Ads Google

Friday, January 25, 2019

PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE - 4, 19 JANUARI– 25 JANUARI 2019


PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE - 4

19 JANUARI– 25 JANUARI 2019

SAAT ANAK DOMBA DUDUK DI ATAS TAKHTANYA

SABAT PETANG
UNTUK PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: WHY. 4; YEH. 1:5-14; WHY. 5; EF. 1:20-23; IBR. 10:12; KIS. 2:32-36.
AYAT HAFALAN: ”Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersamasama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya" (Wahyu 3:21). 

Penglihatan yang terdahulu menggambarkan pekabaran Kristus kepada Umat-Nya di dunia. Sekarang penglihatan itu beralih dari dunia ke surga dan berfokus pada “apa yang harus terjadi sesudah ini” (Why. 4: 1) masa depan. 

Penglihatan di pasal 4-5 menyediakan sebuah gambaran tentang pertikaian besar. Seperti yang ada dalam Wahyu 12, keadaan di pasal 4-5 secara lambang menggambarkan sejarah dari rencana keselamatan, yang diawali dengan pelayanan Kristus di dunia. Sebelum masa depan disingkapkan, kita telah diberikan gambaran sekilas tentang pelantikan Kristus untuk menduduki jabatan pelayanan-Nya di surga. Dengan demikian, pasal 4-5 menyediakan pandangan surgawi terhadap makna berbagai peristiwa pada masa mendatang yang dicatat di pasal-pasal selanjutnya. 

Kita juga dapat melihat bahwa meskipun pekabaran kepada tujuh jemaat ditulis dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti, namun untuk selanjutnya kitab Wahyu menggunakan bahasa simbol yang tidaklah mudah untuk ditafsirkan. Bahasa ini diambil dari sejarah umat Allah, sebagaimana yang dicatat di Perjanjian Lama. Penafsiran buku Wahyu menuntut pemahaman yang bena! akan bahasa lambang yang digunakan, sesuai dengan terang Perjanjian Lama.


Minggu, 20 Januari 2019

Dalam Ruangan Takhta Surgawi 

Diawali dengan Wahyu 4: 1 , Yesus mengundang Yohanes naik ke surga untuk menyaksikan gambaran sekilas tentang sejarah dunia mulai dari zaman Yohanes sampai kedatangan Kristus yang kedua kali.
Baca Wahyu 4:1-8, juga Yehezkiel 1:26-28. Dalam terang Wahyu 5:11-14, apakah yang kita dapat pelajari tentang kemuliaan tempat di mana takhta surga berada? 

Rasul Yohanes melihat melalui pintu yang terbuka ke bait suci surga dan ke takhta Allah. Takhta melambangkan pemerintahan Allah dan otoritas untuk mengendalikan ciptaan-Nya, sementara pelangi yang melingkupi takhta Allah menyatakan kesetiaan-Nya pada umat-Nya. Tetapi Iblis, yang menjadi lawanNya, telah mempertanyakan otoritas Allah. Isu utama dalam pertikaian besar antara Allah dan Iblis adalah tentang siapakah yang memiliki hak untuk memerintah. Maksud dari musyawarah surga, yang dikumpulkan di ruang takhta surgawi, untuk menjawab semua pertanyaan tentang hak Allah untuk memerintah atas alam semesta.

Baca Wahyu 4:8-11 dan Wahyu 5:9-14. Apakah yang Anda dapat pelajari tentang penyembahan yang benar dalam pasal ini? Mengapakah Tuhan Allah layak untuk disembah menurut Wahyu 4, dan mengapakah Anak Domba itu juga layak disembah menurut Wahyu 5:9-14? 

Wahyu 4 memberikan gambaran umum tentang ruang takhta surgawi dalam bait suci surga dan juga tentang penyembahan yang terjadi di sana. Ketika penyembahan di pasal 4 memuji kuasa penciptaan Allah, pasal 5 merayakan penebusan yang tersedia atas jasa Domba yang tersembelih. Hal ini menunjukkan bahwa penyembahan yang benar adalah mengingat dan merayakan perbuatan Allah yang hebat dalam penciptaan dan penebusan. Allah, yang menciptakan dunia pada mulanya, juga memiliki kuasa dan kesanggupan untuk memulihkan ciptaan-Nya kepada kondisi yang semula dan mengubahnya menjadi rumah yang kekal bagi umat-Nya, inilah yang telah dijanjikan-Nya dan akan dilakukan-Nya. 

Renungkan apakah yang diajarkan oleh Injil: Dia yang menciptakan, bukan hanya manusia dan dunianya namun juga menciptakan alam semesta, namun Dia juga adalah “Domba yang tersembelih” (Why. 5:12) bagi kita. Pengharapan ajaib apakah yang dihadirkan lewat kebenaran itu meskipun dunia ini penuh dengan penderitaan dan kekacauan?


Senin, 21 Januari 2019

Perkumpulan di Ruang Takhta Surgawi 

Gambaran dari para penatua di dalam Wahyu 4:4 menunjukkan bahwa mereka bukanlah malaikat. Gelar “tua-tua” dalam Alkitab selalu digunakan untuk manusia. Berbeda dengan malaikat yang selalu berdiri di hadapan Allah, tuatua ini duduk di atas takhta. Jubah putih yang mereka gunakan adalah pakaian dari umat Allah yang setia ( Why. 3:4, 5). Mahkota kemenangan (Yunani = stephanoi) di kepala mereka diperuntukkan hanya bagi umat Allah yang telah menang (Yak. 1:12). Semuanya ini menyatakan bahwa, 24 tua-tua ini adalah umat kudus Allah yang telah dimuliakan.  Angka 24 adalah simbol: hal itu terdiri dari dua bagian angka 12, 12 dalam Alkitab merupakan lambang umat Allah. 24 tua-tua dapat melambangkan umat Allah secara keseluruhan, baik dari zaman Perjanjian Lama dan zaman Perjanjian Baru. Angka 24 juga mencerminkan pemimpin-pemimpin dari 24 kelompok imam-imam yang saling bergantian dalam melakukan pelayanan di upacara-upacara bait suci di dunia (1 Taw. 24:1-19). 

Fakta menyatakan bahwa, 24 tua-tua itu belum pernah disebutkan sebelumnya di dalam Alkitab menunjukkan bahwa kelompok ini adalah kelompok yang baru di ruang takhta surgawi. Mereka mungkin saja telah dibawa ke sana sesaat sebelum peristiwa itu terjadi. Nampaknya mereka adalah orang-orang yang turut dibangkitkan pada waktu Yesus bangkit dari kubur (Mat. 27 :51 -53 ). Menurut Efesus 4:8, saat Yesus naik ke surga, Dia membawa tawanan-tawanan bersama dengan-Nya.
Dua puluh empat penatua yang telah naik bersama Yesus ke surga sebagai perwakilan manusia, menyaksikan keadilan tindakan Allah dalam melaksanakan rencana keselamatan. Dalam Wahyu 4, mereka dibawa ke ruangan takhta surgawi, bersama dengan anggota dewan musyawarah lainnya, untuk menyambut Yesus setelah kematian-Nya yang penuh kemenangan di atas salib dan untuk menyaksikan bagaimana Yesus ditinggikan untuk menempati kedudukan-Nya di surga setelah Dia bangkit.  Wahyu 4:6-8 juga menyebutkan ada empat makhluk. Bandingkan dengan empat makhluk hidup dalam Yehezkiel 1:5-14 dan Yehezkiel 10:20-22 dan serafim di Yesaya 6:2, 3. 

Keempat makhluk adalah malaikat yang ditinggikan yang melayani Allah sebagai alat-Nya dan penjaga takhta-Nya (Mzm. 99: 1 ). Sayap mereka secara simbolis menyatakan kecepatan mereka dalam membawakan perintah Allah, dan mata mereka menunjukkan kecerdasan mereka. Wajah mereka seperti muka singa, muka lembu, muka manusia, dan muka rajawali dapat dilihat sebagai perwakilan dari seluruh makhluk ciptaan. Dengan kehadiran mereka. seluruh ciptaan Allah diwakilkan di ruang takhta Allah.


Selasa, 22 Januari 2019

Gulungan yang Termeterai 

Baca Wahyu 5:l. Dalam Yesaya 29:11, 12, apakah arti dari kitab yang termeterai?
Teks Yunani menunjukkan bahwa gulungan itu terletak di atas takhta di sebelah kanan Bapa. Gulungan itu menunggu Dia yang layak untuk mengambilnya dan menduduki posisi-Nya di atas takhta. 

Ellen G. White menyatakan, bahwa gulungan yang termeterai berisi “sejarah tuntunan Allah, sejarah nubuatan bangsa-bangsa dan gereja. Dengan demikian berisikan pernyataan Allah, otoritas-Nya, hukum-hukum-Nya, perintahperintah-Nya, segala nasihat dari Dia yang kekal, dan semua sejarah dari para penguasa yang memerintah bangsa-bangsa. Dalam bahasa simbol gulungan itu berisi pengaruh dari setiap bangsa, bahasa, dan manusia dari permulaan sejarah dunia sampai kepada penutupannya.”-Ellen G. White, Manuscript Releases, vol. 9, hlm. 7. 

Singkatnya, gulungan yang termeterai berisi misteri Allah sehubungan dengan rencana-Nya untuk menyelesaikan masalah dosa dan menyelamatkan umat manusia yang telah jatuh dalam dosa. Realisasi sepenuhnya akan misteri itu akan disadari pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali (lihat Why. 10:7). 

Baca Wahyu 5:2-7. Mengapakah hanya Kristus satu-satunya di seluruh alam semesta yang layak mengambil gulungan yang termeterai itu dan membuka meterainya? 

Krisis di ruang takhta surgawi memiliki hubungan dengan pemberontakan Iblis. Planet ini, meskipun diciptakan oleh Allah, telah berada di bawah kekuasaan pemberontak, yaitu Iblis. Tangisan Yohanes adalah ekspresi dari air mata umat Allah sejak zaman Adam untuk keselamatan dari perhambaan dosa. Gulungan yang termeterai berisi rencana Allah untuk menyelesaikan masalah dosa. Tidak heran dengan kuasa-Nya yang tidak terbatas Allah sendiri sanggup melaksanakan rencana itu. Namun, penebusan umat manusia yang telah jatuh dalam dosa membutuhkan sesuatu yang sangat spesial, yaitu Yesus, yang telah “menang” dengan demikian layak untuk membuka kitab itu, dan menjadi penguasa atas dunia ini, dan menjadi Pengantara di Bait Suci surgawi. 

Bagaimanakah kita dapat belajar untuk tetap menjadikan Yesus sebagai yang pertama dan terutama dalam pengalaman Kekristenan kita?


 Rabu, 23 Januari 2019

Upacara Pelantikan Anak Domba 

Baca Wahyu 5:8-14 juga Efesus 1 :20-23 dan Ibrani 10: 12. Apakah yang dikatakan oleh ayat-ayat tersebut yang dapat memberikan pengharapan dan penghiburan kepada kita, meskipun dunia ini hanya memberikan sedikit harapan atau bahkan tidak memberikan harapan sama sekali? 

Saat Kristus, Anak Domba itu mendekati takhta-Nya, Dia mengambil gulungan kitab. Lewat tindakan ini, segenap kekuasaan dan pemerintahan diberikan kepada-Nya (lihat Ef 1:20-22). Pada saat itulah, seluruh alam semesta mengakui legitimasi Kristus memerintah atas dunia. Apa yang telah hilang karena Adam telah didapatkan kembali atas kemenangan Yesus Kristus. 

Dengan diambilnya gulungan kitab itu oleh Yesus, nasib seluruh umat manusia ditempatkan dalam tangan-Nya. Keempat makhluk hidup dan ke-24 tua-tua tersungkur di hadapan-Nya dan menyembah Dia, sebagaimana yang mereka lakukan di Wahyu 5:9: “Engkau layak menerima gulungan kitab, dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih.” Dengan ini, malaikat yang dimuliakan dan perwakilan dari umat tebusan secara resmi mendeklarasikan dan menerima pengorbanan Kristus bagi umat manusia. Dengan darah-Nya, Dia telah membayar tebusan bagi umat manusia yang telah jatuh dan menawarkan kepada mereka segenap pengharapan akan penebusan dan janji sebuah masa depan yang masih sulit untuk digambarkan. 

Keempat makhluk dan tua-tua sekarang bergabung dengan malaikat yang tidak terhitung banyaknya yang mengelilingi takhta itu dan menaikkan pujian kepada raj a yang baru duduk di atas takhta-Nya: “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” (Why. 5:12). 

Pada saat itu segenap makhluk di surga dan di bumi bersama-sama menaikkan puji-pujian kepada Allah Bapa dan kepada Kristus: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” (Why. 5:13). Pujian yang mereka naikkan disambut dengan kata “Amin” oleh ke empat makhluk dan tersungkurlah ke-24 tua-tua itu, demikianlah akhir dari perayaan yang meriah di ruangan takhta surgawi.  Ahli fisika berspekulasi bahwa suatu hari kelak alam semesta akan terbakar, hancur dengan sendirinya, atau pecah berkeping-keping. Sangat berbeda dengan masa depan yang dinyatakan dalam Firman Allah. Bagaimanakah kita dapat mencoba mulai bersukacita, sejak sekarang ini, karena masa depan yang indah telah menunggu kita?


Kamis, 24 Januari 2019

Arti Hari Pentakosta 

Wahyu pasal 5 menggambarkan suatu peristiwa yang sangat menentukan dalam sejarah rencana keselamatan, inagurasi Kristus untuk memasuki pelayanan-Nya setelah kematian-Nya di Golgota, yaitu sebagai Raja dan Imam Besar di Bait Suci surga. Dcngan mengambil tempat di atas takhta surga di sebelah kanan Allah Bapa (Ibr. 12:2; lihat juga Why. 3:21), Kristus sanggup melaksanakan rencana keselamatan sampai pada akhirnya. Dia juga Pengantara bagi kita di Bait Suci surga, dan melalui Dia umat manusia yang telah jatuh mendapatkan akses kepada Allah dan memperoleh pengampunan atas dosa-dosa mereka. 

Bacalah Kisah 2:32-36 dan Yohanes 7:39. Mengapakah penting agar Yesus terlebih dahulu ditinggikan di surga barulah Roh Kudus dapat dicurahkan? Mengapakah Roh Kudus tidak dapat dicurahkan ke atas murid-murid-Nya sebelum Yesus dimuliakan?  Upacara pelantikan Kristus di Bait Suci surgawi diikuti dengan turunnya Roh Kudus ke atas murid-murid-Nya. Wahyu 5:6 mencatat bahwa ketujuh Roh itu “dikirim ke seluruh dunia.” Tujuh Roh menunjukkan kesempurnaan aktivitas Roh Kudus dalam dunia. 

Meski sebelumnya Roh Kudus itu ada di hadapan takhta (lihat Why. 1:4, 4:5), namun saat Kristus duduk di atas takhta-Nya, Roh Kudus itu diutus ke dalam dunia. Pengutusan Roh Kudus berhubungan dengan upacara pelantikan Kristus kepada pelayanan-Nya setelah Golgota. Itu berarti bahwa Yesus telah menghadap Allah Bapa dan bahwa pengorbanan-Nya bagi umat manusia telah diterima. 

“Kenaikan Kristus ke surga adalah tanda bahwa pengikut-Nya harus menerima berkat yang dijanjikan.... Bila Kristus melewati gerbang-gerbang surga, Ia dimahkotai di tengah pemujaan malaikat-malaikat. Segera sesudah upacara ini selesai, Roh Kudus turun ke atas murid-murid-Nya dalam kelimpahan dan Kristus sesungguhnya sudah dimuliakan, bahkan dengan kemuliaan yang dipunyai-Nya dengan Bapa-Nya dari segenap kekekalan. Kecurahan di waktu Pentakosta adalah komunikasi surga sehingga pengurapan Juruselamat telah dilaksanakan. Sesuai dengan janji-Nya Ia telah mengutus Roh Kudus-Nya dari surga kepada para pengikut-Nya sebagai tanda bahwa Ia, sebagai imam dan raja, menerima segala kekuasaan di surga dan di atas bumi ini, dan telah diurapi menjadi seorang dari umat-Nya.”--Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 33. 

Baca Ibrani 4:16 dan 8:1. Pengharapan dan motivasi apakah yang Anda temukan dalam kenyataan bahwa Yesus duduk di atas takhta surgawi, sebagai Raja dan Imam bagi kita? Pengaruh apakah yang diberikan kepada Anda ketika Anda menghadapi situasi setiap hari dalam kehidupan Anda, bahkan ketika menghadapi masa depan yang tidak pasti?


Jumat, 25 Januari 2019

PENDALAMAN: Bacalah buku Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld 6 “Kepada Bapa-Ku dan Bapamu,” hlm. 487-493; dan Alfa dan Omega, jld 7’ “Karunia Roh,” hlm. 40-47. 

Pekabaran Wahyu pasal 4-5 sangat penting bagi umat Allah yang hidup pada penutupan sejarah dunia. Datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta menandakan dimulainya pemberitaan Injil; inti pekabarannya adalah tentang Yesus, yang telah ditinggikan sebagai Raja dan Imam di takhta surgawi. Inilah doktrin inti dari umat Kristen yang mula-mula (Ibr. 8:1) dan dasar dari khotbah mereka (Kis. 2:32-36; 5:30, 31). Kebenaran ini menjadi motivasi mereka dan sumber iman dan keberanian mereka dalam menghadapi aniaya dan berbagai kesukaran (Kis, 7:55, 56; Rm. 8:34). Hasilnya, banyak orang yang menyambut khotbah mereka Sejak saat itu, dan lewat kehadiran Yesus melalui pelayanan Roh Kudus, kerajaan Allah menyatakan dirinya dan tetap berlanjut hingga pada akhir zaman.   

Janganlah kita melupakan bahwa hanya kabar baik tentang keselamatan dalam Yesus Kristus saja yang dapat menjangkau dan mengubahkan hati manusia dan menuntun mereka untuk menyambut panggilan Injil kekal untuk takut akan Allah, dan memuliakan Dia, dan menyembah Dia ( Why. 14: 7). Harapan kita satu-satunya ada pada Juruselamat, yang menjadi Raja dan Imam di bait suci surgawi. Dia bersama dengan umat-Nya, dan Dia akan menyertai mereka senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:20). Dia memegang masa depan dalam tangan-Nya. Marilah kita selalu ingat, bahwa dengan mengingat intisari Injil dalam benak kita, itu akan membawa keberhasilan penuh dalam pemberitaan kabar keselamatan kepada mereka yang terhilang dan menderita. Tidak ada yang lebih penting untuk dikhotbahkan selain Yesus Kristus yang tersalib dan apa yang diajarkan-Nya tentang Allah. 

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan: 

1. Suatu hari nanti kita akan berada di surga memuji dan menyembah Tuhan atas kebaikan-Nya, kuasa-Nya, dan (khususnya) kasih karunia-Nya. Cara apakah yang kita dapat lakukan, saat ini, untuk melatih dan mempersiapkan kita menyambut hari besar itu? Bagaimanakah kita dengan rasa syukur dan sukacita menyembah dan memuji Dia saat ini atas segala sesuatu yang telah dilakukan dan akan dilakukan-Nya? 

2. Baca Wahyu 4:11 dan 5:9. Peran apakah yang Yesus lakukan di sini, dan bagaimanakah kedua peran itu sangat penting bukan hanya bagi rencana keselamatan namun juga sebagai dasar mengapa Tuhan layak untuk menerima pujian dan penyembahan kita? Bagaimanakah hari Sabat dan apakah yang diajarkannya, menjadi sebuah ekspresi dari dua kebenaran ajaib tentang Allah kita?

>>> Download Pelajaran SS Sabat Ke-4

>>> Download Power-Point Sekolah Sabat Pada Link Di Bawah Ini:



No comments:

Post a Comment