Ads Google

Saturday, December 1, 2018

PELAJARAN SEKOLAH SABAT (KE-9) 2018, TRIWULAN 4




PELAJARAN SABAT KE - 9

24 NOVEMBER – 30 NOVEMBER 2018

BUKTI YANG PALING MEYAKINKAN

SABAT PETANG

UNTUK PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: YOH. 11:51, 52; EF. 2:13-16; 2 KOR. 5:17-21; EF. 4:25-5:2; Rm. 14:1-6; Kis. 1:14.
 
AYAT HAFALAN: "Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu Ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai" (Yohanes 11:51, 52).

Pekan lalu kita mempelajari bagaimana persatuan bisa nampak melalui suatu pekabaran bersama, yang berpusat pada Yesus sebagai Juruselamat dan pada kebenaran Alkitab yang harus ditekankan pada akhir zaman. Kita ada karena pekabaran yang Allah berikan kepada kita dan panggilan yang kita harus kabarkan kepada dunia.

Pekan ini kita akan fokus pada kesatuan gereja yang tampak dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen dan misi gereja. Menurut Yesus, gereja tidak sekadar menggambarkan pekabaran Allah tentang keselamatan dan pendamaian. Kesatuan gereja itu sendiri adalah juga pernyataan penting tentang pendamaian itu. Di dunia yang penuh dengan dosa dan pemberontakan, gereja berdiri sebagai saksi yang kelihatan, menyaksikan pekerjaan dan kuasa Kristus yang menyelamatkan. Tanpa kesatuan dan solidaritas gereja dalam kesaksiannya bersama, kuasa penyelamatan dari salib tidak akan kelihatan di dunia ini. "Kesatuan dengan Kristus membentuk ikatan persatuan satu sama lain. Kesatuan ini adalah bukti yang paling meyakinkan bagi dunia tentang keagungan dan kebajikan Kristus, dan kuasa-Nya untuk menyingkirkan dosa."—Komentar Ellen G. White, The SDA Bible Commentary, jld. 5, hlm. 1148.
* Pelajarilah pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 1 Desember.
Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan IV, 2018 61


MINGGU 25 NOVEMBER

Di Bawah Salib Yesus

Seperti banyak berkat rohani lainnya yang Allah berikan kepada umat-Nya, kesatuan gereja juga merupakan pemberian Allah. Persatuan bukanlah ciptaan manusia melalui usaha, perbuatan baik, dan niat kita. Pada dasarnya, Yesus Kristus menciptakan kesatuan itu melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Saat kita sesuai dengan iman, kematian dan kebangkitan-Nya melalui baptisan dan pengampunan atas dosa-dosa kita, saat kita bergabung dalam persekutuan bersama, dan saat kita mengabarkan pekabaran tiga malaikat kepada dunia, kita bersekutu dengan Dia dan dalam persatuan satu sama lain.
Bacalah Yohanes 11:51, 52 dan Efesus 1:7-10. Peristiwa apakah dalam kehidupan Yesus yang merupakan dasar persatuan di antara kita sebagai orang Advent?

"Hal itu dikatakannya (Kayafas) bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu is bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai" (Yoh. 11:51, 52). Sungguh aneh Allah menggunakan Kayafas untuk menjelaskan makna dari kematian Yesus, meskipun Kayafas tidak tahu apa yang sedang dilakukannya dalam menuntut Yesus untuk dihukum mati. Sang imam juga tidak tahu seberapa dalam pernyataannya. Kayafas mengira bahwa dia hanya membuat pernyataan politik saja. Namun, Yohanes menggunakan pernyataan itu untuk mengungkapkan kebenaran mendasar tentang apa yang dimaksud dengan kematian Yesus sebagai pengganti bagi semua umat Allah yang setia, yang suatu hari nanti akan dikumpulkan "bersama menjadi satu."
Apa pun yang kita percaya sebagai umat Advent Hari Ketujuh, pekabaran apa pun yang kita kabarkan, dasar persatuan kita ada dalam penerimaan kita bersama terhadap kematian Kristus untuk kepentingan kita.

Dan, selanjutnya, kita juga mengalami kesatuan ini di dalam Kristus melalui baptisan. "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus." (Gal. 3:26, 27). Baptisan adalah ikatan lain yang biasanya kita umat Advent sama-sama laksanakan, karena ini melambangkan iman kita kepada Kristus. Kita memiliki Bapa yang sama; dengan demikian, kita semua adalah putra dan putri Allah. Dan kita memiliki Juruselamat yang sama di mana dalam kematian dan kebangkitan-Nya kita dibaptis (Rm. 6:3, 4).

Apa pun perbedaan budaya, sosial, etnis, dan politik yang ada di antara kita sebagai umat Advent Hari Ketujuh, mengapa iman kita kepada Yesus melebihi semua pembedaan semacam itu?


SENIN 26 NOVEMBER

Pelayanan Pendamaian

Dunia kita pasti dikenal karena kekacauan, masalah, perang, dan konfliknya. Semua faktor ini memengaruhi kehidupan kita di tingkat pribadi, masyarakat, dan nasional. Di saat itu muncul maka seluruh hidup kita berada dalam konflik. Tetapi perpecahan dan kekacauan tidak akan ada selamanya. Allah sedang dalam misi untuk mewujudkan kesatuan kosmis. Sedang dosa telah mengakibatkan ketidakharmonisan, rencana kekal Allah untuk pendamaian membawa kedamaian dan keutuhan.
Dalam Efesus 2:13-16, Paulus mengemukakan prinsip-prinsip yang menunjukkan bagaimana Kristus bertindak untuk membawa kedamaian di antara orang-orang percaya; melalui kematian-Nya di kayu salib, Yesus menjadikan orang Yahudi dan bukan Yahudi satu umat dan menghancurkan penghalang etnis dan agama yang memisahkan mereka. Jika Kristus bisa melakukan hal ini terhadap orang Yahudi dan orang bukan Yahudi di abad pertama, seberapa sanggupkah Dia meruntuhkan dinding penghalang ras, etnis, budaya yang memisahkan orang-orang di dalam gereja kita sekarang? Dan dari titik inilah, kita bisa menjangkau dunia.

Dalam 2 Korintus 5:17-21, Paulus menyatakan bahwa di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, yang didamaikan dengan Allah. Lalu apakah pelayanan kita di dunia ini? Apakah perbedaan yang bisa kita buat di komunitas kita sebagai satu organisasi gereja yang bersatu?

Sebagai ciptaan Allah yang baru, orang percaya menerima suatu tugas pelayanan penting—suatu pelayanan pendamaian rangkap tiga. (1) Gereja kita terdiri orang-orang percaya yang pernah tersesat dari Allah, namun, melalui anugerah pengorbanan Kristus yang menyelamatkan, sekarang telah dipersatukan dengan Allah oleh Roh Kudus. Kita adalah umat sisa, yang dipanggil untuk mengabarkan pekabaran akhir zaman kepada dunia. Pelayanan kita adalah mengundang orang-orang yang masih tersesat dari Allah untuk diperdamaikan dengan Allah dan bergabung dengan kita dalam misi ini. (2) Gereja juga adalah umat Allah yang diperdamaikan satu sama lain. Bersatu dengan Kristus berarti kita saling bersatu. Ini bukan sekadar cita-cita yang mulia; itu harus menjadi kenyataan yang dapat dilihat. Berdamai satu sama lain, damai dan harmonis di antara saudara dan saudari, adalah saksi yang jelas bagi dunia bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dan Penebus kita. "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yoh. 13:35). (3) Melalui pelayanan pendamaian ini, gereja mengatakan kepada alam semesta bahwa rencana penebusan Allah adalah benar dan berkuasa. Pertentangan besar adalah tentang Allah dan karakter-Nya. Karena di saat gereja memupuk persatuan dan perdamaian, alam semesta melihat karya dari hikmat Allah yang kekal (lihat Ef 3: 8-11).

                                   
SELASA 27 NOVEMBER             
                                                        
Persatuan di Tengah Keragaman

Dalam Roma 14 dan 15, Rasul Paulus membahas isu-isu yang secara mendalam memecah gereja di Roma. Tanggapannya terhadap isu-isu ini adalah mengundang anggota jemaat Roma untuk menunjukkan toleransi dan kesabaran satu sama lain dan tidak memecah belah gereja karena masalah ini. Apakah yang bisa kita pelajari dan nasihatnya?

Baca Roma 14:1-6. Isu nurani apakah yang menyebabkan anggota gereja di Roma saling menghakimi dan tidak bersekutu satu sama lain?

Kemungkinan besar hal-hal ini berkaitan dengan kenajisan seremonial Yahudi. Menurut Paulus, ini adalah "perselisihan mengenai hal-hal yang meragukan" (Rm. 14:1, NIUV), yang menunjukkan bahwa itu bukanlah masalah keselamatan namun merupakan masalah pendapat yang seharusnya diseratikan kepada hati nurani masing-masing. (Lihat Rm. 14:5).

Perselisihan ini terjadi mula-mula tentang jenis makanan yang dimakan. Di sini Paulus tidak sedang membahas soal mengonsumsi binatang yang dilarang di Imamat 11. Tidak ada bukti bahwa orang Kristen mula-mula mulai makan daging babi atau hewan haram lainnya selama masa Paulus, dan kita tahu bahwa Petrus tidak memakan makanan semacam itu (lihat Kis. 10:14). Juga, bahwa orang lemah hanya makan sayuran (Rm. 14:2) dan bahwa kontroversi itu juga mencakup minuman (Rm. 14:17, 21) menunjukkan bahwa perhatiannya berfokus pada kenajisan seremonial. Ini lebih jelas lagi dengan kata najis (koinos), yang digunakan dalam Roma 14:14. Kata itu digunakan dalam terjemahan Yunani Kuno dari Perjanjian Lama untuk merujuk pada binatang yang kotor, bukan binatang haram dan Imamat 11. Rupanya ada beberapa orang di jemaat Roma yang tidak mau makan pada saat makan bersama karena mereka tidak yakin bahwa makanan tersebut disiapkan dengan baik atau belum dipersembahkan kepada berhala. Hal yang sama berlaku untuk pemeliharaan hari-hari tertentu. Ini tidak mengacu pada pengudusan hari Sabat setiap pekan, karena kita tahu Paulus menguduskan Sabat secara teratur (Kis. 13:14; 16:13: 17:2). Ini kemungkinan membicarakan mengenai berbagai hari raya Yahudi atau hari-hari puasa. Maksud Paulus dalam ayat-ayat ini adalah untuk mendorong jemaat bertoleransi terhadap orang-orang yang mematuhi ritual-ritual ini secara lulus dan teliti selama mereka tidak menganggapnya sebagai alat keselamatan. Persatuan di antara umat Kristen dinyatakan dalam kesabaran pada saat kita tidak selalu sependapat, terutama bila hal itu tidak penting bagi iman kita.
Tanyakan pertanyaan ini di kelas: Adakah yang kita percaya dan praktikkan sebagai orang Advent Hari Ketujuh yang tidak perlu dipercayai dan diikuti oleh semua orang yang mengaku Advent?


RABU 28 NOVEMBER 
Persatuan Praktis

Pada tahun 1902, Ellen G. White menulis: "Seperti kehidupan Kristus di dunia, demikianlah seharusnya setiap orang Kristen. Dia adalah teladan kita, bukan hanya dalam kesucian-Nya yang tak bercela, tetapi dalam kesabaran, kelemahlembutan, dan kehebatan watak-Nya."—Ellen G. White, Signs of the Times, 16 Juli 1902. Kata-kata ini mengingatkan pada seruan Paulus kepada (yang Filipi: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Flp. 2:5).

Bacalah Efesus 4:25-5:2 dan Kolose 3:1-17, lalu jawab kedua pertanyaan berikut: Di bidang kehidupan kita yang manakah, kita diajak menunjukkan kesetiaan kita kepada Yesus? Bagaimanakah kita menjadi saksi Injil Yesus dalam kehidupan kita di hadapan umum?

Ada banyak ayat Alkitab lainnya yang mengundang orang Kristen untuk mengikuti teladan Yesus dan menjadi saksi hidup anugerah Allah kepada orang lain. Kita juga diajak untuk mengusahakan kesejahteraan orang lain (Mat. 7:12); saling menolong memikul beban (Gal. 6: 2); hidup dalam kesederhanaan dan fokus pada kerohanian batiniah, bukan penampilan lahiriah (Mat. 16:24-26; 1 Ptr. 3:3, 4); dan mengikuti praktik hidup sehat (1 Kor 10:31).

"Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. Milikilah cara hidup yang baik di tengahtengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka (I Ptr. 2:11, 12). Seberapa seringkah kita meremehkan dampak karakter Kristen terhadap mereka yang memperhatikan kita? Kesabaran ditunjukkan pada saat-saat jengkel, kehidupan yang disiplin di tengah ketegangan dan konflik, roh yang lembut dalam menanggapi ketidaksabaran dan kata-kata kasar, adalah tanda-tanda Roh Yesus yang ingin kita tiru. Sementara umat Advent Hari Ketujuh bersaksi bersama di dunia yang salah paham terhadap karakter Allah, kita menjadi kekuatan untuk kebaikan dan untuk kemuliaan Allah. Sebagai wakil Kristus, orang percaya harus dikenal tidak hanya demi kejujuran moral mereka tetapi juga untuk perhatian praktis mereka bagi kesejahteraan orang lain. Jika pengalaman rohani kita itu murni, maka itu akan muncul dan memiliki dampak di dunia. Sekumpulan orang percaya yang menunjukkan karakter Kristus kepada dunia, pasti akan menjadi saksi yang kuat.

Saksi macam apakah yang Anda tunjukkan kepada orang lain? Apakah yang orang akan temukan dalam hidup Anda yang akan membuat mereka ingin mengikuti Yesus?


KAMIS 29 NOVEMBER                                               
Persatuan dalam Misi

Bandingkan suasana hati para murid pada saat perjamuan kudus dalam Lukas 22:24 dengan suasana hati mereka beberapa saat sebelum peristiwa Pentakosta dalam Kisah 1:14 dan 2:1, 46. Apakah yang membuat perbedaan itu dalam hidup mereka?

Dalam Kisah 1:14 dan 2:46, ungkapan "dengan sehati" juga berarti "bertekun dengan satu pemikiran." Hal ini terjadi karena mereka berada bersama di satu tempat, berdoa mencari penggenapan janji Yesus untuk mengutus Penghibur.

Sementara mereka menunggu, akan mudah sekali bagi mereka untuk mulai mengkritik satu sama lain. Beberapa orang dapat menunjuk pada penyangkalan Petrus terhadap Yesus (Yoh. 18:15-18,25-27) dan kepada keraguan Tomas akan kebangkitan Yesus (Yoh. 20:25). Mereka dapat mengingat permintaan Yohanes dan Yakobus agar mereka mendapatkan posisi yang paling berkuasa di kerajaan Yesus (Mrk. 10:35-41), atau bahwa Matius adalah mantan pemungut cukai yang dibenci (Mat. 9:9).

Namun, "hari-hari persiapan ini adalah hari-hari penyelidikan hati yang mendalam. Murid-murid merasa keperluan rohani mereka dan berseru kepada Tuhan dengan perbuatan dan kesungguh-sungguhan kudus yang akan menyanggupkan mereka untuk pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa. Mereka tidak minta untuk suatu berkat bagi mereka saja. Mereka ditanggungkan beban keselamatan jiwa. Mereka menyadari bahwa Injil hares disampaikan ke seluruh dunia, dan mereka menuntut kuasa yang Kristus telah janjikan."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, Pd. 7, hlm 32.

Persekutuan antara murid-murid dan intensitas doa mereka mempersiapkan mereka untuk pengalaman Pentakosta yang penting ini. Saat mereka mendekat kepada Tuhan dan mengesampingkan perbedaan pribadi mereka, mereka dipersiapkan oleh Roh Kudus untuk menjadi saksi kebangkitan Yesus yang tak kenal takut dan berani. Mereka tahu bahwa Yesus telah mengampuni banyak kekurangan mereka, dan ini memberi mereka keberanian untuk terus maju. Mereka tahu apa yang telah Yesus lakukan untuk mereka dalam hidup mereka. Mereka tahu janji keselamatan ditemukan di dalam Dia, dan dengan demikian "Cita-cita orang-orang percaya adalah untuk menyatakan tabiat Kristus dan bekerja untuk memperluas kerajaan-Nya"—hlm. 41. Tidak heran Tuhan dapat melakukan hal-hal yang penuh kuasa melalui mereka. Betapa suatu pelajaran penting bagi kita sebagai satu gereja dewasa ini.

Selalu gampang sekali menemukan hal-hal yang salah dalam kehidupan orang lain. Bagaimanakah kita bisa belajar mengesampingkan kesalahan orang lain, semua untuk tujuan yang lebih besar dalam melakukan kehendak Tuhan di gereja yang bersatu?


JUMAT 30 NOVEMBER

PENDALAMAN: Ellen G. White, "Persatuan dalam Keanekaragaman," hlm. 114-118, dalam buku Mari Bersaksi.

Kutipan berikut membantu mengungkapkan bagaimana gereja mula-mula, yang dipersatukan dalam Kristus, mampu mempertahankan persatuan meskipun ada perbedaan di antara mereka, dan dengan demikian menjadi saksi yang kuat bagi dunia. "Di dalam gereja, Kitab Suci menggambarkan bagaimana Roh Kudus membimbing gereja mula-mula dalam proses pengambilan keputusannya. Hal ini dilakukan setidaknya dalam tiga cara yang saling terkait; ilham (misalnya, Roh memberi tahu orang-orang tentang apa yang hares dilakukan; Kornelius, Ananias, Filipus, dan mungkin pengundian), Kitab Suci (gereja mencapai sebuah kesimpulan di mana Kitab Suci digunakan), dan konsensus (Roh bekerja dari dalam jemaat, hampir talc kentara, menciptakan sebuah konsensus melalui dialog dan penyelidikan yang pada akhimya gereja menyadari bahwa Roh sedang bekerja di dalamnya). 

Tampaknya ketika berhadapan dengan kontroversi budaya, doktrin, dan teologis di antara komunitas orang percaya, Roh Kudus bekerja melalui konsensus dalam proses pengambilan keputusannya. Dalam proses ini, kita melihat peran aktif umat percaya dan bukan hanya para pemimpinnya, dan'pentingnya doa untuk penegasan. Tuntunan Roh Kudus dirasakan sepanjang pemahaman umat akan Firman Allah, pengalaman umat percaya dan kebutuhannya, dan melalui pengalaman para pemimpinnya saat mereka melayani. Berbagai keputusan gereja dibuat melalui sebuah proses yang dituntun oleh Roh Kudus dalam mana Alkitab, doa, dan pengalaman merupakan unsur-unsur refleksi teologis."—Denis Fortin, "The Holy Spirit and the Church," in Angel Manuel Rodriguez, ed., Message, Mission, and Unity of the Church, hlm 321, 322.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:

1. Di kelas, sampaikan jawaban Anda atas pertanyaan hari Rabu tentang bagaimana kita memutuskan ajaran dan praktik apa yang penting bagi kita sebagai umat Advent dan apa yang tidak.

2. Bagaimanakah kita berhubungan dengan umat Kristen dari denominasi lain yang, seperti kita, percaya kepada kematian dan kebangkitan Yesus?

Ringkasan: Bukti persatuan yang paling meyakinkan adalah saudara dan saudari saling mengasihi seperti yang Yesus lakukan. Pengampunan dosa dan keselamatan yang sama-sama kita yakini sebagai orang Advent menjadi pengikat terhadap persekutuan kita. Di dalam Kristus, kita dapat menunjuldcan kepada dunia kesatuan kita dan kesaksian kita tentang iman kita bersama. Kita dipanggil untuk berbuat tidak kurang dari itu.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan IV, 2018 67


>>> Download Pelajaran SS Sabat Ke-9 : BUKTI YANG PALING MEYAKINKAN
>>> Download Power-Point Sekolah Sabat Pada Link Di Bawah Ini: