DIRACUNI OLEH SEORANG
IBU
CERITA MISSION SABAT
KE-9, 01 DESEMBER 2018
Oleh : Desi Natalia
Ango, 21 Tahun
Indonesia
Desi Natalia Ango yang berusia 18 tahun
saat itu, senang sekali ketika mendapat tugas untuk menjadi misionaris selama
satu tahun di Limbong yang berada di sebelah selatan pulau Sulawesi di
Indonesia.
Desi
mengira bahwa ia akan ditempatkan di sebuah kota besar. Tetapi ketika ia
bersama temannya tiba di kantor konferens, mereka diantarkan dengan sebuah
mobil dalam perjalanan selama tiga jam. Kemudian mereka menumpang sepeda motor
selama lima jam ke atas gunung. Jalanan yang dilalui sangat licin, dan Desi
sering terjatuh dari sepeda motor.
Ketika
perjalanan itu berakhir, para remaja putri itu baru tahu bahwa mereka masih
harus mendaki selama delapan jam. Tetapi pertama tama, mereka harus berhenti di
sebuah kantor pemerintah di ujung jalan itu untuk mendapatkan izin mendaki
gunung.
Beberapa
orang dari Limbong berada di kantor, dan mereka dengan senang hati mengantar
Desi ke desa dan mengumumkan berita besar itu.
Ketika
para misionaris muda itu tiba, penduduk desa menyambut mereka dengan upacara
tradisional. Seekor ayam muda berbulu dan berkaki hitam dibakar, direbus, dan
dihidangkan kepada para tamu. Penduduk desa sendiri menyantap daging ayam yang
biasa.
"Kami
tidak bisa berbicara dalam Bahasa mereka dan tidak mengerti apa yang mereka
katakan," kata Desi. "Kami tidak tahu harus melakukan apa."
Yang
lebih penting lagi, ia tidak tahu bagaimana mengabarkan Yesus. la bersama
temannya berpuasa dan berdoa selama dua hari.
Charcoal
(Arang Bubuk) dan Pepaya
Pada
hari kedua, seorang wanita dari desa meminta pertolongan. la membawa dua
misionaris itu kepada ibunya, Indo Reko, yang terbaring sakit di ranjang.
Wanita tua itu menderita karena pendarahan, mirip sekali dengan wanita yang
disembuhkan Yesus dalam Markus 5:25-34. Para misionaris itu tidak memiliki
pengalaman medis dan tidak mengetahui harus melakukan apa.Tetapi mereka
memiliki charcoal, dan mereka mencampur dua sendok arang bubuk itu dengan air
dan meminta izin untuk berdoa.
"Kami
berdoa: Tuhan, kami percaya bahwa Engkau dapat menyembuhkan wanita ini dengan
charcoal"' kenang Desi."Tetapi kami berpikir: Apakah lagi yang dapat
kami lakukan.
Mereka
memutuskan untuk menghubungi kampus 1.000 Missionary Movement, organisasi yang
mengirim mereka ke desa itu. Untuk mendapatkan sinyal telepon selular, mereka
harus mendaki beberapa jam lagi ke atas gunung. Hubungan telepon itu berhasil,
dan seorang perawat dari kampus memberi saran kepada para remaja putri itu
untuk mencampur sebuah pepaya kecil—beserta bijinya—dengan sebuah pisang
berukuran sedang, dan memberikannya kepada Indo.
Kembali
ke rumah Indo, Desi memberitahukan wanita itu: "Kami adalah orang Kristen,
dan percaya bahwa Yesus akan menolong Anda. Jika Anda makan ini, Anda akan
menjadi lebih baik."
Kedua
misionaris itu memberikan campuran pepaya dan pisang itu kepada Indo setiap hari
selama 30 hari. Mereka juga mengajarinya untuk tidak makan makanan haram.
Ketika waktu sebulan itu berakhir, pendarahan ibu itu berhenti dan Indo pun
sembuh.
Peringatan
tentang Racun
Penduduk
desa menghargai pertolongan itu, dan mereka mulai memberikan nasihat-nasihat.
Satu persatu mereka memberitahukan para misionaris itu untuk menghindari sebuah
rumah di desa itu.
"Jangan
pergi ke sana karena kamu akan diracuni,"mereka memperingatkan.
Para
misionaris mengabaikan nasihat itu, karena percaya bahwa Tuhan mengirim mereka
ke semua keluarga di desa itu.
Ketika
mereka mengetuk pintu rumah itu, seorang wanita berusia 30 tahun menyambut
mereka dengan sukacita dan segera menawarkan makanan dan minuman.
Desi
menatap singkong dan jagung ungu itu dan menoleh kepada rekan misionarisnya.
"Kamu
duluan," katanya. Temannya menyiku dan berkata:"Tidak, kamu
duluan."
Desi
bertanya kepada wanita itu, yang dikenal sebagai Mama Wandi, apakah mereka
boleh berdoa bersama sebelum makan.
"Kami
orang Kristen," kata Desi. "Kami percaya pada doa dalam segala
sesuatu yang kami lakukan."
Setelah
berdoa, dua remaja putri itu menyantap makanan yang disajikan dan tidak terjadi
apa-apa.
Tips Cerita
Saksikan Desi di tautan: bit.ly/ Desi-Natalia-Ango
Temukan foto-foto tentang kisah ini di tautan: bit.ly/tb-mq
4Q18 AY.indd
Mama
Wandi mengundang para misionaris itu untuk datang keesokan harinya dan
menyuguhi mereka makanan lagi. Mereka berdoa dan tidak ada hal buruk yang
terjadi. Hal ini terjadi setiap hari se-lama dua minggu. Akhirnya, Mama Wandi
berkata kepada orang desa itu:"Para misionaris ini bukan orang biasa. Saya
sudah meracuni makanan mereka selama dua minggu, dan mereka tidak sakit!"
Kisah
ini beredar ke seluruh desa bahwa para misionaris ini kebal terhadap racun, dan
banyak orang yang datang kepada mereka untuk mendengar cerita tentang Tuhan
mereka.
Desi
sekarang berusia 21 tahun dan sedang kuliah jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
di Universitas Klabat, sebuah sekolah Advent di ujung utara pulau Sulawesi. la
berharap bisa kembali ke desa itu setelah lulus dan membuka sebuah sekolah
dasar. la telah berkunjung ke sana selama beberapa kali sejak kunjungannya yang
pertama, dan ia sangat senang karena Mama Wandi sekarang sedang belajar
Alkitab.
"Satu
hal dari Alkitab yang sungguh menguatkan kami selama tahun itu adalah Ayub
42:2, yang berbunyi: 'Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu,
dan tidak ada rencana-Mu yang gagal kata Desi. "Tuhan benar-benar dapat
melakukan apa saja."
Terima
kasih untuk persembahan misi Anda yang mendukung pekerjaan penginjilan para misionaris
di seluruh dunia.
Oleh:
Andrew McChesney