Pasal 3
"SUDAH GENAP MASANYA"
"SERTA sudah genap masanya
disuruh Allah akan Anak‑Nya, . . . supaya ditebus-Nya segala orang yang di
bawah Taurat, dan supaya kita pun beroleh hak anak‑anak angkat."
Kedatangan Juruselamat telah
dinubuatkan di Eden. Ketika Adam dan Hawa pertama kali mendengar janji itu,
mereka sangat mengharapkan kegenapannya yang segera. Mereka menyambut anak
sulung mereka dengan segala sukacita, mengharap bahwa mungkin dialah Pelepas
itu. Tetapi kegenapan janji itu bertangguh. Orang‑orang yang mula‑mula
menerimanya, meninggal dunia dengan tidak melihat kegenapan janji tersebut.
Sejak zaman Henokh janji itu diulang‑ulangi dengan perantaraan nenek moyang dan
nabi‑nabi, hal mana selalu menghidupkan harapan akan kedatangan‑Nya, namun Ia
tidak kunjung datang. Nubuatan Daniel menyatakan waktu kedatangan‑Nya, tetapi
tidak semua orang menafsirkan kabar itu dengan benar. Abad demi abad lalu dan
lenyap; suara nabi‑nabi berhenti. Tangan penindas menekan berat atas Israel,
dan banyak orang yang sudah bersedia mengatakan, "Lagi beberapa hari
lamanya maka segala wahyu akan hilang."
Tetapi seperti bintang‑bintang yang
beredar di angkasa luas lepas menuruti peredarannya masing‑masing, demikianlah
maksud‑maksud Allah tidak pernah mengenal gesa atau kelambatan. Dengan lambang‑lambang
kegelapan besar dan dapur api yang penuh asap, Allah telah menyatakan kepada
Abraham perhambaan Israel di Mesir, dan telah menegaskan bahwa masa penumpangan
mereka harus penuh empat ratus tahun lamanya. "Kemudian daripada
itu," Ia berfirman, "mereka itu akan keluar dengan membawa harta amat
banyak." Terhadap firman tersebut, segenap kuasa kerajaan Firaun yang
megah itu berjuang dengan sia‑sia. Pada "hari itu juga" sebagaimana yang
telah ditentukan oleh janji Ilahi, "keluarlah segala tentara umat Tuhan
dari negeri Mesir." Demikianlah dalam musyawarah di surga jam kedatangan
Kristus sudah ditentukan. Manakala jarum lonceng masa menunjuk kepada waktu
tersebut, Yesus pun lahirlah di Betlehem.
"Serta sudah genap masanya
disuruh Allah akan Anak‑Nya." Allah telah menuntun segala gerakan bangsa‑bangsa
dan arus pendorong hati serta pengaruh umat manusia, hingga dunia sedia
menyambut kedatangan Pelepas itu. Bangsa‑bangsa bersatu di bawah satu
pemerintahan. Satu bahasa umum digunakan, yang di mana‑mana terkenal sebagai
bahasa kesusastraan. Dari semua negeri orang‑orang Yahudi yang tercerai‑berai
pergi berhimpun ke Yerusalem untuk menghadiri pesta‑pesta tahunan. Ketika
mereka ini pulang ke tempat mereka masing‑masing, mereka dapat menyiarkan ke
seluruh dunia berita tentang kedatangan Mesias.
Pada waktu ini sistem agama kekafiran
sudah kehilangan pegangannya di antara orang banyak. Orang sudah bosan dengan
pertunjukan‑pertunjukan ajaib dan dongeng‑dongeng. Mereka merindukan suatu
agama yang dapat memuaskan hati. Sementara terang kebenaran nampak sudah seolah‑olah
hilang lenyap dari antara manusia, adalah jiwa‑jiwa yang mencari terang, dan
yang penuh kebingungan dan dukacita. Mereka merasa haus akan pengetahuan
tentang Allah yang hidup akan sesuatu jaminan hidup di seberang kubur.
Karena bangsa Yahudi telah
meninggalkan Allah, iman sudah makin pudar, dan pengharapan telah hampir
berhenti menerangi hari kemudian. Perkataan nabi‑nabi tidak dimengerti. Bagi
khalayak ramai, kematian adalah suatu rahasia yang mengerikan; di seberang
kematian itu tidak ada kepastian, hanya kegelapan belaka. Bukan saja ratap
tangis ibu‑ibu Betlehem, tetapi juga jeritan hati manusia umumnya, yang telah
dibebankan kepada nabi melalui segala abad, suara yang terdengar di Rama,
"ratap dan tangis dan raung yang amat besar, yaitu Rahel menangisi anak‑anaknya,
maka engganlah ia dihiburkan, sebab anak‑anaknya tiada lagi." "Di
tanah bayang‑bayang kematian," manusia duduk dengan tiada terhiburkan.
Dengan mata yang rindu mereka menantikan‑nanti kedatangan Pelepas itu, bila
kegelapan akan dilenyapkan, dan rahasia hari kemudian kelak dijelaskan.
Di luar bangsa Yahudi adalah orang‑orang
yang meramalkan datangnya seorang guru Ilahi. Orang‑orang ini mencari
kebenaran, dan kepada mereka itu Roh ilham dikaruniakan. Seorang demi seorang,
laksana bintang‑bintang di langit yang gelap‑gulita, guru‑guru serupa itu telan
muncul. Perkataan nubuatan mereka telah menghidupkan harapan dalam hati ribuan
orang di dunia kafir.
Beratus‑ratus tahun lamanya Alkitab
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, kemudian ramai dipercakapkan orang
di seluruh kerajaan Romawi. Orang‑orang Yahudi tercerai‑berai di mana‑mana, dan
harapan mereka akan kedatangan Mesias itu pun sedikit banyak diharapkan juga
oleh orang‑orang kafir. Di antara orang‑orang yang disebut kafir oleh orang‑orang
Yahudi, ada orang yang mempunyai pengertian yang lebih baik tentang nubuatan‑nubuatan
Alkitab mengenai Mesias daripada guru‑guru di Israel. Ada di antara mereka itu
yang mengharapkan kedatangan‑Nya sebagai seorang pelepas dari dosa. Ahli‑ahli
filsafat berusaha mempelajari rahasia peraturan‑peraturan keagamaan Ibrani.
Tetapi kedegilan orang‑orang Yahudi merintangi tersebarnya terang itu. Bertekad
hendak memeliharakan perpisahan antara mereka sendiri dengan bangsa‑bangsa
lain, mereka tidak suka membagi‑bagikan pengetahuan yang masih ada pada mereka
mengenai upacara‑upacara korban bayang‑bayang. Ahli tafsir sejati itu mesti
datang. Dia yang digambarkan oleh bayang‑bayang itu, mesti menjelaskan artinya.
Dengan perantaraan alam kejadian,
dengan perantaraan bayangan dan simbol, dengan perantaraan segala nenek‑moyang
dan nabi‑nabi, Allah telah berbicara kepada dunia. Pelajaran harus diberikan
kepada manusia dalam bahasa manusia. Utusan perjanjian itu mesti berbicara.
Suara‑Nya mesti terdengar dalam bait suci‑Nya sendiri. Kristus mesti datang
untuk mengucapkan kata‑kata yang harus dimengerti dengan jelas dan pasti. Ia,
sumber kebenaran itu, wajib memisahkan kebenaran dari sampah ucapan manusia,
yang telah membuat kebenaran itu tidak berkhasiat. Asas‑asas pemerintahan Allah
dan rencana penebusan harus diterangkan dengan jelas. Segala pelajaran Wasiat
Lama harus dibentangkan dengan lengkap di hadapan manusia.
Di kalangan orang Yahudi masih ada
jiwa‑jiwa yang tetap kuat, turunan‑turunan keluarga kudus yang olehnya
pengetahuan tentang Allah selama ini terpelihara. Orang‑orang ini masih
mengharapkan janji yang telah diberikan kepada nenek‑moyang: Mereka memperkuat
imannya oleh berpegang teguh pada kepastian yang diberikan dengan perantaraan
Musa, "Tuhan Allahmu akan menerbitkan bagimu dari antara segala saudaramu
seorang nabi seperti aku ini, maka hendaklah kamu menurut akan Dia daripada
barang suatu kata‑Nya kepadamu." Lagi, mereka membaca bagaimana Tuhan akan
mengurapi seorang untuk "membawa kabar selamat kepada orang yang
teraniaya," "menyembuhkan orang yang hancur hatinya, dan berseru‑serukan
kelepasan bagi orang yang tertawan," dan untuk menyerukan "tahun
kesenangan Tuhan." Mereka membaca bagaimana Ia akan menentukan "hukum
di atas bumi," bagaimana pulau‑pulau harus "menantikan pengajaran‑Nya,"
bagaimana orang‑orang kafir harus datang ke dalam terang‑Nya, dan raja‑raja ke
dalam cahaya terang‑Nya.
Perkataan Yakub menjelang akhir
hidupnya memenuhi mereka dengan harapan: "Tongkat kerajaan akan tidak
undur daripada Yehuda dan pemberi hukum pun tidak dari tengah kakinya, sehingga
datanglah Silo." Kuasa Israel yang telah kian lemah itu menyaksikan bahwa
kedatangan Mesias sudah dekat. Nubuatan Daniel melukiskan kemuliaan
pemerintahan‑Nya atas sebuah kerajaan yang akan menggantikan semua kerajaan
duniawi; dan, kata nabi "Kerajaan itu sendiri akan tetap untuk
selama-lamanya." Dan. 2:44. Meskipun sedikit orang yang mengerti sifat
pekerjaan Kristus, namun ada suatu harapan khalayak ramai mengenai seorang raja
yang berkuasa, yang akan mendirikan kerajaan‑Nya di Israel, dan yang akan
datang selaku seorang pelepas bagi bangsa‑bangsa.
Masanya sudah tiba. Manusia, setelah
menjadi lebih merosot keadaannya sepanjang zaman‑zaman pelanggaran, memerlukan
kedatangan Penebus itu. Setan telah bekerja untuk membuat jurang perpisahan itu
dalam sekali dan tidak terlalui antara bumi dan surga. Dengan kepalsuannya ia
telah memberanikan hati manusia dalam dosa. Adalah maksudnya untuk menghabiskan
kesabaran Allah, dan untuk memadamkan api kasih‑Nya pada manusia, supaya la
meninggalkan dunia ini kepada kekuasaan Setan.
Setan berusaha hendak menyembunyikan
dari manusia pengetahuan tentang Allah, mengalihkan perhatian mereka itu dari
bait suci Allah, dan mendirikan kerajaannya sendiri. Perjuangannya untuk
memperoleh kejayaan yang setinggi‑tingginya sudah tampak seakan‑akan seluruhnya
berhasil. Benarlah bahwa dalam tiap generasi Allah sungguh mempunyai alat‑alat‑Nya.
Di antara bangsa‑bangsa kafir sekalipun ada juga orang‑orang yang olehnya
Kristus bekerja untuk mengangkat orang banyak dari dosa serta dari
kemerosotannya. Tetapi orang‑orang ini dihinakan dan dibenci. Banyak dari
antara mereka menderita kematian yang dahsyat. Bayangan gelap yang telah
dijatuhkan Setan ke atas dunia ini kian lama kian gelap.
Oleh kekafiran, Setan sudah berabad‑abad
lamanya menyesatkan manusia dari Allah; tetapi ia memperoleh kemenangannya yang
besar dalam memutar‑balikkan iman orang Israel. Oleh memikir‑mikirkan serta
memperilah pendapat mereka sendiri, bangsa‑bangsa kafir itu telah kehilangan
pengetahuan tentang Allah, dan telah menjadi kian lama kian korup. Demikian
pula halnya dengan Israel. Asas yang mengatakan bahwa manusia dapat
menyelamatkan dirinya oleh jasa‑jasanya sendiri, menjadi dasar setiap agama
kafir: asas tersebut kini sudah menjadi asas agama Yahudi. Setanlah yang telah
menanamkan asas ini. Di mana saja asas tersebut dipegang, manusia tidak
mempunyai penghalang terhadap dosa.
Kabar keselamatan disampaikan kepada
manusia dengan perantaraan alat‑alat manusia. Tetapi orang Yahudi telah
berusaha hendak memonopoli kebenaran itu, yaitu hidup yang kekal. Mereka telah
menimbun manna yang hidup, dan manna itu sudah menjadi busuk. Agama yang mereka
coba tahan bagi mereka sendiri itu, sudah menjadi suatu pelanggaran. Mereka
merampas kemuliaan Allah daripada‑Nya, dan menipu dunia ini dengan pemalsuan
Injil. Mereka enggan menyerahkan diri kepada Allah untuk keselamatan dunia,
lalu mereka menjadi alat‑alat Setan untuk kebinasaannya.
Bangsa yang telah dipanggil Allah
untuk menjadi tiang dan landasan kebenaran, sudah menjadi wakil‑wakil Setan.
Mereka telah melakukan pekerjaan yang Setan suka mereka melakukannya, mengikuti
haluan yang memberikan gambaran yang salah tentang tabiat Allah, dan
menyebabkan seluruh dunia memandang Dia sebagai seorang lalim. Imam‑imam
sendiri yang bekerja di dalam bait suci sudah tidak tahu lagi arti upacara yang
mereka adakan. Mereka tidak melihat lagi di balik lambang itu perkara yang
dimaksudkan. Dalam mempersembahkan korban itu mereka adalah sebagai pemain
dalam suatu sandiwara. Segala upacara yang diperintahkan oleh Allah sendiri
telah dijadikan alat untuk membutakan mata pikiran serta mengeraskan hati.
Allah tidak akan dapat lagi berbuat apa‑apa bagi umat manusia melalui saluran
ini. Seluruh sistem itu harus disapu bersih.
Penipuan dosa sudah mencapai
puncaknya. Segenap alat untuk memeras jiwa manusia telah dikerahkan. Anak
Allah, yang memandang dunia ini, melihat penderitaan dan kemelaratan. Dengan
kasihan Ia melihat bagaimana manusia telah menjadi korban kebengisan Setan. Ia
memandang dengan belas kasihan atas orang‑orang yang sedang dijadikan korup,
dibunuh, dan hilang. Mereka sudah memilih seorang pemerintah yang menambatkan
mereka kepada keretanya sebagai tawanan. Dalam keadaan bingung serta tertipu,
mereka bergerak maju dalam barisan yang diliputi suasana yang suram menuju
kebinasaan yang kekal,—-menuju maut yang dalamnya tidak ada harapan akan
kehidupan, menuju malam ke mana tidak ada pagi datang. Alat‑alat Setan
dipersatukan dengan manusia. Tubuh manusia, yang dijadikan guna tempat kediaman
Allah sudah menjadi tempat kediaman roh‑roh jahat. Panca indera, urat saraf,
hawa‑nafsu, anggota‑anggota tubuh manusia, dikerahkan oleh alat‑alat gaib dalam
pemanjaan nafsu yang paling hina. Meterai roh‑roh jahat sendiri telah
dibubuhkan atas wajah manusia. Wajah manusia membayangkan roman muka
balatentara Iblis yang sudah merasuki mereka itu. Demikianlah pemandangan yang
dilihat oleh Penebus dunia ini. Betapa dahsyatnya pemandangan itu untuk dilihat
oleh Yang Mahasuci itu!
Dosa sudah menjadi suatu ilmu
pengetahuan, dan kejahatan disucikan sebagai sebagian dari agama. Pemberontakan
sudah berakar dalam‑dalam ke dalam hati, dan permusuhan manusia sudah amat
hebat terhadap surga. Sudah dipertunjukkan di hadapan semesta alam bahwa, jika
terpisah daripada Allah, manusia tidak akan dapat diangkat derajatnya. Suatu anasir
hidup dan kuasa yang baru mesti dikaruniakan oleh Dia yang menciptakan dunia
ini.
Dengan perhatian yang besar dunia‑dunia
yang tidak jatuh ke dalam dosa telah memandang hendak melihat Tuhan Allah
bangkit, lalu menyapu bersih segala penduduk bumi. Maka kalau sekiranya Allah
melakukan hal ini, Setan sudah siap untuk melaksanakan rencananya guna
memperoleh bagi dirinya sendiri sumpah setia makhluk‑makhluk semawi. Ia telah
mengatakan bahwa asas‑asas pemerintahan Allah membuat keampunan mustahil dapat
diperoleh. Sekiranya dunia ini dibinasakan, niscaya ia akan mengatakan bahwa
segala tuduhannya itu terbukti benar. Ia sudah siap hendak melemparkan
kesalahan kepada Allah, dan menyebarkan pemberontakannya kepada dunia‑dunia
yang di atas. Tetapi ganti membinasakan dunia ini, Allah menyuruh Anak‑Nya
untuk menyelamatkannya. Meskipun kebejatan dan perlawanan mungkin nampak di
setiap bagian wilayah asing itu, namun suatu jalan guna pemulihannya disediakan
juga. Tepat pada masa krisis tatkala Setan tampaknya hampir memperoleh
kemenangan, Anak Allah datang membawa rahmat Ilahi. Dalam segenap zaman, dalam
setiap jam, kasih Allah selalu diberikan kepada makhluk‑makhluk yang telah
jatuh ke dalam dosa. Tanpa menghiraukan kesesatan manusia, tanda‑tanda kasihan
terus‑menerus saja ditunjukkan. Maka apabila masanya sudah tiba, Tuhan
dipermuliakan oleh. mencurahkan ke atas dunia ini hujan rahmat penyembuhan yang
amat lebat yang sekali‑kali tidak dapat dihentikan atau ditahan hingga ikhtiar
keselamatan terlaksana.
Setan bergembira karena ia telah
berhasil merendahkan peta Allah dalam manusia. Kemudian Yesus datang untuk
memulihkan dalam manusia peta Penciptanya. Tiada seorang pun kecuali Kristus
yang dapat membentuk kembali tabiat yang sudah dibinasakan oleh dosa itu. Ia
datang untuk menghalau roh‑roh jahat yang selama ini telah menguasai kemauan
hati. Ia datang untuk mengangkat kita dari debu, untuk membentuk kembali tabiat
yang telah bernoda itu sesuai dengan contoh tabiat‑Nya yang Ilahi, serta untuk
menjadikannya indah dengan kemuliaan‑Nya sendiri.