Ads Google

Saturday, November 17, 2018

CERITA MISSION ANAK-ANAK SABAT KE-7, TRIWULAN 4 TAHUN 2018


 PETIR AJAIB

CERITA MISSION ANAK-ANAK SABAT KE-7, 17 NOVEMBER 2018

Timor Leste, Edu Wachumura,

28 Tahun

Seberapa jaukah perjalanan yang Anda lalui?

Suatu hari, pendeta Inaciu, berangkat dengan berjalan kaki di pulau Timor Leste. Dia harus menempuh jarak 30 mil (50 kilometer) dari rumahnya ke Kota Lospalos dan naik gunung ke Desa Luro. Dia perlu berbicara dengan seorang misionaris di desa tersebut.
Inaciu bangun pagi-pagi, menyantap sarapan nasi dan sayuran hijau yang disiapkan oleh istrinya, dan mengemas Alkitab dan payungnya. Hujan sering turun dan tak terduga di pulau tropis ini, jadi ada baiknya membawa payung. Inaciu tidak memiliki mobil atau motor, jadi dia pergi dengan berjaIan kaki.

Inaciu berhenti di rumah beberapa anggota gereja dalam perja22 lanannya itu, dan dia berdoa serta membaca Alkitab bersama mereka. Tidak banyak orang Advent yang tinggal di Timor Leste, jadi dia tidak memiliki banyak tempat untuk berhenti.Tapi kunjungan memang nnennperlambatnya sehinggga dia masih akan menempuh sekitar setengah perjalanan jauhnya ke desa di saat hari sudah gelap.

Inaciu menatap langit yang diterangi bintang dan bertanya-tanya apa yang harus dilakukan. la masih harus menempuh jarak 15 mil (25 kilometer) melalui hutan lebat dan mendaki gunung untuk sampai ke desa tujuannya. Dia lapar karena belum makan apa-apa sejak sarapan. la juga lupa membawa senter.

Lalu hujan mulai turun. Inaciu membuka payungnya dan berkata pada dirinya sendiri:"Jika saya pulang ke rumah, saya harus berjalan sejauh 15 mil, dan jika saya maju, saya juga harus berjalan sejauh 15 mil."

Inaciu berdoa agar Tuhan membimbingnya. Dia memutuskan untuk terus maju ke desa itu.

Fakta Singkat
Kisah ini terjadi pada tahun 2008. Inaciu da Kosta sekarang menjabat sebagai sekretans eksekutif Misi Timor-Leste. 
Tonton Inaciu di link: bitly/Inaciu-lightning
TeMukan foto untuk cerita ini di tautan: bitly/fb-mq

Pada awalnya hujan turun tidak terlalu deras.Tapi saat Inaciu naik ke atas gunung, hujan itu semakin deras. Petir berkelebat, dan guntur menggelegar di udara..Inaciu segera menemukan dirinya berada jauh di dalam hutan. Di tengah hujan deras dan guntur yang menggelegar, dia mendengar raungan sesuatu yang lain.

Suara sungai yang deras. Tapi dia tidak bisa melihat apa pun. Rasa takut melandanya.
Dia berkata pada dirinya sendiri: "Keluargaku tidak tahu rute yang aku jalani ke desa. Jika aku jatuh ke sungai, itu akan membawaku ke laut dan aku bisa tenggelam."

Dia berdoa:"Tuhan, jika Engkau mau, tolong bantu aku sampai ke desa."

Inaciu berdiri diam sekitar lima menit, bertanya-tanya apa yang harus dia lakukan. Lalu cahaya petir melintas, dan dia melihat sekilas sungai yang lebar di depannya.
Inaciu berdoa lagi."Tuhan, jika Engkau mau, tolong bantu aku sampai ke desa,"katanya."Buat petir itu bertahan lebih lama."

Sesaat kemudian, petir melintas lagi di langit malam itu, dan Inaciu melihat sungai itu dengan jelas di hadapannya. Yang mengejutkan, petir itu tidak berkedip-kedip tapi terus bersinar seperti matahari, membuat hutan itu terang seperti slang hari.
Dia melihat pohon-pohon tumbang berserakan di sungai. Dia berlari ke tepi sungai itu dan melompat dari batang kayu yang satu ke batang kayu yang lain sampai dia menyeberangi sungai. Ketika sampai di sisi lain sungai itu, terang petir itu lenyap akibat ledakan guntur yang sangat dahsyat. Petir telah menerangi sungai selama dua menit penuh. Inaciu langsung berterima kasih kepada Tuhan atas mukjizat tersebut.

Beberapa jam kemudian, pada tengah malam, dia tiba di desa tersebut dan memberi tahu misionaris tentang petir ajaib tersebut. Kedua pria itu berdoa bersama dan bersyukur kepada Tuhan atas perjalanan yang aman.

Bagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membangun sekolah Advent di Ibu Kota Timor Leste, Dili. Hanya 573 orang Advent yang tinggal di pulau berpenduduk 1,2 juta orang, dan sekolah ini memilikin peran penting dalam membagikan tentang Yesus.                               
    
Oleh Andrew McChesney
TUHAN MEMBERKATI KITA SEMUA






                                                         

No comments:

Post a Comment