Ads Google

Saturday, October 13, 2018

PELAJARAN SEKOLAH SABAT 2018, TRIWULAN 4 - SABAT KE-2 *6 - 12 OKTOBER


PELAJARAN SABAT KE-2

*6-12 OKTOBER 2018

PENYEBAB PERPECAHAN

SABAT PETANG

UNTUK PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: UL. 28:1-14; Y ER. 3:1418; HAK. 17:6; 1 RAJ. 12:1-16; 1 KOR. 1:10-17; Kis. 20:25-31.

AYAT HAFALAN: "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian" (Amsal 9:10).

Nabi-nabi Perjanjian Lama berulang kali meminta umat Israel untuk mematuhi perintah Allah. Ketidaktaatan dan kecerobohan akan menyebabkan kemurtadan dan perpecahan. Kepatuhan terhadap hukum Allah dimaksudkan sebagai sarana untuk menghindarkan manusia dari konsekuensi alami dosa dan untuk menguduskan mereka di tengah banyak bangsa asing. Mengikuti kehendak Tuhan akan menciptakan keharmonisan di antara orang-orang dan memperkuat tekad masyarakat mereka untuk bertahan dalam menghadapi praktik penyembahan berhala dan penyembahan jahat yang mengelilinginya dari hampir segala arah. Maksud Allah adalah agar umat-Nya menjadi kudus dan menjadi saksi bagi bangsa-bangsa di sekitar mereka.

Sebagaimana Tuhan berfirman kepada mereka setelah membebaskan orang Ibrani dari Mesir: "Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Sebab itu lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: `Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi'" (Ul. 4: 5, 6).

Tidak diragukan: Apabila mereka tetap setia, umat-Nya akan sangat diberkati dan akan menjadi berkat bagi orang lain. Namur, ketidaksetiaan akan menyebabkan sejumlah masalah, salah satunya adalah perpecahan.

* Pelajarilah pelajaran pekan ini untuk mempersiapkan Sabat, 13 Oktober


MINGGU 7 OKTOBER

"Kembalilah, Hai Anak-anak Murtad"

Sejarah umat Israel dipenuhi dengan cerita ketidaksetiaan dan anarki, diikuti oleh kembali kepada Tuhan dan penurutan, lalu disusul lagi dengan lebih banyak ketidaksetiaan dan konflik. Pola ini terjadi berulang kali. Setiap kali umat Tuhan secara sadar mengikuti kehendak-Nya, mereka diberkati dengan damai dan hidup. Setiap kali mereka tidak taat dan mengikuti jalan mereka sendiri, hidup mereka menjadi sengsara, penuh dengan peperangan dan konflik. Bahkan sebelum Israel memasuki Tanah Perjanjian, Tuhan telah meramalkan pola ini akan terjadi dan menawarkan solusi untuk menghindari konsekuensi mengerikan terhadap eksistensi mereka.

Bacalah Ulangan 28:1-14. Berkat apakah yang akan datang ke Israel jika orang-orang taat kepada kehendak Allah? Baca Yeremia 3:14-18. Apakah yang kita pelajari dari panggilan Tuhan kepada Israel untuk bertobat dan kembali kepada-Nya? Apakah yang diceritakan tentang kasih dan kesabaran Allah bagi umat-Nya? Apa yang menakjubkan dalam kitab Yeremia adalah bagaimana Allah kelihatan penuh kasih, penyayang, dan murah hati terhadap umat-Nya meskipun ada pemberontakan, perpecahan, dan penyembahan berhala mereka. Tuhan terus-menerus mengundang umat-Nya untuk kembali kepada-Nya dan untuk bertobat dari tindakan mereka yang suka melawan. Berulang kali Tuhan menjanjikan pemulihan dan harapan untuk masa depan.

"'Kembalilah, hai Israel, perempuan murtad,' demikianlah firman TUHAN. 'Muka-Ku tidak akan muram terhadap kamu, sebab Aku ini murah hati,' demikianlah firman TUHAN, 'tidak akan murka untuk selama-lamanya. Hanya akuilah kesalahanmu, bahwa engkau telah mendurhaka terhadap TUHAN, Allahmu, telah melampiaskan cinta berahimu kepada orang-orang asing di bawah setiap pohon yang rimbun, dan tidak mendengarkan suara-Ku,' demikianlah firman TUHAN." (Yer. 3:12, 13). Kata-kata Yeremia diucapkan pada saat Finnan Allah secara umum diabaikan. Meskipun beberapa reformasi dimulai pada zaman Raja Yosia, kebanyakan orang tidak merasakan dorongan spiritual untuk melanjutkan penurutan yang setia kepada Tuhan. Dosa-dosa mereka, penyembahan berhala, dan kehidupan yang berpusat pada din mereka sendiri menyebabkan kehancuran spiritual dan politik. Semakin mereka tidak melakukan kehendak Tuhan, ma-kin mengerikan harapan masa depan mereka. Namun, melalui Yeremia, Allah memohon kepada mereka. Allah memiliki rancangan masa depan yang lebih baik untuk mereka, dan Dia rindu untuk membawa mereka kembali kepada kemakmuran, persatuan, dan kesehatan. 

Tapi ini bisa terjadi hanya bilamana mereka hidup dengan iman serta segala hal yang dihasilkan oleh iman sejati itu.
 
Apakah perbedaan antara makna ketaatan dan ketidaktaatan dalam hidup Anda sendiri?


SENIN 8 OKTOBER

Tepat di Mata-Nya Sendiri

Berbagai cerita dari kitab Hakim-hakim menunjukkan sejumlah akibat negatif karena Israel tidak mengikuti kehendak Tuhan. Segera setelah orang Israel masuk ke Kanaan, orang-orang mulai menyesuaikan kehidupan rohani mereka dengan agama-agama palsu orang Kanaan yang berada di sekitar mereka—persis apa yang diperintahkan untuk tidak mereka lakukan! Sayangnya, itu bukan satu-satunya masalah yang mereka hadapi.

Baca Hakim-hakim 17:6 dan 21:25. Apakah yang diajarkan ayat-ayat ini tentang lebih banyak masalah yang muncul di antara umat Allah?

Berbicara tentang resep mengatasi pemisahan dan perpecahan di antara umat Allah. Kesatuan bangsa itu dapat ditemukan dalam kesetiaan mereka kepada Allah perjanjian, perjanjian yang mereka masuki dengan Allah. Namun, oleh melakukan apa yang benar di mata mereka sendiri—terutama karena mereka dipengaruhi bangsa-bangsa sekitarnya—mereka berada di jalan yang pasti menuju bencana. Kita semua adalah makhluk yang telah jatuh, dan jika diserahkan kepada akal kita sendiri, jika dibiarkan mengikuti kecenderungan hati kita, kita pasti akan kesasar dari jalan yang Allah minta untuk kita jalani.

Apakah yang dikatakan ayat-ayat berikut ini tentang kondisi rohani dan sosial Israel selama masa hakim-hakim?
Hak. 2:11-13   
Hak. 3:5-7

"Melalui Musa, Tuhan telah memaparkan di hadapan umat-Nya akibat ketidaksetiaan. Oleh menolak memelihara perjanjian-Nya, mereka sendiri menghentikan kehidupan yang diberikan Allah, dan berkat-Nya tak bisa dicurahkan ke atas mereka. Ada sesekali amaran-amaran ini ditaati, sehingga berkat-berkat yang limpah tercurah kepada bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa sekelilingnya turut diberkati melalui mereka itu. Tetapi di dalam sejarah mereka lebih sering melupakan Allah dan kehilangan pandangan terhadap kedudukan mereka yang tinggi sebagai wakil-wakil-Nya. Dan pelayanan yang Ia tuntut dari mereka, mereka merampok-Nya, lalu mereka merampas tuntunan keagamaan dan teladan kesucian dari sesamanya manusia. Mereka ingin mengambil bagi mereka sendiri buah-buah kebun anggur yang telah dipercayakan kepada mereka untuk menjaganya. Keserakahan dan kerakusan mereka menyebabkan mereka dihina bahkan oleh orang-orang kafir. Dengan demikian dunia kafir diberi kesan salah dalam menafsirkan sifat Allah dan undang-undang kerajaan-Nya"— Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 3, hlm. 12-13.

Bagaimanakah tindakan-tindakan kita sendiri sebagai suatu gereja memengaruhi orang-orang di sekitar kita? Apakah yang mereka lihat pada orang-orang Advent Hari Ketujuh yang akan memengaruhi mereka dengan cara yang positif?


SELASA 9 OKTOBER

Pembagian Bangsa Ibrani

Jalan kemurtadan, dan akibatnya yang mengerikan, tidak terjadi dalam semalam. Tetapi pilihan dan keputusan yang salah yang terakumulasi selama berabad-abad yang panjang akhirnya menimbulkan beberapa konsekuensi mengerikan bagi umat Allah.

Bacalah kisah Raja Rehabeam dalam 1 Raja-raja 12:1-16. Apakah yang menyebabkan perpecahan mengerikan ini di antara umat Tuhan?

"Sekiranya Rehabeam dan para penasihatnya yang kurang berpengalaman mengerti akan kehendak Ilahi terhadap orang Israel, maka mereka tentu mau memperhatikan permintaan orang banyak itu untuk mengadakan penertiban dalam administrasi pemerintahan. Tetapi pada saat kesempatan ada di tangan mereka selama rapat di Sikhem, mereka gagal mempertimbangkan sebab dan akibatnya, sehingga dengan demikian melemahkan pengaruh mereka kepada orang banyak itu untuk selama-lamanya. Ketentuan yang dinyatakan mereka untuk tidak mengubah dan malahan menambah penindasan yang diadakan se-lama pemerintahan Salomo secara tidak langsung bertentangan dengan rencana Allah bagi bangsa Israel, dan hal ini cukup memberikan bukti kepada orang banyak untuk meragukan kesungguh-sungguhan tujuan-tujuan mereka. Dalam usaha yang tak terasa dan tak bijaksana untuk menjalankan kekuasaan ini, raja dan para penasihat yang dipilihnya menunjukkan kecongkakan memegang jabatan dan kekuasaan." —Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 3, hlm. 73-74.

Apakah yang dikatakan oleh pernyataan berikut tentang perlunya hikmat dalam membuat keputusan yang tepat? Hari manakah sumber hikmat yang benar?

Ams. 4:19       
Ams. 9:10       
Yak. 1:5

Kisah Rehabeam dan keputusannya yang terburu-buru dan tidak bijaksana untuk memaksakan lebih banyak beban pada bangsanya adalah kejadian menyedihkan dalam kehidupan kerajaan Israel. Raja meminta nasihat dari dua kelompok penasihat, namun keputusan terakhirnya untuk mengikuti nasihat dari para pemuda seusianya yang kurang berpengalaman membawa sebuah malapetaka kepada kerajaan yang telah dibangun oleh ayahnya Salomo dan kakeknya Daud selama 80 tahun sebelumnya. Saran bahwa raja hams menekan rakyat dengan menyatakan bahwa dia lebih keras dari ayahnya adalah nasihat yang bodoh. Para penasihat muda yakin bahwa menaruh perhatian terhadap tuntutan rakyat agar mengurangi beban pekerjaan bukanlah gaya kepemimpinan yang hams dijalankan oleh raja. Malahan menurut mereka, dia seharusnya, menampilkan dirinya sebagai orang yang bengis dan kejam. Pada akhirnya, dia menunjukkan dirinya sebagai pengganggu dan tidak layak mendapatkan kepatuhan dan kesetiaan rakyatnya. Oleh karena itu, sebuah pembagian terjadi di antara umat Allah yang seharusnya tidak terjadi dan hal itu sama sekali bukan merupakan rencana Allah bagi umat-Nya.


RABU 10 OKTOBER                                       

Perpecahan di Korintus

Sayangnya, masalah perpecahan di antara umat Tuhan tidak berakhir bahkan hingga di zaman Perjanjian Baru.

Sebagai contoh, empat pasal pertama dari Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus adalah sebuah ajakan untuk bersatu. Pada saat di Efesus Paulus mendengar bahwa berbagai perpecahan telah muncul di gereja Korintus. Dengan demikian, dia memulai suratnya dengan nasihat panjang tentang persatuan gereja dan perlunya menghindari perpecahan. Paulus prihatin dengan perkembangan ini, dan dia berusaha memberikan nasihat terinspirasi untuk memperbaiki situasi yang tidak menguntungkan ini.

Menurut 1 Korintus 1:10-17, apakah yang tampaknya menjadi penyebab perpecahan dan perselisihan mereka?

Paulus prihatin dengan saudara dan saudarinya di Korintus ketika seseorang dari keluarga Kloe menceritakan kepadanya tentang perpecahan dan pertengkaran di antara mereka. Kata-kata pembukaannya menunjukkan kedalaman perhatiannya: "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu." Solusinya adalah mengingatkan mereka bahwa, sebagai orang Kristen, mereka harus erat bersatu "sehati sepikir" (1 Kor 1:10). Paulus menghendaki agar mereka menghentikan segala sesuatu yang menyebabkan pertengkaran dan perpecahan ini.

Paulus mengingatkan orang Korintus bahwa umat Kristen dipanggil untuk mengikuti Kristus, bukan manusia—betapapun berbakat atau bertalentanya orang itu. Sementara mereka tampaknya telah membagi din mereka secara kelompok, rasul menyatakan dengan tegas bahwa perpecahan semacam itu tidak sesuai dengan kehendak Kristus. Dia menegaskan bahwa kesatuan Kristen berpusat pada Kristus dan pengorbanan-Nya di kayu salib (1 Kor 1:13).

Persatuan Kristen bersumber pada kebenaran seperti yang ditemukan di dalam Yesus Kristus dan Dia yang disalibkan, dan tidak pada siapa pun yang lain, tidak peduli betapa "layaknya" dia itu sebagai seorang mentor atau pengkhotbah atau pemimpin. Di kaki salib kita semua berada pada tingkat yang sama. Baptisan kita adalah ke dalam Yesus, dan hanya Dia saja yang dapat membersihkan kita dari dosa. Namun, kita harus bekerja ke arah kesatuan ini di dalam Kristus dengan cara yang praktis.

Bagi kita orang Advent ini berarti tidak dapat manjamin kesatuan iman dan misi kita. Kecuali jika kasih dan Keilahian Kristus menyatukan kita kepadaNya, perpecahan dan pertengkaran merusak kesatuan gereja kita sekarang ini.

Bagaimanakah kita bisa belajar menghindari bahaya yang sedang dibicarakan Paulus di sini? Mengapakah kita harus selalu berhati-hati dengan kadar loyalitas yang kita berikan kepada orang selain Kristus?


KAMIS 11 OKTOBER "Serigala akan Datang"

Baca Kisah 20:25-31. Apakah yang Paulus peringatkan kepada tua-tua Efesus? Apakah yang harus mereka lakukan untuk mencegah ini terjadi?

Selama pelayanannya, Paulus sering menghadapi oposisi, dia tabu bahwa akan sulit menjaga kemurnian Injil Yesus Kristus. Dalam perpisahannya dengan para penatua di Efesus, dia mengambil analogi penjaga dalam Yehezkiel 33:1-6 untuk mengatakan kepada rekannya sesama pemimpin bahwa mereka bertanggung jawab melindungi Injil. Mereka adalah gembala yang setia bagi jemaat mereka.

Penggunaan Paulus atas ungkapan "serigala yang ganas" untuk menggambarkan guru-guru palsu (Kis. 20:29) mengingatkan kembali amaran serupa dari Yesus bahwa guru-guru palsu akan menyamarkan din mereka dalam pakaian domba (Mat. 7:15). Guru-guru palsu ini muncul segera setelah Paulus memberi amaran ini, dan mereka memangsa orang-orang percaya di gereja-gereja Asia yang dia dirikan. Dalam Efesus 5:6-14 dan Kolose 2:8, kita melihat beberapa amaran Paulus kepada gereja-gereja di Asia Kecil.

Dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, Paulus juga mengamarican Timotius, yang bertanggung jawab atas gereja di Efesus, terhadap kesalahankesalahan dalam gereja dan kekafiran pada hari-hari terakhir.

Bacalah 2 Timotius 2:14-19 dan 3:12-17. Apakah yang Paulus katakan kepada Timotius tentang bagaimana melawan guru-guru palsu dan menjaga kesatuan gereja?

Pertama, Timotius harus memahami Alkitabnya, "memberitakan dengan benar perkataan kebenaran itu" (2 Tim. 2:15). Penangkal terhadap percekcokan dan spekulasi yang tidak berguna ini adalah memahami dan mengajarkan dengan benar finnan yang diberikan Tuhan. Kebenaran Alkitab hams ditafsirkan dengan benar sehingga tidak ada bagian dari Alkitab yang akan bertentangan dengan keseluruhan gambaran yang disajikan dalam Alkitab, dan juga untuk mencegah salah tafsir yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan kepercayaan kepada Yesus. Hal-hal yang tidak relevan dan tidak penting hams tunduk pada prinsip-prinsip Firman Tuhan yang pada hakikatnya akan mempersiapkan orang-orang percaya untuk menjalani kehidupan yang penuh kemenangan di dalam Kristus. Anjuran Paulus yang kedua adalah agar Timotius sendiri "menghindari omongan yang kosong dan yang tak suci" (2 Tim. 2:16, NK.11). Topik sepele dan spekulatif janganlah menjadi bagian dari pelayanan pengajaran Timotius jika dia mau dianggap sebagai pendeta yang layak dan setia. Percakapan jenis ini hanya akan menuntun kepada lebih banyak kefasikan dan tidak memperbaiki iman orangorang percaya (2 Tim. 2:16). Kebenaran saja yang menuntun pada kesalehan dan kerukunan di antara orang percaya. Alasan mengapa Timotius hams menghindari serta mendesak jemaatnya untuk menghindari kesalahan seperti itu adalah karena itu akan menjalar di gereja seperti penyakit (2 Tim. 2:17). Pada akhimya, ketaatan kepada Firman Allah adalah penangkal ajaran sesat (2 Tim. 3:14-17) yang dapat mengancam kesatuan gereja.

Bagaimanakah kita, sebagai satu jemaat, melindungi diri kita dari jenis orang serupa, yang melalui ajaran-ajaran palsu, dapat membawa perpecahan di antara kita?


JUMAT 12 OKTOBER   
          
PENDALAMAN: Bacalah tulisan Ellen G. White, "Pecahnya Kerajaan Itu," dalam buku Alfa dan Omega, j ld. 3, hlm. 71-80; "Suatu Pekabaran Amaran dan Permohonan," dalam buku Alfa dan Omega, Pd. 7, hlm. 251-259.

"Tuhan menginginkan para hamba pilihan-Nya untuk belajar bagaimana bersatu dalam usaha yang harmonis. Tampaknya perbedaan antara karunia rohani mereka dan karunia rohani rekan kerja mereka terlalu besar sehingga sukar bagi mereka bersatu dalam usaha yang harmonis; tetapi ketika mereka niengingat bahwa ada beragam pikiran yang hams dijangkau, dan sebagian orang akan menolak kebenaran ketika disampaikan oleh seorang pekerja, dan hanya membuka hati mereka kepada kebenaran Tuhan ketika disajikan dengan cara yang berbeda oleh pekerja lain, mereka diharapkan akan berusaha untuk bekerja sama dalam kesatuan. Talenta mereka, betapapun beragamnya, semuanya bisa dikendalikan oleh Roh yang sama. Dalam setiap kata dan tindakan, kebaikan dan kasih akan dinyatakan; dan pada saat setiap pekerja dengan setia menempati tempat yang telah ditentukan, maka doa Kristus untuk kesatuan para pengikut-Nya akan terjawab, dan dunia akan tahu bahwa mereka ini adalah murid-murid-Nya." —Ellen G. White, Gospel Workers, hlm. 483.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:

1. Pertanyaan tentang melakukan apa yang benar dalam "pandangan sendiri" bukanlah hal baru. Postmodernisme, yang menantang gagasan otoritas intelektual atau moral yang sentral atau menyeluruh, berpotensi membuka jalan bagi jenis anarki moral yang diperingatkan Alkitab. Bagaimanakah kita sebagai orang Kristen, dan sebagai jemaat secara keseluruhan, menghadapi tantangan seperti ini?

2. Renungkan kisah Raja Rehabeam dan terbaginya Israel (1 Raj. 12). Ada pelajaran apakah di sana untuk kita sekarang ini?

3. Apakah yang dapat dilakukan para pemimpin gereja dan anggota untuk membantu mencegah perselisihan dan pertentangan di gereja setempat ketika hal itu muncul? Seberapa pentingkah menghentikan masalah-masalah tersebut sebelum itu tumbuh dan membusuk? Bagaimanakah kita sebagai anggota gereja berhati-hati untuk tidak terjebak dalam perangkap seperti beberapa orang di Korintus?

4. Pelajarilah konteks dari ayat-ayat tentang perselisihan dalam Amsal 6:16-19. Apakah yang Anda pelajari dari situ untuk mencegah perselisihan di jemaat Anda?

RINGKASAN: Dalam Alkitab kita menemukan situasi yang menyebabkan perpecahan. Ketika umat Allah hidup dalam penurutan yang setia, bahaya perpecahan sangat berkurang. Contoh dari zaman Hakim-hakim dan juga dari pemerintahan Rehabeam membuka pintu bagi terjadinya pemisahan. Bahkan di zaman Perjanjian Baru, potensi perpecahan tetap ada. Pemahaman yang benar tentang Firman Tuhan dan usaha yang suci untuk menaatinya adalah perlindungan terbaik terhadap keretakan dan perpecahan di antara kita.