Sabat 2
14 April I Marshall Islands Nojab Lemari, 66 Tahun
"AULA DANSA BERUBAH MENJADI SEKOLAH"
Tidak ada orang Advent yang tinggal di Pulau Ebeye ketika
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh menandatangani perjanjian dengan pemerintah
Amerika Serikat untuk mengelola satu-satunya rumah sakit di sana pada tahun
1980.
Pada waktu itu, Ebeye, sebuah pulau kecil berpenduduk 12.000
jiwa di Samudra Pasifik, adalah bagian wilayah Mikronesia milik Amerika
Serikat, dan saya bekerja sebagai perawat di rumah sakit itu. Suami saya,
Rellong, adalah kepala polisi di Ebeye, dan kami memiliki pengaruh di pulau itu
sebagai pemilik utama tanah adat.
Gereja Advent, yang telah mengeIola rumah sakit selama empat
tahun, membawa sebuah kelompok orang terbaik yang terdiri atas pegawai
administrasi, dokter, dan perawat ke pulau ini. Pada suatu hari kepala perawat
yang baru, Jerry Whitland, meminta izin kepada saya dan suami untuk mengadakan
kelas belajar Alkitab di rumah kami. Kami setuju, dan is mulai datang ke rumah
kami setiap petang.
Pada waktu itu, sepupu saya Tommy Kilma, seorang pendeta
Advent, dan dua orang pemimpin gereja dari Guam datang ke pulau dan meminta
izin kepada suami saya untuk membuka sebuah gereja dan sekolah Advent. Suami
saya berbicara dengan para pemimpin adat dan mendapat persetujuan untuk
memberikan salah satu gedung miliknya untuk dipakai sebagai sekolah. Gedung itu
adalah sebuah aula dansa dan tempat bermain bingo (sejenis permainan kartu),
dan saya serta suami merasa tidak nyaman dengan adanya tempat itu sementara
kami belajar Alkitab di rumah.
Sebuah sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar dibuka di
gedung tersebut pada musim gugur tahun 1980, dan putra tertua saya, R.D.,
menjadi salah satu siswa taman kanak-kanak di sana. Kami mengadakan kelas
Alkitab di rumah selama tiga tahun. Ada kalanya, kepala perawat yang mengajar,
dan di saat lain kelas diisi oleh petugas administrasi rumah sakit atau anggota
lain yang bekerja di rumah sakit.
Fakta Singkat
Marshall Islands
memiliki Ratak ("matahari terbit") dan Ralik ("matahari
terbenam"), 29 gugusan paralel karang atol yang terdiri atas ribuan pulau
mini dan ratusan pulau kecil yang tingginya hampir sejajar dengan permukaan
laut.
Ketinggian rata-rata
pulau-pulau di negara ini hanya 2,1 meter di atas permukaan laut.
Karena rendahnya
pulau-pulau di Marshall Islands, mereka rentan terhadap bahaya pasangnya air
laut. Negara ini juga memiliki risiko tertinggi dari banjir yang diakibatkan
oleh perubahan iklim.
Saya mengalami pergumulan. Saya dibesarkan di sebuah
keluarga yang rajin beribadah pada hari Minggu, dan ayah saya, seorang diakon,
sering memimpin ibadah di Pulau Namu ketika pendeta sedang tidak ada.Tetapi
saya dan suami telah melihat kebenaran yang diajarkan Alkitab, dan kami
dibaptis pada tahun 1983. Kami menjadi orang Advent pertama di Ebeye.
Ayah saya tidak merestui iman kami yang baru. Sekitar satu tahun
setelah dibaptis, saya mengunjungi pulau tern-pat asalku dan saat itu sedang
mencuci pakaian ketika ayah pulang dari gereja pada suatu hari Minggu.
"Ada apakah denganmu?" Beliau bertanya."Sekarang kamu bergaul
dengan orang kulit putih dan melanggar peraturan dengan be kerja pada hari
Minggu?"
Saya membuka Alkitab dan menunjukkan kepada ayah dua kutipan
saat penyaliban Yesus. Di Matius 28:1, saya membaca:"Setelah hari Sabat
lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria
Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu."Kemudian saya beralih
ke Lukas 23:54 dan membaca:"Hari itu adalah hari persiapan dan sabat
hampir mulaL"Setelah itu, ayah saya tidak pernah berkata apa-apa tentang
Sabat yang saya pelihara pada hari Sabtu. Beliau mengerti bahwa saya telah
menemukan Tuhan atas hari Sabat.
Marshall Islands, di mana Pulau Ebeye berada, memperoleh
kemerdekaan pada tahun 1986, dan pada tahun berikutnya kami memindahkan sekolah
ke gedung yang lebih besar, yang dulunya adalah gudang milik keluarga kami. Di
lokasi yang baru, sekolah memperluas kurikulumnya dari pra-sekolah, taman
kanak-kanak, hingga kelas dua betas. Putra saya R.D. telah menyelesaikan
pendidikannya di sekolah ini.
Orang melihat bahwa saya selalu tersenyum, dan mereka
bertanya mengapa. Saya telah mengalami beberapa penggodaan, tetapi di saat ada
penghalang, Tuhan membukakan jalan. Pada tahun 1987, suami saya harus
diterbangkan ke Hawai untuk perawatan darurat untuk abses di paru-parunya. Para
dokter tidak yakin dapat menyembuhkannya. Kami berdoa, dan suamiku berjalan
keluar dari rumah sakit lima hari sesudahnya! la sudah sembuh total. Saya
berterima kasih kepada Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya. la baru meninggal
pada tahun 2017 dalam usia 67 tahun.
Beberapa tahun setelah krisis kesehatan suamiku, kami
kembali menghadapi krisis serupa. Istri adik saya yang menjadi penatua gereja
Advent di Ebeye melahirkan seorang bayi lelaki dengan kepala yang besar dan
terus membesar. Kami segera melarikannya ke rumah sakit. Dokter menyatakan
bahwa ada cairan di kepalanya dan is harus diterbangkan ke Hawaii. Ketika
pesawat mendarat di Honolulu pada pukul 03.00, saya berkata:"Sebelum kita
ke rumah sakit, marilah kita berdoa." Kami pun berdoa di pesawat. Kami
berdoa lagi ketika menunggu dokter di rumah sakit. Ketika dokter memeriksa bayi
itu, is tidak menemukan cairan apa pun, dan kepalanya telah kembali ke ukuran
normal. la telah disembuhkan!
Saya percaya pada kuasa doa. Saya tersenyum oleh karena
Tuhan. Saya menyerahkan segala sesuatu kepadaNya, dan saya percaya bahwa Dia
akan menyediakan semuanya.
Nojab Lemari, 66
tahun, pensiun dari rumah sakit sebagai kepala perawat dan tetap menjadi
pendukung utama Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Pulau Ebeye. Sebagian dari
Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan mendanai perbaikan bangunan
sekolah yang telah tua yang pada tahun 1987 dipersembahkan kepada gereja oleh
Nojab dan suaminya.
Oleh Nojab Lemari, seperti
dikisahkan kepada Andrew McChesney.
Saksikan Nojab dan
putranya R.D. pada tautan:bit.ly/NojabLemari-R.D