pada akhirnya, beberapa lawan dari Antiokhia dan Ikonium membalikkan situasi itu sepenuhnya, dan Paulus dirajam dan diangkut sebagai orang yang sudah mati.

Bacalah Kisah 14:20-26. Di manakah Paulus dan Barnabas mengakhiri perjalanan mereka? Dan apakah yang mereka lakukan dalam perja. lanan pulang mereka?

Paulus mengatakan: “Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara” (Kis. 14:22). Apakah maksudnya ini? Bagaimanakah mungkin, Anda telah, mengalami yang ia katakan di Situ? Yang terpenting, bagaimanakah anda belajar bertumbuh dalam iman dari apa pun “sengsara” yang Anda hadapi?


Jumat, 17 Agustus 2018

Pendalaman - Perjalanan Missionaris Paulus Yang Pertama

Pendalaman: “Selama hidup Yesus di bumi, Ia telah berupaya menuntun orang Yahudi keluar dari ketertutupan mereka. Pertobatan seorang perwira dan perempuan Siro-Fenisia, adalah contoh pekerjaan-Nya langsung di luar Israel sebagai umat yang diakui. Waktunya sudah tiba untuk bekerja aktif dan berkelanjutan di antara orang-orang bukan Yahudi, yang seluruh komunitasnya menerima Injil dengan sukacita, dan memuliakan Allah untuk terang dari suatu iman yang cerdas. Orang-orang Yahudi yang tidak percaya dan mendengki tidaklah mengesampingkan maksud Allah; karena suatu Israel baru telah dicangkokkan ke pohon zaitun yang tua. Sinagoge telah ditutup bagi para rasul; tetapi rumah-rumah pribadi terbuka lebar untuk digunakan, dan gedunggedung umum milik bukan Yahudi juga telah digunakan untuk memberitakan Firman Allah.”--Ellen G. White, Sketches From the Life of Paul, hlm. 51. 

“Dalam semua upaya misionaris mereka, Paulus dan Barnabas berusaha untuk mengikuti teladan Kristus yang rela berkorban, setia, dan tekun bekerja bagi jiwa-jiwa. Tetap siaga, tekun, tidak mengenal lelah, tiada tawar-menawar dengan kecenderungan hati, atau kenyamanan pribadi, tetapi dengan kecemasan penuh doa serta kegiatan yang tiada hentinya mereka menabur benih-benih kebenaran. Dan dengan penaburan benih itu para rasul dengan berhati-hati memberi petunjuk praktis yang tidak ternilai harganya kepada semua yang berdiri untuk Injil. Roh ketekunan dan rasa takut yang saleh membuat, dalam pikiran murid-murid yang baru, suatu kesan yang mendalam mengenai pentingnya pekabaran Injil.”-Ellen G. White, The Acts of the Apostles, hlm. 186. 

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan: 

1. Renungkan kisah Yohanes Markus meninggalkan mereka ketika keadaan menjadi sukar. Paulus dan Barnabas kemudian berdebat tentang Yohanes Markus, ketika Barnabas mau menggunakan dia lagi dan Paulus tidak mau (lihat Kis. 15:37). Namun bertahun-tahun kemudian, Paulus menulis “Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.” (2 Tim. 4:11). Pelajaran-pelajaran apakah yang ada di sini bagi kita mengenai mereka yang, dalam keadaan tertentu ternyata tidak setia pada panggilan mereka? 

2. Tinjau respons Paulus dan Barnabas kepada orang-orang Listra ketika mereka keliru mengira kedua rasul itu dewa (Kis. 14:14-18) Bagaimanakah kita dapat merespons bila digoda mengambil kredit untuk sesuatu yang Allah kerjakan? 

3. Bacalah Kisah l4:21-23.-Berdasarkan teladan Paulus dan Barnabas, apakah yang dapat kita lakukan, secara individu dan secara gereja, untuk merawat atau menguatkan iman para petobat baru?

4. Bagaimanakah dapat kita memastikan bahwa kita tidak membiarkan tradisi buatan manusia, ataupun kepercayaan yang telah lama kita pegang, menghalangi kemajuan dalam kebenaran, seperti yang dilakukan para pemimpin agama yang menolak Paulus?


>>> Download Pelajaran SS Sabat Ke-7 : PERJALANAN MISIONARIS PAULUS 1 (doc)
>>> Download Power-Point Sekolah Sabat Pada Link Di Bawah Ini:




No comments:

Post a Comment