Proses Berduka Terhadap Kehilangan (Kubler-Ross)
1. Tahap: Denial (Mengingkari kenyataan), Reaksi respon: menolak mempercayai bahwa
kehilangan terjadi secara nyata dan mengisolasi diri. Reaksi fisik: letih, lemah, diare,
gelisah, sesak nafas dan nadi cepat. Contoh: "tidak mungkin, berita kematian itu tidak
benar. Saya tidak percaya suami saya pasti nanti kembali".
2. Tahap: Anger (Marah), Reaksi respon: timbul kesadaran akan kenyataan kehilangan.
kemarahan meningkat kadang diproyeksi ke orang lain, tim kesehatan atau lingkungan.
Reaksi fisik: nadi cepat, tangan mengepal, susah tidur, muka merah, bicara kasar, dan
agresif. Contoh: "Saya benci dengan dia karena......, "Ini terjadi karena dokter tidak
sungguh-sungguh dalam pengobatannnya".
3. Tahap: Bargaining, Tawar menawar, Penundaan realita kehilangan), Reaksi respon: klien
berunding dengan cara halus untuk mencegah kehilangan dan perasaan bersalah.
Memohon pada Tuhan. Klien juga mempunyai keinginan untuk melakukan apa saja untuk
mengubah apa yang sudah terjadi. Contoh: "Kalau saja saya sakit, bukan anak saya....",
"Kenapa saya ijinkan pergi. Kalau saja dia dirumah ia tidak akan kena musibah ini".,
"Seandainya saya hati-hati, pasti hal ini tidak akan terjadi".
4. Tahap: Depresi, Reaksi respon: sikap menarik diri, perasaan kesepian, tidak mau bicara
dan putus asa. Individu bisa melakukan percobaan bunuh diri atau penggunaan obat
berlebihan. Reaksi fisik: susah tidur, letih, menolak makan, dorongan libido menurun.
Contoh: "Biarkan saya sendiri"., "Tidak usah bawa ke rumah sakit, sudah nasib saya".
5. Tahap: Acceptance (Menerima), Reaksi respon: reorganisasi perasaan kehilangan, mulai
menerima kehilangan. Pikiran tentang kehilangan mulai menurun. Mulai tidak tergantung
dengan orang lain. Mulai membuat perencanaan. Contoh: "Ya sudah, saya iklaskan dia
pergi.", "Apa yang harus saya lakukan supaya saya cepat sembuh". "Ya pasti dibalik
bencana ini ada hikmah yang tersembunyi"
1. Tahap: Denial (Mengingkari kenyataan), Reaksi respon: menolak mempercayai bahwa
kehilangan terjadi secara nyata dan mengisolasi diri. Reaksi fisik: letih, lemah, diare,
gelisah, sesak nafas dan nadi cepat. Contoh: "tidak mungkin, berita kematian itu tidak
benar. Saya tidak percaya suami saya pasti nanti kembali".
2. Tahap: Anger (Marah), Reaksi respon: timbul kesadaran akan kenyataan kehilangan.
kemarahan meningkat kadang diproyeksi ke orang lain, tim kesehatan atau lingkungan.
Reaksi fisik: nadi cepat, tangan mengepal, susah tidur, muka merah, bicara kasar, dan
agresif. Contoh: "Saya benci dengan dia karena......, "Ini terjadi karena dokter tidak
sungguh-sungguh dalam pengobatannnya".
3. Tahap: Bargaining, Tawar menawar, Penundaan realita kehilangan), Reaksi respon: klien
berunding dengan cara halus untuk mencegah kehilangan dan perasaan bersalah.
Memohon pada Tuhan. Klien juga mempunyai keinginan untuk melakukan apa saja untuk
mengubah apa yang sudah terjadi. Contoh: "Kalau saja saya sakit, bukan anak saya....",
"Kenapa saya ijinkan pergi. Kalau saja dia dirumah ia tidak akan kena musibah ini".,
"Seandainya saya hati-hati, pasti hal ini tidak akan terjadi".
4. Tahap: Depresi, Reaksi respon: sikap menarik diri, perasaan kesepian, tidak mau bicara
dan putus asa. Individu bisa melakukan percobaan bunuh diri atau penggunaan obat
berlebihan. Reaksi fisik: susah tidur, letih, menolak makan, dorongan libido menurun.
Contoh: "Biarkan saya sendiri"., "Tidak usah bawa ke rumah sakit, sudah nasib saya".
5. Tahap: Acceptance (Menerima), Reaksi respon: reorganisasi perasaan kehilangan, mulai
menerima kehilangan. Pikiran tentang kehilangan mulai menurun. Mulai tidak tergantung
dengan orang lain. Mulai membuat perencanaan. Contoh: "Ya sudah, saya iklaskan dia
pergi.", "Apa yang harus saya lakukan supaya saya cepat sembuh". "Ya pasti dibalik
bencana ini ada hikmah yang tersembunyi"