Ads Google

Saturday, November 3, 2018

CERITA MISSION, SABAT KE-5, 03 NOVEMBER 2018 (TERBANG UNTUK TUHAN)


TERBANG UNTUK TUHAN

CERITA MISSION SABAT KE-5, 03 NOVEMBER 2018

Oleh : Dwayne Harris, 39 Tahun

Filipina

          Dwayne Harris tidak pernah membayangkan untuk meninggalkan militer Amerika Serikat dan menjadi pilot misi di Filipina. Tetapi kemudian ia kehilangan segalanya ketika rumahnya terbakar.

Dwayne, tumbuh di sebuah keluarga Advent di negara bagian Montana, Amerika Serikat, menyenangi pesawat sejak masih kanakkanak dan ingin menjadi seorang pilot misi. Setelah menyelesaikan sekolah menengah, ia mendaftar di sekolah penerbangan di Universitas Walla Walla milik gereja Advent yang berada di negara bagian yang berdekatan dengan Washington.

Namun setelah satu tahun, ia kembali ke Montana, di mana ia mendapatkan ijazah montir pesawat terbang dan sekaligus izin penerbang. la membeli sebuah pesawat yang sudah rusak, merakitnya kembali, dan bergabung dengan Army National Guard, yang mengirimnya ke sekolah penerbang helikopter.

Tetapi ia seorang yang kurang setia kepada Tuhan dalam kehidupannya sebagai orang Kristen.

Pada suatu hari, seorang kerabat memperkenalkannya dengan seorang pilot misi yang sedang berkunjung ke Amerika Serikat. Dwayne terbang dengan pesawatnya ke Kentucky untuk berjumpa dengan pilot tersebut, yang ingin memperbincangkan gagasangagasannya tentang pelayanan dengan helikopter di Filipina.

Tetapi semalam sebelum perkenalan itu, adik Dwayne menelepon dan mengabarkan bahwa rumah orang tua mereka telah habis terbakar. Tidak ada yang terluka, tetapi Dwayne, yang selama ini tinggal di sana, kehilangan segala miliknya, termasuk perangkat mahal untuk menyelam dan papan seluncur salju.

Sambil mendengarkan pilot misi itu berbicara keesokan harinya, Dwayne berpikir:"Tuhan telah menyingkirkan semua benda duniawi yang menghalangi saya." Sambil menatap pilot itu, ia berjanji:"Jika saya bisa terbebas dari ikatan dinas dengan Army National Guard, saya akan memulai sesuatu di Filipina," kata nya.

Prioritas yang Baru
Dwayne tidak tahu bagaimana caranya bisa terbebas dari ikatan dinas itu. la masih memiliki sisa empat tahun dari kontrak 6 tahun dengan Army National Guard. la pun mulai mendoakan hal itu.

"Ketika rumah kami terbakar habis, saya mulai berpikir ten-tang prioritas dalam hidup,"kata Dwayne."Hal itu membuat saya sadar bahwa benda-benda yang saya kumpulkan di bumi ini tidak ada artinya dibandingkan dengan kekekalan. Satu-satunya yang berarti adalah keselamatan kita dan keselamatan orang lain."

Untuk pertama kalinya, ia mulai membaca Alkitab dan berdoa setiap hari.

"Selagi saya melakukan itu, Tuhan mulai mengubahkan saya," katanya.

Setelah berdoa selama beberapa bulan, Dwayne menjadi yakin bahwa ia harus berhenti mengabaikan hari Sabat. Setiap bulan ia diminta untuk berpartisipasi dalam latihan tiga hari, dari hari Jumat sampai dengan hari Minggu, dan ia telah melanggar hari Sabat selama empat tahun ini.

Pos Misi
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh telah mulai berkarya di Filipina pada tahun 1905 dengan kedatangan penginjil literatur dari Australia R.A. Caldwell, yang berhasil dalam penjualan buku-buku kesehatan dan buku-buku rohani berbahasa Spanyol di sana.
Pada tahun 1915, untuk pertama kalinya, orang di Filipina mendengar pekabaran Advent dikhotbahkan dalam bahasa asli mereka,Taga log, oleh seorang Filipina, Bibiano Panis. Sebagai hasilnya, pada awal 1916, 104 orang dibaptis, dan sebuah gereja dibentukdengan beranggotakan 116 orang.
Tip Cerita
Temukan foto-foto untuk kisah ini pada tautan: bit. ly/fb-mq

Dwayne meminta izin kepada komandan pasukannya untuk hanya latihan terbang di hari Jumat dan Minggu dan mengganti hari Sabtu dengan hari lainnya dalam sepekan. Komandannya menolak. Namun ketika Dwayne melapor untuk latihan pada hari Jumat ber ikutnya, ia tetap memberitahukan bahwa ia tidak akan datang pada hari Sabtu dan hanya bisa kembali pada hari Minggu.

"Saya tidak dapat memberi Anda pengecualian," kata komandannya, dengan tegas.
"Anda tidak perlu melakukan hal itu, dan saya akan melakukan apa yang harus saya lakukanflawab Dwayne, dengan penuh hormat.

Sang komandan tidak yakin harus berbuat apa. Hingga saat itu, Dwayne memiliki catatan militer yang tanpa cela.

Dwayne hanya datang pada hari Jumat dan Minggu selama beberapa bulan. la terus berdoa, "Tuhan, tempatkan saya di tempat yang Engkau kehendaki. Jika di sini, tidak apa-apa. Jika di Filipina, saya akan pergi ke sana.

Jawaban Doa
Akhirnya, sang komandan, memanggilnya."Saya sudah berbicara dengan komandan batalion, dan kami memutuskan untuk tidak membuang-buang waktu dan sumber daya untuk menghukum Anda," katanya."Kami akan memberikan kepada Anda pemecatan dengan hormat."

Dwayne terkejut. Sambil berterima kasih kepada Tuhan, ia segera mengurus kepergiannya ke Filipina untuk mengenali situasi di sana. Setelah itu segala sesuatunya terjadi sesuai rencana. Beberapa bulan kemudian, seseorang membantu nya membeli sebuah helikopter kecil. la menguras seluruh tabungannya, dan bantuan datang dari pelbagai sumber untuk kebutuhan lainnya, termasuk pengiriman dan bea cukai untuk helikopter itu.

"Tuhan yang mengatur semuanya,"kata Dwayne."Saya tidak mengadakan penggalangan dana: Saat ini, Dwayne, 39 tahun, dan istrinya, Wendy, seorang perawat misi yang dijumpainya di Filipina, menjadi Direktur Philippine Adventist Medical Aviation Services (PAMAS), sebuah pelayanan pendukung gereja yang menggunakan penerbangan dan bantuan medis untuk menyebarkan Injil.
 
"Sudah 10 tahun sejak saya datang ke sini, dan Tuhan telah begitu setia menyediakan kebutuhan kami setiap bulannya,"kata Dwayne."Kami telah mampu untuk terus berkembang: Pemecatan dengan hormat hingga pelayanan lewat udara yang dialaminya, dilihat oleh Dwayne sebagai perwujudan Roma 8:28. Ayat itu berbunyi:"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
 
"Tuhan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya,"kata Dwayne. "Kita hanya perlu berpegang pada janji-janji-Nya dengan iman.


No comments:

Post a Comment