Sistem endokrin
terdiri atas berbagai jenis kelenjar endokrin atau
disebut juga
kelenjar buntu (ductless gland).
Beberapa contoh kelenjar
endokrin antara
lain, hipotalamus, hipofise, tiroid, paratiroid, pankreas,
mukosa usus
halus, adrenal, ginjal, dan gonade. Kelenjar endokrin
adalah kelenjar
yang berfungsi mensintesis substansi kimia yang
langsung
disekresikan ke dalam sirkulasi darah yang akan
mempengaruhi
kinerja organ target yang disebut hormon.
Tahun 1902, Bayliss
dan Starling pertama kali menemukan substansi
yang berasal
dari cairan mukosa usus yang apabila disuntikkan secara
intravena akan
menyebabkan sekresi getah pankreas meningkat.
Substansi
tersebut kemudian dikenal sebagai hormon secretin. Huxley
(1935)
menyatakan bahwa peran hormon adalah sebagai molekul
pembawa
informasi. Berdasarkan cara kerjanya dapat dibedakan
menjadi
hemokrin, parakrin, dan autokrin. Hemokrin jika hormon
disekresikan ke
sirkulasi darah kemudian mempengaruhi sel target di
tempat lain.
Parakrin jika hormon diskeresikan kemudian
mempengaruhi
sel tetangga di dekatnya. Autokrin jika hormon
disekresikan
kemudian mempengaruhi sel itu sendiri. Neuroendokrin
(neurohormon)
adalah hormon yang dihasilkan oleh sel syaraf seperti
asetilkolin,
norepinefrin (NE), serotonin yang disekresikan ke dalam
sirkulasi
kemudian mempengaruhi organ lainnya. Neurotransmitter
adalah
neurohormon yang bekerja pada sinapsis (antar sel).
8.1.
Hipotalamus
Hipotalamus
berperan mensintesis dan mensekresikan hormonhormon
berikut:
1. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang
berperan
memacu sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing
Hormone (LH).
2. Thyrotropin releasing hormone (TRH) yang
berperan
merangsang
sekresi thyroid stimulating hormone (TSH).
3. Corticotropin releasing hormone (CRH) yang
berperan
merangsang
sekresi ACTH.
4. Prolactin inhibiting factor (PIF) yang
berperan menghambat
sekresi
prolaktin.
8.2.
Kelenjar Pituitaria (hipofise)
Terletak di
dasar otak menggantung dengan hipotalamus, tepatnya
di atas
langit-langit mulut. Terdiri atas 3 bagian yaitu bagian depan
(adenohipofise), tengah (intermedia), dan belakang (neurohipofise).
Kelenjar
pituitaria disebut juga master gland karena
berperan
mengatur aktifitas
dan fungsi kelenjar endokrin lainnya.
8.2.1.
Pituitaria Anterior
Pituitaria
anterior tersusun atas sel kelenjar yang secara histologis
dapat dibedakan
menjadi 3 tipe sel yaitu sel alfa, beta (basofil),
dan kromopob.
Fungsi pituitaria dikontrol oleh releasing dan
inhibiting
factor dari hipotalamus. Hormon-hormon yang dihasilkan
oleh pituitaria
anterior adalah:
1. Somatotropin
(STH), atau growth hormone (GH).
Somatotropin
berperan
merangsang sintesis somatomedin oleh hati.
Somatotropin
memiliki reseptor pada semua jaringan tubuh.
Somatotropin
berperan memacu pertumbuhan semua organ
tubuh sehingga
dapat tumbuh secara proporsional. Kelebihan
produksi
somatotropin pada masa pertumbuhan (anak-anak),
akan
menimbulkan pertumbuhan yang melebihi normal yang
disebut tumbuh
raksasa (gigantisme). Apabila kelebihan
produksi
somatotropin terjadi pada saat telah dewasa, maka
akan
menyebabkan pertumbuhan menyamping dari tulang
rangka yang
disebut akromegali. Sebaliknya, kekurangan
produksi
somatotropin akan menyebabkan pertumbuhan
terhambat atau
kekerdilan yang disebut dwarf.
Sebagai contoh
penderita dwarf adalah pemain sirkus. Oleh karena,
somatotropin
tidak begitu penting untuk pertumbuhan syaraf,
maka pada
penderita dwarf tidak mengalami
retardasi mental.
2. Thyroid stimulating hormone (TSH), atau thyrotrophic hormone.
TSH berperan
merangsang pertumbuhan dan fungsi kelenjar
tiroid
(terletak di daerah leher) untuk mensekresikan hormon
tiroksin.
Sintesis dan sekresi TSH diatur oleh TRH (dahulu
dikenal sebagai
TSH-RF, thyroid stimulating hormone releasing
factor)
dari hipotalamus. Kadar tiroksin darah akan
memberikan
umpan-balik negatif (negatif feedback)
ke
pituitaria dan
hipotalamus.
3. Adrenocorticotrophic hormone (ACTH) berperan
merangsang
steroidogenesis
di dalam kortek adrenal.
4. PRL
(Prolaktin) berperan merangsang pertumbuhan kelenjar
susu dan
sintesis pogesteron oleh korpus luteum pada
beberapa
spesies hewan. Sekresi PRL dihambat oleh PIF156
(dahulu dikenal
sebagai PRL-IF, Prolactin Inhibting Factor)
yang dihasilkan
oleh hipotalamus.
5. Gonadotropin hormone (GnH) berperan
mengontrol fungsi
gonade (ovarium
dan testis). Hormon gonadotropin dapat
dibedakan
menjadi 3 yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone),
LH (Luteinizing Hormone), dan PRL
(Prolaktin).
1) Follicle Stimulating Hormone (FSH). Pada
wanita, FSH
berperan
merangsang perkembangan follikel khususnya pada
fase
proliferasi yang ditandai dengan pertumbuhan follikel
primer menjadi
follikel Graaf, sintesis estrogen, dan
pembentukan
reseptor LH pada folikel ovarium. Pada laki-laki,
FSH berperan
merangsang testis untuk meningkatkan
spermatogenesis.
Sekresi FSH dirangsang oleh GnRH
(dahulu dikenal
sebagai FSH-RF, Follicle Stimulating
Hormone-Releasing
Factor) yang dihasilkan oleh hipotalamus.
2) LH. Pada
wanita, LH berperan merangsang ovulasi,
perkembangan
(diferensiasi) sel granulosa menjadi sel luteal
(koprus
luteum), dan produksi progesteron. Pada laki-laki, LH
berperan
merangsang testis untuk mensintesis testosteron.
Sekresi LH
dirangsang oleh GnRH (dahulu dikenal sebagai
LH-RF, Luteinizing Hormone-Releasing Factor)
yang
dihasilkan oleh
hipotalamus.
8.2.2.
Pituitaria posterior
Pituitaria
posterior tersusun atas jaringan syaraf (neuron) yang
berasal dari
kumpulan sel-sel syaraf yang berasal di sekitar
hipotalamus.
Hormon yang dihasilkan oleh sel-sel pituitaria
posterior
adalah ADH dan oksitosin.
1. ADH
(antidiuretic hormone) atau vasopresin.
ADH merupakan
hormon peptida yang tersusun atas 9 asam
amino. ADH
berfungsi mengatur reabsopsi air pada tubulus
kolektivus
ginjal, dan vasokontriksi (penyempitan) pembuluh darah
oleh karena itu
disebut juga vasopresin. Mekanisme ADH dalam
meregulasi
keseimbangan air tubuh adalah sbb.: Pada kondisi
tubuh kekurangan
air dan tidak segera diganti, maka akan
mengakibatkan
dehidrasi, hiperosmolalitas, dan hipovolemia yang
akan dideteksi
oleh sel-sel osmoreseptor dan baroreseptor yaitu
sel sensoris
yang berperan memonitor perubahan konsentrasi ion
sodium atau
volume air (tekanan osmotik) dalam darah. Sel-sel
baroreseptor
tersebut terletak dalam dinding sinus karotid
berperan
memberikan informasi ke tempat spesifik di otak
(hipotalamus).
Selanjutnya hipotalamus merangsang pembebasan
hormon
vasopresin dari kelenjar pituitaria posterior. ADH bekerja
merangsang sel
tubulus kolektivi ginjal untuk meningkatkan
reabsorpsi air.
Vasopresin juga menyebabkan kontriksi otot polos
pembuluh darah
sehingga mengakibatkan tekanan darah
meningkat untuk
kembali ke normal. Kelebihan ADH dapat
menyebabkan
hipertensi karena vasokontriksi pembuluh darah.
Kekurangan ADH
menyebabkan penyakit diabetes insipidus
dengan gejala
sebagai berikut: rasa haus berlebihan, banyak urin
(encer), dan
dehidrasi. Oksitosin memiliki peranan penting sebagai
berikut:
1. Kontraksi
otot myometrium (uterus) pada saat partus
(melahirkan).
2. Memacu
kontraksi otot myoepitel kelenjar susu sehingga
menyebabkan
keluarnya air susu (milk ejection)
pada saat
laktasi.
8.2.3.
Pituitaria Intermedia
Melanocyte
stimulating hormone (MSH) berperan merangsang
pembentukan
melanin di kulit (melanogenesis) oleh melanosit.
8.3.
Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid
(terletak di daerah leher) berfungsi untuk mensintesis
dan mensekresikan
hormon tiroksin. Sintesis dan sekresi tiroksin
diatur oleh TSH
dari pituitaria anterior. Kadar tiroksin darah
memberikan
umpan-balik negatif (negatif feedback)
ke pituitaria dan
hipotalamus.
Tiroksin adalah hormon yang tersusun atas asam
amino yang
mengandung 4 atom iod yang disebut tetraiodo
tironin
(T4) dan yang
mengandung 3 atom iod disebut triiodo
tironin (T3).
Oleh karena
itu, sintesis tiroksin memerlukan suplai iodium dalam
diet. Apabila
kekurangan iodium dalam diet, maka akan
menyebabkan sintesis
dan sekresi tiroksin terganggu sehingga kadar
tiroksin rendah
(hipotiroid).
Pada kondisi
hipotiroid ditandai dengan pembengkakan kelenjar
tiroid yang
disebut goiter (gondok). Oleh karena itu, penyakit ini
sering disebut
Goiter akibat kekurangan iodium (GAKI). Goiter terjadi
karena
hiperaktifitas kelenjar tiroid karena dipacu untuk memenuhi
kebutuhan
tiroksin dalam tubuh. Tiroksin berperan merangsang
pertumbuhan,
metabolisme pada semua sel khususnya untuk
mengubah sumber
energi menjadi energi dan panas dengan cara
meningkatkan
kecepatan metabolisme (metabolic rate)
dan
penggunaan
oksigen. Oleh karena itu, apabila produksi tiroksin
rendah akan
mengakibatkan laju metabolisme tubuh menjadi turun
sehingga pada
penderita kekurangan hormon ini akan menyebabkan
pertumbuhan
terhambat (kekerdilan) yang disertai dengan retardasi
mental
(kemunduran mental) yang disebut kretin. Jika kekurangan
hormon tiroksin
terjadi pada orang tua akan menimbulkan penyakit
myxoedema
dengan gejala sbb.: suhu tubuh rendah, denyut jantung
lemah, telmi (telat mikir), kulit kasar dan mbesisik. Hal ini dapat
dicegah dengan
memberi tiroksin secara peroral atau penggunaan
garam
beriodium. Kelenjar tiroid ini bersifat unik, karena dapat
menyimpan
hormon yang dihasilkan dalam bentuk koloid dalam
vesikula kecil
yang disebut tiroglobulin. Tiroglobulin diurai oleh ensim
yang dihasilkan
oleh tiroksin.
Mekanisme
regulasi keseimbangan temperatur tubuh oleh tiroksin
adalah sbb.
Pada kondisi suhu tubuh turun (dingin atau kehilangan
panas) akan
merangsang neuron hipotalamus membebaskan
neurohormon
yang bersifat meningkatkan aktifitas metabolik dan
produksi panas
tubuh. Sel syaraf hipotalamus membebaskan
hormon yang
merangsang pembebasan TSH dari pituitaria anterior
ke dalam
sirkulasi darah untuk merangsang kerja dan fungsi kelenjar
tiroid untuk
mensintesis dan mensekresikan hormon tiroksin (T4 atau
T3) yang
berperan merangsang metabolisme pada berbagai sel
tubuh sehingga
dihasilkan panas tubuh. Neurohormon yang
dibebaskan oleh
hipotalamus juga mengaktifkan sistem syaraf
simpatis dan
kelenjar adrenal sehingga dibebaskan epinefrin yang
menyebabkan
pembebasan glukosa dari hati sehingga setelah
dimetabolisme
akan menghasilkan panas tubuh. Epinefrin juga
menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah perifer sehinga
mencegah
kehilangan panas lewat kulit. Mekanisme tersebut
merupakan
contoh mekanisme sistem neuroendokrin.
161
8.4.
Kelenjar Paratiroid
Kelenjar
paratiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin yang
tidak dikontrol
langsung oleh hormon pituitaria. Kelenjar paratiroid
terletak menempel
pada ujung atas dan bawah kelenjar tiroid,
jumlahnya ada 4
buah. Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon
parathormon
(PTH). PTH berperan meningkatkan kadar kalsium
darah dan
menurunkan kadar pospat darah.
Mekanisme
pengaturan kadar kalsium darah oleh PTH, Kalsitonin,
dan vitamin D
adalah sbb. Pada kondisi kadar kalsium darah turun
akan merangsang
sel kelenjar paratiroid mensekresikan hormon
parathormon
yang bekerja 1) membebaskan simpanan kasium dari
tulang, 2)
meningkatkan absorpsi kalsium dari usus, dan 3)
meningkatkan
reabsorpsi kalsium dari urin oleh ginjal. Absorpsi
kalsium dari
usus sebenarnya merupakan peran dari vitamin D,
sedangkan PTH
berperan mengaktifkan provitamin D (25-
hydroxycholecalciferol)
menjadi vitamin D (1,25-dihydroxycholecalciferol)
oleh sel-sel
ginjal. Dengan demikian, peran
utama hormon
parathormon adalah meningkatkan kadar kalsium
darah sehingga
kembali normal yaitu sekitar 10 mg/dl darah.
Sebaliknya,
pada kondisi kadar kalsium darah meningkat (misalnya
setelah makan),
maka sel parafolikuler kelenjar tiroid membebaskan
hormon
kalsitonin yang bekerja antagonis dengan parathormon yaitu
menyimpan
kalsium (deposisi) ke dalam tulang, mencegah absorpsi
kalsium oleh
usus, dan mencegah reabsosrpsi kalsium oleh ginjal
sehingga kadar
kalsium darah kembali normal. Dengan demikian,
peran utama
hormon kalsitonin atau tirokalsitonin adalah
menurunkan
kadar kalsium darah sehingga kadar kalsium darah
kembali normal.
Kekurangan
parathormon menyebabkan kadar kalsium darah turun,
sehingga
terjadi gejala kejang (tetani konvulsi), dan jika tidak segera
ditolong akan
menyebabkan kematian.
Kekurangan
vitamin D pada usia pertumbuhan menyebabkan rickets
yaitu penyakit
yang ditandai kekeroposan tulang sehingga mudah
patah dan
bentuknya menyimpang. Kekurangan vitamin D dapat
disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain: kurang ekspos dengan
sinar matahari
sehingga gangguan sintesis provitamin D di kulit, hati,
dan ginjal.
Osteoporesis
(pengeroposan tulang) diduga gangguan sintesis
vitamin D
karena faktor ketuaan (aging),
atau pengaruh estrogen
162
secara langsung
maupun tak langsung terhadap tulang sehingga
banyak
kehilangan kalsium.
8.5.
Kelenjar Adrenal
Kelenjar
adrenal terletak di atas ginjal sehingga disebut juga kelenjar
suprarenalis.
Kelenjar adrenal terdiri atas bagian kortek dan medulla.
Sel kromafin
medulla adrenal berperan mensintesis dan
mensekresikan
hormon katekolamin (adrenalin dan noradrenalin).
Adrenalin
disebut juga epinefrin (E), noradrenalin disebut juga
norepinefrin
(NE). Katekolamin bersifat meningkatkan aktifitas sistem
syaraf
simpatis. Sekresi hormon adrenalin merupkan respon
terhadap
rangsangan syaraf melalui neuron praeganglionik syaraf
simpatis
sebagai respon terhadap turunnya kadar glukosa darah.
Epinefrin
berperan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam
laktat dengan
cara merangsang glikogenolisis di sel hati dan otot
sehingga
terjadi hiperglikemik. Noradrenalin secara umum efeknya
sama dengan E.
Dengan demikian, adrenalin bekerja seperti
glukagon dalam
hal metabolisme karbohidrat.
Korteks adrenal
tersusun atas 3 lapisan dari luar ke dalam sebagai
berikut:
1. Zona
glomerulosa
2. Zona
fasciculata
3. Zona
reticularis63
Zona
glomerulosa berperan menghasilkan hormon aldosteron yang
berfungsi
memfasilitasi reabsorpsi ion natrium (Na+1) oleh tubulus
ginjal. Sodium
merupakan ion utama yang menyusun elektrolit tubuh
dan secara
terus menerus dikeluarkan lewat urin dan perkeringatan.
Mekanisme
regulasi kadar ion sodium dalam darah adalah sbb.: Sel
khusus yang
terdapat pada dinding pembuluh darah ginjal
(juxtaglomerular cells) berperan sebagai
osmoreseptor untuk
memantau kadar
ion sodium dalam darah. Jika kadar sodium dalam
darah turun
(osmolaritas menurun), maka sel tersebut mengeluarkan
ensim renin
yang berperan mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I.
Angiotensin I kemudian diubah menjadi angiotensin II
oleh converting enzyme. Angiotensin II
merupakan hormon yang
berperan
merangsang sel korteks adrenal untuk mensintesis dan
mensekresikan
hormon aldosteron. Aldosteron berperan
merangsang
sel-sel tubulus distalis ginjal untuk meningkatkan
reabsorpi ion
sodium dalam urin sehingga kadar sodium dalam darah
kembali
seimbang (normal). Kelebihan aldosteron akan
menyebabkan
meningkatnya retensi (penimbunan) ion natrium dan
air, dan
kehilangan ion kalium (K+1).
Zona
fasciculata dan reticularis menghasilkan kortikosteroid
(kortikoid,
atau kortisol, atau hidrokortison). Kortisol berperan untuk:
1. Meningkatkan
pemanfaatan protein menjadi sumber energi dan
panas
2. Antialergi
3.
Antiinflamasi (antiradang)
4. Retensi ion
Na.
5. Kelebihan
kortisol menyebabkan metabolisme protein meningkat
sehingga
metabolisme karbohidrat menurun.
Kelebihan ACTH
menyebabkan Cushing's disease, dengan gejala
retensi air dan
ion Na+1 meningkat sehingga terjadi edema
(pembengkakan
jaringan yang berisi air), tekanan darah meningkat.
Hipofungsi
kelenjar adrenal menyebabkan Addison's disease dengan
gejala antara
lain; tekanan darah menurun, berat badan hilang, otot
lemah, dan
muntah-muntah. Penyalah gunaan kortikosteroid sebagai
doping.
8.6.
Ovarium
Ovarium
berperan mensintesis dan mensekresikan hormon estrogen
(E2) dan
progesteron (P). Estrogen disintesis dan disekresikan oleh
folikel
ovarium. Estrogen bersifat sebagai endokrin, parakrin, atau
autokrin.
Estrogen berasal dari kolesterol. Estrogen ada 3 macam
yaitu: 17ß-estradiol, estrone, dan estriol, yang
paling banyak
dijumpai adalah
17ß-estradiol. Estrogen
berperan sebagai feedback
positip
yaitu memacu proliferasi sel granulosa, meningkatkan jumlah
reseptor FSH
pada sel granulosa, dan berperan sebagai feedback
negatif yaitu
menurunkan sekresi FSH-RH dari hipotalamus dan FSH
dari
pituitaria, serta memelihara sifat kelamin sekunder.
Progesteron
disintesis dan disekresikan oleh korpus luteum
dirangsang oleh
LH pada siklus menstruasi normal, sedangkan
pada saat ada
kehamilan sintesis dan sekresi progesteron oleh
korpus luteum
juga dirangsang oleh chorionic gonadotropin (CG)
yang dihasilkan
plasenta. Fungsi utama hormon progesteron adalah
mengatur
panjang pendeknya siklus estrus, menyiapkan uterus
untuk
implantasi, pertumbuhan kelenjar susu, dan sifat keibuan.
Disamping itu,
korpus luteum juga menghasilkan hormon relaksin
yang berperan
melebarkan (relaksasi) simpisis pubis (tulang
panggul) dan
servik uteri.
Aplikasi
pemanfaatan hormon E2 dan P dalam kehidupan sehari-hari
antara lain
untuk: kontrasepsi oral pil (estrogen, atau kombinasi
estrogen dan
progestin), injeksi (estrogen), implan (progesteron).
8.7.
Pankreas
Pulau
Langerhans pankreas merupakan bagian pankreas yang
bersifat
sebagai kelenjar endokrin, sedangkan bagian asinar bersifat
sebagai
kelenjar eksokrin. Sel β (beta) pulau Langerhans pankreas
berperan
menghasilkan hormon insulin. Insulin merupakan faktor
hipoglikemik
artinya sebagai faktor yang menyebabkan penurunan
kadar glukosa
darah. Pada kondisi glukosa darah meningkat
(misalnya saat
setelah makan yang lebih banyak mengandung unsur
karbohidrat),
maka akan merangsang sekresi insulin dan mencegah
sekresi
glukagon. Insulin bekerja meningkatkan afinitas molekul
karier didalam
membran sel dengan glukosa sehingga
mempermudah dan
mempercepat masuknya glukosa ke dalam sel.
Setelah glukosa
berada di dalam sitoplasma, selanjutnya jika tidak
dimanfaatkan
sebagai sumber energi, oleh insulin akan disintesis
menjadi glikogen
(cadangan glukosa) di dalam beebagai sel hati,
otot, atau
jaringan lain. Sel α (alfa) pulau
Langerhans pankreas
menghasilkan
hormon glukagon. Glukagon bekerja sebagai faktor
hiperglikemik
artinya sebagai faktor yang menyebabkan
meningkatnya
kadar glukosa darah, karena glukagon berperan
merangsang
proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. Glukagon
bersifat lebih
poten daripada epinefrin (adrenalin). Penurunan kadar
glukosa darah
dikenali oleh sel α pankreas berperan menghasilkan
hormon
glukagon. Hormon glukagon berperan merangsang
pembebasan
glukosa dari glikogen (terutama di sel hati) sehingga
kadar gula
darah kembali normal.
Disamping
memacu pembebas-an insulin oleh pankreas, kadar
glukosa darah
juga mempengaruhi perilaku makan. Mekanisme
pengaturan
(kontrol) perilaku makan adalah sebagai berikut: kadar
glukosa darah
mempengaruhi glukostat yaitu pusat kenyang (satiety
center).
yang terdapat pada basal hipotalamus. Pusat ini
menghambat
hipotalamus lateral yang merupakan pusat makan
(feeding center). Pada kondisi kadar glukosa
darah rendah, pusat
kenyang tidak
lagi menghambat pusat makan sehingga memacu
pusat tersebut
dan timbul keinginan untuk makan (nafsu makan).
Akibat dari
pengambilan makanan, maka kadar glukosa darah
meningkat dan
kembali normal.
Kelainan
gangguan sintesis dan sekresi insulin menyebabkan
penyakit
diabetes mellitus (DM) atau kencing manis. Pada penderita
DM ditandai
dengan gejala meningkatnya kadar glukosa darah.
Gejala lain
yang mengikuti antara lain terdapat glukosa dalam urin
(glukosuria),
rasa haus dan banyak minum (polidipsia), lapar dan
banyak makan
(polifagia), volume air kencing meningkat (poliuria),
luka sukar
sembuh, dan impotensi.
8.8. Saluran
Pencernaan
Mukosa usus
halus menghasilkan hormon sekretin dan kolesistokinin
(CCK). Hormon
sekretin disintesis dan disekresikan oleh mukosa
usus halus
(terutama jejunum) ke dalam sirkulasi darah ketika
makanan yang
sangat bersifat asam memasuki usus halus. Hormon
sekretin
apabila disuntikkan secara intravena akan meningkatkan
sekresi
bikarbonat oleh pankreas dan saluran empedu.
Hormon
kolesistokinin disintesis dan disekresikan oleh mukosa usus
halus bagian
depan (terutama duodenum) memiliki peran
merangsang
motilitas kantung empedu. Kolesistokinin dibebaskan
ketika makanan
yang mengandung lemak memasuki duodenum.
Kolesistokinin
berperan merangsang sel asinar pankreas untuk
mengeluarkan
enzim-enzim pencernaan dan kontraksi kantung
empedu untuk
mengeluarkan getah empedu ke lumen usus halus.
Menurut kamus
kedokteran Dorland’s bahwa kole (chole,
latin)
adalah sesuatu
yang memiliki kaitan dengan empedu (Arey et al.,
1961;271).
Gastrin dihasilkan oleh mukosa gastrium (lambung)
berperan
merangsang sekresi asam lambung (HCL).
8.9.
Mekanisme Pengaturan Kadar Ion Kalsium
Kalsium
merupakan ion penting dalam tubuh untuk kontraksi otot dan
disimpan dalam
tulang. Regulasi kadar ion kalsium melibatkan selsel
kelenjar
paratiroid, usus,dan ginjal. Jika kadar kalsium darah
turun sel, maka
kelenjar paratiroid akan mensekresikan hormon
parathormon
yang bekerja (1) membebaskan simpanan kalsium dari
tulang, (2)
meningkatkan absorpsi kalsium dari usus, dan (3)
meningkatkan
reabsorpsi kalsium dari cairan ultrafiltrat oleh tubulus
ginjal sehingga
kadar kalsium darah kembali normal.
Kata-kata
Penting
• Neuron
• Sensoris
• motoris
No comments:
Post a Comment