MENCIPTAKAN HUBUNGAN
DARLENE THIESSEN, 45 TAHUN
Seorang anak kelas delapan bernama Adrius meninggal dunia
dalam tahun pertama saya mengajar di Mamawi Atosketan Native School, sebuah
sekolah misi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh bagi anak-anak First Nations di
Provinsi Alberta, Kanada.
Adrius berjuang untuk keluar dari kecanduan alkohol dan is
sedang keracunan alkohol ketika sebuah mobil menabraknya pada suatu malam
ketika is dalam perjalanan pulang ke rumah. Saya merasa sangat takut saat pagi
itu saat mendengar sekolah ditutup karena ada siswa yang meninggal.
Siswa kedua yang meninggal pada tahun kedua saya mengajar di
sana, Francis Buffalo, memiliki tubuh seperti raksasa, tapi kepribadiannya
lembut dan ramah. la sedang berbicara dengan beberapa orang teman di samping
sebuah mobil yang diparkir ketika sebuah mobil yang melintas kehilangan kendali
dan menghantam anak itu.
Dua kematian itu membawa dampak besar bagi saya. Saya
berusaha untuk menahan tangis di pemakaman mereka. Sebagai seorang guru, saya
memiliki hubungan erat dengan anak-anak itu dan saya takut tak dapat berhenti
bila saya mulai menangis. Seluruh tubuh saya terasa sakit, dan saya merasa akan
meledak.
Setelah pemakaman itu, pertanyaan memenuhi benak saya. Saya
bertanya-tanya apakah saya telah memberikan pengaruh balk untuk mereka. Apakah
mereka melihat kasih Allah di sekolah? Apakah kami telah memberikan cukup
ajaran sehingga mereka berteriak memohon pertolongan
Tuhan di saat-saat terakhir mereka?
Kematian mereka yang sangat dini mengingatkan saya setiap
hari beta pa saya ingin membawa anak-anak itu kepada Yesus. Saya ingin agar
anak-anak itu memiliki hubungan dengan Yesus yang akan mengubah hidup mereka.
Sebagai seorang guru, saya tidak selalu dapat melihat
hasilnya dalam waktu singkat, tetapi saya dapat menangkap sekilas terang yang
memberikan harapan.
Pada suatu hari saya bergabung dengan ADRA dalam sebuah
perjalanan misi untuk membangun sebuah panti asuhan di Mozambik. Saya
memberitahukan siswa-siswa kelas tiga ke mana saya akan pergi dan apa yang akan
saya lakukan. Saya mempersiapkan mereka untuk menemui guru pengganti.
Namun ada seorang siswi bernama Tiandra. Gadis kecil ini
percaya bahwa saya akan meninggalkan kelas dan tidak akan kembali. la mulai
bertingkah macammacam dan akhirnya dibawa ke kantor kepala sekolah. Ketika
kepala sekolah bertanya mengapa is bertingkah demikian, is menjawab, suaranya
penuh gaya, "Pernahkah Anda mendengar apa yang disebut kecemasan karena
perpisahan?"
Kepala sekolah sampai harus keluar dari kantornya sambil
menahan tawa. Tiandra kecil terdengar gaya sekali menggunakan bahasa orang
dewasa.
Fakta Terkini
Berang-berang Amerika Utara
adalah hewan nasional Kanada.
Provinsi Alberta di Kanada be-bas
tikus selama 50 tahun. Seekoranak beruang bernama Winnipeg telah diekspor dari
Kanada ke Kebun Binatang London pada tahun 1915. Di sana seorang anak bernama
Christopher Robin Milne suka sekali mengunjungi Winnipeg, atau Winnie nama
panggilannya. Kecintaannya pada Winnie itu menginspirasi kisahkisah yang
ditulis oleh ayahnya, A.A. Milne, tentang Winnie the Pooh.
Tetapi Tiandra telah mengungkapkan hal itu dengan tepat. la menjadi
bertingkah aneh karena dikiranya saya telah meninggalkannya.
Kami memang memiliki hubungan yang erat, dan baginya itu
adalah hal yang sangat berharga sehingga is merasa dicampakkan ketika saya
tidak ada di sana.
Ketika kembali ke Kanada, saya beristirahat satu hari di
rumah untuk menghilangkan pengaruh kelelahan. Kepala sekolah menelepon dan
berkata: "Ada yang ingin berbicara dengan Anda." Lalu terdengar suara
Tiandra di telepon."Halo? Kapan Anda masuk kembali?""Besok,"
saya menjawab."Oke,"katanya. Dan begitulah. Segalanya pun berjalan
dengan balk. Hubungan kami telah pulih. Semua guru memiliki hubungan dengan
muridmurid mereka. Dan penting bagi anak-anak itu untuk datang ke sekolah
setiap hari dan melihat wajah kami.
Tahun yang lalu, murid-murid kelas tiga itu terdiam ketika
saya menceritakan tentang Yesus yang mati di kayu salib. Anda harus melihat
paras tercengang mereka ketika mengetahui ada Seseorang yang begitu mengasihi
mereka. Saya mengatakan kepada anakanak itu bahwa lebih mudah bagi saya untuk
mati bagi orang lain ketimbang menyerahkan nyawa anak saya. "Allah pasti
sangat mengasihimu sehingga menyerahkan Anak-Nya yang tunggal," kata saya.
Dan keheranan di wajahwajah mungil itu."Benarkah, Dia melakukan itu untuk
saya?"Seorang anak bertanya.
Saya ingat seorang anak perempuan di kelas satu yang
menghadapi gejolak di rumahnya karena kakak dan adiknya bergiliran masuk rumah
perawatan. Adiknya yang bungsu diambil dari rumah, dan ibunya sedang berjuang
untuk membawanya kembali. Anak kelas satu itu merasa sangat prihatin. Kemudian
beberapa temannya mulai menggodanya. Pada suatu hari saya menemu kannya sedang
menangis di luar kelas dan bertanya kepadanya apa yang terjadi."Mereka
mengatakan bahwa adikku sudah mati," katanya. Saya katakan apakah saya
boleh berdoa bersamanya, dan ia mengangguk. Saya meraih tangannya dan berdoa
untuk adiknya. Setelah itu, saya berkata: "la berada di dalam tangan
Yesus.
Apakah kamu merasa lega?" Saat itu seolah-olah beban
dunia terangkat dari bahunya. la pergi keluar dan dengan gembira bermain
bersama anak-anak lainnya.
Sebagai guru, kami memiliki banyak peristiwa kecil seperti
ini di mana kami dapat menunjukkan kepada mereka kasih Yesus. Saya ingin
membawa murid-murid itu kepada Yesus. Saya tidak ingin kehilangan kesempatan
untuk membawa seorang anak lebih dekat pada kekekalan.
Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini
akan membantu Mamawi Atosketan Native School mengembangkan programnya agar
dapat mengajarkan lebih banyak anakanak tentang Yesus. Terima kasih untuk
persembahan Anda.L/-!
Oleh Darlene Thiessen, seperti dikisahkan kepada Andrew
McChesney.
Saksikan Darlene di tautan: bit.ly/Darlene-Thiessen.
No comments:
Post a Comment