Ads Google

Tuesday, March 31, 2020

Pasal 14 "KAMI SUDAH JUMPA MESIAS"


Pasal 14

"KAMI SUDAH JUMPA MESIAS"


YOHANES Pembaptis kini mengajar dan membaptiskan di Baitani, di seberang Yarden. Tidak jauh dari tempat ini di mana Allah dahulu telah menahan aliran sungai itu hingga bani Israel menyeberang. Tidak berapa jauh dari sini benteng kota Yerikho telah dirubuhkan oleh bala tentara surga. Kenangan tentang segala peristiwa ini teringat kembali pada saat ini, serta menimbulkan perhatian yang besar terhadap pekabaran Yohanes Pembaptis. Apakah Ia yang telah berbuat begitu ajaib pada zaman lampau itu, akan menunjukkan kuasa‑Nya pula untuk melepaskan bangsa Israel? Demikianlah pikiran yang menggerakkan hati orang banyak yang setiap hari datang berduyun‑duyun ke tepi sungai Yarden.
Pengajaran Yohanes sangat mempengaruhi bangsa itu sehingga meminta perhatian para penguasa agama. Bahaya pemberontakan menyebabkan setiap kumpulan umum dipandang dengan rasa curiga oleh orang Romawi, dan apa pun yang menunjuk kepada sesuatu pemberontakan dari bangsa itu menimbulkan rasa takut pada pihak para penghulu Yahudi. Yohanes belum mengakui kekuasaan Sanhedrin oleh berusaha memperoleh ------------
Pasal ini dialaskan atas Yohanes 1:19‑51.

pengesahan mereka atas pekerjaannya; dan ia telah mengecam penghulu‑penghulu dan orang banyak, baik orang Parisi mau pun orang Saduki. Namun orang banyak mengikut dia dengan gembira. Perhatian pada pekerjaannya tampaknya bertambah terus‑menerus. Meski pun ia tidak tunduk kepada mereka, Sanhedrin merasa bahwa, selaku seorang guru umum, ia adalah di bawah pengawasan mereka.
Badan ini terdiri dari anggota‑anggota yang dipilih dari antara imam‑imam, dan dari penghulu‑penghulu utama dan guru‑guru bangsa itu. Imam besarlah biasanya yang menjadi ketua. Semua anggotanya haruslah orang‑orang yang sudah agak lanjut usianya, sungguh pun belum tua sekali; orang‑orang berilmu, bukan saja mahir dalam agama Yahudi dan sejarah, tetapi juga dalam pengetahuan umum. Mereka tidak boleh bercacat tubuh, dan harus sudah berumah tangga, karena sebagai bapa, besar kemungkinan mereka akan lebih berpengasihan dan memikirkan kepentingan orang lain. Tempat mereka berkumpul ialah suatu ruangan yang dihubungkan dengan kaabah di Yerusalem. Pada zaman kemerdekaan bangsa Yahudi Sanhedrin ialah mahkamah agung bangsa Yahudi, yang mempunyai kuasa atas soal‑soal kenegaraan serta keagamaan. Sungguh pun sekarang sudah direndahkan pangkatnya oleh pemerintah Romawi, namun badan itu masih menjalankan suatu pengaruh yang kuat dalam soal‑soal sipil dan keagamaan.
Sanhedrin tidak mau menangguhkan pemeriksaan terhadap pekerjaan Yohanes. Ada orang yang masih mengingat wahyu yang diberikan kepada Zakaria di kaabah dahulu, dan nubuatan bapa itu, yang telah menunjuk kepada anaknya itu sebagai bentara Mesias. Dalam huru‑hara dan perubahan selama tigapuluh tahun, segala perkara ini sudah sebagian besar dilupakan. Tetapi sekarang diingatkan kembali oleh kegiatan pekerjaan Yohanes.
Sudahlah agak lama sejak bangsa Israel pernah mempunyai seorang nabi, lama sejak sesuatu reformasi seperti yang berlangsung sekarang ini pernah dilihat orang. Tuntutan untuk mengaku dosa tampaknya baru dan mengejutkan. Banyak di antara para pemimpin tidak mau pergi mendengarkan seruan dan kecaman Yohanes, karena kuatir kalau‑kalau mereka terpaksa membuka segala rahasia kehidupan mereka sendiri. Namun pengajaran Yohanes itu adalah pengumuman yang langsung tentang Mesias. Sudah umum diketahui orang bahwa tujuhpuluh minggu dari nubuatan Daniel, yang meliputi kedatangan Mesias itu, sudah hampir berakhir; dan semua orang ingin beroleh bahagian dalam masa baru kemuliaan nasional yang diharapkan pada waktu itu. Demikian besarnya semangat khalayak ramai sehingga Sanhedrin akan segera terpaksa membenarkan atau menolak pekerjaan Yohanes. Kekuasaan mereka atas orang banyak sudah mulai berkurang. Sudah semakin merupakan suatu persoalan yang pelik bagaimana caranya mempertahankan kedudukan mereka. Dalam harapan untuk mendapat sesuatu kesimpulan, mereka mengutus suatu perwakilan yang terdiri dari imam‑imam dan orang‑orang Lewi ke sungai Yarden untuk berunding dengan guru baru itu.
Banyak orang datang berhimpun, mendengarkan perkataannya, ketika para utusan itu tiba. Dengan lagak kewibawaan yang dimaksudkan untuk memberikan kesan dalam pikiran orang banyak itu, serta untuk menuntut penghormatan nabi itu,rabbi‑rabbi yang congkak itu datang. Dengan suatu gerakan penghormatan, hampir oleh rasa takut, orang banyak itu memberikan jalan kepada mereka. Orang‑orang besar itu, dengan jubahnya yang mahal‑mahal, dengan kecongkakan pangkat dan kuasa, berdiri di hadapan nabi padang belantara itu.
"Siapa engkau?" tanya mereka.
Mengetahui apa yang ada di dalam pikiran mereka itu, Yohanes menjawab "Aku ini bukannya Kristus."
"Siapakah gerangan engkau? Eliakah?"
"Bukan."
"Engkaukah nabi itu?"
"Bukan."
"Siapakah engkau? supaya kami memberi jawab kepada mereka, yang menyuruhkan kami ini. Apakah katamu akan hal dirimu?"
"Aku inilah suara orang yang berseru‑seru di padang belantara: Ratakanlah jalan Tuhan, seperti yang dikatakan oleh nabi Yesaya."
Ayat Alkitab yang disebutkan oleh Yohanes itu ialah nubuatan yang indah dari Yesaya: "Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, . . . Ada suara yang berseru-seru: 'Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, Tuhan sendiri telah mengatakannya.'" Yesaya 40:1‑5.
Dahulu kala, bila seorang raja mengadakan perjalanan melalui bagian‑bagian kerajaannya yang jarang dikunjungi, serombongan orang disuruh pergi mendahului kereta kerajaan untuk meratakan segala tempat yang curam serta mengisi lubang, supaya raja itu dapat mengadakan perjalanan dengan selamat dengan tiada halangan. Kebiasaan ini digunakan oleh nabi itu untuk melukiskan pekerjaan Injil. "Segala lembah akan ditambak dan bukit akan diratakan." Bilamana Roh Allah, dengan kuasanya yang membangunkan itu, menjamah jiwa, direndahkannyalah kecongkakan manusia. Kesenangan duniawi dan kedudukan serta kuasa kelihatan menjadi tidak berharga. "Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah," 2 Korintus 10:5, dicampakkan; setiap pikiran ditalukkan dalam tawanan "akan menurut Almasih." Kemudian kerendahan hati dan kasih yang mengorbankan diri pun, yang kurang dihargai di antara manusia, ditinggikan sebagai satu‑satunya yang berharga. Inilah pekerjaan Injil, dan pekabaran Yohanes itu hanya merupakan sebagian daripadanya.
Rabbi‑rabbi itu melanjutkan penyelidikan mereka. "Jikalau engkau bukan Kristus dan bukan Elia dan bukan nabi itu, mengapa engkau membaptiskan orang?" Kata‑kata "nabi itu" mengartikan Musa. Orang Yahudi telah sejak lama condong kepada keyakinan bahwa Musa akan dibangkitkan dari antara orang mati, dan diangkat ke surga. Mereka tidak mengetahui bahwa ia telah dibangkitkan. Ketika Yohanes Pembaptis itu memulai pekerjaannya, banyak orang meny,angka bahwa besar kemungkinan dialah nabi Musa yang dibangkitkan dari antara orang mati itu, sebab nampaknya ia mempunyai pengetahuan yang seksama tentang segala nubuatan dan sejarah bangsa Israel.
Ada pula kepercayaan bahwa sebelum kedatangan Mesias, Elia akan datang secara pribadi. Harapan ini dijawab Yohanes dalam sangkalannya; akan tetapi ucapannya itu mengandung suatu arti yang lebih dalam lagi. Yesus kemudian harinya berkata mengenai Yohanes, "Jika kamu mau menerimanya--ialah Elia yang akan datang itu." Matius 11:14. Yohanes datang dalam roh dan kuasa Elia, untuk melakukan suatu pekerjaan seperti  yang dilakukan oleh Elia. Sekiranya orang Yahudi telah menerima dia, maka sebenarnya pekerjaan itu sudah akan terlaksana bagi mereka. Akan tetapi mereka tidak menyambut baik pekabarannya itu. Bagi mereka ia bukannya Elia. Ia tidak dapat menunaikan bagi mereka tugas yang hendak dilaksanakannya.
Banyak di antara orang‑orang yang berhimpun di Yarden itu telah hadir pada waktu Yesus dibaptiskan; tetapi tanda yang diberikan pada waktu itu nyata hanya bagi beberapa orang daripada mereka. Pada bulan‑bulan sebelumnya dalam pekerjaan Yohanes Pembaptis itu, banyak orang tidak mau memperdulikan seruan untuk bertobat. Demikianlah mereka telah mengeraskan hati serta menggelapkan pengertian mereka. Ketika Surga memberikan kesaksian tentang Yesus pada waktu Ia dibaptiskan, mereka pun tidak menyadarinya. Mata yang belum pernah dialihkan dalam percaya kepada Dia yang tidak tampak itu, tidak melihat penyataan kemuliaan Allah; telinga yang tidak pernah mendengar suara‑Nya, tidak mendengar perkataan kesaksian. Demikian juga halnya sekarang. Acapkali hadirat Kristus dan malaikat‑malaikat yang melayani nyata dalam perhimpunan orang banyak, namun banyak orang tidak mengetahui hal itu. Mereka tidak melihat sesuatu yang luar biasa. Tetapi bagi beberapa orang hadirat Juruselamat itu dinyatakan. Damai dan kegirangan menghidupkan hati mereka. Mereka itu dihiburkan, diberanikan hati serta diberkati.
Para utusan yang dari Yerusalem itu telah bertanya kepada Yohanes, Mengapa engkau membaptiskan orang?" dan mereka itu menantikan jawabnya. Tiba‑tiba, sementara pandangannya meliputi orang banyak itu matanya bersinar‑sinar, wajahnya berseri‑seri, seluruh keadaannya terharu amat sangat. Dengan tangan yang terkedang ia berseru, "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak." Yohanes  1:25‑27.
Pekabaran itu jelas sekali untuk dibawa kembali kepada Sanhedrin. Perkataan Yohanes itu tidak dapat dikenakan kepada seorang yang lain daripada Dia yang sudah sejak lama dijanjikan itu. Mesias ada di antara mereka! Dengan keheranan besar imam‑imam dan penghulu‑penghulu itu memandang di sekeliling mereka dengan pengharapan akan melihat Dia yang dibicarakan Yohanes itu. Tetapi Ia tidak dapat dikenal di antara orang banyak itu.
Ketika Yesus dibaptiskan, Yohanes menunjuk kepada‑Nya sebagai Anak Domba Allah, sebuah terang yang baru dipancarkan atas pekerjaan Mesias. Pikiran nabi itu tertuju kepada perkataan nabi Yesaya, "Seperti anak domba yang dibawa kepembantaian." Yesaya 53:7. Pada minggu‑minggu berikutnya, Yohanes dengan perhatian yang baru menyelidik nubuatan‑nubuatan serta pengajaran tentang upacara‑upacara pengorbanan. Ia tidak dapat membedakan dengan jelas kedua segi pekerjaan Kristus itu, sebagai suatu korban yang merasai sengsara dan seorang raja yang menang, akan tetapi ia melihat bahwa kedatangan‑Nya itu mengandung arti yang lebih dalam daripada yang dilihat oleh imam‑imam atau khalayak ramai. Ketika ia melihat Yesus di antara orang banyak itu sekembali‑Nya dari padang belantara, dengan yakin ia menantikan Dia untuk memberi kepada orang banyak itu sesuatu tanda tentang kepribadian‑Nya yang sesungguhnya. Hampir dengan tidak sabar lagi ia menunggu untuk mendengar Juruselamat itu mengumumkan tugas‑Nya; tetapi tidak ada sepatah kata pun yang diucapkan, tidak ada tanda diberikan. Yesus tidak memberikan sambutan kepada pengumuman Yohanes Pembaptis itu tentang Dia, melainkan menggabungkan diri dengan murid‑murid Yohanes dengan tidak memberikan tanda secara lahir apa pun mengenai tugas‑Nya yang istimewa itu, dan tidak mengambil tindakan apa pun untuk menarik perhatian kepada‑Nya.
Keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang. Dengan sinar kemuliaan Allah hinggap atas dia, nabi itu mengedangkan tangannya seraya berkata, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapuskan dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian daripadaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.... Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya. Danb akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah." Yohanes 1:29‑34.
Inikah Kristus? Dengan perasaan kagum dan heran orang banyak itu memandang kepada Dia yang baru dikatakan sebagai Anak Allah itu. Mereka sangat terharu mendengar perkataan Yohanes. Ia telah berbicara kepada mereka demi nama Allah. Mereka telah mendengar kepadanya hari demi hari sementara ia mengecam segala dosa mereka, dan setiap hari keyakinan bahwa ia adalah utusan surga sudah bertambah kuat. Tetapi siapakah Dia yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis ini? Dalam pakaian dan pembawaan‑Nya tidak ada yang menandakan adanya derajat yang tinggi. Nampaknya Ia hanyalah seorang sederhana, berpakaian seperti mereka dengan pakaian hina yang dipakai oleh orang miskin.
Di antara orang banyak itu ada beberapa orang yang pada waktu Kristus dibaptiskan telah mempersaksikan kemuliaan Ilahi, serta telah mendengar suara Allah. Akan tetapi sejak waktu itu rupa Juruselamat sudah banyak berubah. Pada waktu Ia dibaptiskan mereka telah melihat wajah‑Nya dipermuliakan dalam cahaya surga; kini dalam keadaan pucat, lesu, dan sangat kurus, Ia telah dikenal hanya oleh nabi Yohanes.
Tetapi sementara orang banyak itu memandang kepada‑Nya, mereka melihat wajah di mana belas‑kasihan Ilahi bercampur dengan kuasa yang sadar. Setiap pandangan mata, setiap raut muka‑Nya, ditandai dengan kerendahan hati, dan menyatakan kasih yang tak terperikan. Ia nampaknya dikelilingi dengan suatu suasana pengaruh rohani. Karena tingkahlaku‑Nya adalah lemah‑lembut dan rendah hati, Ia memberikan kesan kepada manusia akan perasaan kuasa yang tersembunyi, namun tidak dapat semata-mata disembunyikan. Inikah Dia yang telah sekian lamanya dinantikan oleh bangsa Israel?
Yesus datang dalam kemiskinan dan kerendahan, supaya Ia dapat menjadi teladan dan Penebus kita. Sekiranya Ia datang dengan kebesaran seorang raja, bagaimanakah Ia dapat mengajarkan kerendahan hati? Bagaimanakah Ia dapat mengajarkan kebenaran yang tajam seperti yang terdapat dalam khotbah di atas gunung itu? Di manakah harapan orang‑orang yang hina dina, sekiranya Yesus datang untuk tinggal sebagai seorang raja di antara manusia?
Tetapi bagi orang banyak itu, mustahillah nampaknya Dia yang ditunjuk oleh Yohanes itu dihubungkan dengan segala harapan mereka yang tinggi. Dengan demikian banyaklah yang terkecewa, serta sangat kebingungan.
Perkataan yang sangat dirindukan oleh imam‑imam dan rabbi‑rabbi bahwa Yesus kini akan memulihkan kerajaan itu kepada bangsa Israel, belum juga diucapkan. Raja yang demikianlah yang sudah lama mereka tunggu dan harapkan; mereka bersedia menerima raja yang demikian. Tetapi mereka tidak mau menerima seorang yang berusaha hendak mendirikan kerajaan kebenaran dan damai dalam hati mereka.
Keesokan harinya ketika dua orang murid berdiri dekat, Yohanes melihat Yesus pula di antara orang banyak. Sekali lagi wajah nabi itu diterangi dengan kemuliaan dari Yang Tak Kelihatan, ketika ia berseru, "Lihatlah Anak Domba Allah!" Ucapan itu menggetarkan hati murid‑murid itu. Mereka tidak mengerti kata‑kata itu dengan sepenuh‑penuhnya. Apakah arti nama yang telah diberikan Yohanes kepada‑Nya itu, "Anak Domba Allah?" Yohanes sendiri tidak menjelaskannya.
Setelah meninggalkan Yohanes, pergilah mereka mencahari Yesus. Seorang daripada kedua murid itu ialah Andreas, saudara Simon; yang seorang lagi ialah Yohanes penginjil. Inilah murid‑murid Kristus yang mula‑mula. Karena tergerak oleh dorongan hati yang tak tertahan, mereka mengikut Yesus, ingin hendak berbicara dengan Dia, namun merasa kagum dan diam, memikirkan dalam‑dalam arti luar biasa dari pikiran, "Inikah Kristus itu?"
Yesus tahu bahwa murid‑murid itu sedang mengikut Dia. Merekalah buah‑buah yang pertama dari pekerjaan‑Nya, dan timbullah kegirangan dalam hati Guru Ilahi itu ketika jiwa‑jiwa ini menyambut rahmat‑Nya. Namun sambil berpaling kepada mereka Ia hanya bertanya, "Apakah yang kamu cahari?" Ia memberikan kebebasan kepada mereka untuk berpaling kembali, atau mengatakan keinginan hati mereka.
Hanya tentang satu maksud saja mereka sadari. Satu hadirat memenuhi pikiran mereka. Mereka berseru, "Ya Rabbi, di manakah tempat Tuan diam?" Dalam percakapan singkat di pinggir jalan, mereka tidak dapat menerima apa yang mereka rindukan itu. Mereka ingin terasing dengan Yesus, duduk di kaki‑Nya, dan mendengarkan perkataan‑Nya.
"Maka sahut‑Nya: Marilah, lihat. Lalu pergilah keduanya melihat tempat Yesus diam itu, maka keduanya pun tinggallah dengan Dia pada hari itu."
Sekiranya Yohanes dan Andreas mempunyai roh imam‑imam dan penghulu‑penghulu yang tidak mau percaya itu, maka sudah tentu mereka tidak menjadi pelajar di kaki Yesus. Mereka itu pasti akan datang kepada‑Nya selaku ahli kritik, untuk menghakimkan perkataan‑Nya. Dengan demikian banyak orang menutup pintu terhadap kesempatan yang paling indah. Tetapi bukannya demikian halnya dengan kedua murid yang mula‑mula ini. Mereka telah menyambut panggilan Roh Suci dalam pengajaran Yohanes Pembaptis. Kini mereka pun mengenal suara Guru semawi itu. Bagi mereka segala ucapan Yesus itu penuh dengan kesegaran, kebenaran dan keindahan. Penerangan Ilahi dipancarkan ke atas pengajaran Wasiat Lama. Pokok‑pokok kebenaran yang banyak seginya nampak jelas dalam terang yang baru.
Penyesalan, iman dan kasihlah yang menyanggupkan jiwa untuk menerima akal budi dari surga. Iman yang bekerja oleh kasihlah yang menjadi kunci pengetahuan, dan setiap orang yang mengasihi "mengenal Allah." I Yohanes 4:7.
Yohanes adalah seorang murid yang kasihnya sungguh‑sungguh dan dalam, bersemangat, namun bersifat suka menimbang. Ia sudah mulai melihat kemuliaan Kristus,—bukannya kebesaran dan kuasa duniawi untuk mana ia selama ini telah diajar supaya mengharapnya, melainkan "kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran." Yohanes 1 :14. Ia asyik merenungkan pokok pikiran yang ajaib itu.
Andreas berusaha membagikan kegirangan yang memenuhi hatinya itu. Setelah pergi mencahari saudaranya Simon, ia berseru, "Kami mendapat Kristus." Simon tidak menunggu panggilan kedua. Ia juga sudah mendengar pengajaran Yohanes Pembaptis, lalu dengan segera pergi kepada Juruselamat. Mata Kristus memandangi dia, membaca tabiatnya dan riwayat hidupnya. Sifatnya yang lekas naik darah, hatinya yang berbelas kasihan dan menaruh simpati, cita‑cita dan keyakinannya pada dirinya sendiri, hikayat kejatuhannya, pertobatannya, segala pekerjaan dan kematian syahidnya,‑semuanya dibaca oleh Juruselamat, lalu kata‑Nya "Bahwa engkau ini Simon bin Yonas, maka engkau akan dinamai Kepas, yang tersalin artinya Petrus."
"Pada keesokan harinya Yesus pun hendak pergi ke negeri Galilea, maka didapatinya akan Pilipus, lalu kata‑Nya kepadanya: Ikutlah Aku." Pilipus menurut perintah itu, lalu dengan segera ia juga menjadi seorang pengerja bagi Kristus.
Pilipus memanggil Natanael. Yang belakangan ini sudah berada di antara orang banyak ketika Yohanes Pembaptis menunjuk kepada Yesus sebagai Anak Domba Allah. Ketika Natanael memandang Yesus, ia. terkecewa. Dapatkah orang ini, yang mempunyai ciri‑ciri kerja keras dan kemiskinan dikatakan Mesias? Namun Natanael tidak dapat mengambil keputusan untuk menolak Yesus, sebab pekabaran Yohanes telah membawa keyakinan ke dalam hatinya.
Pada waktu Pilipus memanggil dia, Natanael telah pergi mengasingkan diri ke suatu tempat yang sunyi di bawah pohon‑pohon yang rindang daunnya untuk merenungkan pengumuman Yohanes itu serta nubuatan‑nubuatan tentang Mesias. Ia berdoa supaya kalau orang yang diumumkan Yohanes ialah pelepas itu, kiranya dimaklumkan kepadanya; maka datanglah Roh Suci kepadanya dengan jaminan bahwa Allah telah mengunjungi umat‑Nya serta membangkitkan sebuah tanduk keselamatan bagi mereka. Pilipus tahu bahwa sahabatnya itu sedang menyelidiki nubuatan, dan sementara Natanael berdoa di bawah sebuah pohon ara, Pilipus mendapati tempat perasingannya itu. Mereka telah kerap kali berdoa bersama‑sama di tempat yang sunyi di bawah pohon‑pohon yang rindang daunnya itu.
Kabar, "Kami mendapat Dia, akan hal‑Nya disuratkan oleh Musa dalam taurat dan oleh segala nabi pun," nampaknya bagi Natanael merupakan jawab yang langsung bagi doanya itu. Tetapi Pilipus masih mempunyai iman yang ragu‑ragu. Ditambahkannya pula dengan ragu‑ragu, "yaitu Yesus bin Yusuf dari Nazaret." Kembali prasangka timbul dalam hati Natanael. Ia berseru, "Bolehkah dari Nazaret datang barang sesuatu yang baik?"
Pilipus tidak mengadakan perdebatan. Ia berkata, "Marilah, lihat. Demi dilihat Ia akan Natanael datang kepada‑Nya, dikatakan‑Nya akan dia: Lihatlah; bahwasanya inilah seorang orang Israel, yang tiada tipu daya padanya!" Dengan terkejut Natanael bertanya, "Bagaimana Tuan kenal akan hamba? Maka sahut Yesus: Sebelum dipanggil Pilipus akan dikau, tatkala engkau lagi di bawah pokok ara itu, Kulihat engkau."
Itu sudah cukup. Roh Ilahi yang telah bersaksi kepada Natanael ketika ia berdoa sendirian di bawah pokok ara itu, kini berbicara kepadanya dalam ucapan‑ucapan Yesus. Sungguh pun dalam kebimbangan, dan agak menyerah kepada prasangka, Natanael datang kepada Kristus dengan suatu keinginan yang ikhlas akan kebenaran, dan kini keinginannya itu dipenuhi. Imannya melebihi iman orang yang telah membawa dia kepada Yesus. Ia menyahut, "Ya, Rabbi, Tuanlah Anak Allah, Tuanlah raja orang Israel."
Sekiranya Natanael telah percaya kepada bimbingan rabbi‑rabbi, pasti ia tidak akan pernah mendapat Yesus. Oleh melihat dan menilai bagi diri sendirilah maka ia menjadi seorang murid. Demikianlah juga halnya dengan banyak orang pada zaman ini yang ditegahkan oleh prasangka dari kebaikan. Betapa berbeda akibatnya, sekiranya mereka itu mau "marilah, lihat."
Sementara mereka itu percaya kepada bimbingan keahlian manusia, maka tidak seorang pun yang akan datang kepada pengetahuan akan kebenaran yang menyelamatkan. Seperti halnya dengan Natanael, kita perlu mempelajari sabda Allah bagi diri kita sendiri, dan berdoa memohonkan penerangan Roh Suci. Ia yang melihat Natanael di bawah pokok ara itu, akan melihat kita juga di tempat berdoa sembunyian. Malaikat‑malaikat dari dunia terang adalah dekat kepada orang‑orang yang dalam kerendahan hati mencari bimbingan Ilahi.
Dengan panggilan terhadap Yohanes, Andreas, Simon, Pilipus dan Natanael, mulailah dasar pembangunan gereja Kristen. Yohanes menuntun dua di antara murid‑muridnya kepada Kristus. Kemudian seorang di antara kedua orang itu, yakni Andreas, menemui saudaranya lalu memanggil dia kepada Juruselamat. Pilipus kemudian dipanggil, dan ia pergi mencari Natanael. Contoh‑contoh ini haruslah mengajarkan kepada kita pentingnya usaha pribadi, menyampaikan seruan yang langsung kepada kaum kerabat, sahabat‑sahabat serta tetangga‑tetangga kita. Ada orang yang selama hidupnya telah mengaku mengenal Kristus, namun tidak pernah mengadakan usaha pribadi untuk membawa satu jiwa pun kepada Juruselamat. Mereka menyerahkan saja pekerjaan itu seluruhnya kepada pendeta. Mungkin pendeta itu mempunyai kecakapan untuk jabatannya itu, tetapi ia tidak dapat melakukan apa yang telah ditinggalkan Allah untuk dilakukan oleh anggota‑anggota sidang.
Banyaklah orang yang memerlukan pelayanan orang Kristen yang berbelas kasihan. Banyaklah orang yang telah terjerumus ke dalam jurang kemusnahan, sedang sebenarnya dapat diselamatkan, sekiranya tetangga‑tetangga mereka, pria dan wanita biasa, telah mengadakan usaha pribadi bagi mereka. Banyak yang menanti untuk dihubungi secara pribadi. Justru di dalam keluarga, lingkungan tetangga, kota tempat kita tinggal, ada pekerjaan bagi kita untuk dilakukan sebagai pengabar Injil bagi Kristus. Jika kita orang Kristen, pekerjaan ini akan merupakan kegemaran kita. Segera setelah seorang bertobat lahirlah di dalam dia suatu kerinduan hendak menyiarkan kepada orang lain pula betapa indahnya sahabat yang telah didapatnya di dalam Yesus. Kebenaran yang menyelamatkan dan menyucikan tidak dapat dikurung di dalam hatinya.
Semua orang yang menyerahkan diri kepada Allah akan menjadi saluran terang. Allah menjadikan mereka alat‑alat‑Nya untuk menyampaikan kepada orang lain segala kelimpahan rahmat‑Nya. Janji‑Nya ialah, "Aku akan menjadikan mereka dan semua yang di sekitar gunung-Ku menjadi berkat; Aku akan menurunkan hujan pada waktunya; itu adalah hujan yang membawa berkat." Yehezkiel 34:26.
Pilipus berkata kepada Natanael, "Marilah, lihat." Ia tidak meminta kepadanya supaya menerima kesaksian orang lain, melainkan supaya ia sendiri datang melihat Kristus. Sekarang karena Yesus sudah naik ke surga, maka murid‑murid‑Nyalah yang menjadi wakil‑wakil‑Nya di antara manusia, dan salah satu cara yang paling baik untuk menarik jiwa‑jiwa kepada‑Nya ialah dengan meniru teladan tabiat‑Nya dalam kehidupan kita sehari‑hari. Pengaruh kita atas orang lain tidak begitu banyak bergantung pada apa yang kita katakan seperti pada keadaan kehidupan kita. Orang boleh melawan serta menentang segala keterangan kita yang tepat, mereka boleh menolak segala seruan kita; tetapi hidup kasih yang tidak mementingkan diri adalah suatu dalil yang tidak dapat mereka bantah. Hidup yang s,esuai dengan pengakuan, yang ditandai dengan kelemah‑lembutan Kristus, adalah suatu kuasa di dunia ini.
Pengajaran Kristus adalah pengungkapan keyakinan yang terjalin dengan pengalaman, dan orang‑orang yang telah belajar dari Dia menjadi guru‑guru yang sesuai dengan martabat Ilahi. Sabda Allah, yang diucapkan oleh seorang yang ia sendiri telah disucikan oleh sabda itu, mengandung suatu kuasa yang memberi hidup yang menjadikan sabda itu menarik kepada para pendengarnya, serta meyakinkan mereka bahwa sabda itu adalah suatu kenyataan yang hidup. Apabila seorang telah menerima kebenaran dalam kecintaannya pada sabda itu, pastilah ia akan menyatakan hal ini dalam tingkah‑lakunya yang meyakinkan serta dalam nada suaranya. Ia menyiarkan apa yang telah didengarnya sendiri, dilihatnya sendiri, dan dipegangnya sendiri dari sabda kehidupan, supaya orang lain dapat beroleh persekutuan dengan dia oleh pengetahuan akan Kristus. Kesaksiannya, dari bibir yang disentuh dengan bara yang hidup dari mezbah, merupakan kebenaran bagi hati yang suka menerima, serta mengerjakan penyucian atas tabiat.
Maka orang yang berusaha hendak memberikan terang kepada orang‑orang lain, akan sendirinya diberkati juga. "Akan turun hujan berkat yang lebat." "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." Amsal 11:25. Allah sebenarnya dapat mencapai tujuan‑Nya dalam menyelamatkan orang‑orang berdosa tanpa bantuan kita; akan tetapi supaya kita dapat mengembangkan suatu tabiat yang seperti tabiat Kristus, wajiblah kita mengambil bagian dalam pekerjaan‑Nya. Untuk dapat menikmati kegirangan‑Nya,—kegirangan melihat jiwa‑jiwa yang ditebus oleh pengorbanan‑Nya,‑wajiblah kita mengambil bagian dalam segenap pekerjaan‑Nya untuk penebusan mereka itu.
Pernyataan iman Natanael yang mula‑mula, yang begitu seksama dan tekun serta sungguh‑sungguh jatuh seperti musik ke telinga Yesus. "Maka sahut Yesus kepadanya: Sebab kata‑Ku kepadamu: Kulihat engkau di bawah pokok ara itu, maka engkau percaya, bahwa engkau akan melihat perkara‑perkara yang besar daripada ini." Juruselamat memandang ke depan dengan sukacita kepada pekerjaan‑Nya dalam membawa kabar selamat kepada orang yang teraniaya, mengobati orang‑orang yang hancur hatinya, serta menyiarkan berita kemerdekaan kepada tawanan Setan. Pada pikiran tentang berkat‑berkat indah yang telah dibawa‑Nya kepada manusia, Yesus menambahkan, "Bahwasanya Aku berkata kepadamu: Mulai daripada sekarang ini engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat Allah pun naik turun kepada Anak manusia."
Di sini Kristus dengan sesungguhnya berkata, Di tepi sungai Yarden langit terbuka, dan Roh Allah turun seperti seekor Burung merpati ke atas‑Ku. Pemandangan itu merupakan suatu tanda bahwa Aku adalah Anak Allah. Jika kamu percaya pada‑Ku sebagai Anak Allah, maka percayamu pun akan dihidupkan. Kamu akan melihat bahwa langit terbuka, dan tidak pernah tertutup lagi. Aku telah membukanya bagi kamu. Malaikat‑malaikat Allah naik, membawa segala doa orang yang malang dan menanggung kesusahan kepada Bapa di surga dan turun membawa berkat dan harapan, keberanian, bantuan, dan hidup, kepada anak‑anak manusia.
Malaikat‑malaikat Allah selalu mundar‑mandir dari bumi ke surga, dan dari surga ke bumi. Segala mukjizat Kristus bagi orang‑orang yang teraniaya dan menderita diadakan oleh kuasa Allah dengan perantaraan malaikat‑malaikat. Maka oleh Kristus, dengan perantaraan pesuruh‑pesuruh semawi‑Nya, setiap berkat datang dari Allah kepada kita. Dalam mengambil sifat manusia atas diri‑Nya, Juruselamat kita mempersatukan kepentingan‑Nya dengan kepentingan putera‑puteri Adam yang telah berdosa, sementara oleh keilahian‑Nya Ia berpegang teguh kepada takhta Allah. Demikianlah Kristus menjadi alat perhubungan manusia dengan Allah, dan Allah dengan manusia. 










­

No comments:

Post a Comment