Pasal
17
NlKODEMUS
Nikodemus
menjabat suatu kedudukan tinggi yang penuh tanggung jawab di kalangan bangsa
Yahudi. Ia berpendidikan tinggi, serta memiliki bakat‑bakat yang luar biasa,
dan ia seorang anggota yang terhormat pada majelis nasional. Bersama orang‑orang
lain, hatinya telah digerakkan oleh pengajaran Yesus. Walau pun kaya,
terpelajar, dan terhormat, selama ini ia selalu tertarik secara ajaib oleh
Orang Nazaret yang rendah hati itu. Segala pelajaran yang keluar dari bibir
Juruselamat itu telah meninggalkan kesan yang tidak mudah dilupakannya, dan ia
ingin hendak belajar lebih jauh tentang segala kebenaran yang indah ini.
Penggunaan
kekuasaan oleh Kristus dalam membersihkan kaabah itu telah membangkitkan
kebencian di pihak imam‑imam dan penghulu‑penghulu. Mereka takut akan kuasa
orang asing ini. Keberanian serupa itu di pihak seorang penduduk Galilea yang
tidak terkenal itu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Mereka bertekad hendak
mengakhiri pekerjaan‑Nya itu. Akan tetapi tidak semuanya menyetujui maksud ini.
Ada juga orang yang takut
--------------
Pasal
ini didasarkan atas Yohanes 3:1‑17
melawan
Oknum yang nyata benar digerakkan oleh Roh Allah. Mereka terkenang akan
bagaimana nabi‑nabi dahulu telah dibunuh karena mengecam dosa‑dosa para
pemimpin bangsa Israel. Mereka mengetahui bahwa perhambaan bangsa Yahudi kepada
bangsa kafir adalah karena kedegilan mereka dalam menolak teguran yang berasal
dari Allah. Mereka takut kalau‑kalau dalam mengadakan komplotan untuk membunuh
Yesus, imam‑imam dan penghulu‑penghulu sedang mengikuti jejak nenek‑moyang
mereka, dan akan mendatangkan malapetaka kepada bangsa itu. Nikodemus ikut
merasakan segala perasaan ini. Dalam majelis Sanhedrin, ketika tindakan yang
akan diambil terhadap Yesus dipertimbangkan, Nikodemus menasihatkan supaya
berhati‑hati dan bertindak dengan menahani diri. Ia menandaskan bahwa jika
Yesus sungguh‑sungguh diberi kuasa dari Allah, akan berbahayalah menolak segala
amaran‑Nya. Imam‑imam tidak berani mengabaikan nasihat ini, dan pada waktu itu
mereka tidak mengambil tindakan tegas terhadap Juruselamat.
Sejak
mendengar Yesus, Nikodemus telah menyelidik dengan penuh kerinduan segala
nubuatan yang berhubungan dengan Mesias; dan semakin ia menyelidik, semakin
kuat pulalah keyakinannya bahwa inilah Dia yang akan datang itu. Dengan banyak
lagi orang lain di kalangan orang Israel ia telah merasa susah sekali oleh
penajisan kaabah itu. Ia turut menyaksikan peristiwa ketika Yesus mengusir
orang‑orang yang berjual beli itu keluar; ia melihat pernyataan kuasa Ilahi
yang ajaib itu; ia melihat Juruselamat menerima orang miskin serta menyembuhkan
orang sakit; ia melihat pandangan kegirangan serta mendengar puji‑pujian mereka;
dan ia tidak dapat meragukan lagi bahwa Yesus dari Nazaret itu adalah Yang
Diutus Allah.
Ia
ingin sekali mengadakan wawancara dengan Yesus, tetapi takut mencari Dia secara
terang‑terangan. Akan terlalu hina bagi seorang penghulu bangsa Yahudi untuk
mengakui dirinya menaruh simpati terhadap seorang guru yang hingga kini belum
begitu terkenal. Dan sekiranya kunjungannya itu diketahui oleh Sanhedrin, akan
didatangkannya kepadanya ejekan dan celaan. Ia memutuskan untuk mengadakan
suatu wawancara rahasia, dengan mendalihkan atas dasar bahwa jikalau ia pergi
secara terang‑terangan, maka orang lain mungkin akan mengikuti teladan yang
diberikannya itu. Setelah mengetahui dengan jelas bertanya‑tanya di mana tempat
istirahat Juruselamat, di Bukit Zaitun, ia menunggu hingga seluruh penghuni
kota sudah tidur nyenyak, dan kemudian pergilah ia mencari Dia.
Di
hadirat Kristus, Nikodemus merasa agak malu dan segan dan ia berusaha
menyembunyikan perasaan itu dengan sikap tenang dan agung. "Ya
rabbi," katanya, "ketahuilah kami akan hal tuan seorang guru, yang
datang daripada Allah, karena seorang pun tiada yang.dapat mengadakan segala
mukjizat seperti tuan adakan, melainkan adalah Allah dengan dia." Oleh
berbicara tentang bakat‑bakat luar biasa yang ada pada Kristus sebagai seorang
guru, dan juga tentang kuasa‑Nya yang ajaib untuk mengadakan mukjizat, ia
mengharap untuk membuka jalan bagi wawancaranya dengan Yesus. Ucapannya itu
dimaksudkan untuk mengungkapkan serta mengundang keyakinan; tetapi sebenarnya
hal itu menyatakan adanya kurang percaya. Ia tidak mengakui Yesus sebagai
Mesias, melainkan hanya seorang guru yang datang dari Allah.
Gantinya
mengakui pernyataan hormat ini, Yesus menatapi sipembicara itu, seolah‑olah
membaca jiwanya sekali pun. Dalam marifat‑Nya Yesus melihat di hadapan‑Nya
seorang pencari kebenaran. Ia tahu tujuan kunjungan itu, maka dengan suatu
keinginan hendak memperdalam keyakinan yang sudah ada dalam pikiran pendengar‑Nya
itu, Ia langsung menyebutkan maksud‑Nya, sambil berkata dengan tekun tetapi dengan
lemah‑lembut, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Yoh. 3:3.
Nikodemus
telah datang kepada Tuhan dengan bermaksud hendak mengadakan pertukaran pikiran
dengan Dia, akan tetapi Yesus memaparkan azas‑azas dasar kebenaran itu. Ia
mengatakan kepada Nikodemus, Yang engkau perlukan bukannya pengetahuan secara
teori melainkan kelahiran semula secara rohani. Engkau tidak perlu memuaskan
rasa ingin tahu melainkan mendapat hati yang baru. Engkau mesti mendapat hidup
yang baru dari atas, sebelum engkau dapat menghargai perkara‑perkara surga.
Sebelum perubahan ini terjadi, dan menjadikan segala sesuatu baru, maka tidak
akan bermanfaat bagimu memperbincangkan dengan Aku tentang kekuasaan‑Ku atau
pekerjaan‑Ku.
Nikodemus
telah mendengar khotbah Yohanes Pembaptis tentang pertobatan dan baptisan, dan
mengalihkan perhatian orang banyak kepada Dia yang akan membaptiskan dengan Roh
Suci. Ia sendiri telah merasa bahwa kerohanian di kalangan orang Yahudi sangat
kurang, bahwa mereka sangat dikuasai oleh kefanatikan agama dan cita‑cita
duniawi. Ia telah lama mengharapkan sesuatu keadaan yang lebih baik dari segala
sesuatu pada kedatangan Mesias itu. Namun pekabaran yang tajam dari Yohanes
Pembaptis itu telah gagal untuk meyakinkan dia dari dosa. Ia adalah seorang
orang Parisi yang keras, dan membanggakan segala kebajikannya. Ia sangat
dihormati orang atas kedermawanan dan kemurahannya dalam menyokong upacara
kaabah, dan ia merasa pasti akan keridlaan Allah. Ia sangat terperanjat ketika
memikirkan tentang suatu kerajaan yang terlalu suci untuk dilihatnya dalam
keadaannya pada saat itu.
Gaya
bahasa tentang kelahiran baru yang telah digunakan oleh Yesus sekali‑kali
bukannya asing bagi Nikodemus. Orang‑orang yang bertobat dari kekafiran dan
menerima agama bangsa Israel sering diumpamakan dengan anak‑anak yang baru
lahir. Sebab itu sudah tentu ia mengetahui bahwa ucapan Kristus itu tidak
seharusnya diartikan secara harafiah. Akan tetapi berkat kelahirannya sebagai
seorang Israel ia menganggap dirinya pasti akan mendapat suatu tempat dalam
kerajaan Allah. Ia merasa bahwa ia tidak memerlukan perubahan lagi. Itulah
sebabnya ia terkejut mendengar ucapan Juruselamat itu. Ia merasa kurang senang
karena diucapkan langsung mengenai dirinya. Kesombongan Parisi bergumul melawan
kerinduan yang jujur di pihak si pencari kebenaran. Ia merasa heran karena
Kristus berbicara kepadanya seperti itu, dengan tidak menghormati kedudukannya
sebagai penghulu Israel. Karena terkejut
dari ketenangannya, ia menjawab kepada Kristus dengan ucapan yang penuh dengan
ejekan, "Bagaimana boleh kiranya orang jadi pada masa tuanya?"
Seperti halnya dengan banyak orang lain apabila kebenaran yang tegas dijelaskan
pada angan‑angan hati ia menyatakan fakta bahwa manusia biasa tidak mau
menerima perkara‑perkara Roh Allah. Di dalamnya tidak ada sesuatu yang
menyambut perkara‑perkara rohani; sebab perkara‑perkara rohani hanya dapat
dipahami secara rohani pula.
Akan
tetapi Juruselamat tidak menghadapi perdebatan dengan perdebatan. Sambil
mengangkat tangan‑Nya dengan keagungan yang penuh khidmat dan tenang,
ditekankan‑Nya kebenaran itu sedalam‑dalamnya dengan jaminan yang lebih besar,
"Bahwa sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jikalau orang tidak jadi
daripada air dan roh, maka tak boleh masuk ia ke dalam kerajaan Allah."
Nikodemus mengetahui bahwa yang dimaksudkan Kristus ialah baptisan air, dan
pembaharuan hati oleh Roh Allah. Ia sudah yakin bahwa ia sedang berada di
hadirat Dia yang telah diramalkan oleh Yohanes Pembaptis itu.
Yesus
melanjutkan: "Barang yang jadi daripada daging, yaitu daging jua, dan
barang yang jadi daripada Roh, yaitu roh adanya." Menurut wajarnya hati
itu jahat, dan "Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis?
Seorangpun tidak!" Ayub 14:4. Tiada penemuan manusia yang dapat menemukan
suatu penawar bagi jiwa yang berdosa. "Sebab keinginan daging adalah
perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini
memang tidak mungkin baginya." "Karena dari hati timbul segala
pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan
hujat." Roma 8:7; Matius 15:19. Pancaran hati itu wajiblah dibersihkan
sebelum alirannya dapat menjadi bersih. Orang yang mencoba hendak mencapai
sorga oleh perbuatannya sendiri dalam memelihara hukum Allah, berarti mencoba
sesuatu yang mustahil. Tiadalah keselamatan bagi seseorang yang memiliki hanya
sekadar suatu agama resmi, sesuatu.rupa peribadatan belaka. Kehidupan orang
Kristen bukannya sesuatu perubahan sedikit atau perbaikan dari kehidupan yang
lama, melainkan perubahan seluruhnya dari segala sifat. Ada kematian terhadap
diri dan dosa, dan suatu kehidupan yang semata‑mata baru. Perubahan ini dapat
terjadi hanya oleh pekerjaan Roh Suci yang berhasil itu.
Nikodemus
masih bingung, lalu Yesus menggunakan angin untuk melukiskan maksud‑Nya:
"Angin pun bertiup barang ke mana yang dikehendakinya, maka engkau
mendengar juga bunyinya, tetapi tidak kau ketahui dari mana datangnya atau ke
mana tujuannya; demikianpun hal tiap‑tiap orang yang jadi daripada Roh."
Angin
terdengar di antara cabang‑cabang pohon menggersak‑gersukkan daun‑daun dan
bunga‑bungaan; namun angin itu tidak kelihatan, dan tiada seorang pun
mengetahui dari mana datangnya, atau ke mana perginya. Demikianlah halnya
dengan pekerjaan Roh Suci di dalam hati. Hal itu tidak dapat diterangkan lebih
jelas daripada dengan gerakan angin. Seorang boleh jadi tidak dapat menyebutkan
waktu atau tempat yang tepat, atau mengingat kembali semua keadaan dalam proses
pertobatan; tetapi hal ini tidak membuktikan bahwa ia tidak bertobat. Dengan
suatu alat yang tidak nampak seperti angin, Kristus selalu bekerja di dalam
hati. Sedikit demi sedikit, mungkin dengan tidak disadari oleh sipenerima,
kesan‑kesan ditanamkan yang condong kepada menarik jiwa itu kepada Kristus. Ini
boleh jadi diterima oleh merenungkan tentang Dia, oleh membaca Alkitab, atau
oleh mendengar sabda Allah dari pengkhotbah yang hidup. Tiba‑tiba, ketika Roh
itu datang dengan bujukan yang lebih langsung lagi, maka jiwa itu pun
menyerahlah dengan suka hati kepada Yesus. Oleh banyak orang hal ini disebut
pertobatan secara tiba‑tiba; tetapi hal ini adalah hasil bujukan yang lama oleh
Roh Allah, suatu proses yang penuh kesabaran dan meliputi waktu yang lama.
Meski
pun angin itu sendiri tidak kelihatan, ditimbulkannya akibat‑akibat yang tampak
dan terasa. Demikianlah pekerjaan Roh itu di dalam jiwa akan menyatakan dirinya
sendiri dalam setiap laku orang yang telah merasakan kuasanya yang
menyelamatkan itu. Apabila Roh Allah sudah memiliki hati, maka kehidupan pun
diubahkannya. Segala pikiran yang penuh dosa dibuang jauh, segala perbuatan
jahat ditinggalkan; kasih, kerendahan hati, dan damai menggantikan amarah, iri
hati, dan perselisihan. Sukacita menggantikan dukacita, dan wajah memantulkan
cahaya surga. Tidak seorang pun yang melihat tangan yang mengangkat behan itu,
atau melihat cahaya yang turun dari istana yang di surga. Berkat itu datang
apabila oleh iman jiwa menyerahkan dirinya kepada Allah. Lalu kuasa yang tidak
dapat dilihat oleh mata manusia itu pun menciptakan satu makhluk baru menurut
peta Allah.
Mustahillah
bagi pikiran yang fana ini memahami pekerjaan penebusan. Rahasianya melampaui
pengetahuan manusia; namun ia yang melalui kematian kepada kehidupan menyadari
bahwa itulah sesuatu kesungguhan Ilahi. Permulaan penebusan dapat kita ketahui
di dunia ini oleh pengalaman pribadi. Hasil‑hasilnya mencapai sampai ke zaman
yang kekal.
Sedang
Yesus berbicara, sesuatu sinar kebenaran menerusi pikiran penghulu itu.
Pengaruh yang menghaluskan dan menaklukkan dari Roh Suci mendatangkan kesan ke
dalam hatinya. Namun ia belum mengerti betul ucapan Juruselamat itu. Ia tidak
begitu tertarik oleh pentingnya kelahiran baru seperti oleh cara
pelaksanaannya. Berkatalah ia dengan heran, "Bagaimanakah boleh jadi
perkara ini?"
"Bukankah
engkau guru orang Israel, maka tidak engkau mengerti perkara ini?" tanya
Yesus. Tentu saja seseorang yang dipercayakan untuk memberikan pengajaran
keagamaan kepada masyarakat ramai tidaklah patut tidak mengetahui akan
kebenaran yang begitu penting. Ucapannya itu memberikan pelajaran bahwa
gantinya merasa tidak senang akan ucapan‑ucapan kebenaran yang tegas, Nikodemus
seharusnya beroleh pandangan yang rendah hati akan dirinya karena ia kurang
mengetahui akan perkara rohani itu. Namun Kristus berbicara dengan keagungan
yang penuh khidmat dan baik pandangan maupun nada suara‑Nya mengungkapkan kasih
yang sungguh‑sungguh, sehingga Nikodemus tidak sakit hati ketika ia mengetahui
keadaannya yang hina itu.
Akan
tetapi tatkala Yesus menjelaskan bahwa pekerjaan‑Nya di dunia ini adalah untuk
mendirikan kerajaan rohani gantinya kerajaan duniawi, pendengar‑Nya itu merasa
susah. Melihat ini Yesus menambahkan, "Jikalau Aku memberi tahu kepadamu
perkara dunia ini, maka kamu tak percaya, manakah boleh kamu percaya, jikalau
Aku mengatakan kepadamu perkara surga?" Jikalau Nikodemus tidak dapat
menerima pengajaran Kristus itu, yang melukiskan pekerjaan rahmat di dalam
hati, bagaimanakah ia dapat mengerti sifat kerajaan semawi‑Nya yang mulia itu?
Tanpa mengerti sifat pekerjaan Kristus di dunia ini, maka tak akan dapatlah ia
mengerti pekerjaan‑Nya di dalam surga.
Orang
Yahudi yang telah diusir Yesus dari kaabah mengaku sebagai anak‑anak Ibrahim,
tetapi mereka itu lari dari hadirat Juruselamat karena mereka tidak tahan
melihat kemuliaan Allah yang dinyatakan dalam Dia. Dengan demikian mereka
membuktikan bahwa mereka tidak dilayakkan oleh rahmat Allah untuk mengambil
bagian dalam upacara‑upacara kaabah yang suci itu. Mereka rajin memelihara
kesucian secara lahir saja, tetapi mereka melalaikan kesucian hati. Meski pun
mereka menurut hukum itu secara harafiah, namun mereka senantiasa melanggar
jiwa hukum itu. Keperluan mereka yang besar ialah justru perubahan yang sedang
dijelaskan Kristus kepada Nikodemus, kelahiran akhlak yang baru, pembersihan
dari dosa, dan pembaharuan pengetahuan dan kesucian.
Tidak
ada maaf bagi kebutaan bangsa Israel dalam hal pekerjaan kelahiran baru. Oleh
ilham Roh Suci, nabi Yesaya telah menulis, "Demikianlah kami sekalian
seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor." Daud
telah berdoa, "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah
batinku dengan roh yang teguh." Dan oleh Yehezkiel janji telah diberikan,
"Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu
dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu
hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan
membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada
peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya." Yesaya 64:6; Mazmur 51 :10;
Yehezkiel 36:26, 27.
Nikodemus
telah membaca Alkitab dengan pikiran yang gelap; tetapi kini mulailah ia
mengerti akan maknanya. Ia melihat bahwa penurutan yang paling saksama akan
hukum itu secara harafiah bila dikenakan kepada kehidupan secara lahir saja,
tidak dapat memberi hak kepada manusia untuk masuk ke dalam kerajaan surga.
Dalam penilaian manusia, kehidupannya sudah benar dan mulia; tetapi di hadirat
Kristus ia merasa bahwa hatinya najis, dan kehidupannya tidak suci.
Nikodemus
sedang tertarik kepada Kristus. Ketika Juruselamat menjelaskan kepadanya
tentang kelahiran baru itu, ia pun rindu supaya perubahan ini dilaksanakan di
dalam dirinya sendiri. Dengan jalan apakah hal itu dapat dilaksanakan? Yesus
menjawab pertanyaan yang tidak diucapkan itu: "Seperti ular itu telah ditinggikan
oleh Musa dalam padang Tiah, tak dapat tidak demikianlah Anak‑manusia pun akan
ditinggikan. Supaya barang siapa yang percaya akan Dia itu jangan binasa,
melainkan mendapat hidup yang kekal."
Inilah
dasar yang dipahami benar oleh Nikodemus. Lambang ular yang ditinggikan itu
menjelaskan kepadanya pekerjaan Juruselamat. Ketika bani Israel sudah hampir
binasa akibat bisa ular tedung, Allah menyuruh Musa membuat seekor ular
tembaga, serta meninggikannya di tengah‑tengah himpunan orang banyak. Lalu kabar
disiarkan di seluruh perkemahan bahwa semua orang yang mau memandang kepada
ular itu akan hidup. Orang banyak itu tahu benar bahwa dalam dirinya sendiri
ular itu tidak mempunyai kuasa untuk menolong mereka. Ular itu melambangkan
Kristus. Sebagaimana rupa ular yang dibuat menurut rupa ular‑ular pembinasa itu
ditinggikan untuk kesembuhan mereka, demikian juga Dia yang dibuat "dalam
daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa" (Roma
8:3) harus menjadi Penebus mereka. Kebanyakan orang Israel menganggap bahwa
upacara korban itu sendiri mengandung khasiat untuk membebaskan mereka dari
dosa. Allah Ingin mengajarkan kepada mereka bahwa semuanya itu tidak mengandung
nilai lebih daripada ular tembaga itu, yang maksudnya ialah menuntun pikiran mereka
kepada Juruselamat. Apakah untuk kesembuhan luka‑luka mereka atau pun keampunan
segala dosa, mereka tidak dapat berbuat apa‑apa bagi diri sendiri melainkan
menunjukkan iman mereka pada Karunia Allah. Mereka harus melihat dan hidup.
Orang‑orang
yang telah digigit oleh ular‑ular itu mungkin bertangguh untuk melihat. Mereka
mungkin meragukan bagaimana bisa jadi ada khasiat di dalam lambang tembaga itu.
Mereka mungkin menuntut penjelasan secara ilmu pengetahuan. Tetapi tidak ada
penjelasan diberikan. Enggan memandang berarti binasa.
Bukannya
oleh perdebatan dan perbincangan jiwa itu diterangi. Kita mesti memandang dan
hidup. Nikodemus menerima dan membawa pelajaran itu sertanya. Ia menyelidik
Alkitab dengan cara yang baru, bukannya untuk perbincangan sesuatu teori baru,
melainkan supaya mendapat hidup bagi jiwa. Ia mulai melihat kerajaan surga
ketika ia menyerahkan dirinya kepada pimpinan Roh Suci.
Beribu‑ribu
orang pada zaman ini perlu mempelajari kebenaran itu juga, yang diajarkan
kepada Nikodemus oleh ular yang ditinggikan itu. Mereka bergantung kepada
penurutan mereka kepada taurat Allah untuk memujikan diri agar berkenan kepada‑Nya.
Apabila mereka itu disuruh memandang kepada Yesus serta percaya bahwa Ia
menyelamatkan mereka hanya oleh rahmat‑Nya, mereka berseru, "Bagaimana
boleh jadi perkara ini?"
Sebagaimana
halnya dengan Nikodemus, wajiblah kita sudi masuk ke dalam hidup sama seperti
cara kepala orang‑orang berdosa. Selain dari Kristus "tidak ada nama lain
yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Kisah
4:12. Oleh iman kita menerima rahmat Allah; tetapi iman bukannya Juruselamat
kita. Iman itu tidak mendapatkan apa‑apa. Iman adalah tangan yang berpegang
pada Kristus serta memiliki jasa‑jasa‑Nya, ialah penawar untuk dosa. Malahan
tidak dapat kita bertobat tanpa bantuan Roh Allah. Alkitab berkata tentang
Kristus, "ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi
Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan
dosa." Kisah 5:31. Pertobatan datang dari Kristus sama seperti keampunan
datang daripada‑Nya.
Bagaimanakah,
kalau begitu, caranya kita diselamatkan?—"Seperti ular itu telah
ditinggikan oleh Musa dalam padang Tiah," demikianlah Anak manusia itu
telah ditinggikan, serta masing‑masing orang yang telah diperdaya serta digigit
oleh ular itu, boleh melihat dan hidup. "Lihatlah anak domba Allah, yang
menghapus dosa dunia." Yohanes 1:29. Cahaya yang bersinar dari salib itu
menyatakan kasih Allah. Kasih‑Nya itu menarik kita kepada‑Nya. Kalau kita tidak
melawan penarikan ini, kita akan dituntun ke kaki salib dalam pertobatan dari
segala dosa yang telah menyalibkan Juruselamat. Lalu Roh Allah oleh iman
menghasilkan suatu kehidupan yang baru di dalam jiwa. Segenap pikiran dan
keinginan akan ditaklukkan kepada kehendak Kristus. Hati, pikiran, dijadikan
kembali menurut peta Dia yang bekerja di dalam kita untuk menaklukkan segala
sesuatu kepada‑Nya sendiri. Kemudian taurat Allah pun dituliskan di dalam
pikiran dan hati, dan dapatlah kita berkata dengan Kristus, " Aku suka
melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Mazmur
40:9.
Dalam
wawancara dengan Nikodemus itu, Yesus memaparkan rencana keselamatan, dan tugas‑Nya
ke dunia ini. Dalam segala pembicaraan‑Nya yang kemudian suatu pun tiada yang
menerangkan begitu jelas, langkah demi langkah, pekerjaan yang perlu dilakukan
di dalam hati semua orang yang hendak mewarisi kerajaan surga. Justru pada
permulaan sekali masa kerja‑Nya Ia memaparkan kebenaran kepada seorang anggota
Sanhedrin, kepada pikiran yang paling suka menerima keterangan, dan kepada
seorang guru yang diangkat oleh bangsa itu. Tetapi para pemimpin Israel tidak
menyambut terang itu dengan baik. Nikodemus menyimpan kebenaran itu di dalam
hatinya, dan selama tiga tahun hanya sedikit sekali buahnya yang kelihatan.
Akan
tetapi Yesus tahu benar akan tanah tempat Ia menaburkan benih itu. Perkataan
yang diucapkan pada waktu malam kepada seorang pendengar di atas bukit yang
sunyi itu tidak hilang. Seketika lamanya Nikodemus tidak mengakui Kristus
secara terang‑terangan, akan tetapi ia memperhatikan kehidupan‑Nya, dan
merenungkan segala pengajaran‑Nya. Dalarn majelis Sanhedrin berulang‑ulang ia
menggagalkan maksud jahat imam imam hendak membinasakan Dia. Ketika pada
akhirnya Yesus diangkat di salib, Nikodemus terkenang kepada pengajaran di atas
Bukit Zaitun dahulu: "Seperti ular itu telah ditinggikan oleh Musa dalam
padang Tiah, tak dapat tidak demikianlah Anak‑manusia pun akan ditinggikan.
Supaya barang siapa yang percaya akan Dia itu jangan binasa, melainkan mendapat
hidup yang kekal." Terang dari wawancara rahasia itu menerangi salib di
Golgota itu, dan Nikodemus melihat di dalam Yesus Penebus dunia ini.
Setelah
Tuhan naik ke surga, tatkala murid‑murid itu sudah dicerai beraikan oleh
aniaya, Nikodemus tampil ke depan dengan gagah berani. Ia menggunakan
kekayaannya untuk menyokong gereja yang masih bayi itu yang sudah diharapkan
oleh orang Yahudi akan dihapuskan pada kematian Kristus. Pada masa bahaya ia
yang telah bersikap berhati‑hati dan ragu‑ragu itu, menjadi teguh seperti batu
karang, meneguhkan iman murid‑murid itu, serta menyediakan uang untuk memajukan
pekerjaan Injil. Ia diolok‑olok serta dianiaya oleh orang‑orang yang dahulu
telah menghormati dia. Ia menjadi miskin dalam harta benda dunia ini; namun ia
tidak bimbang dalam iman yang berasal pada pertemuan malam dengan Yesus itu.
Nikodemus
menuturkan kepada Yohanes ceritera tentang wawancara itu, dan oleh pena Yohanes
ceritera itu ditulis untuk menjadi pelajaran bagi berjuta‑juta orang. Kebenaran
yang diajarkan dalamnya itu sama pentingnya sekarang sebagaimana pada malam
hening yang di atas gunung yang bernaungan itu, ketika penghulu Yahudi itu
datang hendak mempelajari jalan kehidupan dari Guru Galilea yang rendah hati
itu.
No comments:
Post a Comment