MENEMUKAN SEBUAH GEREJA PEMELIHARA SABAT
CERITA MISSION SABAT KE-4, 26 JANUARI 2019
Oleh : Ivaldo da Conceicao Nazare, 23 Tahun
Mozambik
Ivaldo adalah siswa Sekolah Menengah Atas yang sangat menaruh perhatian untuk menjadi seorang imam. Dengan rajin ia mempelajari katekismus dan mengajarkannya di gerejanya di Nampula, kota ketiga terbesar di Mozambik dengan penduduk sebanyak 500.000 jiwa. la mempersiapkan diri berpindah ke Ibu Kota, Maputo, untuk pendidikan menjadi seorang imam.
Tetapi
kemudian ia membandingkan antara katekismus dengan Alkitab berkaitan dengan
sepuluh perintah Allah yang akan diajarkannya pada suatu hari Minggu yang akan
datang. la mendapati bahwa ajaran Alkitab sangatlah berbeda.
la
coba bertanya kepada seorang imam untuk menjelaskan kepadanya tentang hal ini,
akan tetapi sang imam tak dapat menjawabnya.
Di
Sekolah Menengah Atas ini, Ivaldo pernah membentuk sebuah kelompok sosial yang
terdiri dari 30 siswa untuk menghitung berapa banyak perbedaan antara Alkitab
dengan ajaran-ajaran gereja. Pekerjaan dari para siswa ini menjadi tanda awas
bagi para bishop, sehingga mereka menyerukan bahwa apa yang mereka teliti
adalah sebuah dosa dan mereka diminta untuk melakukan pengakuan dosa kepada
bishop atau jika tidak akan berisiko mendapat penolakan dari gereja.
"Kami
hanya akan mengakui dosa kepada Tuhan kata para siswa tersebut. Sang bishop
kemudian menghukum para siswa tersebut dari gereja.
Tiga
puluh siswa tersebut terus membaca dalam Alkitab bahwa perbaktian orang Kristen
mula-mula itu adalah setiap hari yang ketujuh, tetapi mereka tidak mengetahui
jika ada orang-orang di Nampula yang beribadah pada hari Sabat. Kelompok itu
terhenti sejenak karena beberapa pelajar mengikuti gereja Evangelical dan yang
lainnya tertarik masuk Islam.
Fakta Singkat
Mozambik memilikr terumbu karang terkaya di dunia. Lebih
dari 1.200 jenis ikan yang telah diidentifikasi di perairan pantai Mozambik.
Terdapat 147 airport di Mozambik, meskipun hanya 22 saja
yang memiliki landasan pacu yang diaspal.
Tips Cerita
Saksikan Ivaldo di tautan: bit. ly/lvaldo-Nazare
Temukan foto-foto untuk kisah ini di tautan: bitly/fb-mq
Sementara
itu, orang tua Ivaldo adalah orang yang berpengaruh di gereja mereka, karena
itu anak mereka diizinkan untuk kembali tetapi tidak bisa lagi menjadi seorang
imam.
Pada
suatu hari Minggu, Ivaldo sedang berbicara tentang hari Sabat di gerejanya
tiba-tiba seorang perempuan mengatakan:"Anda tahu, ada sebuah gereja yang
beribadah pada hari Sabat di Nampula"
Ivaldo
begitu bersemangat menyampaikan berita itu kepada ke-30 sahabatnya. Akan tetapi
kebanyakan dari mereka sudah tidak tertarik lagi dengan hal itu. Tinggal Ivaldo
dan tiga sahabatnya yang pergi ke gereja Masehi Advent Hari Ketujuh pada hari
Sabat berikutnya.
Lima
bulan kemudian, Ivaldo dibaptiskan. Pada saat ia sampaikan keputusannya kepada
orang tuanya, ibunya berkata bahwa ia sudah tahu sebelumnya."Saya
memperhatikan bahwa kalakuanmu telah banyak berubah kata sang ibu."Engkau
selalu saja memulaikan percakapan menggunakan Alkitab. "Ayah dengan segera
memperlakukan seolah-olah dia bukan lagi anaknya. Jika engkau pergi ke gereja
Advent pada hari Sabat depan, saya akan membuang engkau beserta seluruh pakaian
ke luar rumah kata sang ayah.
Hari
Sabat berikutnya Ivaldo pergi ke gereja, ayahnya pun segera memerintahkan dia
untuk keluar dari rumah. Akan tetapi, ibunya mencoba meyakinkan ayahnya untuk
tenang.
Namun
sang ayah tetap kepada keputusannya, bahkan tidak lagi membiayai sekolah
Ivaldo.
"Saya
tidak mau menggunakan uang untuk keperluanmu kecuali untuk membeli peti jenazah
kamu," kata sang ayah. Ivaldo menerima makanan dari ibunya, dan
anggota-anggota gereja memberikan uang untuk biaya sekolah serta
keperluan-keperluan lainnya.
Melihat
bahwa Ivaldo menjadi lebih sejahtera, ayahnya menjadi sangat murka. Sang ayah
berkata kepada para tetangga bahwa anaknya itu mengidap penyakit HIV dan
penyakit-penyakit lainnya.
"Orang-orang
mulai menghindari saya," kata Ivaldo."Bahkan para tetangga melarang
anak-anak mereka untuk tidak bercakap-cakap dengan saya”. Ivaldo tinggal dengan
omanya selama setahun. Tetapi kemudian sang ayah mengirim pesan permohonan maaf
dan mengundang Ivaldo untuk pulang ke rumah.
Ayah
mencoba untuk menolong Ivaldo masuk ke universitas, tetapi semua kelas akan
masuk pada hari Sabtu jadi Ivaldo tidak bisa untuk hal itu.
Ayah
mengatur sebuah pekerjaan dengan sebuah agen pemerintah, tetapi wawancaranya
jatuh pada hari Sabat, lagi-lagi Ivaldo tidak bisa memenuhinya.
Kembali
sang ayah menjadi marah."Saya tidak mengerti apa yang kamu inginkan dalam
hidupmu; ucapnya. "Saya sudah mencoba untuk menolong kamu, tetapi kamu
hilangkan banyak kesempatan karena hari Sabat. Jangan pernah mengharapkan
pertotongan saya
Ivaldo
mulai bekerja secara tak terikat sebagai wartawan dan memanfaatkan pendapatannya
untuk mengongkosi sekolah jurnalis yang diikutinya. la bekerja di beberapa
perusahaan radio dan televisi, tetapi tidak ada yang akan menerima dia untuk
bekerja penuh waktu oieh karena hari Sabat.
Tetapi
Ivaldo, yang sekarang berusia 23 tahun, tidak putus asa. Melalui pengaruhnya,
ada 10 anak muda sahabatnya telah bergabung dengan gereja Advent. Dan sebagai
tambahan, 3 adiknya laki-laki telah mulai menghadiri gereja, ibunya juga rindu
untuk bergabung. Ayahnya telah mengancam akan bercerai dengan ibunya.
"Saya
selalu berdoa untuk ibu saya dan berharap agar ia akan menjadi seorang
Advent," kata Ivaldo. "Doa saya juga agar ayah paling sedikit dapat
mengizinkan anggota-anggota keluarga lainnya boleh menghadiri gereja."
Sebagian
dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan menolong untuk membangun
sebuah panti asuhan untuk anak-anak yang kehiiangan orang tua mereka akibat
HIV/AIDS yang ada di kampung halaman Ivaldo, Namoula.Terima kasih untuk persembahan
misi Anda.
Oleh: Andrew
McChesney
No comments:
Post a Comment