Ads Google

Tuesday, March 31, 2020

Pasal 17 NlKODEMUS


Pasal 17
  
NlKODEMUS

Nikodemus menjabat suatu kedudukan tinggi yang penuh tanggung jawab di kalangan bangsa Yahudi. Ia berpendidikan tinggi, serta memiliki bakat‑bakat yang luar biasa, dan ia seorang anggota yang terhormat pada majelis nasional. Bersama orang‑orang lain, hatinya telah digerakkan oleh pengajaran Yesus. Walau pun kaya, terpelajar, dan terhormat, selama ini ia selalu tertarik secara ajaib oleh Orang Nazaret yang rendah hati itu. Segala pelajaran yang keluar dari bibir Juruselamat itu telah meninggalkan kesan yang tidak mudah dilupakannya, dan ia ingin hendak belajar lebih jauh tentang segala kebenaran yang indah ini.
Penggunaan kekuasaan oleh Kristus dalam membersihkan kaabah itu telah membangkitkan kebencian di pihak imam‑imam dan penghulu‑penghulu. Mereka takut akan kuasa orang asing ini. Keberanian serupa itu di pihak seorang penduduk Galilea yang tidak terkenal itu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Mereka bertekad hendak mengakhiri pekerjaan‑Nya itu. Akan tetapi tidak semuanya menyetujui maksud ini. Ada juga orang yang takut
--------------
Pasal ini didasarkan atas Yohanes  3:1‑17

melawan Oknum yang nyata benar digerakkan oleh Roh Allah. Mereka terkenang akan bagaimana nabi‑nabi dahulu telah dibunuh karena mengecam dosa‑dosa para pemimpin bangsa Israel. Mereka mengetahui bahwa perhambaan bangsa Yahudi kepada bangsa kafir adalah karena kedegilan mereka dalam menolak teguran yang berasal dari Allah. Mereka takut kalau‑kalau dalam mengadakan komplotan untuk membunuh Yesus, imam‑imam dan penghulu‑penghulu sedang mengikuti jejak nenek‑moyang mereka, dan akan mendatangkan malapetaka kepada bangsa itu. Nikodemus ikut merasakan segala perasaan ini. Dalam majelis Sanhedrin, ketika tindakan yang akan diambil terhadap Yesus dipertimbangkan, Nikodemus menasihatkan supaya berhati‑hati dan bertindak dengan menahani diri. Ia menandaskan bahwa jika Yesus sungguh‑sungguh diberi kuasa dari Allah, akan berbahayalah menolak segala amaran‑Nya. Imam‑imam tidak berani mengabaikan nasihat ini, dan pada waktu itu mereka tidak mengambil tindakan tegas terhadap Juruselamat.
Sejak mendengar Yesus, Nikodemus telah menyelidik dengan penuh kerinduan segala nubuatan yang berhubungan dengan Mesias; dan semakin ia menyelidik, semakin kuat pulalah keyakinannya bahwa inilah Dia yang akan datang itu. Dengan banyak lagi orang lain di kalangan orang Israel ia telah merasa susah sekali oleh penajisan kaabah itu. Ia turut menyaksikan peristiwa ketika Yesus mengusir orang‑orang yang berjual beli itu keluar; ia melihat pernyataan kuasa Ilahi yang ajaib itu; ia melihat Juruselamat menerima orang miskin serta menyembuhkan orang sakit; ia melihat pandangan kegirangan serta mendengar puji‑pujian mereka; dan ia tidak dapat meragukan lagi bahwa Yesus dari Nazaret itu adalah Yang Diutus Allah.
Ia ingin sekali mengadakan wawancara dengan Yesus, tetapi takut mencari Dia secara terang‑terangan. Akan terlalu hina bagi seorang penghulu bangsa Yahudi untuk mengakui dirinya menaruh simpati terhadap seorang guru yang hingga kini belum begitu terkenal. Dan sekiranya kunjungannya itu diketahui oleh Sanhedrin, akan didatangkannya kepadanya ejekan dan celaan. Ia memutuskan untuk mengadakan suatu wawancara rahasia, dengan mendalihkan atas dasar bahwa jikalau ia pergi secara terang‑terangan, maka orang lain mungkin akan mengikuti teladan yang diberikannya itu. Setelah mengetahui dengan jelas bertanya‑tanya di mana tempat istirahat Juruselamat, di Bukit Zaitun, ia menunggu hingga seluruh penghuni kota sudah tidur nyenyak, dan kemudian pergilah ia mencari Dia.
Di hadirat Kristus, Nikodemus merasa agak malu dan segan dan ia berusaha menyembunyikan perasaan itu dengan sikap tenang dan agung. "Ya rabbi," katanya, "ketahuilah kami akan hal tuan seorang guru, yang datang daripada Allah, karena seorang pun tiada yang.dapat mengadakan segala mukjizat seperti tuan adakan, melainkan adalah Allah dengan dia." Oleh berbicara tentang bakat‑bakat luar biasa yang ada pada Kristus sebagai seorang guru, dan juga tentang kuasa‑Nya yang ajaib untuk mengadakan mukjizat, ia mengharap untuk membuka jalan bagi wawancaranya dengan Yesus. Ucapannya itu dimaksudkan untuk mengungkapkan serta mengundang keyakinan; tetapi sebenarnya hal itu menyatakan adanya kurang percaya. Ia tidak mengakui Yesus sebagai Mesias, melainkan hanya seorang guru yang datang dari Allah.
Gantinya mengakui pernyataan hormat ini, Yesus menatapi sipembicara itu, seolah‑olah membaca jiwanya sekali pun. Dalam marifat‑Nya Yesus melihat di hadapan‑Nya seorang pencari kebenaran. Ia tahu tujuan kunjungan itu, maka dengan suatu keinginan hendak memperdalam keyakinan yang sudah ada dalam pikiran pendengar‑Nya itu, Ia langsung menyebutkan maksud‑Nya, sambil berkata dengan tekun tetapi dengan lemah‑lembut, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Yoh. 3:3.
Nikodemus telah datang kepada Tuhan dengan bermaksud hendak mengadakan pertukaran pikiran dengan Dia, akan tetapi Yesus memaparkan azas‑azas dasar kebenaran itu. Ia mengatakan kepada Nikodemus, Yang engkau perlukan bukannya pengetahuan secara teori melainkan kelahiran semula secara rohani. Engkau tidak perlu memuaskan rasa ingin tahu melainkan mendapat hati yang baru. Engkau mesti mendapat hidup yang baru dari atas, sebelum engkau dapat menghargai perkara‑perkara surga. Sebelum perubahan ini terjadi, dan menjadikan segala sesuatu baru, maka tidak akan bermanfaat bagimu memperbincangkan dengan Aku tentang kekuasaan‑Ku atau pekerjaan‑Ku.
Nikodemus telah mendengar khotbah Yohanes Pembaptis tentang pertobatan dan baptisan, dan mengalihkan perhatian orang banyak kepada Dia yang akan membaptiskan dengan Roh Suci. Ia sendiri telah merasa bahwa kerohanian di kalangan orang Yahudi sangat kurang, bahwa mereka sangat dikuasai oleh kefanatikan agama dan cita‑cita duniawi. Ia telah lama mengharapkan sesuatu keadaan yang lebih baik dari segala sesuatu pada kedatangan Mesias itu. Namun pekabaran yang tajam dari Yohanes Pembaptis itu telah gagal untuk meyakinkan dia dari dosa. Ia adalah seorang orang Parisi yang keras, dan membanggakan segala kebajikannya. Ia sangat dihormati orang atas kedermawanan dan kemurahannya dalam menyokong upacara kaabah, dan ia merasa pasti akan keridlaan Allah. Ia sangat terperanjat ketika memikirkan tentang suatu kerajaan yang terlalu suci untuk dilihatnya dalam keadaannya pada saat itu.
Gaya bahasa tentang kelahiran baru yang telah digunakan oleh Yesus sekali‑kali bukannya asing bagi Nikodemus. Orang‑orang yang bertobat dari kekafiran dan menerima agama bangsa Israel sering diumpamakan dengan anak‑anak yang baru lahir. Sebab itu sudah tentu ia mengetahui bahwa ucapan Kristus itu tidak seharusnya diartikan secara harafiah. Akan tetapi berkat kelahirannya sebagai seorang Israel ia menganggap dirinya pasti akan mendapat suatu tempat dalam kerajaan Allah. Ia merasa bahwa ia tidak memerlukan perubahan lagi. Itulah sebabnya ia terkejut mendengar ucapan Juruselamat itu. Ia merasa kurang senang karena diucapkan langsung mengenai dirinya. Kesombongan Parisi bergumul melawan kerinduan yang jujur di pihak si pencari kebenaran. Ia merasa heran karena Kristus berbicara kepadanya seperti itu, dengan tidak menghormati kedudukannya sebagai penghulu Israel.  Karena terkejut dari ketenangannya, ia menjawab kepada Kristus dengan ucapan yang penuh dengan ejekan, "Bagaimana boleh kiranya orang jadi pada masa tuanya?" Seperti halnya dengan banyak orang lain apabila kebenaran yang tegas dijelaskan pada angan‑angan hati ia menyatakan fakta bahwa manusia biasa tidak mau menerima perkara‑perkara Roh Allah. Di dalamnya tidak ada sesuatu yang menyambut perkara‑perkara rohani; sebab perkara‑perkara rohani hanya dapat dipahami secara rohani pula.
Akan tetapi Juruselamat tidak menghadapi perdebatan dengan perdebatan. Sambil mengangkat tangan‑Nya dengan keagungan yang penuh khidmat dan tenang, ditekankan‑Nya kebenaran itu sedalam‑dalamnya dengan jaminan yang lebih besar, "Bahwa sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jikalau orang tidak jadi daripada air dan roh, maka tak boleh masuk ia ke dalam kerajaan Allah." Nikodemus mengetahui bahwa yang dimaksudkan Kristus ialah baptisan air, dan pembaharuan hati oleh Roh Allah. Ia sudah yakin bahwa ia sedang berada di hadirat Dia yang telah diramalkan oleh Yohanes Pembaptis itu.
Yesus melanjutkan: "Barang yang jadi daripada daging, yaitu daging jua, dan barang yang jadi daripada Roh, yaitu roh adanya." Menurut wajarnya hati itu jahat, dan "Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!" Ayub 14:4. Tiada penemuan manusia yang dapat menemukan suatu penawar bagi jiwa yang berdosa. "Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya." "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." Roma 8:7; Matius 15:19. Pancaran hati itu wajiblah dibersihkan sebelum alirannya dapat menjadi bersih. Orang yang mencoba hendak mencapai sorga oleh perbuatannya sendiri dalam memelihara hukum Allah, berarti mencoba sesuatu yang mustahil. Tiadalah keselamatan bagi seseorang yang memiliki hanya sekadar suatu agama resmi, sesuatu.rupa peribadatan belaka. Kehidupan orang Kristen bukannya sesuatu perubahan sedikit atau perbaikan dari kehidupan yang lama, melainkan perubahan seluruhnya dari segala sifat. Ada kematian terhadap diri dan dosa, dan suatu kehidupan yang semata‑mata baru. Perubahan ini dapat terjadi hanya oleh pekerjaan Roh Suci yang berhasil itu. 
Nikodemus masih bingung, lalu Yesus menggunakan angin untuk melukiskan maksud‑Nya: "Angin pun bertiup barang ke mana yang dikehendakinya, maka engkau mendengar juga bunyinya, tetapi tidak kau ketahui dari mana datangnya atau ke mana tujuannya; demikianpun hal tiap‑tiap orang yang jadi daripada Roh."
Angin terdengar di antara cabang‑cabang pohon menggersak‑gersukkan daun‑daun dan bunga‑bungaan; namun angin itu tidak kelihatan, dan tiada seorang pun mengetahui dari mana datangnya, atau ke mana perginya. Demikianlah halnya dengan pekerjaan Roh Suci di dalam hati. Hal itu tidak dapat diterangkan lebih jelas daripada dengan gerakan angin. Seorang boleh jadi tidak dapat menyebutkan waktu atau tempat yang tepat, atau mengingat kembali semua keadaan dalam proses pertobatan; tetapi hal ini tidak membuktikan bahwa ia tidak bertobat. Dengan suatu alat yang tidak nampak seperti angin, Kristus selalu bekerja di dalam hati. Sedikit demi sedikit, mungkin dengan tidak disadari oleh sipenerima, kesan‑kesan ditanamkan yang condong kepada menarik jiwa itu kepada Kristus. Ini boleh jadi diterima oleh merenungkan tentang Dia, oleh membaca Alkitab, atau oleh mendengar sabda Allah dari pengkhotbah yang hidup. Tiba‑tiba, ketika Roh itu datang dengan bujukan yang lebih langsung lagi, maka jiwa itu pun menyerahlah dengan suka hati kepada Yesus. Oleh banyak orang hal ini disebut pertobatan secara tiba‑tiba; tetapi hal ini adalah hasil bujukan yang lama oleh Roh Allah, suatu proses yang penuh kesabaran dan meliputi waktu yang lama.
Meski pun angin itu sendiri tidak kelihatan, ditimbulkannya akibat‑akibat yang tampak dan terasa. Demikianlah pekerjaan Roh itu di dalam jiwa akan menyatakan dirinya sendiri dalam setiap laku orang yang telah merasakan kuasanya yang menyelamatkan itu. Apabila Roh Allah sudah memiliki hati, maka kehidupan pun diubahkannya. Segala pikiran yang penuh dosa dibuang jauh, segala perbuatan jahat ditinggalkan; kasih, kerendahan hati, dan damai menggantikan amarah, iri hati, dan perselisihan. Sukacita menggantikan dukacita, dan wajah memantulkan cahaya surga. Tidak seorang pun yang melihat tangan yang mengangkat behan itu, atau melihat cahaya yang turun dari istana yang di surga. Berkat itu datang apabila oleh iman jiwa menyerahkan dirinya kepada Allah. Lalu kuasa yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia itu pun menciptakan satu makhluk baru menurut peta Allah.
Mustahillah bagi pikiran yang fana ini memahami pekerjaan penebusan. Rahasianya melampaui pengetahuan manusia; namun ia yang melalui kematian kepada kehidupan menyadari bahwa itulah sesuatu kesungguhan Ilahi. Permulaan penebusan dapat kita ketahui di dunia ini oleh pengalaman pribadi. Hasil‑hasilnya mencapai sampai ke zaman yang kekal.
Sedang Yesus berbicara, sesuatu sinar kebenaran menerusi pikiran penghulu itu. Pengaruh yang menghaluskan dan menaklukkan dari Roh Suci mendatangkan kesan ke dalam hatinya. Namun ia belum mengerti betul ucapan Juruselamat itu. Ia tidak begitu tertarik oleh pentingnya kelahiran baru seperti oleh cara pelaksanaannya. Berkatalah ia dengan heran, "Bagaimanakah boleh jadi perkara ini?"
"Bukankah engkau guru orang Israel, maka tidak engkau mengerti perkara ini?" tanya Yesus. Tentu saja seseorang yang dipercayakan untuk memberikan pengajaran keagamaan kepada masyarakat ramai tidaklah patut tidak mengetahui akan kebenaran yang begitu penting. Ucapannya itu memberikan pelajaran bahwa gantinya merasa tidak senang akan ucapan‑ucapan kebenaran yang tegas, Nikodemus seharusnya beroleh pandangan yang rendah hati akan dirinya karena ia kurang mengetahui akan perkara rohani itu. Namun Kristus berbicara dengan keagungan yang penuh khidmat dan baik pandangan maupun nada suara‑Nya mengungkapkan kasih yang sungguh‑sungguh, sehingga Nikodemus tidak sakit hati ketika ia mengetahui keadaannya yang hina itu.
Akan tetapi tatkala Yesus menjelaskan bahwa pekerjaan‑Nya di dunia ini adalah untuk mendirikan kerajaan rohani gantinya kerajaan duniawi, pendengar‑Nya itu merasa susah. Melihat ini Yesus menambahkan, "Jikalau Aku memberi tahu kepadamu perkara dunia ini, maka kamu tak percaya, manakah boleh kamu percaya, jikalau Aku mengatakan kepadamu perkara surga?" Jikalau Nikodemus tidak dapat menerima pengajaran Kristus itu, yang melukiskan pekerjaan rahmat di dalam hati, bagaimanakah ia dapat mengerti sifat kerajaan semawi‑Nya yang mulia itu? Tanpa mengerti sifat pekerjaan Kristus di dunia ini, maka tak akan dapatlah ia mengerti pekerjaan‑Nya di dalam surga.
Orang Yahudi yang telah diusir Yesus dari kaabah mengaku sebagai anak‑anak Ibrahim, tetapi mereka itu lari dari hadirat Juruselamat karena mereka tidak tahan melihat kemuliaan Allah yang dinyatakan dalam Dia. Dengan demikian mereka membuktikan bahwa mereka tidak dilayakkan oleh rahmat Allah untuk mengambil bagian dalam upacara‑upacara kaabah yang suci itu. Mereka rajin memelihara kesucian secara lahir saja, tetapi mereka melalaikan kesucian hati. Meski pun mereka menurut hukum itu secara harafiah, namun mereka senantiasa melanggar jiwa hukum itu. Keperluan mereka yang besar ialah justru perubahan yang sedang dijelaskan Kristus kepada Nikodemus, kelahiran akhlak yang baru, pembersihan dari dosa, dan pembaharuan pengetahuan dan kesucian.
Tidak ada maaf bagi kebutaan bangsa Israel dalam hal pekerjaan kelahiran baru. Oleh ilham Roh Suci, nabi Yesaya telah menulis, "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor." Daud telah berdoa, "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh." Dan oleh Yehezkiel janji telah diberikan, "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya." Yesaya 64:6; Mazmur 51 :10; Yehezkiel 36:26, 27.
Nikodemus telah membaca Alkitab dengan pikiran yang gelap; tetapi kini mulailah ia mengerti akan maknanya. Ia melihat bahwa penurutan yang paling saksama akan hukum itu secara harafiah bila dikenakan kepada kehidupan secara lahir saja, tidak dapat memberi hak kepada manusia untuk masuk ke dalam kerajaan surga. Dalam penilaian manusia, kehidupannya sudah benar dan mulia; tetapi di hadirat Kristus ia merasa bahwa hatinya najis, dan kehidupannya tidak suci.
Nikodemus sedang tertarik kepada Kristus. Ketika Juruselamat menjelaskan kepadanya tentang kelahiran baru itu, ia pun rindu supaya perubahan ini dilaksanakan di dalam dirinya sendiri. Dengan jalan apakah hal itu dapat dilaksanakan? Yesus menjawab pertanyaan yang tidak diucapkan itu: "Seperti ular itu telah ditinggikan oleh Musa dalam padang Tiah, tak dapat tidak demikianlah Anak‑manusia pun akan ditinggikan. Supaya barang siapa yang percaya akan Dia itu jangan binasa, melainkan mendapat hidup yang kekal."
Inilah dasar yang dipahami benar oleh Nikodemus. Lambang ular yang ditinggikan itu menjelaskan kepadanya pekerjaan Juruselamat. Ketika bani Israel sudah hampir binasa akibat bisa ular tedung, Allah menyuruh Musa membuat seekor ular tembaga, serta meninggikannya di tengah‑tengah himpunan orang banyak. Lalu kabar disiarkan di seluruh perkemahan bahwa semua orang yang mau memandang kepada ular itu akan hidup. Orang banyak itu tahu benar bahwa dalam dirinya sendiri ular itu tidak mempunyai kuasa untuk menolong mereka. Ular itu melambangkan Kristus. Sebagaimana rupa ular yang dibuat menurut rupa ular‑ular pembinasa itu ditinggikan untuk kesembuhan mereka, demikian juga Dia yang dibuat "dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa" (Roma 8:3) harus menjadi Penebus mereka. Kebanyakan orang Israel menganggap bahwa upacara korban itu sendiri mengandung khasiat untuk membebaskan mereka dari dosa. Allah Ingin mengajarkan kepada mereka bahwa semuanya itu tidak mengandung nilai lebih daripada ular tembaga itu, yang maksudnya ialah menuntun pikiran mereka kepada Juruselamat. Apakah untuk kesembuhan luka‑luka mereka atau pun keampunan segala dosa, mereka tidak dapat berbuat apa‑apa bagi diri sendiri melainkan menunjukkan iman mereka pada Karunia Allah. Mereka harus melihat dan hidup.
Orang‑orang yang telah digigit oleh ular‑ular itu mungkin bertangguh untuk melihat. Mereka mungkin meragukan bagaimana bisa jadi ada khasiat di dalam lambang tembaga itu. Mereka mungkin menuntut penjelasan secara ilmu pengetahuan. Tetapi tidak ada penjelasan diberikan. Enggan memandang berarti binasa.
Bukannya oleh perdebatan dan perbincangan jiwa itu diterangi. Kita mesti memandang dan hidup. Nikodemus menerima dan membawa pelajaran itu sertanya. Ia menyelidik Alkitab dengan cara yang baru, bukannya untuk perbincangan sesuatu teori baru, melainkan supaya mendapat hidup bagi jiwa. Ia mulai melihat kerajaan surga ketika ia menyerahkan dirinya kepada pimpinan Roh Suci.
Beribu‑ribu orang pada zaman ini perlu mempelajari kebenaran itu juga, yang diajarkan kepada Nikodemus oleh ular yang ditinggikan itu. Mereka bergantung kepada penurutan mereka kepada taurat Allah untuk memujikan diri agar berkenan kepada‑Nya. Apabila mereka itu disuruh memandang kepada Yesus serta percaya bahwa Ia menyelamatkan mereka hanya oleh rahmat‑Nya, mereka berseru, "Bagaimana boleh jadi perkara ini?"
Sebagaimana halnya dengan Nikodemus, wajiblah kita sudi masuk ke dalam hidup sama seperti cara kepala orang‑orang berdosa. Selain dari Kristus "tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Kisah 4:12. Oleh iman kita menerima rahmat Allah; tetapi iman bukannya Juruselamat kita. Iman itu tidak mendapatkan apa‑apa. Iman adalah tangan yang berpegang pada Kristus serta memiliki jasa‑jasa‑Nya, ialah penawar untuk dosa. Malahan tidak dapat kita bertobat tanpa bantuan Roh Allah. Alkitab berkata tentang Kristus, "ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa." Kisah 5:31. Pertobatan datang dari Kristus sama seperti keampunan datang daripada‑Nya.
Bagaimanakah, kalau begitu, caranya kita diselamatkan?—"Seperti ular itu telah ditinggikan oleh Musa dalam padang Tiah," demikianlah Anak manusia itu telah ditinggikan, serta masing‑masing orang yang telah diperdaya serta digigit oleh ular itu, boleh melihat dan hidup. "Lihatlah anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." Yohanes 1:29. Cahaya yang bersinar dari salib itu menyatakan kasih Allah. Kasih‑Nya itu menarik kita kepada‑Nya. Kalau kita tidak melawan penarikan ini, kita akan dituntun ke kaki salib dalam pertobatan dari segala dosa yang telah menyalibkan Juruselamat. Lalu Roh Allah oleh iman menghasilkan suatu kehidupan yang baru di dalam jiwa. Segenap pikiran dan keinginan akan ditaklukkan kepada kehendak Kristus. Hati, pikiran, dijadikan kembali menurut peta Dia yang bekerja di dalam kita untuk menaklukkan segala sesuatu kepada‑Nya sendiri. Kemudian taurat Allah pun dituliskan di dalam pikiran dan hati, dan dapatlah kita berkata dengan Kristus, " Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Mazmur 40:9.
Dalam wawancara dengan Nikodemus itu, Yesus memaparkan rencana keselamatan, dan tugas‑Nya ke dunia ini. Dalam segala pembicaraan‑Nya yang kemudian suatu pun tiada yang menerangkan begitu jelas, langkah demi langkah, pekerjaan yang perlu dilakukan di dalam hati semua orang yang hendak mewarisi kerajaan surga. Justru pada permulaan sekali masa kerja‑Nya Ia memaparkan kebenaran kepada seorang anggota Sanhedrin, kepada pikiran yang paling suka menerima keterangan, dan kepada seorang guru yang diangkat oleh bangsa itu. Tetapi para pemimpin Israel tidak menyambut terang itu dengan baik. Nikodemus menyimpan kebenaran itu di dalam hatinya, dan selama tiga tahun hanya sedikit sekali buahnya yang kelihatan.
Akan tetapi Yesus tahu benar akan tanah tempat Ia menaburkan benih itu. Perkataan yang diucapkan pada waktu malam kepada seorang pendengar di atas bukit yang sunyi itu tidak hilang. Seketika lamanya Nikodemus tidak mengakui Kristus secara terang‑terangan, akan tetapi ia memperhatikan kehidupan‑Nya, dan merenungkan segala pengajaran‑Nya. Dalarn majelis Sanhedrin berulang‑ulang ia menggagalkan maksud jahat imam imam hendak membinasakan Dia. Ketika pada akhirnya Yesus diangkat di salib, Nikodemus terkenang kepada pengajaran di atas Bukit Zaitun dahulu: "Seperti ular itu telah ditinggikan oleh Musa dalam padang Tiah, tak dapat tidak demikianlah Anak‑manusia pun akan ditinggikan. Supaya barang siapa yang percaya akan Dia itu jangan binasa, melainkan mendapat hidup yang kekal." Terang dari wawancara rahasia itu menerangi salib di Golgota itu, dan Nikodemus melihat di dalam Yesus Penebus dunia ini.
Setelah Tuhan naik ke surga, tatkala murid‑murid itu sudah dicerai beraikan oleh aniaya, Nikodemus tampil ke depan dengan gagah berani. Ia menggunakan kekayaannya untuk menyokong gereja yang masih bayi itu yang sudah diharapkan oleh orang Yahudi akan dihapuskan pada kematian Kristus. Pada masa bahaya ia yang telah bersikap berhati‑hati dan ragu‑ragu itu, menjadi teguh seperti batu karang, meneguhkan iman murid‑murid itu, serta menyediakan uang untuk memajukan pekerjaan Injil. Ia diolok‑olok serta dianiaya oleh orang‑orang yang dahulu telah menghormati dia. Ia menjadi miskin dalam harta benda dunia ini; namun ia tidak bimbang dalam iman yang berasal pada pertemuan malam dengan Yesus itu.
Nikodemus menuturkan kepada Yohanes ceritera tentang wawancara itu, dan oleh pena Yohanes ceritera itu ditulis untuk menjadi pelajaran bagi berjuta‑juta orang. Kebenaran yang diajarkan dalamnya itu sama pentingnya sekarang sebagaimana pada malam hening yang di atas gunung yang bernaungan itu, ketika penghulu Yahudi itu datang hendak mempelajari jalan kehidupan dari Guru Galilea yang rendah hati itu.












No comments:

Post a Comment