Ads Google

Friday, July 27, 2018

PELAJARAN SEKOLAH SABAT 2018, TRIWULAN 3 - SABAT KE-4 *21 JULI - 27 JULI


PELAJARAN SEKOLAH SABAT KE-4

*21 JULI – 27 JULI 2018

PARA PEMIMPIN GEREJA MULA-MULA

 

SABAT PETANG

UNTUK PELAJARAN PEKAN INI BACALAH: KISAH 6; 7:48; h3RANI 5:11-14; MIKHA 6:1-16; KISAH 7; 8:4-25.

AYAT HAFALAN: "Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya" (Kisah 6:7).

Banyak petobat di hari Pentakosta adalah orang-orang Yahudi Helenis yaitu, orang-orang Yahudi dari dunia Roma-Yunani yang ketika itu tinggal di Yerusalem (Kis. 2:5, 9-11). Walaupun Yahudi, mereka berbeda dari orang Yahudi Yudea orang-orang "Ibrani" yang disebut di dalam Kisah 6:1-dalam banyak hal, perbedaan yang paling terlihat ialah bahwa mereka biasanya tidak mengenal Aramik, bahasa yang digunakan di Yudea ketika itu.

Ada lagi beberapa perbedaan lain, kebudayaan dan agama. Karena dilahirkan di negeri asing, mereka tidak berakar dalam tradisi Yahudi Yudea, atau setidaknya akar mereka tidak sedalam orang Yahudi Yudea. Diduga, mereka juga tidak terikat dengan upacara-upacara bait suci dan dengan aspek-aspek hukum Musa yang diterapkan hanya di tanah Israel.

Juga, karena telah menghabiskan hampir seluruh hidup mereka dalam lingkungan Roma-Yunani dan telah hidup dalam hubungan-hubungan dekat dengan bukan Yahudi, mereka lebih rela mengerti akan sifat keterbukaan iman Kristen. Sesungguhnya, banyak umat percaya Helenis yang Allah gunakan memenuhi perintah bersaksi kepada seluruh dunia.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 28 Juli.


MINGGU 22 JULI

Penunjukan Tujuh Pelayan

Bacalah Kisah 6:1. Apakah keluhan-keluhan dari para umat Helenis?

"Sebab-sebab pengeluhan adalah kegagalan kepada janda-janda orang Yunani dalam pembagian bantuan setiap hari. Sesuatu ketidakadilan akan berlawanan dengan roh Injil, dan Setan berhasil dalam menerbitkan prasangka. Pertimbangan yang cepat hams diambil untuk mengalihkan segala penyebab ketidakpuasan, supaya jangan musuh menang dalam usahanya untuk membawa perpecahan di antara orang-orang percaya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, j1d. 7, him. 74.

Penyelesaian yang diusulkan oleh para rasul adalah supaya orang-orang Yahudi memilih tujuh orang dari kalangan mereka sendiri untuk "melayani [diakoneo] meja" (Kis. 6:2), sementara para rasul akan gunakan waktu dalam berdoa dan "pelayanan [diakonia] Firman" (Kis. 6:4). Karena diakoneo dan diakonia termasuk dalam kelompok kata yang sama, satu-satunya perbedaan nyata adalah antara "meja" dalam Kisah 6:2 dan "Firman" dalam Kisah 6:4. Hal ini, bersama dengan kata sifat "sehari-hari" (Kis. 6:1), sepertinya menunjuk kepada dua unsur utama dari kehidupan sehari-hari jemaat mula-mula: mengajar ("Firman") dan persekutuan ("meja"), persekutuan terdiri dari makan bersama, perjamuan Tuhan, dan doa (Kis. 2:42, 46; 5:42).

Yakni, sebagai perwalian yang berkewenangan atas ajaran-ajaran Yesus, para rasul hendak mengisi waktu mereka sendiri terbanyak dengan pengajaran doktrin kepada umat dan dengan berdoa, sementara ketujuh pelayan bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan persekutuan, dalam beberapa gereja-rumah. Tugas mereka, malah, tidak terbatas pada tugas-tugas kediakenan sebagaimana istilah itu dimengerti sekarang. Sebenarnya mereka adalah pemimpin-pemimpin jemaat mula-mula.

Bacalah Kisah 6:2-6. Bagaimanakah ketujuh orang itu dipilih dan ditugaskan pada pelayanan?

Para calon haruslah dikenal dengan syarat-syarat moral, rohani dan praktis: mereka hams memiliki reputasi terhormat dan dipenuhi dengan Roh dan kearifan. Dengan persetujuan jemaat, tujuh orang itu dipilih dan kemudian ditugaskan melalui doa dan pengurapan. Upacara itu sepertinya menunjukkan pengakuan publik dan pelimpahan kewenangan untuk bekerja sebagai diaken.

Sangat mudah menabur perselisihan di kalangan sendiri, bukan? Bagaimanakah dapat kita lakukan semua dalam kuasa yang diberikan Allah pada kita untuk menjaga kedamaian antara kita dan berfokus pada misi?


SENIN, 23 JULI

Pelayanan Stefanus

Setelah penunjukan mereka, ketujuh diaken melibatkan dia bukan hanya dalam pelayanan gereja tapi juga dalam bersaksi. Hasilnya adalah bahwa Injil terus tersebar, dan jumlah orang percaya terus bertambah (Kis. 6:7). Pertumbuhan ini mulai, tentu membawakan perlawanan terhadap jemaat mula-mula. Maka narasi pun berfokus pada Stefanus, seorang dengan tingkat kerohanian yang luar biasa.

Bacalah Kisah 6:8-16. Apakah yang ayat-ayat ini ajarkan tentang iman dan tabiat Stefanus? Juga, apakah yang Stefanus khotbahkan sehingga membuat lawan-lawannya sangat marah?

Sebagai seorang Yahudi Helenis, Stefanus memberitakan Injil dalam sinagoge Helenis di Yerusalem. Ada beberapa sinagoge seperti itu di dalam kota; Kisah 6:9 mungkin merujuk kepada dua di antaranya, satunya untuk pendatang dari Selatan (Yahudi dari Kirene dan Aleksandria) dan yang satu lagi untuk pendatang dari Utara (mereka yang dari Kilikia dan Asia).

Yesus merupakan persoalan inti dari perbincangan-perbincangan, tapi tuduhan yang diangkat melawan Stefanus menunjukkan suatu pengertian ten-tang Injil dan implikasinya, yang mungkin melampaui pengertian orang percaya Yudea. Stefanus dituduh mengucapkan hujatan-hujatan melawan Musa dan Allah; yaitu, melawan Taurat dan bait suci. Bahkan meskipun ia disalahmengerti pada beberapa poin—atau kata-katanya dengan sengaja dipelintir—dan saksi-saksi palsu dibujuk berbicara melawan dia, tuduhan itu mungkin tidak seluruhnya palsu, seperti dalam kasus Yesus (Mrk. 14:58; Yoh. 2:19). Pernyataan tegas Stefanus kepada Sanhedrin yang memuja bait suci seperti berhala (Kis. 7:48) menunjukkan bahwa ia mengerti akan implikasi yang lebih dalam dari kematian Yesus dan ke mana tujuan akhirnya, setidaknya yang berkaitan dengan bait suci dan pelayanan-pelayanan ritualnya.

Dengan kata lain, mungkin banyak orang percaya Yahudi asal Yudea yang masih terlalu terikat dengan bait suci dan praktik-praktik ritual lainnya (Kis. 3:1; 15:1, 5; 21:17-24) dan masih sulit meninggalkannya (Gal. 5:2-4; Ibr 5:11-14). Stefanus, dan mungkin orang percaya Helenis lainnya juga, lekas mengerti bahwa kematian Yesus menandakan berakhirnya seluruh aturan bait suci.

Mengapakah kita harus berhati-hati agar tidak begitu terkunci dalam beberapa gagasan kesayangan kita, sehingga tidak menerima terang baru ketika terang itu datang?


SELASA 24 JULI

Di Hadapan Sanhedrin

Bacalah Kisah 7:1-53. Apakah yang dikatakan Stefanus kepada para penuduhnya?

Tuduhan yang diangkat melawan Stefanus membawa pada penangkapan dan pengadilan oleh Sanhedrin. Sesuai tradisi Yahudi, Taurat dan pelayanan bait suci merupakan dua dari tiga tonggak yang di atasnya dunia ini beradayang terakhir adalah jasa baik. Sekadar sindiran bahwa upacara-upacara Musa sudah menjadi usang telah dianggap suatu serangan atas sesuatu yang paling sakral dalam Yudaisme; maka tuduhannya adalah penghujatan (Kis. 6:11).

Respons Stefanus adalah pidato terpanjang dalam Kisah, suatu pidato penting. Walau pada awalnya tampak seperti tidak lebih dari pengulangan sejarah Israel yang membosankan, kita harus memahami pidato itu dalam kaitannya dengan wasiat Perjanjian Lama dan cara para nabi menggunakan susunannya bila mereka berdiri sebagai pembaru agama memanggil Israel kembali kepada tuntutan-tuntutannya. Bila itu terjadi, mereka kadang-kadang menggunakan kata Ibrani rib yang terjemahan terbaiknya adalah "tuntutan hukum wasiat," untuk mengungkapkan gagasan tentang Allah seperti mengambil tindakan legal melawan umat-Nya karena kegagalan mereka memelihara wasiat.

Misalnya dalam Mikha 6:1, 2, rib terdapat tiga kali. Kemudian, mengikuti pola wasiat Sinai (Kel. 20-23), Mikha mengingatkan umat akan tindakan keras Allah demi mereka (Mi. 6:3-5), ketentuan-ketentuan dan pelanggaran-pelanggaran isi wasiat (Mi. 6:6-12), dan akhirnya kutuk-kutuk untuk pelanggaranpelanggaran (Mi. 6:13-16).

Inilah mungkin latar belakang pidato Stefanus. Ketika diminta menjelaskan tindakannya, ia tidak berupaya menyangkal tuduhan atau membela imannya. Gantinya, ia naikkan suaranya dalam cara yang sama seperti para nabi purba melakukannya bila mereka membawa rib Allah melawan Israel. 

Tinjauannya akan jalinan hubungan masa lalu Allah dengan Israel dimaksudkan untuk menggambarkan rasa tidak berterima kasih dan ketidaktaatan mereka.

Sesungguhnya, dengan Kisah 7:51-53 Stefanus bukan lagi sebagai terdakwa tetapi sebagai jaksa kenabian Allah menyampaikan penuntutan hukum wasiat melawan para pemimpin ini. Jika bapa-bapa mereka bersalah menyembelih para nabi, mereka bahkan lebih lagi. Pengubahan dari "nenek moyang kita" (Kis. 7:11, 19, 38, 44, 45) ke "nenek moyangmu" (Kis. 7:51) adalah penting: Stefanus memutuskan solidaritasnya dengan bangsanya dan mengambil suatu pendirian pasti untuk Yesus. Harganya mahal; namun kata-katanya tidaklah menunjukkan gentar ataupun menyesal.

Kapankah terakhir kali Anda perlu mengambil pendirian yang teguh dan tanpa tawar-menawar untuk Yesus? Teguh, ataukah berbohong? Jika berbohong, apakah yang perlu Anda ubah?


RABU 25 JULI

Yesus dalam Pengadilan Surgawi

Karena oleh definisi seorang nabi (Ibrani, nal) adalah seseorang yang berbicara untuk Allah, Stefanus menjadi seorang nabi di saat ia membawa rib Allah melawan Israel. Pelayanan kenabiannya hanyalah pendek.

Bacalah Kisah 7:55, 56. Apakah maknanya khayal Stefanus?

"Bila Stefanus sampai pada titik ini, ada keributan di antara orang banyak. Bila ia menghubungkan Kristus dengan nubuatan-nubuatan dan berbicara seperti yang diucapkannya tentang bait suci, imam yang pura-pura terharu, mengoyakkan jubahnya. Bagi Stefanus perbuatan ini adalah suatu tanda bahwa suaranya segera akan didiamkan selama-lamanya. Ia melihat perlawanan terhadap perkataannya dan mengetahui bahwa ia sedang menyampaikan kesaksiannya yang terakhir. Meskipun pada pertengahan khotbahnya, dengan segera ia mengakhirinya."---Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld.7, hlm 84.

Sedang Stefanus berdiri di hadapan para pemimpin Yahudi menguraikan kasus Allah melawan mereka, Yesus sedang berdiri di pengadilan surgawi, yaitu, dalam bait suci surga, di samping Bapa, menunjukkan bahwa penghakiman di atas bumi hanyalah suatu ungkapan dari pengadilan sejati yang akan terjadi di surga. Allah hendak menghakimi guru-guru palsu dan para pemimpin di Israel.

Hal ini menerangkan mengapa panggilan pertobatan, suatu fitur umum dalam pidato-pidato sebelumnya dalam kitab Kisah (2:38; 3:19; 5:31), tidak nampak di sini. Pemerintahan teokrasi Israel hendak berakhir, artinya bahwa keselamatan dunia akan tidak lagi dimediasi melalui bangsa Israel sebagaimana dijanjikan kepada Abraham (Kej. 12:3; 18:18; 22:18), tapi melalui pengikut-pengikut Yesus, orang Yahudi dan bukan Yahudi yang sekarang diharapkan meninggalkan Yerusalem dan bersaksi kepada dunia (Kis. 1:8).

Bacalah Kisah 7:57-8:1, 2. Bagaimanakah Lukas melaporkan kematian Stefanus?

Rajam adalah hukuman untuk penghujatan (Im. 24:14), walaupun tidak jelas apakah Stefanus dijatuhi vonis mati atau hanya dibunuh oleh massa yang fanatik. Apa pun itu, ia adalah orang percaya dalam Yesus yang pertama dicatat dibunuh karena imannya. Bahwa para saksi meletakkan jubah mereka di kaki Saulus memberi kesan bahwa dialah pemimpin lawan-lawan Stefanus; namun, ketika Stefanus berdoa bagi algojo-algojonya, ia berdoa untuk Saulus, juga. Hanya seorang dengan tabiat yang super dan iman yang teguh yang dapat melakukan hal semacam itu, suatu menifestasi yang kuat tentang imannya dan realitas Kristus di dalam hidupnya.


KAMIS 26 JULI 

Penyebaran Injil

Kemenangan atas Stefanus memantik suatu penganiayaan masal melawan orang-orang percaya di Yerusalem, yang jelas dihasut oleh kelompok lawan yang sama. Pemimpin kelompok adalah Saulus, yang menyebabkan kerugian yang tidak kecil bagi gereja (Kis. 8:3; 26:10). Tetapi penganiayaan itu, telah diubah membawa akibat yang baik.

Benar, tercerai-berai ke seluruh Yudea dan Samaria, orang-orang percaya itu pergi mengkhotbahkan Injil. Amanat untuk bersaksi di wilayah itu (Kis. 1:8) dengan demikian terpenuhi.

Bacalah Kisah 8:4-25. Pelajaran-pelajaran apakah yang dinyatakan dalam catatan ini?

Orang Samaria adalah separuh Israel, bahkan bila ditinjau dan segi agama. Mereka adalah monoteis yang menerima lima kitab Musa (Pentateuch), bersunat dan menantikan Mesias. Tapi bagi orang Yahudi, agama orang Samaria itu telah rusak, artinya, orang-orang Samaria sudah tidak ada bagian apa pun dalam perjanjian rahmat Israel.

Pertobatan orang Samaria yang tidak diharapkan itu mengejutkan gereja di Yerusalem, maka para rasul mengutus Petrus dan Yohanes untuk menilai keadaan. Allah menahan Roh sampai Petrus dan Yohanes datang (Kis. 8:14-17) mungkin dimaksudkan supaya meyakinkan para rasul bahwa orang-orang Samaria hams diterima sebagai anggota penuh dan komunitas iman (lihat Kisah 11 : 1-18).

Tetapi, tidak berhenti di sini. Dalam Kisah 8:26-39, terdapat kisah Filipus dan orang Etiopia, seorang sida-sida, yang setelah suatu pelajaran Alkitab, meminta dibaptis. "Keduanya turun ke dalam air baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptiskan dia" (Kis. 8:38).

Pertama orang Samaria, kemudian orang Etiopia, orang asing yang telah datang ke Yerusalem untuk beribadah dan sekarang sedang pulang. Injil sudah melintasi batas-batas Israel dan menjangkau dunia, seperti diprediksi. Tapi, semua ini, hanyalah permulaan, sementara orang-orang percaya awal asal Yahudi akan segera mengembara ke seluruh dunia yang diketahui, dan memberitakan kabar agung kematian Yesus, yang membayar hukuman untuk dosa mereka dan menawarkan harapan keselamatan bagi setiap orang di setiap tempat.

Petrus mengatakan kepada Simon bahwa ia telah "diracun dengan kepahitan dan terjerat oleh kejahatan" (Kis. 8:23, NK.IV). Apakah jalan keluar bagi masalahnya ini, dan bagi siapa pun yang mungkin berada dalam situasi yang sama?


JUMAT 27 JULI

Pendalaman: "Penganiayaan yang datang kepada jemaat di Yerusalem berhasil memberikan suatu pendorong yang besar bagi pekerjaan Injil. Kemajuan telah menyertai pekerjaan Injil di tempat itu, dan ada bahayanya karena muridmurid terlalu berlambat-lambat di sana, tidak mengindahkan perintah Juruselamat untuk pergi ke seluruh dunia. Melupakan bahwa kekuatan untuk melawan kejahatan paling baik diperoleh dengan pelayanan yang agresif, mereka mulai memikirkan bahwa mereka tidak mempunyai pekerjaan yang begitu penting seperti menjaga jemaat di Yerusalem dari serangan musuh. 
Gantinya mendidik orang-orang yang barn bertobat untuk menyampaikan kabar Injil kepada mereka yang belum pernah mendengarnya, mereka ada dalam keadaan bahaya mengambil jalan yang akan menuntun semuanya untuk merasa puas dengan apa yang telah dilaksanakan. Untuk mencerai-beraikan wakil-wakil-Nya ke seluruh negeri, di mana mereka dapat bekerja untuk orang-orang lain, Allah mengizinkan penganiayaan datang kepada mereka. Diusir dari Yerusalem, orang-orang percaya pergi menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, Pd. 7, hlm. 88, 89.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. Baca teliti kutipan Ellen G. White di atas tentang bahaya-bahaya yang dihadapi gereja mula-mula dalam hal merasa puas dengan diri sendiri dan apa yang telah dicapai melalui mereka. Pertama, itu artinya, bahwa berlawanan dengan dugaan umum, banyak orang Yahudi benarbenar menerima Yesus sebagai Mesias. Tetapi lebih penting lagi, kita sebagai umat, amaran apakah yang harus kita ambil dari hal ini sekarang? Bagaimanakah dapat kita pastikan bahwa kita tidak terperangkap dalam melindungi apa yang sudah kita miliki, sebagai lawan dari melakukan apa yang harus kita lakukan, yaitu menjangkau dunia?

2. Pada zaman para rasul, jalinan hubungan antara orang Yahudi dan Samaria ditandai dengan permusuhan sengit selama berabad-abad. Apakah yang dapat kita pelajari dari kenyataan bahwa Filipus, sepertinya seorang Yahudi, bersaksi tentang Yesus di Samaria? Sebagai umat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh pun, kita tidaklah kebal terhadap bias budaya dan etnis. Apakah yang salib ajarkan kepada kita tentang bagaimana kita semua sama di hadapan Allah? Apakah juga yang universalitas kematian Kristus harus ajarkan kepada kita tentang nilai yang tak terbatas dari setiap makhluk manusia?

3. Bagaimanakah Filipus mendekati orang Etiopia (Kis. 8:27-30)? Bagaimanakah kita menjadi lebih terbuka kepada kesempatan membagikan Injil dengan orang lain?

4. Apakah yang telah kita pelajari dari Kisah 6-8 yang bisa membantu kita memenuhi misi gereja secara lebih efektif?



>>> Download Pelajaran SS Sabat Ke-4 : PARA PEMIMPIN GEREJA MULA-MULA (doc)
>>> Download Power-Point Sekolah Sabat Pada Link Di Bawah Ini: