Ads Google

Tuesday, March 31, 2020

Pasal 13 KEMENANGAN


Pasal 13

KEMENANGAN

"LALU diambil iblis akan Dia, dibawanya sertanya ke Baitu'lmukadis, didirikannya di atas bumbungan rumah Allah. Seraya katanya kepada‑Nya: Jikalau Engkau Anak Allah, terjunkanlah diri‑Mu ke bawah, karena adalah tersurat:
"Bahwa Allah akan bersabda kepada segala malaikat‑Nya akan halmu,
Maka mereka itu kelak menatang Engkau di atas tangannya,
Supaya jangan barangkali terantuk kaki‑Mu kepada batu."
Sekarang Setan menyangka bahwa ia telah menghadapi Yesus pada pendirian‑Nya sendiri. Musuh yang licik itu sendiri kini mengemukakan ucapan‑ucapan yang keluar dari mulut Allah. Ia masih saja kelihatan seperti seorang malaikat terang, dan ia membuktikan bahwa ia mahir dalam soal‑soal Alkitab, serta mengerti arti apa yang tersurat. Sebagaimana Yesus menggunakan sabda Allah untuk mempertahankan iman‑Nya, penggoda itu kini menggunakan sabda Allah pula untuk membenarkan penipuannya. Ia mengatakan bahwa ia hanya menguji kesetiaan Yesus, dan sekarang ia memuji keteguhan‑Nya. Karena Juruselamat telah menunjukkan percaya pada Allah, setan mendesak Dia pula supaya memberikan lagi bukti‑bukti lain untuk iman-Nya itu.
Akan tetapi penggodaan itu didahului lagi dengan sindiran yang mengandung rasa tak percaya, "Jikalau Engkau Anak Allah." Kristus tergoda untuk menjawab "jikalau" itu; tetapi Ia sedikit pun tidak mau menerima kebimbangan itu. Ia tidak mau membahayakan nyawa‑Nya hanya untuk memberikan bukti kepada Setan.
Penggoda itu berpikir hendak mengambil keuntungan dari kemanusiaan Kristus, serta membujuk Dia untuk bertindak tekebur. Akan tetapi meski pun Setan dapat membujuk, tidak dapat ia memaksa berbuat berdosa. Kata‑Nya kepada Yesus, "Terjunkanlah diri‑Mu, ke bawah," karena mengetahui bahwa ia tidak dapat menjatuhkan Dia ke bawah; karena Allah akan campur tangan untuk melepaskan Dia. Tidaklah pula setan dapat memaksa Yesus menerjunkan diri‑Nya ke bawah. Kecuali Kristus menyerah kepada penggodaan itu, Ia tidak dapat dikalahkan. Segenap kuasa dunia ini atau neraka sekali pun tidak dapat memaksa Dia sekelumit pun untuk menye leweng dari kehendak Bapa‑Nya.
Penggoda itu tidak akan pernah dapat memaksa kita untuk melakukan kejahatan. Ia tidak dapat mengendalikan pikiran kecuali pikiran itu diserahkan ke bawah kekuasaannya. Kehendak mesti setuju, iman mesti melepaskan pegangannya dari Kristus, barulah Setan dapat menggunakan kuasanya atas kita. Tetapi setiap keinginan jahat yang kita sayangi memberikan kepadanya tempat bertumpu. Setiap perkara yang dalamnya kita gagal untuk mencapai taraf Ilahi, merupakan sebuah pintu terbuka yang dari padanya ia dapat masuk untuk menggoda serta membinasakan kita. Dan setiap kegagalan atau kekalahan di pihak kita memberikan kesempatan bagi dia untuk mempersalahkan Kristus.
Ketika Setan memetik janji, "Allah akan bersabda kepada segala malaikat‑Nya akan hal‑Mu," ia tidak menyebutkan ucapan, "supaya dipeliharakan‑Nya Engkau pada segala jalan‑Mu" yaitu, pada segala jalan pilihan Allah. Yesus tidak mau keluar dari jalan penurutan. Sementara menunjukkan percaya yang sempurna pada Bapa‑Nya, Ia tidak mau menempatkan diri‑Nya sendiri, dengan tidak disuruh, pada suatu kedudukan yang akan memerlukan campur tangan Bapa‑Nya untuk menyelamatkan Dia dari maut. Ia tidak mau memaksa Allah datang meluputkan Dia, dan dengan demikian gagal untuk memberikan kepada manusia satu teladan iman dan penurutan.
Yesus berkata kepada Setan, "Bahwa adalah tersurat pula: Jangan kamu mencobai Tuhan Allahmu." Perkataan ini diucapkan oleh Musa kepada bani Israel ketika mereka kehausan di padang belantara, lalu menuntut supaya Musa memberikan air kepada mereka, dengan berseru, "Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?" Keluaran 17:7. Allah telah mengerjakan hal‑hal yang ajaib bagi mereka; namun dalam kesusahan mereka meragukan Dia, serta menuntut bukti bahwa Ia tengah menyertai mereka. Dalam keadaan kurang percaya itu, mereka berusaha hendak menguji Dia. Maka setan pun mendesak Kristus untuk berbuat sedemikian juga. Allah telah membuktikan bahwa Yesus adalah Anak‑Nya; dan kini untuk meminta bukti bahwa lalah Anak Allah, berarti menguji sabda Allah, mencobai Dia. Maka demikian jugalah halnya benar meminta apa yang tidak dijanjikan Allah. Hal itu akan menunjukkan adanya kurang percaya, serta benar‑benar menguji atau mencobai Dia. Jangan hendaknya kita menyampaikan permohonan kita kepada Allah untuk membuktikan apakah Ia akan menepati janji‑Nya, melainkan karena Ia akan menepatinya; bukannya untuk membuktikan bahwa Ia mengasihi kita, melainkan karena Ia mengasihi kita. "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." Ibrani 11:6.
Akan tetapi iman itu sekali‑kali tidak ada hubungannya dengan tindakan yang bersifat tekebur. Hanya orang yang mempunyai iman yang sejati sajalah yang selamat dari sifat tekebur. Sebab sifat tekebur itulah pemalsuan Setan akan iman. Iman menuntut janji‑janji Allah, serta mengeluarkan buah‑buah dalam penurutan. Sifat tekebur juga menuntut janji‑janji itu, tetapi menggunakannya sebagaimana Setan menggunakannya, yaitu untuk mendalihkan pelanggaran. Iman seharusnya menuntun nenek‑moyang kita yang pertama untuk mempercayai kasih Allah, dan menurut segala perintah‑Nya. Sifat tekebur menuntun mereka itu kepada pelanggaran hukum‑Nya, karena beranggapan bahwa kasih‑Nya yang besar itu akan menyelamatkan mereka dari akibat dosa mereka itu. Bukannya iman yang menuntut keridlaan surga tanpa memenuhi syarat‑syarat yang olehnya kemurahan harus dikaruniakan. Iman sejati beralaskan janji‑janji serta syarat‑syarat yang terdapat di dalam Alkitab.
Acapkali apabila Setan telah gagal untuk menimbulkan perasaan kurang percaya, ia berhasil dalam menuntun kita ke arah sifat tekebur. Jika ia dapat menyebabkan kita menempatkan diri kita sendiri tidak seperlunya pada jalan penggodaan, maka tahulah ia bahwa kemenangan sudah ada padanya. Allah akan memelihara semua orang yang berjalan pada jalan penurutan; akan tetapi menyirnpang dari jalan itu berarti berani memasuki daerah setan. Di sana kita pasti akan jatuh. Juruselamat telah menyuruh kita, "Jagalah dan pintalah doa, supaya jangan engkau masuk ke dalam penggoda." Markus 14:38. Renungan dan doa akan mencegah kita daripada lari dengan tak diminta ke jalan bahaya, dan dengan demikian kita diselamatkan dari banyak kekalahan
Namun kita tidak boleh putus asa apabila diserang oleh pencobaan. Acapkali apabila ditempatkan dalam sesuatu keadaan yang sulit kita bimbang apakah kita telah dipimpin oleh Roh Allah. Tetapi Roh itulah yang membawa Yesus dahulu ke padang belantara untuk dicobai oleh Setan. Bila Allah membawa kita ke dalam ujian, Ia mempunyai suatu maksud yang hendak dilaksanakan‑Nya untuk kebaikan kita. Yesus tidak tekebur dalam segala janji Allah oleh pergi tanpa disuruh ke padang belantara, tidaklah pula Ia putus asa ketika penggodaan datang kepada‑Nya. Demikian juga halnya dengan kita. "Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." Kata‑Nya, "Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." 1 Korintus 10: 13; Mazmur 50: 14,15.
Yesus mendapat kemenangan atas penggodaan kedua, dan kini Setan menunjukkan dirinya dalam tabiatnya yang sebenarnya. Akan tetapi ia tidak kelihatan seperti sesuatu momok raksasa yang mengerikan, dengan kaki‑kaki yang terbelah dan sayap kelelawar. Ia seorang malaikat yang berkuasa, meskipun sudah jatuh. Ia mengaku dirinya pemimpin pemberontakan dan dewa dunia ini.
Setelah membawa Yesus ke atas sebuah gunung yang tinggi, setan membuat kerajaan‑kerajaan dunia ini, dalam segenap kemuliaannya, lalu seperti panorama di hadapan‑Nya. Cahaya matahari bersinar ke atas kota‑kota yang berisi candi‑candi, istana‑istana batu pualam, ladang‑ladang yang subur, dan kebun‑kebun anggur yang penuh dengan buah. Bekas‑bekas kejahatan disembunyikan. Mata Yesus yang tadinya disambut oleh kegelapan dan kesunyian, kini memandang kepada suatu pemandangan yang tidak terperikan eloknya dan kemakmurannya. Kemudian terdengarlah suara penggoda itu: "Bahwa segala kuasa ini akan kuberikan kepada‑Mu serta dengan segala kemuliaannya, karena yaitu telah diserahkan kepadaku, maka aku memberikan dia kepada barang siapa yang kukehendaki, sebab itu jikalau Engkau mau menyembah aku, sekalian ini jadi milik‑Mu."
Tugas Kristus dapat ditunaikan hanya dengan penderitaan. Di hadapan‑Nya adalah suatu kehidupan yang penuh dukacita, kesukaran, dan perjuangan serta kematian yang hina. Ia mesti menanggung segala dosa seluruh dunia. Ia mesti menanggung perpisahan dari kasih Bapa‑Nya. Kini Setan menawarkan untuk menyerahkan kuasa yang telah direbutnya itu. Kristus mungkin dapat melepaskan diri‑Nya dari masa depan yang mengerikan itu oleh mengakui kedaulatan Setan. Tetapi berbuat demikian berarti menyerahkan kemenangan dalam pergumulan besar itu. Dalam berusaha hendak meninggikan dirinya sendiri di atas Anak Allah, Setan telah berdosa di surga. Sekiranya ia menang sekarang, maka itu akan berarti kemenangan di pihak pemberontakan.
Ketika Setan mengatakan kepada Kristus, kerajaan dan kemuliaan dunia ini sudah diserahkan kepadaku, dan aku memberikan dia kepada barang siapa yang kukehendaki, ia mengatakan apa yang benar hanya sebagian saja, dan hal itu dikatakannya untuk melaksanakan maksud penipuannya. Kerajaan Setan ialah yang dirampas dari Adam, tetapi Adam mewakili Khalik. Adam bukannya memerintah dengan merdeka. Bumi adalah milik Allah, dan la telah menyerahkan segala sesuatu kepada Anak‑Nya. Adam harus memerintah di bawah kekuasaan Kristus. Ketika Adam menyerahkan kedaulatannya ke tangan setan, Kristus masih juga Raja yang berdaulat. Demikianlah Tuhan telah bersabda kepada raja Nebukadnezar, "Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya." Daniel 4:17. Setan dapat menjalankan kekuasaan yang direbutnya itu hanya kalau Allah mengizinkannya.
Ketika penggoda itu menawarkan kepada Kristus kerajaan dan kemuliaan dunia ini, ia sedang menganjurkan supaya Kristus menyerahkan hak raja yang sesungguhnya atau dunia ini, serta berkerajaan di bawah Setan. Justeru inilah kerajaan yang di atasnya segenap harapan bangsa Yahudi bertumpu. Mereka mengingini kerajaan dunia ini. Sekiranya Kristus berkenan menawarkan kepada mereka sesuatu kerajaan yang demikian, maka mereka tentu akan menerima Dia dengan kesukaan. Akan tetapi kutuk dosa, dengan segala malapetakanya, terletak di atas kerajaan itu. Kristus mengatakan kepada penggoda itu, "Nyahlah engkau, hai setan, karena adalah tersurat: Hendaklah kamu menyembah Tuhan Allahmu dan beribadat hanya kepada Tuhan saja."
Oleh dia yang telah memberontak di surga, kerajaan‑kerajaan dunia ini ditawarkan kepada Kristus, untuk membeli penghormatan‑Nya kepada azas‑azas kejahatan; tetapi Ia tidak mau dibeli; Ia telah datang untuk mendirikan suatu kerajaan kebenaran, dan Ia tidak mau membatalkan maksud‑Nya itu. Dengan pencobaan itu juga Setan menghampiri manusia, dan dalam hal inilah ia mendapat sukses yang lebih baik daripada dengan Kristus. Kepada manusia ditawarkannya kerajaan dunia ini dengan syarat bahwa mereka mau mengakui kedaulatannya. Ia menuntut supaya mereka mengorbankan kejujuran, mengabaikan angan‑angan hati, memanjakan sifat mementingkan diri. Kristus menyuruh mereka mencari lebih dulu kerajaan Allah dan kebenaran‑Nya; tetapi Setan berjalan di samping mereka dan berkata, "Apa pun yang mungkin benar tentang hidup yang kekal, supaya mendapat sukses di dunia ini engkau mesti berbakti kepadaku. Aku memegang kesejahteraanmu pada tanganku. Aku dapat memberikan kepada mu kekayaan, kesenangan, kehormatan, dan kebahagiaan. Dengarkanlah nasehatku. Janganlah biarkan dirimu dihanyutkan oleh paham yang ganjil tentang kejujuran dan pengorbanan diri. Aku akan mempersiapkan jalan di hadapanmu." Demikianlah banyak sekali orang yang teperdaya. Mereka mau hidup untuk melayani diri sendiri, dan Setan merasa puas. Sementara ia memikat mereka dengan harapan kerajaan duniawi, ia memperoleh kekuasaan atas jiwa. Tetapi ditawarkannya apa yang bukan haknya untuk memberikan dan yang segera akan dirampas dari dia. Sebagai balasnya ia menipu mereka dari hak mereka atas warisan segala anak Allah.
Setan telah mempersoalkan apakah Yesus Anak Allah adanya. Ketika ia diusir cepat‑cepat dari surga, ia telah beroleh bukti yang tidak dapat dibantahnya. Keilahian memencar melalui kemanusiaan yang menderita. Setan tidak mempunyai kuasa untuk melawan perintah itu. Dengan perasaan pedih dan marah karena direndahkan, terpaksa ia mengundurkan diri dari hadirat Penebus dunia itu. Kemenangan Kristus sempurna adanya sama seperti kegagalan Adam dahulukala pun sempurna.
Demikianlah kita dapat melawan pencobaan, dan memaksa Setan mengundurkan diri dari kita. Yesus mendapat kemenangan oleh penyerahan dan iman pada Allah, dan oleh rasul Ia berkata kepada kita, "Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." Yakub 4:7, 8. Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri dari kuasa penggoda itu; ia telah mengalahkan manusia, dan apabila kita berusaha hendak berdiri dengan kekuatan kita sendiri, kita pun akan menjadi mangsa bagi segala siasatnya; tetapi, "Nama Tuhan adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat." Amsal 18:10. Setan gemetar dan melarikan diri dari jiwa yang terlemah sekali pun, yang mencari perlindungan dalam nama yang berkuasa itu.
Setelah musuh itu mengundurkan diri, Yesus rebah dalam keadaan tidak berdaya ke tanah, dengan kepucatan maut pada wajah‑Nya. Malaikat‑malaikat surga telah memperhatikan pertempuran itu, melihat Panglima mereka yang tercinta itu ketika Ia menderita kesengsaraan yang tak terperikan untuk mengadakan suatu jalan kelepasan bagi kita. Ia telah menanggung ujian itu, yang lebih besar daripada ujian yang pernah kita tanggung. Malaikat‑malaikat itu melayani Anak Allah, sementara Ia terbaring seperti seorang yang hendak mati. Ia dikuatkan dengan makanan, dihiburkan dengan kabar kasih Bapa‑Nya, dan kepastian bahwa segenap surga bersorak‑sorak atas kemenangan‑Nya itu. Sesudah merasa segar kembali, Ia menunjukkan belas kasihan kepada manusia, lalu Ia maju terus untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai‑Nya itu; Ia tidak akan berhenti hingga musuh itu kalah, dan umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa itu ditebus.
Harga penebusan kita itu tidak akan disadari sampai orang‑orang tebusan itu kelak berdiri dengan Penebus di hadapan takhta Allah. Pada hari itu kelak ketika segala kemuliaan rumah yang kekal itu memancar ke dalam panca indera kita yang terpesona itu, kita pun akan mengingat bahwa Yesus telah meninggalkan semuanya ini untuk kepentingan kita, bahwa la bukan saja meninggalkan istana surga, melainkan mengambil risiko kegagalan dan kematian yang kekal untuk menebus kita. Pada masa itu kelak kita pun akan meletakkan semua mahkota kita di kaki‑Nya, serta menyanyikan nyanyian, "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" Wahyu 5:12.











No comments:

Post a Comment