Ads Google

Thursday, July 23, 2020

SOAL LATIHAN BUKU KISAH PARA RASUL


SOAL LATIHAN

BUKU KISAH PARA RASUL


BAB 2

BAB 3

BAB 4

BAB 5

BAB 6

BAB 7

BAB 8

BAB 9

BAB 10





BAB 1 (SOAL LATIHAN) BUKU KISAH PARA RASUL


KISAH PARA RASUL

BAB 1.

1. Maksud Allah Bagi Jemaat-Nya

SOAL ESAI

1.       TULISKANLAH  APA YANG MENJADI FUNGSI, TUGAS DAN MAKSUD TUHAN DIDIRIKANNYA JEMAAT …

2.       JANJI APAKAH YANG TUHAN BERIKAN MELALUI JEMAATNYA …

3.       TUHAN MEMILIH JEMAAT UNTUK MENJADI …

4.       SIAPAKAH YANG DIKIRIMKAN TUHAN UNTUK MELAYANI SIDANGNYA …

5.       APAPKAH YANG DISATUKAN DENGAN TAKHTA TUHAN …

6.       DENGAN APAKAH KERAJAAN MANUSIA MEMERINTAH …

7.       BAGAIMANAKAH KONSEP KERAJAAN KRISTUS MEMERINTAH …

8.       PEKERJAAN YANG ALLAH MAKSUDKAN UNTUK DILAKSANAKAN DIGAMBARKAN MELALUI …

9.       SIAPAKAH YANG DIPILIH OLEH ALLAH UNTUK MENYATAKAN TABIATNYA KEPADA MANUSIA …

10.   SIAPAKAH YANG HARUS DITINGGIKAN DI HADAPAN SEGALA BANGSA DAN MENJADI DASAR KEHIDUPAN ORANG YAHUDI …


SOAL ISIAN SINGKAT

11.   Pembatasan yang ditaruh oleh Allah pada pergaulan mereka dengan … sebagai alat untuk menghalangi mereka dari menyesuaikan diri dengan kebiasaan dunia.

12.   Imam‑imam dan penguasa‑penguasa terpaku dalam kebiasaan upacara. Mereka merasa puas dengan agama yang , dan tidak mungkin bagi mereka untuk memberikan kepada orang lain kebenaran mereka sendiri sudah cukup, dan tidak menginginkan suatu unsur yang baru harus dibawa ke dalam agama mereka

13.   Tentang Israel Allah menyatakan: "Namun Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan, sebagai benih yang sungguh murni. Betapa engkau berubah menjadi pohon yang berbau busuk, pohon anggur liar!" Yeremia 2:21. "Israel adalah pohon anggur yang riap tumbuhnya, yang menghasilkan buah." Hosea 10:1. "Maka sekarang, hai penduduk , dan orang Yehuda, adililah antara Aku dan kebun anggur‑Ku itu.

14.   Sebab kebun anggur Tuhan semesta alam ialah kaum , dan orang Yehuda ialah tanam‑tanaman kegemaran‑Nya; dinanti‑Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti‑Nya kebenaran, tetapi hanya ada keonaran." Yesaya 5:3‑7.

15.   Para pemimpin Yahudi berpikir bahwa mereka terlalu bijaksana untuk mendapat petunjuk, terlalu untuk mendapat keselamatan, terlalu terhormat untuk mendapat penghormatan yang datang dari Kristus. Juruselamat berbalik dari mereka dan mempercayakan kepada orang lain kesempatan yang telah mereka sia‑siakan dan pekerjaan yang mereka telah remehkan.



HOME - DAFTAR ISI

BAB 10 ORANG KRISTEN YANG PERTAMA MATI SYAHID

BAB 10

 Orang Kristen yang Pertama Mati Syahid

 

Stefanus, yang terkemuka dari ketujuh diaken, adalah seorang yang amat saleh dan luas iman. Meskipun ia seorang kelahiran Yahudi, ia berbahasa Yunani serta tahu betul adat istiadat dan cara‑cara orang Yunani. Sebab itu ia mencari kesempatan untuk mengkhotbahkan Injil di rumah sembahyang orang Yahudi Yunani. Ia amat aktif dalam pekerjaan Kristus dan dengan berani memasyhurkan imannya. Rabi‑rabi dan doktor‑doktor hukum yang terdidik mengambil bagian dalam perbincangan dengan khalayak ramai dengan dia, mengharapkan dengan keyakinan suatu kemenangan yang mudah. "Tetapi mereka tidak sanggup melawan khidmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara." Bukan saja ia berbicara dalam kuasa Roh Kudus, tetapi hal itu nyata bahwa ia adalah seorang murid nubuatan‑nubuatan dan mempelajari segala perkara berdasarkan hukum. Ia sanggup mempertahankan kebenaran yang dianjurkannya dan mengalahkan penentang‑penentangnya. Kepadanya perjanjian digenapi, "Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dulu pembelaanmu: Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata‑kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan‑lawanmu." Lukas 21:14, 15. Sementara imam‑imam dan penguasa‑penguasa melihat kuasa yang menyertai khotbah Stefanus, mereka dipenuhi dengan kebencian yang dalam. Gantinya menyerah kepada bukti yang dikemukakannya, mereka mengambil keputusan untuk mendiamkan suaranya dengan membunuh dia. Pada beberapa kesempatan mereka telah menyuap pemerintah Roma untuk melewatkan hal‑hal tanpa komentar di mana orang‑orang Yahudi telah main hakim sendiri dan telah mengadili, mempersalahkan dan menghukum mati orang‑orang tahanan setuju dengan adat kebiasaan bangsanya sendiri. Musuh Stefanus tidak bimbang bahwa mereka dapat mengikuti jalan seperti itu lagi tanpa bahaya kepada diri mereka sendiri. Mereka memutuskan untuk menjalani akibatnya dan menangkap Stefanus dan membawa dia di hadapan rapat Sanhedrin untuk diadili.

Orang‑orang Yahudi yang terdidik di daerah‑daerah sekitarnya di sekitarnya dipanggil dengan maksud menyangkal alasan dari orang tahanan itu. Saul dari Tarsus hadir dan ambil bagian dalam memimpin penyelidikan terhadap Stefanus. Ia menggunakan kefasihan berbicara dan logika rabi‑rabi untuk menyinggung hal ini, untuk meyakinkan orang banyak bahwa Stefanus sedang mengkhotbahkan pelajaran‑pelajaran yang menipu dan berbahaya; tetapi di dalam Stefanus ia menjumpai seseorang yang mempunyai suatu pengertian lengkap tentang maksud Allah dalam menyebarkan Injil kepada bangsa‑bangsa yang lain.

Karena imam‑imam dan penguasa‑penguasa tidak dapat menang melawan hikmat Stefanus yang nyata dan tenang, mereka mengambil keputusan untuk menjadikan dia sebagai contoh; dan dengan demikian mereka sedang memuaskan kebencian membalas dendam, mereka menghalangi orang‑orang lain, karena takut akan menerima imannya. Saksi‑saksi disewa untuk bersaksi dusta bahwa mereka telah mendengar dia berbicara perkataan hujat terhadap bait suci dan hukum. "Sebab kami telah mendengar dia mengatakan" saksi‑saksi itu menjelaskan, "bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita."


Sementara Stefanus berdiri bertatap muka dengan hakim‑hakimnya untuk menjawab tuduhan hujat, suatu sinar yang suci bersinar pada wajahnya, dan "semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat." Banyak orang yang melihat cahaya ini menjadi gemetar serta menutupi wajah mereka, tetapi sikap kurang percaya dan prasangka penguasa‑penguasa tidak goncang.

Ketika Stefanus ditanyai mengenai tuduhan kebenaran terhadapnya, ia mulai pertahanannya dengan suara yang jelas dan menggetarkan, yang bergema di seluruh ruangan pengadilan. Dalam kata‑kata yang mempesona orang banyak, ia mulai mengulangi sejarah umat Allah yang suci. Ia menunjukkan bahwa melalui pengetahuan tentang kehidupan Yahudi dan tafsiran rohani tentang hal itu, sekarang menjadi jelas melalui Kristus. Ia mengulangi perkataan Musa yang meramalkan tentang Mesias: "Seorang nabi seperti aku ini akan dibangkitkan Allah bagimu dari antara saudara‑saudaramu." Ia menjelaskan kesetiaannya sendiri kepada Allah dan kepada iman orang‑orang Yahudi, sementara ia menunjukkan bahwa hukum yang dipercayai demi keselamatan tidak sanggup menyelamatkan Israel dari penyembahan berhala. Ia menghubungkan Yesus Kristus dengan seluruh sejarah Yahudi. Ia menunjuk kepada pembangunan bait suci oleh Salomo, dan kepada perkataan Salomo dan Yesaya: "Tetapi Yang Mahatinggi tidak diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia, seperti yang dikatakan oleh nabi: Langit adalah takhta‑Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki‑Ku. Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi‑Ku, demikianlah firman Tuhan, tempat apakah yang akan menjadi perhentian‑Ku?"

Bila Stefanus sampai pada titik ini, ada keributan di antara orang banyak. Bila ia menghubungkan Kristus dengan nubuatan-nubuatan dan berbicara seperti yang diucapkannya tentang bait suci, imam yang pura‑pura terharu, mengoyakkan jubahnya. Bagi Stefanus perbuatan ini adalah suatu tanda bahwa suaranya segera akan didiamkan selama‑lamanya. Ia melihat perlawanan terhadap perkataannya dan mengetahui bahwa ia sedang menyampaikan kesaksiannya yang terakhir. Meskipun pada pertengahan khotbahnya, dengan segera ia mengakhirinya.      

Tiba‑tiba terpisah dari rentetan sejarah yang sedang diikutinya dan berbalik kepada hakim‑hakimnya yang marah, ia berseru: "Hai orang‑orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu siapakah dari nabi‑nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang‑orang yang lebih dulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat‑malaikat akan tetapi tidak kamu menurutinya."


Mendengar hal ini, imam‑imam dan penguasa‑penguasa menjadi sangat marah. Bertindak bagaikan mangsa binatang buas lebih daripada manusia, mereka menyerbu Stefanus sambil menggertakkan gigi mereka. Dalam wajah-wajah yang menakutkan sekelilingnya orang penjara membaca nasibnya; tetapi ia tidak goncang. Baginya takut akan kematiannya sudah lenyap. Baginya imam‑imam yang marah dan penguasa‑penguasa yang naik darah tidak menimbulkan ketakutan. Pandangan di hadapannya seketika pudar dari penglihatannya. Baginya gerbang surga terbuka lebar‑lebar, dan sambil memandang ke dalam, ia melihat kemuliaan takhta Allah dan Kristus sedang bangkit dari takhta‑Nya untuk menolong hamba‑Nya. Dengan kata‑kata kemenangan, Stefanus berseru, "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."

Sedang ia melukiskan pemandangan yang mulia di atas mana matanya sedang memandang, hal itu lebih daripada apa yang dapat dipertahankan oleh para penganiayanya. Menutupi telinga mereka, supaya mereka tidak mendengar perkataannya, dan mengeluarkan seruan yang keras, mereka berlari dengan marahnya kepadanya dengan suara bulat "mereka menyeret dia ke luar kota." "Sedang mereka melemparinya, Stefanus berdoa, katanya: Ya Tuhan Yesus, terimalah Roh‑Ku. Sambil bertelut ia berseru dengan suara nyaring: Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka. Dan dengan perkataan ini meninggallah ia."

Tidak ada hukuman yang sah yang telah dijatuhkan ke atas Stefanus, tetapi dalam hal ini penguasa Roma telah disuap dengan uang yang besar jumlahnya untuk tidak mengadakan penyelidikan atas peristiwa itu.

Kematian Stefanus menjadikan kesan yang mendalam ke atas semua orang yang menyaksikannya. Kenangan tentang cap Allah adalah di atas wajahnya: perkataannya, yang menjamah jiwa dari mereka yang mendengarnya, tinggal dalam pikiran orang‑orang yang melihatnya, dan menyaksikan kebenaran tentang apa yang telah dimasyhurkannya. Kematiannya adalah ujian yang pahit kepada sidang, tetapi hal itu mengakibatkan keyakinan Saul, yang tidak dapat menghapus iman dari ingatannya dan keteguhan orang yang mati syahid itu, serta kemuliaan yang terpantul pada wajahnya.

Pada pemandangan dari ujian dan kematian Stefanus, nampaknya Saul telah dikaruniai semangat yang membara. Sesudah itu ia menjadi marah oleh keyakinannya sendiri yang tersembunyi bahwa Stefanus yang dihormati oleh Allah pada saat itu juga ia tidak dihormati oleh manusia. Saul terus menganiaya sidang Allah, mengejar mereka, menangkap mereka di rumah‑rumah mereka, dan menyerahkan mereka kepada imam‑imam dan penguasa‑penguasa untuk dipenjarakan atau mati. Semangatnya dalam menjalankan penganiayaan ini membawa ketakutan kepada orang‑orang Kristen di Yerusalem. Pemerintah Roma tidak mengatakan usaha yang khusus untuk menghentikan pekerjaan yang kejam itu dan dengan diam‑diam membantu orang‑orang Yahudi supaya mendamaikan mereka dan mendapat persetujuan mereka.

Sesudah kematian Stefanus, Saul dipilih sebagai anggota dewan Sanhedrin dalam pertimbangan dari bagian yang telah dilakukan pada kesempatan itu. Untuk sementara waktu ia adalah alat yang berkuasa dalam tangan Setan untuk menjalankan pemberontakannya terhadap Anak Allah. Tetapi tidak lama kemudian penganiaya yang tiada belas kasihan ini ditugaskan untuk mendirikan sidang yang sekarang sedang ambruk. Seorang yang lebih berkuasa daripada Setan telah memilih Saul untuk mengambil tempat Stefanus yang sudah mati syahid, untuk berkhotbah dan menderita bagi nama‑Nya, dan untuk menyebarkan secara luas kabar tentang keselamatan melalui darah‑Nya.


HOME - DAFTAR ISI

SOAL LATIHAN BUKU KISAH PARA RASUL

BAB 9. TUJUH DIAKEN

9

Tujuh Diaken


"Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut‑sungut di antara orang‑orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang‑orang Ibrani, karena pembagian kepada janda‑janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari‑hari."

Sidang yang mula‑mula terdiri dari banyak golongan orang, dari berbagai bangsa. Pada waktu kecurahan Roh Kudus di hari Pentakosta, "Waktu itu di Yerusalem diam orang‑orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit." Kisah 2:5. Di antara mereka dari iman orang Ibrani yang telah berkumpul di Yerusalem ada beberapa yang umumnya dikenal di antaranya sebagai orang‑orang Yunani, dan orang‑orang Yahudi di Palestina yang sudah lama ada yang tidak lagi percaya dan saling bermusuhan.

Mereka yang hatinya telah ditobatkan di bawah pekerjaan rasul‑rasul telah dilembutkan dan dipersatukan oleh kasih Ilahi. Meskipun ada dulu, semuanya sudah bersatu dengan yang lain. Setan mengetahui bahwa selama persatuan ini terus ada, ia tidak akan berkuasa menghentikan kemajuan kebenaran Injil; dan ia berusaha mengambil kesempatan dari sifat pikiran yang dulu itu, dengan pengharapan bahwa dengan jalan itu ia sanggup memperkenalkan kepada sidang unsur tidak ada persatuan.

Demikianlah terjadi bahwa setelah murid‑murid dilipatgandakan, musuh berhasil membangkitkan prasangka beberapa orang yang dulu biasa memandang dengan perasaan cemburu pada saudara‑saudaranya di dalam iman dan mencari kesalahan atas para pemimpin rohani mereka dan demikian "timbullah persungutan di antara orang‑orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang‑orang Ibrani." Sebab-sebab pengeluhan adalah kegagalan kepada janda‑janda orang Yunani dalam pembagian bantuan setiap hari. Sesuatu ketidakadilan akan berlawanan dengan roh Injil, dan Setan berhasil dalam menerbitkan prasangka. Pertimbangan yang cepat harus diambil untuk mengalihkan segala penyebab ketidakpuasan, supaya jangan musuh menang dalam usahanya untuk membawa perpecahan di antara orang‑orang percaya.

Murid‑murid Yesus telah mencapai suatu krisis dalam pengalaman mereka. Di bawah kepemimpinan yang bijaksana dari rasul‑rasul, yang bersatu bekerja dalam kuasa Roh Kudus, pekerjaan yang dipercayakan kepada pesuruh‑pesuruh Injil berkembang dengan cepatnya. Sidang senantiasa menjadi besar, dan pertumbuhan keanggotaan ini membawa beban yang berat terhadap mereka yang bertugas. Tak seorang pun, atau malahan satu pasang orang pun, dapat meneruskan untuk membawa beban ini sendirian, tanpa membahayakan kemakmuran masa depan sidang. Ada kepentingan untuk penyebaran selanjutnya dari tanggung jawab‑tanggung jawab yang telah ditanggung dengan sungguh‑sungguh oleh beberapa orang selama hari‑hari permulaan dari sidang. Rasul‑rasul sekarang harus mengambil langkah penting dalam menyempurnakan peraturan Injil dalam sidang oleh meletakkan kepada orang lain sebagian beban‑beban yang sejauh itu dipikul oleh mereka sendiri.


Dengan mengadakan suatu pertemuan orang‑orang percaya, rasul‑rasul dipimpin oleh Roh Kudus menyusun suatu rencana untuk mengorganisasi lebih baik semua tenaga kerja sidang. Waktunya telah tiba, rasul‑rasul itu menyatakan, ketika para pemimpin rohani yang telah memimpin sidang harus diringankan dari tugas membagikan kepada orang‑orang miskin dan dari beban yang sejenis, supaya mereka bebas untuk membawa pekerjaan penginjilan. "Karena itu, saudara‑saudara," mereka berkata, "pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." Nasihat ini diikuti, dan oleh doa dan menumpangkan tangan, tujuh orang yang terpilih telah diasingkan dengan penuh hikmat untuk kewajiban sebagai diaken‑diaken.

Pengangkatan ketujuh orang untuk mengawasi bidang khusus dari pekerjaan itu, terbukti menjadi berkat yang besar kepada sidang itu. Pegawai‑pegawai ini memberi perhatian yang teliti kepada keperluan‑keperluan pribadi dan juga di bidang keuangan sidang, dan oleh pimpinan mereka yang berhati‑hati dan teladan mereka yang saleh, mereka menjadi suatu pertolongan yang penting kepada teman sekerja mereka dalam bersama‑sama mempersatukan minat sidang yang bermacam‑macam ke dalam satu kesatuan.

Karena langkah ini adalah perintah Allah, hal itu segera terbukti dari hasil‑hasil yang baik yang kelihatan. "Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya." Pengumpulan jiwa‑jiwa ini disebabkan oleh kebebasan yang lebih besar yang didapat oleh rasul‑rasul dan semangat dan kuasa yang ditunjukkan oleh ketujuh diaken itu. Fakta bahwa saudara‑saudara ini telah ditetapkan untuk pekerjaan yang terutama untuk menjaga keperluan‑keperluan orang miskin, bukan berarti tidak melibatkan mereka dari mengajarkan iman itu. Sebaliknya, mereka disanggupkan untuk memberi petunjuk kepada orang‑orang lain dalam kebenaran, dan mereka sedang mengusahakan pekerjaan dengan kesungguh‑sungguhan dan mencapai kemajuan besar. 

Kepada sidang yang mula‑mula telah dipercayakan pekerjaan yang semakin besar‑‑bahwa oleh mendirikan pusat terang dan berkat di mana pun mereka berada, jiwa‑jiwa yang jujur akan memberikan diri mereka sendiri untuk pekerjaan Kristus. Pemasyhuran Injil haruslah meluas, dan pesuruh‑pesuruh salib tidak dapat mengharapkan untuk memenuhi tugas mereka yang penting kecuali mereka tinggal bersatu dalam ikatan persatuan Kristen dan dengan demikian menyatakan kepada dunia bahwa mereka adalah satu dengan Kristus di dalam Allah. Bukankah Pemimpin Ilahi mereka berdoa kepada Bapa, "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama‑Mu, yaitu nama‑Mu yang telah Engkau berikan kepada‑Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita." Dan bukankah Ia telah menyatakan kepada murid‑murid‑Nya "Dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia." Bukankah Ia telah memohonkan kepada Bapa supaya mereka "menjadi satu," "supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku?" Yohanes 17:11, 14, 23, 21. Kehidupan rohani dan kuasa mereka bergantung kepada hubungan yang erat dengan Seorang oleh siapa mereka telah diperintahkan untuk mengabarkan Injil.


Hanya apabila mereka bersatu dengan Kristus dapatlah murid‑murid itu mengharapkan untuk mendapat kuasa dari Roh Kudus yang mengiringi, dan bekerja sama dengan malaikat‑malaikat surga. Dengan pertolongan alat‑alat Ilahi mereka akan menghadapkan kepada dunia suatu persatuan yang utuh dan akan menang dalam pergumulan yang mereka akan hadapi dengan tidak henti‑hentinya terhadap kuasa kegelapan. Karena mereka harus bekerja dengan persatuan, utusan‑utusan surga akan pergi mendahului di hadapan mereka, membukakan jalan; hati akan disediakan untuk menerima kebenaran, dan banyak orang akan dimenangkan kepada Kristus. Selama mereka tetap bersatu, sidang akan maju "laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji‑panjinya." Kidung Agung 6:10. Tidak ada sesuatu yang dapat menahan kemajuannya. Sidang akan maju dari kemenangan kepada kemenangan, misinya dipenuhi dengan kemuliaan untuk memasyhurkan Injil kepada dunia.

Pembentukan sidang di Yerusalem adalah sebagai suatu contoh untuk pelayanan pembentukan sidang‑sidang di setiap tempat di mana pesuruh‑pesuruh kebenaran harus memenangkan orang‑orang bertobat kepada Injil. Kepada mereka yang diberikan tanggung jawab untuk pengawasan sidang bukan berbuat seolah‑olah berkuasa atas warisan Allah, melainkan sebagaimana gembala yang bijaksana, adalah untuk "gembalakanlah kawanan domba Allah, . . . menjadi teladan bagi kawanan domba itu" (1 Petrus 5:2, 3); dan diaken‑diaken itu adalah orang‑orang "yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat." Orang‑orang ini harus mengambil kedudukan mereka dengan bersatu di pihak kebenaran dan untuk mempertahankannya dengan teguh dan pasti. Dengan demikian mereka akan mempunyai suatu pengaruh yang bersatu atas seluruh kawanan domba.

Kemudian dalam sejarah sidang yang mula‑mula, bila di berbagai‑bagai tempat di dunia ini banyak kelompok orang percaya telah dibentuk ke dalam sidang, selanjutnya pembentukan sidang disempurnakan, supaya peraturan keseragaman tindakan dapat dipertahankan. Tiap‑tiap anggota dinasihatkan untuk melakukan bagiannya dengan baik. Masing‑masing harus melakukan dengan bijaksana akan talenta‑talenta yang dipercayakan kepadanya. "Beberapa orang dikaruniai oleh Roh Kudus dengan pemberian istimewa--"pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar, selanjutnya, pemberian karunia untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata‑kata dalam bahasa roh." 1 Korintus 12:28. Tetapi segala golongan pekerja ini harus bekerja dengan keselarasan.

"Ada rupa‑rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan rupa‑rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai‑bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu, yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap‑tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata‑kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata‑kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mukjizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam‑macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata‑kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap‑tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki‑Nya. Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota‑anggotanya banyak, dan segala anggota itu sekali pun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus." 1 Korintus 12:4‑12.


Tanggung jawab yang penuh khidmat terletak ke atas mereka yang dipanggil untuk bertindak sebagai pemimpin‑pemimpin dalam sidang Allah di dunia. Pada zaman teokrasi, ketika Musa mencoba sendiri membawa beban‑beban yang begitu berat sehingga tidak lama kemudian ia lelah dengan itu, ia diberi nasihat oleh Yitro untuk merencanakan pembagian tanggung jawab yang bijaksana. "Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah," Yitro memberi nasihat, "dan kau hadapkanlah perkara‑perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan‑ketetapan dan keputusan‑keputusan dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani dan pekerjaan yang harus dilakukan." Yitro lebih lanjut menasihatkan bahwa orang‑orang selanjutnya ditunjuk untuk bertindak sebagai "pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. " Orang‑orang ini adalah "orang‑orang yang cakap, dan takut akan Allah, orang‑orang yang dapat dipercaya, dan orang‑orang yang benci kepada pengejaran suap." Mereka haruslah "mengadili di antara manusia," dengan demikian meringankan Musa dari tanggung jawab yang melelahkan dalam mempertimbangkan banyak perkara yang kecil yang dapat diatasi dengan bijaksana oleh pembantu‑pembantu yang berserah.

Waktu dan kekuatan dari mereka yang dalam pemeliharaan Allah telah ditempatkan dalam kedudukan tanggung jawab yang memimpin di dalam sidang, harus digunakan dalam mengurus perkara‑perkara yang lebih berat yang memerlukan kebijaksanaan yang khusus dan kebesaran hati. Bukanlah dalam peraturan Allah bahwa orang yang seperti itu harus diminta untuk mengurus perkara‑perkara yang kecil yang orang‑orang lain akan sanggup mengatasi. "Segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu," Yitro mengusulkan kepada Musa, "tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama‑sama dengan engkau turut menanggungnya. Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan senang ke tempatnya."

Sesuai dengan rencana ini, "Musa memilih orang‑orang

cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Mereka ini mengadili di antara bangsa itu sewaktu‑waktu; perkara‑perkara yang sukar dihadapkan mereka kepada Musa, tetapi perkara‑perkara yang kecil diadili mereka sendiri." Keluaran 18:19‑26.

Kemudian, bila memilih tujuh puluh tua‑tua untuk mengambil bagian dengan dia dalam tanggung jawab kepemimpinan, Musa berhati‑hati memilih sebagai pembantu‑pembantunya, orang‑orang yang mempunyai martabat, pertimbangan yang sehat, dan pengalaman. Dalam perintahnya kepada tua‑tua ini pada waktu mereka diurapi, ia merencanakan beberapa kecakapan yang cocok untuk menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dalam sidang. "Berilah perhatian kepada perkara‑perkara di antara saudara‑saudaramu," kata Musa, "dan berilah keputusan yang adil di dalam perkara‑perkara antara seseorang dengan saudaranya atau dengan orang asing yang ada padanya. Dalam mengadili jangan pandang bulu. Baik perkara orang kecil maupun perkara orang besar harus kamu dengarkan. Jangan gentar terhadap siapa pun sebab pengadilan adalah kepunyaan Allah." Ulangan 1:16, 17.


Raja Daud, menjelang akhir pemerintahannya, menyerahkan suatu tugas yang penuh hikmat kepada mereka yang membawa beban pekerjaan Allah pada zamannya. Memanggil ke Yerusalem "segala pembesar Israel, yakni para kepala suku, para pemimpin rombongan, orang‑orang yang melayani raja, para kepala pasukan seribu dan kepala pasukan seratus, serta para kepala harta benda dan ternak kepunyaan raja dan anak‑anaknya; bersama‑sama mereka juga para pegawai istana dan para perwira dan semua pahlawan yang gagah perkasa," raja yang tua itu dengan sungguh‑sungguh minta kepada mereka "di depan mata seluruh Israel, jemaah Tuhan, dan dengan didengar Allah kita." "Peliharalah dan tuntutlah segala perintah Tuhan, Allahmu." 1 Tawarikh 28:1, 8.

Kepada Salomo, sebagai seorang yang dipanggil untuk menempati kedudukan tanggung jawab yang terkenal, Daud memberikan suatu permohonan yang khusus: "Dan engkau, anakku Salomo kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada‑Nya dengan  tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti  segala niat dan cita‑cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan  membuang engkau untuk selama‑lamanya. Camkanlah sekarang, sebab Tuhan telah memilih engkau: . . . Kuatkanlah hatimu." 1 TAWARIKH 28:9, 10.

Prinsip‑prinsip yang sama dari kesalehan dan keadilan yang harus memimpin penghulu‑penghulu di antara umat Allah pada zaman Musa dan Daud, harus juga diikuti oleh mereka yang diberikan pengawasan atas sidang Allah yang baru dibentuk dalam peraturan Injil. Dalam pekerjaan untuk membereskan segala perkara dalam segala sidang, dan mengurapi orang yang cocok untuk bertindak sebagai pegawai‑pegawai, rasul‑rasul berpegang pada standar kepemimpinan yang tinggi sebagaimana digariskan dalam buku Perjanjian Lama. Mereka mempertahankan bahwa ia yang dipanggil untuk berdiri dalam tanggung jawab yang terkemuka dalam sidang "harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang‑penentangnya." Titus 1:7‑9.

Peraturan yang dipertahankan dalam gereja Kristus yang mula‑mula memungkinkan mereka untuk maju dengan teguh sebagai suatu tentara yang berdisiplin baik yang mengenakan selengkap  senjata Allah. Kumpulan orang percaya, yang tersebar di tanah yang luas, adalah anggota‑anggota dari satu tubuh; semuanya bergerak dengan peraturan dan dengan selaras satu dengan yang lain. Bila pertikaian timbul dalam sidang setempat, seperti kemudian timbul di Antiokhia dan di mana saja, orang‑orang percaya tidak sanggup bersatu dengan sendirinya, persoalan seperti itu tidak diizinkan menimbulkan perpecahan di dalam sidang, tetapi diserahkan kepada sidang umum dari seluruh orang percaya, yang dibentuk dari delegasi yang ditunjuk dari berbagai‑bagai sidang setempat, dengan rasul‑rasul dan tua‑tua dalam jabatan tanggung jawab kepemimpinan. Dengan demikian usaha Setan untuk menyerang sidang di tempat‑tempat yang terpencil dihadapi dengan usaha yang dipersatukan dari semua pihak, dan rencana musuh untuk mengganggu dan membinasakan digagalkan.


"Sebab Allah itu tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. Sama seperti dalam semua jemaat orang‑orang kudus." 1 Korintus 14:33. Ia menuntut agar peraturan dan sistem dipelihara dalam menuntun kegiatan‑kegiatan sidang dewasa ini tidak kurang daripada hari‑hari yang lampau. Ia menginginkan pekerjaan‑Nya dijalankan dengan teliti dan tepat supaya Ia dapat menempatkan di atasnya meterai persetujuan‑Nya. Orang Kristen harus dipersatukan dengan orang Kristen, sidang dengan sidang, perantara manusia bekerja sama dengan Ilahi, setiap alat tunduk kepada Roh Kudus, dan semuanya bersatu untuk memberikan kepada dunia kabar baik tentang anugerah Allah.


HOME - DAFTAR ISI

SOAL LATIHAN BUKU KISAH PARA RASUL