Ads Google

Friday, July 20, 2018

PELAJARAN SEKOLAH SABAT 2018, TRIWULAN 3 - SABAT KE-3 *14 JULI - 20 JULI


PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE-3

*14 JULI – 20 JULI 2018

KEHIDUPAN DALAM GEREJA MULA-MULA


SABAT PETANG

UNTUK PELAJARAN PEKAN INI BACALAH: KISAH 2:42-46; 4:34, 35; 3:1-26; 4:1-18; 5:1-11; 5:34-39.

AYAT HAFALAN: "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang...." (Kisah 2:46, 47, NIV).

            Perasaan di desak waktu, pada zaman gereja mula-mula sangatlah kuat. Cara Yesus menjawab pertanyaan tentang berdirinya kerajaan Mesias, membiarkan pertanyaan mengenai waktu tetap terbuka (Kis. 1:6-8), dapat dimengerti artinya bahwa segala sesuatu bergantung pada kedatangan Roh dan penyelesaian misi kerasulan. Maka, ketika hari Pentakosta tiba, para umat percaya mula-mula berpikir bahwa segala sesuatu telah digenapi: mereka telah menerima Roh dan membagikan Injil kepada seluruh dunia. Bukan karena para rasul telah meninggalkan Yerusalem dan pergi keluar kepada dunia, tapi karena dunia telah datang kepada mereka (Kis. 2:5-11).

Apa yang terjadi kemudian adalah sikap gereja yang melepaskan barang-barang materi. Sadar bahwa waktunya sudah singkat, mereka menjual semua milik mereka dan mengabdikan diri pada belajar dan persekutuan sambil terns bersaksi tentang Yesus, tapi hanya di Yerusalem. Kehidupan komunitas yang mereka kembangkan, walaupun efektif dalam menolong orang miskin, segera menjadi suatu masalah, dan Allah harus campur tangan untuk menjaga kesatuan gereja. Ini adalah juga saatnya ketika mereka mulai dapati diri mereka berhadapan dengan penolakan. Tapi di tengah semua itu, iman mereka tetap tak tergoyahkan.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 21 Juli.


MINGGU 15 JULI 

Mengajar dan Persekutuan

Sesudah Pentakosta, Lukas mengalihkan narasinya ke suatu ulasan umum tentang kehidupan batin dari gereja di Yerusalem. "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa." (Kis. 2:42). Keempat hal yang dicatat itu. pada dasarnya adalah mengajar dan persekutuan (fellowship). Menurut ayat 46, mengajar diadakan di bait Allah, sedangkan persekutuan diadakan di rumah-rumah pribadi.
Bait suci dikelilingi oleh ruangan-ruangan beratap yang secara berkala digunakan untuk para rabi mengajar. Sehingga para umat percaya yang bertekun pada ajaran rasul-rasul menunjukkan bahwa karunia Roh tidak membawa mereka kepada suatu agama perenungan, tapi kepada suatu proses pembelajaran yang tekun di bawah para rasul, yang kewenangan mengajarnya telah diteguhkan dengan mukjizat dan tanda-tanda (Kis. 2:43).

Persekutuan rohani merupakan tanda pengenal yang lain dari kesalehan Kristen mula-mula. Para umat percaya terus-menerus bersama, bukan hanya di bait Allah tapi juga di rumah-rumah mereka, di mana mereka berbagi makanan, merayakan 'Perjamuan Tuhan, dan berdoa (Kis. 2:42, 46). Dengan mengadakan perayaan harian, orang Kristen mula-mula mengungkapkan harapan mereka pada kembalinya Yesus yang segera, ketika persekutuan-Nya dengan mereka akan dipulihkan dalam kerajaan Mesias (Mat. 26:29).

Rumah-rumah pribadi berperan penting dalam kehidupan gereja mula-mula. Para umat percaya masih menghadiri upacara-upacara harian bait Allah (Kis. 3:1), dan pada hari-hari Sabat mereka diharapkan berada di sinagoge bersama sesama Yahudi mereka (Yak. 2:2), tetapi unsur-unsur pembeda dari ibadah Kristen diadakan di rumah-rumah.

Bacalah Kisah 2:44, 45; 4:34, 35. Apakah suatu segi penting dari persekutuan Kristen mula-mula?
Percaya bahwa kesudahan sudah dekat, mereka memutuskan bahwa harta benda mereka, "milik pribadi" (menggunakan istilah yang lebih mutakhir), tidak lagi berapa penting. Penggunaan bersama sumber daya materi mereka, seakan menjadi pantas. Tidak ada alasan untuk mencemaskan tentang hari esok, karena Mesias sendiri akan menyediakan kebutuhan mereka dalam kerajaan Mesias (Luk. 22:29, 30). Sifat berbagi ini membolehkan mereka mengalami kesadaran persekutuan yang lebih dalam, di samping menjadi teladan kedermawanan Kristen yang luar biasa.

Seberapa dermawankah Anda dengan apa yang telah diberikan Tuhan kepada Anda?


SENIN  16 JULI

Penyembuhan Seorang Lumpuh

Dalam Kisah 3:1, Petrus dan Yohanes pergi ke bait Allah untuk pelayanan doa pukul tiga petang. Hal ini menandakan pada intinya sifat keyahudian iman gereja pada periode awal ini. Yaitu, para rasul tidak ke bait Allah hanya untuk mengajar atau menghasilkan petobat-petobat baru, tapi karena Petrus dan Yohanes masih tetap orang Yahudi dan, dengan dem ikian masih tetap terikat pada tradisi-tradisi agama Yahudi (Kis. 20:16; 21:17-26), setidaknya sampai pada titik ini. Di situ mereka membuat suatu mukjizat yang mengherankan (Kis. 3:1-10), yang memberi Petrus kesempatan untuk menyampaikan khotbah yang lain lagi.

Bacalah Kisah 3:12-26. Apakah beberapa tekanan utama Petrus dalam khotbahnya?

Lima poin utama menandai khotbah umat Kristen mula-mula; Yesus adalah Mesias yang menderita (Kis. 3:18); Allah membangkitkan Dia (Kis. 3:15); Yesus dimuliakan di surga (Kis. 3:13); la akan datang kembali (Kis. 3:20); dan pertobatan itu penting untuk pengampunan dosa (Kis. 3:19).

Dalam banyak cara, inilah pesan yang sama yang kita bawakan kepada dunia, walaupun konteksnya telah berubah. Para rasul masih tetap berada dalam lingkungan Yahudi, ketika mestinya berganti agama, umat pada dasarnya hanya perlu "berpindah" dari wasiat lama ke yang baru. Sebagai bagian dari umat Allah, mereka harus menerima Mesias dan mengalami kelahiran baru yang mengikuti suatu penerimaan yang benar akan Yesus.

Sekarang, walaupun situasi berbeda, pekabaran masih secara mendasar tetap sama: Kristus mati karena dosa-dosa kita, dibangkitkan, dan akan datang kembali. Maka, ini artinya bahwa kita dapat memperoleh keselamatan dalam Dia. Dalam konteks pekabaran tiga malaikat dari Wahyu 14, Yesus Kristus tersalib, Yesus Kristus dibangkitkan, dan kembalinya Yesus Kristus haruslah menjadi inti bagaimana kita memberitakan pekabaran-pekabaran itu.

"Dari semua yang mengaku orang Kristen, Masehi Advent Hari Ketujuh haruslah yang nomor satu dalam meninggikan Kristus di hadapan dunia. Pemberitaan pekabaran malaikat ketiga memerlukan penyajian tentang kebenaran Sabat. Kebenaran ini, dengan lain-lain yang termasuk dalam pekabaran, harus diberitakan; tetapi pusat perhatian yang besar, Yesus Kristus, tidak boleh ditinggalkan. Di salib Kristus terdapat rahmat dan kebenaran bertemu bersama-sama, dan kebenaran serta damai sejahtera bercium-ciuman. Orang berdosa harus dituntun untuk memandang ke Golgota; dengan iman sederhana seorang anak kecil ia harus percaya pada jasa-jasa Juruselamat, menerima kebenaranNya, percaya akan rahmat-Nya"--Ellen G. White, Pelayan Injil, hlm. 1,38.
 

SELASA 17 JULI 

Munculnya Oposisi

Tidaklah berapa lama, keberhasilan gereja itu menghadapi oposisi dari sebagian pimpinan Yerusalem. Bait Suci Yerusalem dijalankan oleh imam besar dan para pembantunya, yang hampir semuanya Saduki. Imam besar merangkap juga presiden dewan Sanhedrin, yang di zaman itu terdiri dari kebanyakan orang Saduki dan Farisi. Karena orang Saduki tidak percaya pada kebangkitan, mereka sangat terganggu dengan Petrus dan Yohanes yang mengajarkan bahwa Yesus telah dibangkitkan dari antara orang mati. Ditangkap oleh penjaga bait suci, rasul-rasul itu telah dikurung sampai hari berikutnya, ketika mereka dibawa ke hadapan mahkamah (Kis. 4:1-7).

Bacalah Kisah 4:1-18. Ketika ditanyai tentang dengan kuasa apakah mereka lakukan kegiatan itu, bagaimanakah Petrus menjawabnya? Pekabaran penting apakah dalam jawaban Petrus yang para pemimpin dapati sangat mengancam?

Tantangan pemimpin Yahudi tentang otoritas memberi kesan bahwa mereka peduli dengan kuasa. Petrus, menyatakan bahwa mukjizat itu bukan hanya dibuat di dalam nama Yesus tapi juga bahwa keselamatan datang hanya dari pada-Nya. Para rasul itu sedang berhadapan dengan lembaga tertinggi Yahudi; namun, mereka sedang melayani penguasa yang jauh lebih tinggi. Orang-orang ini sederhana, nelayan Galilea tidak berpendidikan; sehingga keberanian dan kefasihan mereka mengherankan orang yang berada di situ. Walaupun para pemimpin tidak menyadarinya, para rasul itu telah dipenuhi dengan Roh Kudus, tepat seperti yang disebutkan Yesus sebelumnya (Mat. 10:16-20).

Tanpa kemampuan menyangkali mukjizat—orang yang disembuhkan hadir juga di situ sehingga semua orang dapat melihat dia—Sanhedrin memerintahkan para rasul supaya berhenti berkhotbah. Ketakutan mereka akan pekabaran itu sama dengan rasa takut mereka terhadap meningkatnya popularitas gerakan itu. Mereka gagal mengevaluasi fakta dengan benar, mereka mengizinkan prasangka dan hasrat melindungi diri, menguasai tindakan-tindakan mereka.

Kata-kata terakhir Petrus termasuk di antara kata-kata mutiara kitab Kisah: "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar" (Kis. 4:19, 20, NKJV).

Pikirkan tentang keinginan untuk kekuasaan dan betapa berbahayanya hal itu pada tingkat mana pun dan dalam konteks apa pun. Sedang orang Kristen dipanggil menjadi hamba, mengapakah kita harus berhatihati dengan daya tarik kekuasaan?


RABU 18 JULI 

Ananias dan Safira

Pengumpulan harta benda dalam gereja mula-mula bukanlah suatu paksaan; yaitu, bukanlah suatu syarat resmi keanggotaan. Namun, ada beberapa contoh kedermawanan sukarela yang mengilhamkan seluruh komunitas. Salah satu contoh adalah Barnabas (Kis. 4:36, 37), yang akan berperan penting kemudian dalam kitab Kisah.

Tetapi, ada juga contoh-contoh negatif yang mengancam persatuan gereja dari dalam, tepat pada waktu serangan-serangan dari luar barn saja dimulai.

Bacalah Kisah 5:1-11. Apakah pelajaran-pelajaran dari kisah ini?

Walaupun Lukas tidak memberikan semua rincian, tidak diragukan bahwa masalah mendasar Ananias dan Safira bukanlah upaya menahan uang tetapi praktik menipu di dalam komunitas. Dosa mereka bukanlah akibat dari suatu tindakan tiba-tiba tapi sesuatu yang direncanakan dengan hati-hati, suatu upaya sengaja untuk "mencobai Roh Tuhan" (Kis. 5:9). Mereka tidaklah diharuskan menjual properti mereka dan menyerahkan uangnya kepada gereja. Sehingga, ketika mereka melibatkan diri melakukan hal itu, mungkin mereka bertindak demi kepentingan diri sendiri saja, mungkin untuk mendapatkan pengaruh di antara saudara-saudara dengan apa yang nampaknya suatu tindakan amal yang terpuji.
Kemungkinan ini dapat membantu menjelaskan mengapa Allah menghukum mereka dengan berat. Bahkan jika kehidupan komunitas gereja adalah akibat dari keyakinan bahwa Yesus sudah hampir datang, suatu tindakan seperti yang Ananias dan Safira lakukan pada tahap sedini itu dapat meremehkan pentingnya kesetiaan kepada Allah dan menjadi suatu pengaruh buruk di antara umat. Fakta bahwa tidak disebutkan Ananias diberi kesempatan bertobat, begitu juga Safira (Kis. 5:8), mungkin hanya karena pendeknya kisah itu.

Dasarnya adalah bahwa, sejak awal sampai akhir, tindakan mereka penuh dosa, dan dosa adalah hal yang serius di mata Allah (Yeh. 18:20; Rm. 6:23), sekalipun Ia tidak selalu menghukum dengan seketika. Sebenarnya, bahwa hukuman itu sering ditunda seharusnya tetap mengingatkan kita pada betapa peramahnya Allah itu (2 Ptr. 3:9).

Mengapa kita harus berhati-hati dalam mendorong batas-batas kasih karunia, seperti yang dilakukan oleh dua anggota gereja mula-mula ini?


KAMIS 19 JULI

Penahanan Kedua

Jika para rasul dapat digunakan untuk membawa hukuman Allah atas dosa, seperti dalam kasus Ananias dan Safira, mereka juga dapat digunakan untuk membawa anugerah Allah ke atas orang berdosa. Pelayanan kesembuhan mereka yang penuh kuasa (Kis. 5:12-16) adalah bukti nyata bahwa Roh Allah sedang bekerja melalui mereka. Bahwa bayangan Petrus pun, dipercaya dapat menyembuhkan orang adalah mengesankan. Kesamaan terdekat dalam Injil adalah tentang perempuan yang disembuhkan oleh menjamah jubah Yesus (Luk. 8:43, 44). Lukas, tidak mengatakan bahwa bayangan Petrus benar mempunyai kuasa kesembuhan, tetapi umat berpikir demikian. Namun, kalau pun pemikiran mereka begitu, Allah tetap dapat menyalurkan kasih karunia-Nya.

Namun, semakin para rasul diisi dengan Roh Kudus, dan tanda-tanda serta mukjizat berlipat ganda, pimpinan agama makin dipenuhi dengan kecemburuan. Hal ini menuntun mereka menahan para rasul untuk kedua kalinya5:17, 18). Hanya nanti setelah kelepasan mereka secara mukjizat (Kis. 5:1924) dan satu lagi pidato yang berani oleh Petrus, menekankan bahwa mereka harus "taat kepada Allah lebih dari pada kepada manusia" (Kis. 5:29), barulah sebagian penguasa mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa pengaruh adikodrati sedang bekerja.
Bacalah Kisah 5:34-39. Bagaimanakah Gamaliel berupaya mencegah Sanhedrin dari membunuh para rasul?

Sanhedrin yang dikendalikan oleh orang-orang Saduki, bersama Farisi membentuk suatu minoritas yang berpengaruh. Gamaliel adalah Farisi dan seorang doktor hukum. Ia sangat dihormati di kalangan Yahudi sehingga ia dikenal sebagai "Rabban" ("guru kita"), dan bukan hanya sekadar "Rabi" ("guruku"). Paulus adalah salah seorang muridnya (Kis. 22:3).

Gamaliel mengingat dua gerakan pemberontakan lain dalam sejarah Israel terkini yang juga telah menarik pengikut-pengikut dan menyebabkan huru-hara. Para pemimpinnya terbunuh dan para pengikut mereka bubar sama sekali. Pelajaran yang dia ambil ialah bahwa jika gerakan Kristen berasal dari manusia, ia akan segera lenyap. Sebaliknya, jika itu suatu gerakan Ilahi, seperti yang diakui para rasul itu, bagaimanakah mereka menahannya? Nasihat Gamaliel berhasil. Para rasul itu dicambuk dan sekali lagi diperintahkan supaya tidak berbicara dalarn nama Yesus.

Apakah yang dikatakan kisah ini tentang betapa sering nasihat-nasihat yang balk itu sangat membantu dan dibutuhkan? Bagairnanakah kita dapat belajar menjadi lebih terbuka untuk menerima naSihat, walaupun nasihat itu berisi sesuatu yang kita tidak suka dengar?

JUMAT 20 JULI
Pendalaman: "Kita adalah para penatalayan, dipercayakan oleh Tuhan kita yang lagi pergi, agar kita menata isi rumah-Nya dan kepentingan-kepentinganNya di dunia ini. Ia telah kembali ke surga, meninggalkan pada kita tanggung jawab, dan Ia mengharapkan supaya kita berjaga dan menanti kedatanganNya. Hendaklah kita setia pada tugas kita, jangan sampai kedatangan-Nya yang tiba-tiba itu, Ia mendapati kita tertidur."—Ellen G. White, Testimonies for the Church, jld. 8, hlm. 37.

"Umat perlu diberi kesan terhadap kesakralan sumpah dan janji mereka pada pekerjaan Allah. Janji semacam itu pada umumnya tidak dipegang seperti suatu surat utang dari manusia kepada manusia. Tetapi adakah suatu janji menjadi kurang sakral dan kurang mengikat karena dibuat kepada Allah? Karena kurang secara teknis, dan tak dapat dipaksakan oleh hukum, akankah orang Kristen mengabaikan kewajiban yang telah ia janjikan? Tidak ada surat utang legal atau obligasi lebih mengikat daripada suatu janji yang dibuat bagi pekerjaan Allah."—Ellen G. White Comments, The SDA Bible Commentary, jld. 6, hlm. 1056.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:

1. Di antara banyak hal lainnya, Yesus meninggalkan dua warisan segar kepada murid-murid: pengharapan pada kedatangan-Nya kembali yang segera dan suatu misi sedunia. Bagaimanakah seharusnya dua faktor ini memengaruhi kesadaran misi dan panggilan kita untuk memberitakan Injil kepada dunia?

2. Seseorang pernah berkata: "Kita harus bersedia seakan Yesus datang hari ini tapi terus bekerja fdalam misi gerejal seakan Ia memerlukan satu abad lagi untuk datang." Kearifan apakah yang terdapat dalam pendapat ini, dan bagaimanakah dapat kita terapkan itu pada panggilan kita dalam hidup?

3. Mengapakah kehidupan, kematian, kebangkitan, dan kembalinya Yesus harus menjadi inti dari semua khotbah kita? Atau pandanglah seperti ini: apakah baiknya semua yang kita khotbahkan tanpa peristiwa-peristiwa ini?

4. Apakali yang seharusnya diajarkan kisah Ananias dan Safira tentang betapa sulitnya bagi kita mengetahui hati orang lain, untuk kebaikan ataupun untuk kejahatan?

5. Siapakah para Gamaliel modern masa kini yang Anda kenal? Atau mungkin, apakah Anda dalam posisi memainkan peran itu untuk orang lain? Dalam kelas bicarakan mengenai waktu dan berbagi contoh tentang bagaimana memberi atau menerima nasihat yang arif menghasilkan kebaikan. Pelajaran-pelajaran apakah yang dapat dipelajari dari catatan-catatan ini?


>>> Download Pelajaran SS Sabat Ke-3 : KEHIDUPAN DALAM GEREJA MULA-MULA (doc)
>>> Download Power-Point Sekolah Sabat Pada Link Di Bawah Ini:


No comments:

Post a Comment