4
Pentakosta
Ketika murid-murid pulang dari Bukit
Zaitun ke Yerusalem, orang-orang melihat kepada mereka, mengharapkan untuk
melihat pada wajah mereka pernyataan kesusahan, kekacauan, dan kekalahan;
tetapi mereka melihat di sana wajah kesenangan dan kemenangan. Murid-murid
tidak bersusah atas harapan mereka yang dikecewakan. Mereka telah melihat
Juruselamat yang telah bangkit, dan perkataan perjanjian perpisahan-Nya tetap
bergema di telinga mereka.
Dalam penurutan kepada perintah
Kristus, mereka menunggu di Yerusalem untuk janji Bapa--kecurahan Roh Kudus.
Mereka tidak menunggu dengan sia-sia. Catatan mengatakan bahwa mereka
"senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah." Lukas
24:53. Mereka juga sama-sama mempersatukan permohonan mereka kepada Bapa dalam
nama Yesus. Mereka tahu bahwa mereka mempunyai Wakil dalam surga, seorang
Penganjur dalam takhta Allah. Dalam perasaan yang penuh hikmat mereka bertelut
dalam doa, mengulangi jaminan, "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu
minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang
kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima,
supaya penuhlah sukacitamu." Yohanes 16:23, 24. Lebih tinggi dan tetap
lebih tinggi mereka menunjang tangan iman dengan alasan yang berkuasa,
"Kristus Yesus yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit,
yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi
kita." Roma 8:34.
Sementara murid-murid menunggu
kegenapan perjanjian itu, mereka merendahkan hati dalam pertobatan yang
sebenarnya dan mengaku kekurangpercayaan mereka. Sementara mereka teringat akan
perkataan yang diucapkan oleh Kristus kepada mereka sebelum kematian-Nya,
mereka pun lebih mengerti akan maksud yang sebenarnya. Kebenaran yang telah
berlalu dari ingatan mereka dibawa sekali lagi kepada pikiran mereka, dan ini
mereka ulangi satu sama lain. Mereka sendiri menyesal karena salah mengerti
akan Juruselamat. Bagai suatu prosesi,
pemandangan demi pemandangan tentang hidup-Nya yang luar biasa lewat di hadapan
mereka. Sementara mereka merenungkan tentang kehidupan-Nya yang suci, mereka
merasa bahwa tidak ada pekerjaan yang terlalu sukar, tidak ada pengorbanan yang
terlampau besar, kalau saja mereka dapat bersaksi dalam kehidupan mereka kepada
keindahan tabiat Kristus. Oh, jikalau seandainya mereka bisa mengulangi lagi
masa tiga tahun hidup bersama-sama, pikir mereka, alangkah berbedanya tindakan
mereka! Jikalau mereka dapat melihat Tuhan sekali lagi, betapa sungguh-sungguh
mereka berusaha untuk menunjukkan kepada-Nya akan dalamnya mereka mengasihi
Dia, dan betapa mereka menunjukkan rasa berdukanya mereka karena telah
menyusahkan Dia dengan suatu perkataan atau perbuatan yang kurang percaya!
Tetapi mereka telah dihiburkan oleh pikiran bahwa mereka telah diampuni. Dan
sejauh mungkin mereka memutuskan, mereka akan tebus ketidakpercayaan mereka
dengan berani mengakui Dia di hadapan dunia.
Murid-murid berdoa dengan penuh
kesungguh-sungguhan untuk satu kelayakan bertemu dengan manusia dan dalam pergaulan
mereka setiap hari untuk mengucapkan perkataan yang akan memimpin orang-orang
berdosa kepada Kristus. Menyisihkan segala perbedaan, segala keinginan untuk
keunggulan, mereka datang bersama-sama dalam persahabatan Kristen. Mereka
datang lebih dekat dan lebih dekat kepada Allah, dan sementara berbuat hal ini
mereka sadari satu kesukaan apakah yang telah dimiliki bila diizinkan bersekutu
begitu dekat dengan Kristus. Kesusahan memenuhi hati mereka sementara
memikirkan tentang berapa banyak kali mereka telah menyusahkan Dia karena
lambatnya pengertian mereka, kegagalan mereka untuk mengerti pelajaran yang
demi kebaikan mereka, Ia sedang mencoba untuk mengajarkan mereka.
Hari-hari persiapan ini adalah
hari-hari penyelidikan hati yang mendalam. Murid-murid merasa keperluan rohani
mereka dan berseru kepada Tuhan dengan perbuatan dan kesungguh-sungguhan kudus
yang akan menyanggupkan mereka untuk pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa. Mereka
tidak minta untuk suatu berkat bagi mereka saja. Mereka ditanggungkan beban keselamatan
jiwa. Mereka menyadari bahwa Injil harus disampaikan ke seluruh dunia, dan
mereka menuntut kuasa yang Kristus telah janjikan.
Sepanjang zaman para bapa, pengaruh
Roh Kudus telah sering dinyatakan dalam cara yang nyata, tetapi tidak pernah
sepenuhnya. Sekarang, dalam penurutan kepada sabda Juruselamat, murid-murid
mempersembahkan permohonan mereka untuk pemberian ini, dan di dalam surga
Kristus menambahkan pengantaraan-Nya. Ia menuntut pemberian Roh, supaya Ia
dapat mencurahkannya ke atas umat-Nya.
"Ketika tiba hari Pentakosta,
semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit
suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana
mereka duduk."
Roh itu datang kepada murid-murid yang
sedang menunggu dan berdoa dengan sungguh-sungguh sehingga mencapai setiap
hati. Yang Mahakuasa menyatakan diri-Nya dalam kuasa kepada sidang-Nya. Hal itu
seakan-akan selama berabad-abad pengaruh telah dikendalikan, dan sekarang surga
bersuka-suka karena dapat mencurahkan kepada sidangnya kekayaan Roh yang penuh
rahmat. Dan di bawah pengaruh Roh itu, perkataan penyesalan dan pertobatan
bercampur dengan nyanyian puji-pujian untuk dosa-dosa yang diampuni. Kata-kata
ucapan terima kasih dan nubuatan terdengar. Segenap surga tunduk memandang dan
memuja kebijaksanaan dari kasih yang tiada taranya dan tidak dapat dipahami.
Hilang dalam keheranan, rasul-rasul berseru "Di sini adalah kasih."
Mereka meraih kuasa yang diberikan. Dan apa yang mengikutinya? Pedang Roh, yang
baru saja ditajamkan dengan kuasa dan dicelupkan dalam terang surga, memotong
jalannya melalui kurang percaya. Beribu-ribu orang ditobatkan dalam sehari.
"Adalah lebih berguna bagi kamu,
jika Aku pergi," Kristus telah mengatakan kepada murid-murid-Nya:
"Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang
kepadamu." "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan
memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari
diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan
dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang."
Yohanes 16:7, 13.
Kenaikan Kristus ke surga adalah tanda
bahwa pengikut-Nya harus menerima berkat yang dijanjikan. Untuk itu mereka
harus menunggu sebelum mereka memasuki pekerjaan mereka. Bila Kristus melewati
gerbang-gerbang surga, Ia dimahkotai di tengah pemujaan malaikat-malaikat.
Segera sesudah upacara ini selesai, Roh Kudus turun ke atas murid-murid-Nya
dalam kelimpahan dan Kristus sesungguhnya sudah dimuliakan, bahkan dengan
kemuliaan yang dipunyai-Nya dengan Bapa-Nya dari segenap kekekalan. Kecurahan
di waktu Pentakosta adalah komunikasi surga sehingga pengurapan Juruselamat
telah dilaksanakan. Sesuai dengan janji-Nya Ia telah mengutus Roh Kudus-Nya dari
surga kepada para pengikut-Nya Sebagai tanda bahwa Ia, Sebagai imam dan raja,
menerima segala kekuasaan di surga dan di atas bumi ini, dan telah diurapi
menjadi seorang dari umat-Nya.
"Dan tampaklah kepada mereka
seperti lidah-lidah nyala api yang bertebaran dan hingga pada mereka
masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai
berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu
kepada mereka untuk mengatakannya." Roh Kudus yang mengambil bentuk lidah-lidah
api, hinggap pada mereka yang berkumpul. Inilah suatu tanda pemberian yang
dikaruniakan kepada murid-murid, yang memungkinkan mereka berbicara dengan
bahasa yang lancar yang belum mereka kenal sampai pada waktu itu. Munculnya api
ditandai semangat yang berapi-api dengan mana rasul-rasul akan bekerja dan
kuasa yang akan menyertai pekerjaan mereka.
"Waktu itu di Yerusalem diam
orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit."
Selama pembubaran orang-orang Yahudi telah tersebar hampir di segala bagian
dunia yang didiami, dan dalam pembuangan mereka, mereka telah belajar berbicara
berbagai-bagai bahasa. Banyak dari orang-orang Yahudi di Yerusalem yang pada
kesempatan ini mengunjungi pesta rohani yang sedang berlangsung. Setiap bahasa
yang diketahui dikemukakan oleh mereka yang berkumpul. Perbedaan bahasa-bahasa
ini akan menjadi halangan yang besar kepada pemasyhuran Injil itu; sebab itu
Allah dengan cara yang ajaib menunjang kekurangan murid-murid itu. Roh Kudus
berbuat bagi mereka sesuatu yang mereka tidak dapat laksanakan sendiri seumur
hidup mereka. Mereka sekarang dapat memasyhurkan kebenaran Injil dengan luas,
berbicara dengan bahasa-bahasa mereka untuk siapa mereka sedang bekerja.
Pemberian yang ajaib ini adalah bukti yang kuat kepada dunia bahwa misi mereka
mendapat restu dari surga. Sejak waktu itu bahasa murid-murid adalah suci,
sederhana, dan tepat, apakah mereka berbicara dalam bahasanya sendiri atau
bahasa asing.
"Ketika keadaan itu
disebarluaskan, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka
masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka
sendiri. Mereka tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: Bukankah yang
berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar
mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di
negeri asal kita?"
Imam-imam dan penghulu-penghulu sangat
besar amarahnya karena pernyataan yang ajaib ini, tetapi mereka tidak berani
menunjukkan kebencian mereka, karena khawatir untuk membukakan diri sendiri
kepada keganasan orang banyak. Mereka telah membunuh orang Nasrani itu; tetapi
di sinilah hamba-hamba-Nya, orang Galilea yang buta huruf, mengatakan dalam
berbagai bahasa kisah tentang hidup dan pelayanan-Nya. Imam-imam menetapkan
untuk sepakat bahwa kuasa yang ajaib dari murid-murid itu hanyalah hal yang
biasa saja, mengatakan bahwa mereka adalah pemabuk yang telah mengambil bagian
dari air anggur pesta yang besar itu. Sebagian orang yang paling bodoh yang
hadir mengakui anjuran itu sebagai suatu kebenaran, tetapi mereka yang lebih
pintar menyatakan hal itu bohong; dan mereka yang mengerti bahasa-bahasa yang
bermacam-macam itu menyaksikan bahwa murid-murid itu menggunakannya dengan
tepat.
Dalam menjawab tuduhan imam-imam,
Petrus menunjukkan bahwa demonstrasi ini adalah kegenapan langsung dari
nubuatan Yoel, di mana ia ramalkan bahwa kuasa seperti itu akan datang kepada
manusia untuk melayakkan mereka bagi pekerjaan yang khusus. "Hai kamu
orang Yahudi dan kamu yang tinggal di Yerusalem," ia berkata,
"ketahuilah dan camkanlah perkataan ini. Orang-orang ini tidak mabuk
seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan, tetapi itulah yang
difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel. Akan terjadi pada hari-hari
terakhir--demikianlah firman Allah--bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas
segala manusia; maka anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat dan
teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan dan orang-orangmu yang
tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan
akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat."
Dengan jelas dan kuasa Petrus
menyaksikan kematian dan kebangkitan Kristus: "Hai orang-orang Israel,
dengarlah perkataan ini; Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang
yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan
kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan Allah
dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia . . .
menurut maksud dan rencana-Nya, kamu telah salibkan dan kamu bunuh oleh tangan
bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia
dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut
itu."
Petrus tidak menekankan ajaran Kristus
untuk membuktikan kedudukannya, karena ia mengetahui bahwa prasangka para
pendengarnya begitu besar sehingga perkataannya mengenai persoalan ini tidak
akan ada manfaatnya. Gantinya, ia berbicara kepada mereka tentang Daud, yang dianggap
oleh orang Yahudi Sebagai salah satu bapa dari bangsa mereka. "Sebab Daud
berkata tentang Dia," ia menyatakan: "Aku senantiasa memandang kepada
Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku
bersukacita dana jiwaku bersorak-sorak bahkan tubuhku akan diam dengan
tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati dan tidak
membiarkan Orang Kudusmu melihat kebinasaan. . . .
"Saudara-saudara, aku boleh
berkata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah
mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai pada hari
ini." "Karena itu ia . . . telah berbicara tentang kebangkitan
Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang
mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang
dibangkitkan oleh Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi."
Pandangan itu adalah salah satu yang
menarik perhatian. Lihatlah orang-orang datang dari segala penjuru untuk
mendengar murid-murid bersaksi tentang kebenaran sebagaimana dalam Yesus.
Mereka mendesak masuk, mengerumuni bait suci itu. Imam-imam dan
penghulu-penghulu ada di sana, cemberut kebencian masih pada wajah mereka, hati
mereka masih dipenuhi dengan kebencian terhadap Yesus, tangan mereka tidak
dibersihkan dari darah yang dicurahkan bila mereka menyalibkan Penebus dunia
ini. Mereka telah berpikir untuk menjumpai rasul-rasul yang penuh ketakutan di
bawah tangan penentang yang kuat dan pembunuh, tetapi mereka mendapati mereka
terangkat dari rasa takut dan diisi Roh, memasyhurkan dengan kuasa keilahian
Yesus orang Nazaret itu. Mereka mendengar mereka menyatakan dengan keberanian
bahwa Seorang yang baru-baru ini dihina, diejek, dipukul dengan tangan yang
kejam, dan disalibkan, adalah Putra kehidupan, sekarang ditinggikan ke tangan
kanan Allah.
Beberapa dari mereka yang mendengarkan
rasul-rasul itu, telah mengambil bagian dalam penghukuman dan kematian Kristus.
Suara mereka telah bercampur dengan orang banyak dalam menuntut penyaliban-Nya.
Ketika Yesus dan Barnabas berdiri di hadapan mereka di ruang pengadilan dan
Pilatus bertanya, "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?"
mereka berteriak, "jangan Dia, melainkan Barnabas!" Matius 27:17;
Yohanes 18:40. Ketika Pilatus menyerahkan Kristus kepada mereka, dengan
mengatakan, "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati
kesalahan apa pun pada-Nya." "Aku tidak bersalah terhadap darah Orang
itu", mereka berseru "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan
atas anak-anak kami!" Yohanes 19:6; Matius 27:24, 25.
Sekarang mereka mendengar murid-murid
itu menyatakan bahwa itulah Anak Allah yang telah disalibkan. Imam-imam dan
penghulu-penghulu gemetar. Keyakinan dan kesedihan mencengkam orang banyak
"Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka
bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: Apakah yang harus kami
perbuat, saudara-saudara?" Di antara mereka yang mendengar kepada
murid-murid adalah orang-orang Yahudi yang beriman, yang tekun dalam
kepercayaan mereka. Kuasa yang menyertai perkataan pembicaraan itu meyakinkan
mereka bahwa Yesus sesungguhnya adalah Mesias.
"Jawab Petrus kepada mereka:
Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama
Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh
Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang
masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."
Petrus menyentuh hati orang-orang dan
diyakinkan dengan kenyataan bahwa mereka telah menolak Kristus sebab mereka
telah ditipu oleh imam-imam dan penghulu-penghulu; bahwa apabila mereka
teruskan untuk mencari orang-orang ini untuk nasihat, dan menunggu mereka
mengakui Kristus sebelum mereka berani berbuat demikian, mereka tidak pernah
akan menerima Dia. Orang yang berkuasa ini, meskipun nampaknya mengaku percaya
akan Tuhan, mencita-citakan kekayaan dan kemuliaan duniawi. Mereka tidak rela
untuk datang kepada Kristus untuk menerima terang.
Di bawah pengaruh penerangan surga,
Kitab Suci yang telah dijelaskan oleh Kristus kepada murid-murid-Nya berdiri
tegak di hadapan mereka dengan gemilang dan dalam kebenaran yang sempurna.
Tirai yang telah menghalangi mereka sehingga tidak dapat melihat kepada
kesudahan dari sesuatu yang telah dihapuskan, sekarang telah dialihkan, dan
mereka mengerti dengan jelas tujuan misi Kristus dan sifat kerajaan-Nya. Mereka
dapat berkata-kata dengan kuasa Juruselamat; sementara mereka membukakan
rencana keselamatan kepada para pendengarnya, banyak yang terbukti bersalah dan
diyakinkan. Tradisi-tradisi dan takhyul-takhyul yang ditanamkan oleh imam-imam
disapu bersih dari ingatan mereka, dan menerima pengajaran Juruselamat.
"Orang-orang yang menerima
perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka
bertambah kira-kira tiga ribu jiwa."
Para pemimpin Yahudi telah menyangka
bahwa pekerjaan Kristus akan berakhir dengan kematian-Nya; tetapi, gantinya
mereka menyaksikan pemandangan yang luar biasa dari Hari Pentakosta. Mereka
mendengar murid-murid, dipenuhi dengan suatu kuasa dan tenaga yang belum pernah
diketahui, mengkhotbahkan Kristus, perkataan mereka ditegaskan oleh tanda-tanda
dan mujizat-mujizat. Di Yerusalem, kubu agama Yahudi, beribu-ribu orang secara
terbuka menyatakan iman mereka kepada Yesus orang Nazaret Sebagai Mesias.
Murid-murid sangat heran dan
bersukacita karena besarnya penuaian jiwa-jiwa. Mereka tidak memandang tuaian
yang luar biasa ini Sebagai usaha mereka
sendiri; mereka menyadari bahwa mereka sedang masuk ke dalam pekerjaan
orang-orang lain. Sejak kejatuhan Adam, Kristus telah mempercayakan kepada
hamba-hamba pilihan benih sabda-Nya itu untuk ditaburkan dalam hati manusia.
Selama kehidupan-Nya di dunia ini Ia telah menabur benih kebenaran dan telah
menyiraminya dengan darah-Nya. Pertobatan yang terjadi pada hari Pentakosta
adalah akibat penaburan ini, tuaian pekerjaan Kristus, menyatakan kuasa
pengajaran-Nya.
Pekabaran rasul-rasul sendiri,
meskipun jelas dan meyakinkan, tidak akan menghilangkan prasangka yang telah
menahan begitu banyak bukti. Tetapi Roh Kudus menjelaskan pekabaran ke dalam
hati dengan kuasa Ilahi. Perkataan rasul-rasul adalah Sebagai anak panah yang
tajam dari Yang Mahakuasa, menghukum manusia dari kesalahan mereka yang
mengerikan dalam menolak dan menyalibkan kemuliaan Tuhan.
Di bawah pendidikan Kristus,
murid-murid telah dituntun untuk merasa keperluan mereka akan Roh itu. Di bawah
pengajaran Roh mereka menerima kecakapan terakhir, dan pergi kepada pekerjaan
seumur hidup mereka. Mereka tidak lagi bodoh dan tidak beradab. Mereka tidak
lagi tanpa pengetahuan dan tidak berperadaban. Tidak lagi pengharapan mereka
didasarkan atas kebesaran duniawi. Mereka "dengan sehati,"
"sehati dan sejiwa." Kisah 2:46; 4:32. Kristus memenuhi pikiran
mereka; kemajuan kerajaan-Nya adalah tujuan mereka. Dalam pikiran dan tabiat
mereka telah menjadi seperti Tuhan mereka, dan manusia "mengenal keduanya
Sebagai pengikut Yesus." Kisah 4:13.
Hari Pentakosta membawa mereka kepada
penerangan surga. Kebenaran-kebenaran yang tidak dapat mereka pahami ketika
Kristus berada bersama-sama dengan mereka, sekarang terbuka. Dengan iman dan
jaminan yang mereka belum ketahui sebelumnya, mereka menerima ajaran-ajaran
dari sabda Yang Kudus. Hal itu bukanlah suatu persoalan iman dengan mereka
bahwa Kristus adalah Anak Allah. Mereka mengetahui bahwa, meskipun berpakaikan
jubah kemanusiaan, Ia adalah sesungguhnya Mesias, dan mereka menceritakan
pengalaman mereka kepada dunia dengan suatu keyakinan yang membawanya dengan
keyakinan bahwa Allah beserta dengan mereka.
Mereka dapat membicarakan nama Yesus
dengan jaminan; karena bukankah Ia Sahabat mereka dan Saudara mereka yang lebih
tua? Dibawa ke dalam persekutuan yang rapat dengan Kristus, mereka duduk dengan
Dia di dalam surga. Dengan bahasa yang berapi-api mereka membungkus buah
pikiran mereka sementara mereka bersaksi untuk Dia! Hati mereka dipanaskan
dengan suatu kedermawanan penuh begitu dalam, begitu luas, sehingga hal itu
memaksa mereka untuk pergi ke ujung bumi, menyaksikan tentang kuasa Kristus.
Mereka dipenuhi dengan kerinduan yang mendalam untuk memajukan pekerjaan yang
sudah dimulai-Nya. Mereka menyadari besarnya utang mereka kepada surga dan
tanggung jawab pekerjaan mereka. Dikuatkan dengan pemberian Roh Kudus, mereka
keluar penuh semangat untuk memperluas kemenangan salib. Roh itu menghidupkan
mereka dan berbicara melalui mereka. Damai Kristus bercahaya dari wajah mereka.
Mereka telah menyerahkan kehidupan mereka kepada-Nya untuk pelayanan, dan roman
muka mereka sendiri menyaksikan penyerahan yang telah diadakannya.