GADIS MEKSIKO ITU MENINGGALKAN SEMUANYA
Terinpirasi oleh
pembacaan kisah-kisah misi, pada usia 17 tahun, saya bertekad pada suatu hari
nanti akan meninggalkan rumah kami di negara bagian Meksiko Chiapas dan menjadi
misionaris. Saya teringat akan keinginan itu setelah lulus dari universitas, tetapi
tidak memiliki uang untuk menjadi sukarelawan. Ketika berjalan pulang pada
suatu malam, saya berdoa:"Tuhan, saya ingin jadi misionaris, tetapi saya
tidak dapat membeli tiket pesawat. Jika Engkau menghendaki saya untuk menjadi
misionaris, berilah saya pekerjaan, dan saya akan pergi."
Dua hari kemudian,
saya menerima telepon dari Southeast Adventist Hospital di negara bagian
Meksiko Tabasco."Kami memiliki lowongan pekerjaan untuk Anda,"kata
pria itu.
Nerly Macias Figueroa,
32 Tahun
"Datanglah untuk
wawancara:" Rumah sakit itu mempekerjakan saya sebagai kepala bagian diet,
yang bertanggung jawab untuk merencanakan semua makanan. Sungguh sebuah jawaban
doa yang menakjubkan!
Setahun kemudian, saya
mengisi sebuah lamaran kerja di situs Adventist Volunteer Service. Pimpinan
Ebeye Seventh day Adventist School di Marshall Islands menerima lamaran kerja
saya. Saya pun berdoa:"Tolong saya untuk bisa pergi ke Ebeye." Tiga
hari sebelum membeli tiket pesawat, paman saya meninggal dunia. Beliau memiliki
beberapa utang yang tidak dapat dilunasi oleh keluarga kami. Maka, saya pun
menyerahkan buku tabungan saya. Saya menghubungi kepala sekolah Ebeye dan
menjelaskan bahwa saya tidak memiliki biaya untuk datang. Beliau mengerti.
Malam itu saya
berdoa:"Tuhan, jika Engkau memberi mimpi bagi saya untuk menjadi seorang
misionaris, mengapakah saya tidak bisa pergi? Saya bekerja untuk-Mu di rumah
sakit, tetapi saya ingin pergi melayani keluar dari negara ini."
Pos Misi
Sebuah kata yang penting di
kepulauan Marshall adalah "yokwe," yang mirip dengan ungkapan
Hawaraloha"dan berarti "halo,""selamat tingga I," dan
"cinta."
Ada tiga sekolah Advent di
Marshall Islands: Satu sekolah dasar dan sekolah menengah (K-12) di Majuro,
serta sebuah sekolah menengah di pulau terbesar kedua Ebeye. Sekolah Advent
pertama di Marshall Islands didirikan pada tahun 1968 di perkampungan Laura di
Majuro.
Setahun berlalu, dan
saya kembali menabung untuk pergi ke Ebeye. Tetapi kemudian adik perempuanku
mengalami kecelakaan dan terluka parah, dan saya kembali menyerahkan uang
tabungan saya. Sekali lagi, saya menghubungi kepala sekolah Ebeye dan
memberitahu beliau bahwa saya tidak bisa datang.
Dua tahun berlalu, dan
saya telah melupakan impian misi saya. Saya memiliki pekerjaan yang baik dan
menghasilkan uang banyak. Kemudian pada suatu malam, ketika sedang berbaring di
ranjang dan memikirkan rencana untuk membeli sebuah rumah dan mobil, saya
teringat akan Ebeye. Saya memikirkan pulau itu se-lama seminggu. Saya ingat
akan janji saya kepada Tuhan untuk menjadi se orang misionaris, tetapi saya
berkata kepada Tuhan: "Saya sedang bekerja di rumah sakit Advent, dan
melakukan pekerjaan-Mu. Mengapakah saya harus meninggalkan pekerjaan saya dan
pergi ke negara lain?"
Ketika saya sedang
menantikan jawaban, yang muncul dalam pikiran saya hanya:"Ebeye, Ebeye,
Ebeye:' Maka saya berdoa:"Oke, jika Engkau mau saya pergi ke Ebeye,
berilah saya visa Amerika."Jalur termurah ke Ebeye dari Meksiko adalah
melewati Los Angeles, California, dan Honolulu, Hawaii. Untuk itu saya
membutuhkan visa Amerika—yang tidak mudah didapat di Meksiko. Saya meminta
surat dari kepala sekolah Ebeye untuk diberikan kepada Kedutaan Besar Amerika.
Sesaat sebelum wawancara di kedutaan, saya berkata:"Tuhan, saya sebenarnya
tidak mau menjadi misionaris karena sekarang hidup saya sudah nyaman.
Sebelumnya saya ingin pergi, tapi sekarang tidak lagi. Tolong jangan beri saya
visa."
Di kedutaan, petugas
konsulat bertanya:"Mengapakah Anda menginginkan visa?""Karena
saya akan menjadi misionaris di Pulau Ebeye, Marshall Islands,"saya
menjawab.
Petugas itu melihat ke
layar komputernya. la tidak menanyakan surat dari kepala sekolah Ebeye atau pun
data rekening bank saya. la hanya melihat ke layar."Oke,"akhirnya is
berkata."Anda akan mendapatkan visa Anda dalarn waktu sebulan."
Dengan kata-kata itu, saya radar bahwa Tuhan telah membukakan pintu bagi saya
untuk pergi dan saya harus memenuhi janjiku kepada-Nya. Maka saya pun
meninggalkan semuanya—pekerjaan dan hidup saya di Meksiko. Saya mengucapkan
selamat tinggal kepada keluarga saya dan pergi ke Ebeye, sebuah pulau
berpenduduk 12.000 orang di tengah Samudra Pasifik.
Setelah satu tahun di
Ebeye, saya tidak menyesal sama sekali. Ketika mulai mengajar kelas lima, hanya
seorang anak di kelas yang berasal dari keluarga Advent. Berkat bantuan seorang
teman di Hawaii, saya memberikan Alkitab sebagai hadiah Natal untuk semua
muridku. Lima dari muridku dibaptis pada tahun ajaran itu!
Beberapa orang
bertanya: "Mengapakah Anda meninggalkan pekerjaan di Meksiko? Anda tidak
memiliki apa-apa sekarang." Saya menjawab:"Saya memiliki segalanya.
Saya berbahagia di sini, dan saya mengetahui bahwa Tuhan memiliki sebuah
rencana."
Apa yang mencengangkan
bagi saya adalah setelah empat tahun ber upaya untuk datang ke Ebeye, baru pada
tahun 2016 saya tiba di sini. Saya pikir itu karenaTuhan memiliki sebuah
rencana. Saya tidak tahu rencana apa itu, tetapi saya tahu bahwa Dia
memilikinya dan Dia akan menyatakannya pada waktu-Nya yang tepat.
Raian G.Villacruel,
kepala sekolah Ebeye Seventh day Adventist School, tidak meragukan alasan
kedatangan Nerly. Dengan 25 persen murid yang di baptis, kelas Nerly memiliki
baptisan terbanyak dibandingkan tahuntahun ajaran sebelumnya!
Sebagian dari
Persembahan Sabat Ketiga Belas ini akan membantu sekolah untuk mengadakan
perbaikan besar pada ruang-ruang kelas yang ambruk.Terima kasih untuk
persembahan misi Anda.
Oleh Nerly Macias
Figueroa, seperti dikisahkan kepada Andrew McChesney.
Saksikan Nerly di
tautan: bit.ly/ Nerly-Macias.