Ads Google

Saturday, April 28, 2018

CERITA MISSION, SABAT KE-4 28 APRIL 2018 (GADIS MEKSIKO ITU MENINGGALKAN SEMUANYA)

 

GADIS MEKSIKO ITU MENINGGALKAN SEMUANYA 






Terinpirasi oleh pembacaan kisah-kisah misi, pada usia 17 tahun, saya bertekad pada suatu hari nanti akan meninggalkan rumah kami di negara bagian Meksiko Chiapas dan menjadi misionaris. Saya teringat akan keinginan itu setelah lulus dari universitas, tetapi tidak memiliki uang untuk menjadi sukarelawan. Ketika berjalan pulang pada suatu malam, saya berdoa:"Tuhan, saya ingin jadi misionaris, tetapi saya tidak dapat membeli tiket pesawat. Jika Engkau menghendaki saya untuk menjadi misionaris, berilah saya pekerjaan, dan saya akan pergi."
Dua hari kemudian, saya menerima telepon dari Southeast Adventist Hospital di negara bagian Meksiko Tabasco."Kami memiliki lowongan pekerjaan untuk Anda,"kata pria itu.
Nerly Macias Figueroa, 32 Tahun
"Datanglah untuk wawancara:" Rumah sakit itu mempekerjakan saya sebagai kepala bagian diet, yang bertanggung jawab untuk merencanakan semua makanan. Sungguh sebuah jawaban doa yang menakjubkan!
Setahun kemudian, saya mengisi sebuah lamaran kerja di situs Adventist Volunteer Service. Pimpinan Ebeye Seventh day Adventist School di Marshall Islands menerima lamaran kerja saya. Saya pun berdoa:"Tolong saya untuk bisa pergi ke Ebeye." Tiga hari sebelum membeli tiket pesawat, paman saya meninggal dunia. Beliau memiliki beberapa utang yang tidak dapat dilunasi oleh keluarga kami. Maka, saya pun menyerahkan buku tabungan saya. Saya menghubungi kepala sekolah Ebeye dan menjelaskan bahwa saya tidak memiliki biaya untuk datang. Beliau mengerti.
Malam itu saya berdoa:"Tuhan, jika Engkau memberi mimpi bagi saya untuk menjadi seorang misionaris, mengapakah saya tidak bisa pergi? Saya bekerja untuk-Mu di rumah sakit, tetapi saya ingin pergi melayani keluar dari negara ini."
Pos Misi
Sebuah kata yang penting di kepulauan Marshall adalah "yokwe," yang mirip dengan ungkapan Hawaraloha"dan berarti "halo,""selamat tingga I," dan "cinta."
Ada tiga sekolah Advent di Marshall Islands: Satu sekolah dasar dan sekolah menengah (K-12) di Majuro, serta sebuah sekolah menengah di pulau terbesar kedua Ebeye. Sekolah Advent pertama di Marshall Islands didirikan pada tahun 1968 di perkampungan Laura di Majuro.
Setahun berlalu, dan saya kembali menabung untuk pergi ke Ebeye. Tetapi kemudian adik perempuanku mengalami kecelakaan dan terluka parah, dan saya kembali menyerahkan uang tabungan saya. Sekali lagi, saya menghubungi kepala sekolah Ebeye dan memberitahu beliau bahwa saya tidak bisa datang.
Dua tahun berlalu, dan saya telah melupakan impian misi saya. Saya memiliki pekerjaan yang baik dan menghasilkan uang banyak. Kemudian pada suatu malam, ketika sedang berbaring di ranjang dan memikirkan rencana untuk membeli sebuah rumah dan mobil, saya teringat akan Ebeye. Saya memikirkan pulau itu se-lama seminggu. Saya ingat akan janji saya kepada Tuhan untuk menjadi se orang misionaris, tetapi saya berkata kepada Tuhan: "Saya sedang bekerja di rumah sakit Advent, dan melakukan pekerjaan-Mu. Mengapakah saya harus meninggalkan pekerjaan saya dan pergi ke negara lain?"
Ketika saya sedang menantikan jawaban, yang muncul dalam pikiran saya hanya:"Ebeye, Ebeye, Ebeye:' Maka saya berdoa:"Oke, jika Engkau mau saya pergi ke Ebeye, berilah saya visa Amerika."Jalur termurah ke Ebeye dari Meksiko adalah melewati Los Angeles, California, dan Honolulu, Hawaii. Untuk itu saya membutuhkan visa Amerika—yang tidak mudah didapat di Meksiko. Saya meminta surat dari kepala sekolah Ebeye untuk diberikan kepada Kedutaan Besar Amerika. Sesaat sebelum wawancara di kedutaan, saya berkata:"Tuhan, saya sebenarnya tidak mau menjadi misionaris karena sekarang hidup saya sudah nyaman. Sebelumnya saya ingin pergi, tapi sekarang tidak lagi. Tolong jangan beri saya visa."
Di kedutaan, petugas konsulat bertanya:"Mengapakah Anda menginginkan visa?""Karena saya akan menjadi misionaris di Pulau Ebeye, Marshall Islands,"saya menjawab.
Petugas itu melihat ke layar komputernya. la tidak menanyakan surat dari kepala sekolah Ebeye atau pun data rekening bank saya. la hanya melihat ke layar."Oke,"akhirnya is berkata."Anda akan mendapatkan visa Anda dalarn waktu sebulan." Dengan kata-kata itu, saya radar bahwa Tuhan telah membukakan pintu bagi saya untuk pergi dan saya harus memenuhi janjiku kepada-Nya. Maka saya pun meninggalkan semuanya—pekerjaan dan hidup saya di Meksiko. Saya mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga saya dan pergi ke Ebeye, sebuah pulau berpenduduk 12.000 orang di tengah Samudra Pasifik.
Setelah satu tahun di Ebeye, saya tidak menyesal sama sekali. Ketika mulai mengajar kelas lima, hanya seorang anak di kelas yang berasal dari keluarga Advent. Berkat bantuan seorang teman di Hawaii, saya memberikan Alkitab sebagai hadiah Natal untuk semua muridku. Lima dari muridku dibaptis pada tahun ajaran itu!
Beberapa orang bertanya: "Mengapakah Anda meninggalkan pekerjaan di Meksiko? Anda tidak memiliki apa-apa sekarang." Saya menjawab:"Saya memiliki segalanya. Saya berbahagia di sini, dan saya mengetahui bahwa Tuhan memiliki sebuah rencana."
Apa yang mencengangkan bagi saya adalah setelah empat tahun ber upaya untuk datang ke Ebeye, baru pada tahun 2016 saya tiba di sini. Saya pikir itu karenaTuhan memiliki sebuah rencana. Saya tidak tahu rencana apa itu, tetapi saya tahu bahwa Dia memilikinya dan Dia akan menyatakannya pada waktu-Nya yang tepat.
Raian G.Villacruel, kepala sekolah Ebeye Seventh day Adventist School, tidak meragukan alasan kedatangan Nerly. Dengan 25 persen murid yang di baptis, kelas Nerly memiliki baptisan terbanyak dibandingkan tahuntahun ajaran sebelumnya!
Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas ini akan membantu sekolah untuk mengadakan perbaikan besar pada ruang-ruang kelas yang ambruk.Terima kasih untuk persembahan misi Anda.
Oleh Nerly Macias Figueroa, seperti dikisahkan kepada Andrew McChesney.
Saksikan Nerly di tautan: bit.ly/ Nerly-Macias.