Anak Kelas Satu yang
Tidak Bahagia
CERITA MISSION ANAK-ANAK SABAT KE-9, 1 SEPTEMBER 2018
Iveel Namjildorj, 10 Tahun
Iveel
adalah anak laki-laki berusia 10 tahun di Mongolia. [Temukan Mongolia di peta.]
Saat berusia 5 tahun, dia pindah dari Mongolia ke Filipina. [Temukan Filipina
di peta.]
Ayahnya
perlu belajar di sebuah Universitas Advent di Filipina. Iveel juga perlu
belajar, jadi orang tuanya membawanya ke kelas satu.
Sekolah
sangat sulit bagi Iveel. Guru dan semua anak lainnya berbicara dalam bahasa
lnggris. Dia tidak tahu bahasa Inggris, dia hanya tahu bahasa Mongolia. Setelah
usai sekolah, ada anak laki-laki mengganggu Iveel saat is menunggu kendaraan
untuk pulang."Kamu tidak bisa melakukan apa pun;'kata anak laki-laki
itu."Kamu bahkan tidak bisa menulis," kata anak laki-laki yang lain.
"Pergi
ke taman kanak-kanak."
Ketika
dia mendengar kata-kata yang menyakitkan ini, Iveel berlari kembali ke sekolah
dan bersembunyi di balik pintu ruang kelasnya. Dia tidak mau menangis di depan
anak-anak yang lain.
Akhirnya
ketika kembali ke rumah, ibunya bertanya kepadanya: "Bagaimanakah
pengalamanmu di sekolah hari ini?"
Iveel
tidak ingin ibunya khawatir, jadi dia tidak mengatakan yang sebenarnya."Sekolah
itu bagus," katanya.
[Tanyakan
kepada anak-anak apakah Iveel melakukan hal yang benar. Katakan kepada mereka,
"Kita seharusnya tidak berbohong kepada orang tua kita, bahkan jika kita
berpikir bahwa berbohong akan membantu mereka.”)
Pada
malam hari, saat Iveel pergi tidur, dia ingin bertelut dan berdoa meminta
pertolongan kepada Tuhan.Tapi dia takut jika ibunya melihat dia berdoa, dia
akan bertanya kepadanya apa yang dia doakan. Dia tidak ingin ibunya khawatir.
Jadi, dia terbangun di tengah malam, saat orang tuanya tertidur lelap, dan
diam-diam berdoa kepada Tuhan.
Pos Misi
Misi Mongolia terletak di Ibu Kota Mongolia, Ulan Bator. Ini
terdiri dari enam gereja, dengan keanggotaan 2.177. Mongolia memiliki populasi
3.095.000, jadi ada 1 orang Advent dari 1.422 orang penduduk di negara ini.
"Tolong
biarkan anak-anak itu bersikap baik padaku sehingga kami bisa
berteman, "katanya. "Dan tolong biarkan aku pergi ke sekolah
lain."Iveel berdoa hampir setiap malam selama beberapa bulan. Lalu orang
tuanya tiba-tiba memutuskan untuk mengirimnya ke sekolah yang berbeda.
Anak-anak di sekolah baru itu baik hati. Mereka membantu Iveel belajar bahasa
lnggris. Saat kakinya terluka karena bermain sepak bola, anak-anak lain
membantunya berjalan pulang. Iveel sangat senang karena Tuhan telah menjawab
doanya ten-tang pergi ke sekolah baru.
Kemudian
suatu hari, kepala sekolah Iveel di sekolah sebelumnya mengajaknya kembali ke
sekolah untuk berpesta. Iveel merasa sedikit gugup saat melihat teman-teman
sekelasnya yang telah memperlakukannya dengan tidak baik.
Tapi
saat dia pergi ke pesta tersebut, anak-anak lain bermain dengannya dan mereka
bersenangsenang.Tuhan menjawab doanya yang lain tentang menjadikan anakanak itu
berteman dengannya!
Iveel
sekarang berada di kelas 5, dan dia sudah kembali di negara asalnya Mongolia.
Tapi dia tidak pernah lupa bagaimana Tuhan menjawab doanya. Dia tidak pernah
meminta Tuhan untuk apa pun sebelum dia berdoa tentang masalah sekolahnya, dan
dia bahkan bertanya-tanya apakah Tuhan benar-benar ada. "Ya, saya pergi ke
gereja setiap hari Sabat, tapi saya berpikir:'Bagaimanakah Tuhan menciptakan
dunia hanya dengan firman-Nya?"' Kata Iveel. "Setelah Tuhan menjawab
doaku, aku percaya bahwa Tuhan itu nyata."
Iveel memiliki banyak
teman di Mongolia, tapi banyak dari mereka berasal dari keluarga yang tidak
tahu tentang Tuhan. Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas ini akan
membantu membangun sebuah sekolah Advent yang baru di Mongolia, sehingga lebih
banyak anak dapat belajar tentang Tuhan. Terima kasih atas persembahan misi
Anda.
Tonton
video singkat Iveel di tautan ini: bitly/unhappy-firstgrader.
Link download dokumen: Sabat ke-9 Cerita Mission Anak-Anak (docx)
SEMOGA BERMANFAAT DAN
SALING TERBERKATI