Ads Google

Thursday, July 23, 2020

BAB 6. DI GERBANG BAIT SUCI



BAB 6

Di Gerbang Bait Suci

 

Murid-murid Kristus merasakan ketidakberdayaan mereka yang mendalam, dan dengan kerendahan dan doa mereka menyatukan kelemahan mereka kepada kekuatan-Nya, kebodohan mereka kepada kebijaksanaan-Nya, ketidaklayakan mereka kepada kebenaran-Nya, kemiskinan mereka kepada kekayaan-Nya yang tidak habis-habisnya. Dikuatkan dan diperlengkapi sedemikian rupa, mereka tidak ragu-ragu maju dalam pelayanan Tuhan.

Sesaat setelah kecurahan Roh Kudus, dan segera sesudah doa yang tekun, Petrus dan Yohanes, yang akan pergi ke bait suci untuk berbakti, melihat seorang lumpuh di Gerbang Indah, berusia empat puluh tahun. Sejak lahir hidupnya telah mengalami sakit dan lemah. Orang yang malang ini telah lama merindukan untuk melihat Yesus, supaya ia dapat disembuhkan; tetapi ia hampir tak berdaya, dan jauh dari tempat pekerjaan-pekerjaan Tabib yang besar itu. Permohonannya menyebabkan beberapa sahabat akhirnya membawa dia ke gerbang bait suci, tetapi setelah tiba di sana, didapati bahwa Orang yang kepada siapa pengharapannya telah dipusatkan, telah dibunuh dengan kejam.

Kekecewaannya membangkitkan simpati mereka yang mengetahui berapa lama ia telah mengharapkan untuk disembuhkan oleh Yesus, dan setiap hari mereka membawa dia ke dalam bait suci dengan maksud supaya orang yang lewat dapat dibujuk oleh belas kasihan untuk memberi dia sedikit pemberian guna meringankan kekurangannya. Ketika Petrus dan Yohanes lewat, ia meminta suatu sedekah dari mereka. Murid-murid memandang dia dengan belas kasihan, dan Petrus berkata, "Lihatlah kepada kami." Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan dapat sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata, "Emas dan perak tidak ada padaku." Sementara Petrus menyatakan kemiskinannya, maka orang yang lumpuh itu berubah; tetapi mukanya bersinar kembali dengan pengharapan, sementara rasul itu melanjutkan "Tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus orang Nazaret itu, berjalanlah."

"Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari mengikuti mereka ke dalam bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah. Seluruh rakyat itu melihat dia berjalan sambil memuji Allah yang mereka kenal dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah, sehingga mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya."

"Karena orang itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo." Mereka pun keheran-heranan karena murid-murid dapat mengadakan mukjizat-mukjizat yang sama dengan yang diadakan oleh Yesus. Di sinilah orang ini, selama empat puluh tahun tak berdaya sebab lumpuh, sekarang bergembira karena sepenuhnya dapat menggunakan anggota tubuhnya, bebas dari penyakit, dan berbahagia sebab percaya kepada Yesus.


Ketika murid-murid-Nya melihat orang banyak keheranan, Petrus bertanya, "Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu" dan "mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri?" Ia meyakinkan mereka bahwa penyembuhan itu telah diadakan dalam nama dan jasa Yesus orang Nazaret, yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati. "Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus," rasul itu menjelaskan, "maka Nama itulah yang telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan iman itu telah memberikan kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua."

Rasul-rasul itu berbicara dengan jelas mengenai dosa yang besar dari orang-orang Yahudi dalam menolak dan membunuh Putra kehidupan; tetapi mereka berhati-hati tidak mengecewakan hati pendengar itu. "Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar," kata Petrus "serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi." "Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu. Tetapi dengan jalan demikian Allah yang telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita." Ia menyatakan bahwa Roh Kudus sedang memanggil mereka untuk menyesal dan bertobat, dan meyakinkan mereka bahwa tidak ada pengharapan keselamatan kecuali oleh rahmat Seorang yang mereka telah salibkan. Hanya melalui iman dalam Dia dosa-dosa mereka dapat diampuni.

Karena itu sadarlah dan bertobatlah," ia berseru, "supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus."

"Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu."

Dengan demikian murid-murid mengkhotbahkan kebangkitan Kristus. Banyak dari mereka yang sedang menunggu untuk mendengarkan kesaksian ini, dan bila mereka mendengarnya mereka percaya. Itu membawa kepada pikiran mereka perkataan yang telah diucapkan oleh Kristus, dan mereka berdiri pada barisan orang-orang yang menerima Injil itu. Benih yang sudah ditaburkan oleh Juruselamat bertumbuh dan mengeluarkan buah.

Sementara murid-murid berkata kepada orang banyak, "mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka itu mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati."

Sesudah kebangkitan Kristus imam-imam telah menyebarkan ke mana-mana kabar bohong bahwa tubuh-Nya telah dicuri oleh murid-murid-Nya sementara pengawal Roma tertidur. Tidaklah mengherankan bahwa mereka menjadi tidak senang bila mereka mendengar Petrus dan Yohanes mengkhotbahkan kebangkitan Seorang yang mereka telah bunuh. Terutama orang Saduki amatlah tergugah minatnya. Mereka merasa bahwa doktrin yang paling mereka sukai berada dalam bahaya, dan nama baik mereka dipertaruhkan.


Orang-orang yang baru bertobat kepada iman yang baru bertambah dengan cepatnya, dan baik orang Farisi maupun orang Saduki sepakat bahwa jika guru-guru yang baru ini dibiarkan dengan tidak dikendalikan, pengaruh mereka sendiri akan berada dalam bahaya yang lebih besar daripada bila Yesus berada di dunia ini. Oleh sebab itu, pemimpin bait suci itu, dengan pertolongan sejumlah orang Saduki, menahan Petrus dan Yohanes, memenjarakan mereka, karena sudah terlambat pada hari itu bagi mereka untuk diperiksa.

Musuh-musuh murid-murid itu tidak dapat diyakinkan bahwa Kristus telah bangkit dari antara orang mati. Bukti itu terlalu jelas untuk disangsikan. Meskipun demikian, mereka mengeraskan hati mereka, enggan untuk bertobat dari perbuatan yang mengerikan yang telah dilakukannya untuk membawa Yesus kepada kematian. Bukti yang limpah bahwa rasul-rasul sedang berbicara dan berbuat di bawah pengaruh Ilahi telah diberikan kepada penguasa Yahudi, tetapi mereka dengan tegas menolak pekabaran kebenaran. Kristus tidak datang dengan cara yang mereka harapkan, dan meskipun sekali-sekali mereka telah diyakinkan bahwa Ialah Anak Allah, namun mereka telah melumpuhkan keyakinan dan menyalibkan Dia. Dalam kemurahan Allah memberikan kepada mereka bukti selanjutnya, dan sekarang kesempatan yang lain diberikan kepada mereka untuk berbalik kepada-Nya. Ia mengirim murid-murid itu untuk mengatakan kepada mereka bahwa mereka telah membunuh Putra Kehidupan, dan dalam tuduhan yang mengerikan ini Ia memberikan kepada mereka panggilan yang lain kepada pertobatan. Tetapi merasa aman dalam kebenaran mereka sendiri, guru-guru Yahudi menolak untuk mengakui bahwa orang-orang yang menuduh mereka dengan menyalibkan Kristus sedang berbicara di bawah petunjuk Roh Kudus.

Setelah memastikan dirinya sendiri kepada pertentangan dengan Kristus, setiap tindakan permusuhan menjadi kepada imam-imam itu suatu pendorong tambahan untuk mengikuti jalan yang sama. Sifat keras kepala mereka menjadi lebih menentukan lagi. Bukan karena mereka tidak dapat menyerah; mereka dapat, tetapi mereka tidak mau. Bukan saja karena mereka bersalah dan patut mendapat kematian, bukan hanya karena mereka telah membunuh Anak Allah, sehingga mereka diputuskan dari keselamatan; tetapi sebab mereka mempersenjatai diri mereka sendiri dengan perlawanan terhadap Allah. Mereka dengan gigih menolak terang-terangan dan melumpuhkan keyakinan Roh itu. Pengaruh yang mengendalikan anak-anak yang tidak mau menurut, memimpin mereka untuk menyiksa orang-orang melalui siapa Allah sedang bekerja. Kejahatan pemberontakan mereka diperhebat oleh setiap tindakan perlawanan terhadap Allah dan pekabaran yang telah diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya untuk dinyatakan. Setiap hari, dalam penolakan mereka untuk bertobat, para pemimpin Yahudi membiarkan pemberontakan mereka semakin jelas, bersedia menuai sesuatu yang mereka telah taburkan.

Murka Allah tidak dinyatakan terhadap orang-orang berdosa yang tidak bertobat hanya sebab dosa-dosa yang telah mereka lakukan, tetapi karena panggilan untuk bertobat, mereka memilih untuk meneruskan perlawanan, mengulangi dosa-dosa perlawanan yang lalu, dalam terang yang telah diberikan kepada mereka. Kalau para pemimpin Yahudi telah menyerah kepada kuasa Roh Kudus, mereka akan dimaafkan; tetapi mereka bertekad untuk tidak menyerah. Dalam cara yang sama, orang berdosa oleh perlawanan terus-menerus, menempatkan dirinya sendiri di mana Roh Kudus tak dapat mempengaruhinya.


Pada hari berikutnya penyembuhan orang lumpuh, Annas dan Kayafas, dengan beberapa orang besar yang lain di bait suci, berkumpul bersama-sama untuk pengadilan, dan orang-orang hukuman dibawa di hadapan mereka. Dalam ruangan yang sama dan di hadapan beberapa orang yang terhormat, Petrus dengan memalukan menyangkal Tuhannya. Ini datang secara bebas di pikirannya sementara ia menghadapi penghakimannya sendiri. Sekarang ini mempunyai suatu kesempatan untuk menebus perasaan pengecutnya.

Mereka yang hadir yang mengingat peran yang telah dijalankan oleh Petrus pada waktu pengadilan Tuhannya, memuji diri mereka sendiri bahwa ia sekarang dapat ditakut-takuti oleh ancaman penjara dan kematian. Tetapi Petrus yang menyangkal Kristus pada saat kebutuhannya yang terbesar adalah menurut dorongan hati dan percaya diri sendiri, sungguh jauh berbeda dari Petrus yang dibawa di hadapan Sanhedrin untuk diadili. Sejak kejatuhannya ia telah bertobat. Ia tidak lagi sombong dan membanggakan diri, tetapi rendah hati dan tidak percaya pada diri sendiri. Ia dipenuhi dengan Roh Kudus, dan dengan pertolongan kuasa ini ia menentukan untuk menghilangkan noda kemurtadannya oleh menghormati nama yang suatu saat pernah disangkalnya.

Sampai saat ini imam-imam telah melarang untuk menyebutkan penyaliban atau kebangkitan Yesus. Tetapi sekarang, sebagai kegenapan maksud mereka, mereka terpaksa menanyakan orang yang tertuduh itu bagaimana kesembuhan orang yang tidak bertenaga itu telah dilaksanakan. "Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?"

Dengan keberanian yang tulus ikhlas dalam kuasa Roh, Petrus menyatakan dengan tanpa ragu: "Ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan--yaitu kamu sendiri--, namun Ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain dari Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."

Pertahanan yang berani ini menakutkan para pemimpin Yahudi. Mereka menyangka bahwa murid-murid akan dikalahkan oleh ketakutan dan kekacauan bila dibawa di hadapan Sanhedrin. Tetapi sebaliknya, saksi-saksi ini berbicara seperti Kristus telah berbicara, dengan kuasa yang meyakinkan telah mendiamkan musuh-musuh mereka. Tidak ada tanda ketakutan dalam suara Petrus sementara ia menyatakan tentang Kristus, "Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan--yaitu kamu sendiri--namun ia telah menjadi batu penjuru."

Dalam hal ini Petrus menggunakan gaya bahasa yang dipahami oleh imam-imam. Nabi-nabi telah mengatakan tentang batu yang ditolak; dan Kristus sendiri, yang berbicara pada suatu kesempatan kepada imam-imam dan tua-tua, berkata: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. Dan barang siapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk." Matius 21:42-44.

Pada waktu imam-imam mendengarkan perkataan rasul-rasul yang tidak takut itu "mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus."


Tentang murid-murid setelah Kristus dipermuliakan di atas gunung ada dituliskan bahwa pada penghabisan pemandangan yang ajaib ini "mereka tidak melihat seorang kecuali Yesus seorang diri." Matius 17:8. "Yesus seorang diri"--dalam perkataan ini termuat rahasia kehidupan dan kuasa yang menandai sejarah sidang yang mula-mula. Bila murid-murid mula-mula mendengar perkataan Kristus, mereka merasa keperluan mereka akan Dia. Mereka mencari, mereka mendapat, mereka mengikuti Dia. Mereka bersama dengan Dia di dalam bait suci, di meja makan, di tepi gunung, di ladang. Mereka adalah seperti murid-murid dengan seorang guru, setiap hari menerima pelajaran dari Dia tentang kebenaran yang kekal.

Sesudah kenaikan Kristus, perasaan hadirat Ilahi, penuh dengan kasih dan terang, masih tetap bersama mereka. Itulah kehadiran secara pribadi. Yesus, Juruselamat yang telah berjalan-jalan dan berbicara dan berdoa dengan mereka, yang telah membicarakan pengharapan dan penghiburan kepada hati mereka, sementara pekabaran perdamaian ada pada bibir-Nya, telah diangkat dari mereka ke surga. Sementara pasukan malaikat-malaikat menerima Dia, perkataan-Nya datang kepada mereka, "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Matius 28:20. Ia telah naik ke surga dalam bentuk manusia. Mereka mengetahui bahwa Ia berada di hadapan takhta Allah, Sahabat dan Juruselamat mereka; bahwa simpati-Nya tidak berubah; bahwa Ia untuk selama-lamanya akan dikenal dengan penderitaan manusia. Mereka mengetahui bahwa Ia menghadapkan kepada Allah jasa darah-Nya, menunjukkan tangan dan kaki-Nya yang luka sebagai kenangan akan harga yang dibayar-Nya untuk orang-orang tebusan-Nya; dan pikiran ini menguatkan mereka untuk menahan malu karena Dia. Persatuan mereka dengan Dia sekarang lebih kuat dari pada bila Ia berada dengan mereka secara pribadi. Terang dan kasih dan kuasa dari Kristus yang tinggal di dalam hati bersinar melalui mereka, sehingga orang-orang yang memandang akan keheran-heranan.

Kristus menempatkan meterai-Nya pada perkataan-perkataan yang diucapkan Petrus di dalam pertahanan-Nya. Berdampingan dengan murid-murid, sebagai saksi yang meyakinkan, berdirilah orang yang dengan ajaib telah disembuhkan. Rupa orang ini, beberapa jam sebelumnya adalah seorang lumpuh yang tak berdaya, tetapi sekarang dipulihkan kepada kesehatan, menambahkan kesaksian perkataan Petrus. Imam-imam dan penghulu-penghulu diam. Mereka tidak sanggup membantah ucapan Petrus, namun tak satu pun dari mereka yang tidak menetapkan untuk menghentikan ajaran murid-murid itu.

Mukjizat Kristus yang besar--membangkitkan Lazarus--telah memeteraikan keputusan imam-imam untuk membersihkan dunia dari Yesus dan pekerjaan-Nya, yang ajaib, yang sedang merusak pengaruh mereka kepada orang banyak. Mereka telah menyalibkan Dia; tetapi di sini telah terbukti dengan meyakinkan bahwa mereka tidak menghentikan pekerjaan mukjizat dalam nama-Nya, juga pemasyhuran kebenaran yang diajarkan-Nya. Penyembuhan orang lumpuh dan khotbah rasul-rasul telah memenuhi Yerusalem dengan kegemparan.


Dengan maksud untuk menyembunyikan kebingungan mereka, imam-imam dan penghulu-penghulu memerintahkan supaya rasul-rasul diasingkan, supaya mereka memberi nasihat di antara mereka sendiri. Mereka semua setuju bahwa tidak berguna menyangkal bahwa orang itu telah disembuhkan. Dengan senang mereka menutupi mukjizat dengan kepalsuan; tetapi tidak mungkin, karena hal itu telah dikerjakan pada siang hari, di hadapan orang banyak, dan telah diketahui oleh beribu-ribu orang. Mereka merasa bahwa pekerjaan murid-murid harus dihentikan atau Yesus memenangkan banyak pengikut. Noda mereka akan nampak, karena mereka akan dianggap bersalah oleh pembunuhan Anak Allah.

Tetapi meskipun keinginan mereka untuk membinasakan murid-murid, imam-imam tidak berani berbuat lebih daripada mengancam mereka dengan hukuman yang keras kalau mereka terus berbicara atau bekerja dalam nama Yesus. Setelah memanggil mereka kembali di hadapan Sanhedrin, imam-imam memerintahkan mereka jangan berkata atau mengajar dalam nama Yesus. Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab: "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar."

Dengan senang imam-imam akan menghukum orang-orang ini karena kesetiaan mereka yang teguh kepada panggilan mereka yang suci, tetapi mereka khawatir akan orang banyak; "Karena takut akan orang banyak yang memuliakan nama Allah berhubung dengan apa yang telah terjadi." Jadi, dengan ancaman dan perintah yang berulang-ulang, rasul-rasul itu sudah dibebaskan.

Sementara Petrus dan Yohanes dalam penjara, murid-murid yang lain, yang mengetahui kebencian orang-orang Yahudi, telah berdoa dengan tidak putus-putusnya bagi saudara mereka, karena khawatir bahwa kebengisan yang ditunjukkan kepada Kristus dapat diulangi. Segera sesudah rasul-rasul dilepaskan, mereka mencari murid-murid yang lain dan melaporkan kepada mereka hasil penyelidikan. Sungguh besar kesukaan dari orang percaya itu. "Berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya, Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi dan laut dan segala isinya: Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya. Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu.

"Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus."

Murid-murid berdoa supaya kekuatan yang lebih besar dapat diberikan kepada mereka dalam pekerjaan pelayanan; karena mereka melihat bahwa mereka akan menemui tantangan yang nekat yang ditemui oleh Kristus waktu Ia berada di atas dunia. Sementara doa mereka yang dipersatukan sedang naik ke surga dengan iman, jawabnya pun tiba. Tempat itu di mana mereka berkumpul telah bergoncang, dan mereka dikaruniai lagi dengan Roh Kudus. Hati mereka diisi dengan keberanian, mereka ke luar lagi untuk memasyhurkan sabda Allah di Yerusalem. "Dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus," dan Allah memberkati usaha mereka dengan ajaibnya.


Prinsip yang untuk mana murid-murid berdiri tanpa gentar apabila jawaban atas perintah untuk tidak lagi berkata-kata dalam nama Yesus, mereka menyatakan, "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah," adalah sama dengan mana yang penganut-penganut Injil bergumul untuk mempertahankan pada hari Reformasi. Bila dalam tahun 1529 putra Jerman berkumpul di Diet of Spires, dikemukakan titah raja yang melarang kebebasan beragama, dan melarang penyebaran selanjutnya dari doktrin yang dibarui. Rupanya pengharapan dunia hampir akan dihancurkan. Apakah putra itu akan menerima titah? Apakah terang Injil itu ditutup dari orang banyak yang masih dalam kegelapan? Persoalan yang besar untuk dunia sedang dipertaruhkan. Mereka yang telah menerima iman yang dibarui berkumpul bersama-sama, dan keputusan mereka yang diambil dengan suara bulat adalah, "Biarlah kita menolak perintah ini. Mengenai angan-angan hati orang banyak tidak mempunyai kuasa."--Merle d'Aubigne,<MI>History of the Reformation,<D> b. 13, ch. 5.

Prinsip ini pada zaman kita harus dipertahankan dengan teguh. Panji kebenaran dan kebebasan beragama yang dijunjung tinggi oleh pendiri-pendiri Injil sidang dan oleh saksi-saksi Allah selama abad-abad yang lalu sejak waktu itu, dalam pergumulan yang terakhir ini, telah diserahkan ke tangan kita. Tanggung jawab untuk pemberian yang besar ini terletak pada mereka yang telah diberkati oleh Allah dengan pengetahuan akan sabda-Nya. Kita harus menerima perkataan ini sebagai kuasa yang tertinggi. Kita harus mengakui pemerintahan manusia sebagai suatu peraturan yang ditentukan Ilahi, dan mengajarkan penurutan kepadanya sebagai suatu kewajiban yang suci, dalam lingkungannya yang sah. Tetapi bila tuntutannya berlawanan dengan tuntutan Allah, kita harus menurut Allah lebih daripada manusia. Perkataan Allah harus diakui melebihi segala undang-undang manusia. "Demikianlah firman Tuhan" tidak boleh dikesampingkan oleh "Demikianlah kata gereja" atau "Demikianlah kata negara." Mahkota Kristus harus diangkat melebihi mahkota raja dunia.

Kita tidak dituntut untuk menentang kekuasaan. Perkataan kita, apakah dikatakan atau ditulis, harus dipertimbangkan dengan teliti, supaya jangan kita menempatkan diri sendiri pada catatan sebagai mengucapkan sesuatu yang akan membuat kita bertentangan dengan undang-undang atau peraturan. Janganlah kita mengatakan atau melakukan sesuatu yang akan menutup jalan kita. Kita harus maju dalam nama Kristus, menganjurkan kebenaran yang dipercayakan kepada kita. Kalau kita dilarang oleh manusia untuk melakukan pekerjaan ini, maka kita boleh berkata, seperti rasul-rasul, "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar."