Ads Google

Sunday, March 11, 2018

Anatomi Fisiologi (Sistem Endokrin)


Sistem endokrin terdiri atas berbagai jenis kelenjar endokrin atau
disebut juga kelenjar buntu (ductless gland). Beberapa contoh kelenjar
endokrin antara lain, hipotalamus, hipofise, tiroid, paratiroid, pankreas,
mukosa usus halus, adrenal, ginjal, dan gonade. Kelenjar endokrin
adalah kelenjar yang berfungsi mensintesis substansi kimia yang
langsung disekresikan ke dalam sirkulasi darah yang akan
mempengaruhi kinerja organ target yang disebut hormon.
Tahun 1902, Bayliss dan Starling pertama kali menemukan substansi
yang berasal dari cairan mukosa usus yang apabila disuntikkan secara
intravena akan menyebabkan sekresi getah pankreas meningkat.
Substansi tersebut kemudian dikenal sebagai hormon secretin. Huxley
(1935) menyatakan bahwa peran hormon adalah sebagai molekul
pembawa informasi. Berdasarkan cara kerjanya dapat dibedakan
menjadi hemokrin, parakrin, dan autokrin. Hemokrin jika hormon
disekresikan ke sirkulasi darah kemudian mempengaruhi sel target di
tempat lain. Parakrin jika hormon diskeresikan kemudian
mempengaruhi sel tetangga di dekatnya. Autokrin jika hormon
disekresikan kemudian mempengaruhi sel itu sendiri. Neuroendokrin
(neurohormon) adalah hormon yang dihasilkan oleh sel syaraf seperti
asetilkolin, norepinefrin (NE), serotonin yang disekresikan ke dalam
sirkulasi kemudian mempengaruhi organ lainnya. Neurotransmitter
adalah neurohormon yang bekerja pada sinapsis (antar sel).
8.1. Hipotalamus
Hipotalamus berperan mensintesis dan mensekresikan hormonhormon
berikut:
1. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang berperan
memacu sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH).
2. Thyrotropin releasing hormone (TRH) yang berperan
merangsang sekresi thyroid stimulating hormone (TSH).
3. Corticotropin releasing hormone (CRH) yang berperan
merangsang sekresi ACTH.
4. Prolactin inhibiting factor (PIF) yang berperan menghambat
sekresi prolaktin.
8.2. Kelenjar Pituitaria (hipofise)
Terletak di dasar otak menggantung dengan hipotalamus, tepatnya
di atas langit-langit mulut. Terdiri atas 3 bagian yaitu bagian depan
(adenohipofise), tengah (intermedia), dan belakang (neurohipofise).
Kelenjar pituitaria disebut juga master gland karena berperan
mengatur aktifitas dan fungsi kelenjar endokrin lainnya.
8.2.1. Pituitaria Anterior
Pituitaria anterior tersusun atas sel kelenjar yang secara histologis
dapat dibedakan menjadi 3 tipe sel yaitu sel alfa, beta (basofil),
dan kromopob. Fungsi pituitaria dikontrol oleh releasing dan
inhibiting factor dari hipotalamus. Hormon-hormon yang dihasilkan
oleh pituitaria anterior adalah:
1. Somatotropin (STH), atau growth hormone (GH). Somatotropin
berperan merangsang sintesis somatomedin oleh hati.
Somatotropin memiliki reseptor pada semua jaringan tubuh.
Somatotropin berperan memacu pertumbuhan semua organ
tubuh sehingga dapat tumbuh secara proporsional. Kelebihan
produksi somatotropin pada masa pertumbuhan (anak-anak),
akan menimbulkan pertumbuhan yang melebihi normal yang
disebut tumbuh raksasa (gigantisme). Apabila kelebihan
produksi somatotropin terjadi pada saat telah dewasa, maka
akan menyebabkan pertumbuhan menyamping dari tulang
rangka yang disebut akromegali. Sebaliknya, kekurangan
produksi somatotropin akan menyebabkan pertumbuhan
terhambat atau kekerdilan yang disebut dwarf. Sebagai contoh
penderita dwarf adalah pemain sirkus. Oleh karena,
somatotropin tidak begitu penting untuk pertumbuhan syaraf,
maka pada penderita dwarf tidak mengalami retardasi mental.
2. Thyroid stimulating hormone (TSH), atau thyrotrophic hormone.
TSH berperan merangsang pertumbuhan dan fungsi kelenjar
tiroid (terletak di daerah leher) untuk mensekresikan hormon
tiroksin. Sintesis dan sekresi TSH diatur oleh TRH (dahulu
dikenal sebagai TSH-RF, thyroid stimulating hormone releasing
factor) dari hipotalamus. Kadar tiroksin darah akan
memberikan umpan-balik negatif (negatif feedback) ke
pituitaria dan hipotalamus.
3. Adrenocorticotrophic hormone (ACTH) berperan merangsang
steroidogenesis di dalam kortek adrenal.
4. PRL (Prolaktin) berperan merangsang pertumbuhan kelenjar
susu dan sintesis pogesteron oleh korpus luteum pada
beberapa spesies hewan. Sekresi PRL dihambat oleh PIF156
(dahulu dikenal sebagai PRL-IF, Prolactin Inhibting Factor)
yang dihasilkan oleh hipotalamus.
5. Gonadotropin hormone (GnH) berperan mengontrol fungsi
gonade (ovarium dan testis). Hormon gonadotropin dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone),
LH (Luteinizing Hormone), dan PRL (Prolaktin).
1) Follicle Stimulating Hormone (FSH). Pada wanita, FSH
berperan merangsang perkembangan follikel khususnya pada
fase proliferasi yang ditandai dengan pertumbuhan follikel
primer menjadi follikel Graaf, sintesis estrogen, dan
pembentukan reseptor LH pada folikel ovarium. Pada laki-laki,
FSH berperan merangsang testis untuk meningkatkan
spermatogenesis. Sekresi FSH dirangsang oleh GnRH
(dahulu dikenal sebagai FSH-RF, Follicle Stimulating
Hormone-Releasing Factor) yang dihasilkan oleh hipotalamus.
2) LH. Pada wanita, LH berperan merangsang ovulasi,
perkembangan (diferensiasi) sel granulosa menjadi sel luteal
(koprus luteum), dan produksi progesteron. Pada laki-laki, LH
berperan merangsang testis untuk mensintesis testosteron.
Sekresi LH dirangsang oleh GnRH (dahulu dikenal sebagai
LH-RF, Luteinizing Hormone-Releasing Factor) yang
dihasilkan oleh hipotalamus.
8.2.2. Pituitaria posterior
Pituitaria posterior tersusun atas jaringan syaraf (neuron) yang
berasal dari kumpulan sel-sel syaraf yang berasal di sekitar
hipotalamus. Hormon yang dihasilkan oleh sel-sel pituitaria
posterior adalah ADH dan oksitosin.
1. ADH (antidiuretic hormone) atau vasopresin.
ADH merupakan hormon peptida yang tersusun atas 9 asam
amino. ADH berfungsi mengatur reabsopsi air pada tubulus
kolektivus ginjal, dan vasokontriksi (penyempitan) pembuluh darah
oleh karena itu disebut juga vasopresin. Mekanisme ADH dalam
meregulasi keseimbangan air tubuh adalah sbb.: Pada kondisi
tubuh kekurangan air dan tidak segera diganti, maka akan
mengakibatkan dehidrasi, hiperosmolalitas, dan hipovolemia yang
akan dideteksi oleh sel-sel osmoreseptor dan baroreseptor yaitu
sel sensoris yang berperan memonitor perubahan konsentrasi ion
sodium atau volume air (tekanan osmotik) dalam darah. Sel-sel
baroreseptor tersebut terletak dalam dinding sinus karotid
berperan memberikan informasi ke tempat spesifik di otak
(hipotalamus). Selanjutnya hipotalamus merangsang pembebasan
hormon vasopresin dari kelenjar pituitaria posterior. ADH bekerja
merangsang sel tubulus kolektivi ginjal untuk meningkatkan
reabsorpsi air. Vasopresin juga menyebabkan kontriksi otot polos
pembuluh darah sehingga mengakibatkan tekanan darah
meningkat untuk kembali ke normal. Kelebihan ADH dapat
menyebabkan hipertensi karena vasokontriksi pembuluh darah.
Kekurangan ADH menyebabkan penyakit diabetes insipidus
dengan gejala sebagai berikut: rasa haus berlebihan, banyak urin
(encer), dan dehidrasi. Oksitosin memiliki peranan penting sebagai
berikut:
1. Kontraksi otot myometrium (uterus) pada saat partus
(melahirkan).
2. Memacu kontraksi otot myoepitel kelenjar susu sehingga
menyebabkan keluarnya air susu (milk ejection) pada saat
laktasi.
8.2.3. Pituitaria Intermedia
Melanocyte stimulating hormone (MSH) berperan merangsang
pembentukan melanin di kulit (melanogenesis) oleh melanosit.
8.3. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid (terletak di daerah leher) berfungsi untuk mensintesis
dan mensekresikan hormon tiroksin. Sintesis dan sekresi tiroksin
diatur oleh TSH dari pituitaria anterior. Kadar tiroksin darah
memberikan umpan-balik negatif (negatif feedback) ke pituitaria dan
hipotalamus. Tiroksin adalah hormon yang tersusun atas asam
amino yang mengandung 4 atom iod yang disebut tetraiodo tironin
(T4) dan yang mengandung 3 atom iod disebut triiodo tironin (T3).
Oleh karena itu, sintesis tiroksin memerlukan suplai iodium dalam
diet. Apabila kekurangan iodium dalam diet, maka akan
menyebabkan sintesis dan sekresi tiroksin terganggu sehingga kadar
tiroksin rendah (hipotiroid).
Pada kondisi hipotiroid ditandai dengan pembengkakan kelenjar
tiroid yang disebut goiter (gondok). Oleh karena itu, penyakit ini
sering disebut Goiter akibat kekurangan iodium (GAKI). Goiter terjadi
karena hiperaktifitas kelenjar tiroid karena dipacu untuk memenuhi
kebutuhan tiroksin dalam tubuh. Tiroksin berperan merangsang
pertumbuhan, metabolisme pada semua sel khususnya untuk
mengubah sumber energi menjadi energi dan panas dengan cara
meningkatkan kecepatan metabolisme (metabolic rate) dan
penggunaan oksigen. Oleh karena itu, apabila produksi tiroksin
rendah akan mengakibatkan laju metabolisme tubuh menjadi turun
sehingga pada penderita kekurangan hormon ini akan menyebabkan
pertumbuhan terhambat (kekerdilan) yang disertai dengan retardasi
mental (kemunduran mental) yang disebut kretin. Jika kekurangan
hormon tiroksin terjadi pada orang tua akan menimbulkan penyakit
myxoedema dengan gejala sbb.: suhu tubuh rendah, denyut jantung
lemah, telmi (telat mikir), kulit kasar dan mbesisik. Hal ini dapat
dicegah dengan memberi tiroksin secara peroral atau penggunaan
garam beriodium. Kelenjar tiroid ini bersifat unik, karena dapat
menyimpan hormon yang dihasilkan dalam bentuk koloid dalam
vesikula kecil yang disebut tiroglobulin. Tiroglobulin diurai oleh ensim
yang dihasilkan oleh tiroksin.
Mekanisme regulasi keseimbangan temperatur tubuh oleh tiroksin
adalah sbb. Pada kondisi suhu tubuh turun (dingin atau kehilangan
panas) akan merangsang neuron hipotalamus membebaskan
neurohormon yang bersifat meningkatkan aktifitas metabolik dan
produksi panas tubuh. Sel syaraf hipotalamus membebaskan
hormon yang merangsang pembebasan TSH dari pituitaria anterior
ke dalam sirkulasi darah untuk merangsang kerja dan fungsi kelenjar
tiroid untuk mensintesis dan mensekresikan hormon tiroksin (T4 atau
T3) yang berperan merangsang metabolisme pada berbagai sel
tubuh sehingga dihasilkan panas tubuh. Neurohormon yang
dibebaskan oleh hipotalamus juga mengaktifkan sistem syaraf
simpatis dan kelenjar adrenal sehingga dibebaskan epinefrin yang
menyebabkan pembebasan glukosa dari hati sehingga setelah
dimetabolisme akan menghasilkan panas tubuh. Epinefrin juga
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer sehinga
mencegah kehilangan panas lewat kulit. Mekanisme tersebut
merupakan contoh mekanisme sistem neuroendokrin.

161
8.4. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin yang
tidak dikontrol langsung oleh hormon pituitaria. Kelenjar paratiroid
terletak menempel pada ujung atas dan bawah kelenjar tiroid,
jumlahnya ada 4 buah. Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon
parathormon (PTH). PTH berperan meningkatkan kadar kalsium
darah dan menurunkan kadar pospat darah.
Mekanisme pengaturan kadar kalsium darah oleh PTH, Kalsitonin,
dan vitamin D adalah sbb. Pada kondisi kadar kalsium darah turun
akan merangsang sel kelenjar paratiroid mensekresikan hormon
parathormon yang bekerja 1) membebaskan simpanan kasium dari
tulang, 2) meningkatkan absorpsi kalsium dari usus, dan 3)
meningkatkan reabsorpsi kalsium dari urin oleh ginjal. Absorpsi
kalsium dari usus sebenarnya merupakan peran dari vitamin D,
sedangkan PTH berperan mengaktifkan provitamin D (25-
hydroxycholecalciferol) menjadi vitamin D (1,25-dihydroxycholecalciferol)
oleh sel-sel ginjal. Dengan demikian, peran
utama hormon parathormon adalah meningkatkan kadar kalsium
darah sehingga kembali normal yaitu sekitar 10 mg/dl darah.
Sebaliknya, pada kondisi kadar kalsium darah meningkat (misalnya
setelah makan), maka sel parafolikuler kelenjar tiroid membebaskan
hormon kalsitonin yang bekerja antagonis dengan parathormon yaitu
menyimpan kalsium (deposisi) ke dalam tulang, mencegah absorpsi
kalsium oleh usus, dan mencegah reabsosrpsi kalsium oleh ginjal
sehingga kadar kalsium darah kembali normal. Dengan demikian,
peran utama hormon kalsitonin atau tirokalsitonin adalah
menurunkan kadar kalsium darah sehingga kadar kalsium darah
kembali normal.
Kekurangan parathormon menyebabkan kadar kalsium darah turun,
sehingga terjadi gejala kejang (tetani konvulsi), dan jika tidak segera
ditolong akan menyebabkan kematian.
Kekurangan vitamin D pada usia pertumbuhan menyebabkan rickets
yaitu penyakit yang ditandai kekeroposan tulang sehingga mudah
patah dan bentuknya menyimpang. Kekurangan vitamin D dapat
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: kurang ekspos dengan
sinar matahari sehingga gangguan sintesis provitamin D di kulit, hati,
dan ginjal.
Osteoporesis (pengeroposan tulang) diduga gangguan sintesis
vitamin D karena faktor ketuaan (aging), atau pengaruh estrogen

162
secara langsung maupun tak langsung terhadap tulang sehingga
banyak kehilangan kalsium.
8.5. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal sehingga disebut juga kelenjar
suprarenalis. Kelenjar adrenal terdiri atas bagian kortek dan medulla.
Sel kromafin medulla adrenal berperan mensintesis dan
mensekresikan hormon katekolamin (adrenalin dan noradrenalin).
Adrenalin disebut juga epinefrin (E), noradrenalin disebut juga
norepinefrin (NE). Katekolamin bersifat meningkatkan aktifitas sistem
syaraf simpatis. Sekresi hormon adrenalin merupkan respon
terhadap rangsangan syaraf melalui neuron praeganglionik syaraf
simpatis sebagai respon terhadap turunnya kadar glukosa darah.
Epinefrin berperan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam
laktat dengan cara merangsang glikogenolisis di sel hati dan otot
sehingga terjadi hiperglikemik. Noradrenalin secara umum efeknya
sama dengan E. Dengan demikian, adrenalin bekerja seperti
glukagon dalam hal metabolisme karbohidrat.
Korteks adrenal tersusun atas 3 lapisan dari luar ke dalam sebagai
berikut:
1. Zona glomerulosa
2. Zona fasciculata
3. Zona reticularis63
Zona glomerulosa berperan menghasilkan hormon aldosteron yang
berfungsi memfasilitasi reabsorpsi ion natrium (Na+1) oleh tubulus
ginjal. Sodium merupakan ion utama yang menyusun elektrolit tubuh
dan secara terus menerus dikeluarkan lewat urin dan perkeringatan.
Mekanisme regulasi kadar ion sodium dalam darah adalah sbb.: Sel
khusus yang terdapat pada dinding pembuluh darah ginjal
(juxtaglomerular cells) berperan sebagai osmoreseptor untuk
memantau kadar ion sodium dalam darah. Jika kadar sodium dalam
darah turun (osmolaritas menurun), maka sel tersebut mengeluarkan
ensim renin yang berperan mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I. Angiotensin I kemudian diubah menjadi angiotensin II
oleh converting enzyme. Angiotensin II merupakan hormon yang
berperan merangsang sel korteks adrenal untuk mensintesis dan
mensekresikan hormon aldosteron. Aldosteron berperan
merangsang sel-sel tubulus distalis ginjal untuk meningkatkan
reabsorpi ion sodium dalam urin sehingga kadar sodium dalam darah
kembali seimbang (normal). Kelebihan aldosteron akan
menyebabkan meningkatnya retensi (penimbunan) ion natrium dan
air, dan kehilangan ion kalium (K+1).
Zona fasciculata dan reticularis menghasilkan kortikosteroid
(kortikoid, atau kortisol, atau hidrokortison). Kortisol berperan untuk:
1. Meningkatkan pemanfaatan protein menjadi sumber energi dan
panas
2. Antialergi
3. Antiinflamasi (antiradang)
4. Retensi ion Na.
5. Kelebihan kortisol menyebabkan metabolisme protein meningkat
sehingga metabolisme karbohidrat menurun.
Kelebihan ACTH menyebabkan Cushing's disease, dengan gejala
retensi air dan ion Na+1 meningkat sehingga terjadi edema
(pembengkakan jaringan yang berisi air), tekanan darah meningkat.
Hipofungsi kelenjar adrenal menyebabkan Addison's disease dengan
gejala antara lain; tekanan darah menurun, berat badan hilang, otot
lemah, dan muntah-muntah. Penyalah gunaan kortikosteroid sebagai
doping.
8.6. Ovarium
Ovarium berperan mensintesis dan mensekresikan hormon estrogen
(E2) dan progesteron (P). Estrogen disintesis dan disekresikan oleh
folikel ovarium. Estrogen bersifat sebagai endokrin, parakrin, atau
autokrin. Estrogen berasal dari kolesterol. Estrogen ada 3 macam
yaitu: 17ß-estradiol, estrone, dan estriol, yang paling banyak
dijumpai adalah 17ß-estradiol. Estrogen berperan sebagai feedback
positip yaitu memacu proliferasi sel granulosa, meningkatkan jumlah
reseptor FSH pada sel granulosa, dan berperan sebagai feedback
negatif yaitu menurunkan sekresi FSH-RH dari hipotalamus dan FSH
dari pituitaria, serta memelihara sifat kelamin sekunder.
Progesteron disintesis dan disekresikan oleh korpus luteum
dirangsang oleh LH pada siklus menstruasi normal, sedangkan
pada saat ada kehamilan sintesis dan sekresi progesteron oleh
korpus luteum juga dirangsang oleh chorionic gonadotropin (CG)
yang dihasilkan plasenta. Fungsi utama hormon progesteron adalah
mengatur panjang pendeknya siklus estrus, menyiapkan uterus
untuk implantasi, pertumbuhan kelenjar susu, dan sifat keibuan.
Disamping itu, korpus luteum juga menghasilkan hormon relaksin
yang berperan melebarkan (relaksasi) simpisis pubis (tulang
panggul) dan servik uteri.
Aplikasi pemanfaatan hormon E2 dan P dalam kehidupan sehari-hari
antara lain untuk: kontrasepsi oral pil (estrogen, atau kombinasi
estrogen dan progestin), injeksi (estrogen), implan (progesteron).
8.7. Pankreas
Pulau Langerhans pankreas merupakan bagian pankreas yang
bersifat sebagai kelenjar endokrin, sedangkan bagian asinar bersifat
sebagai kelenjar eksokrin. Sel β (beta) pulau Langerhans pankreas
berperan menghasilkan hormon insulin. Insulin merupakan faktor
hipoglikemik artinya sebagai faktor yang menyebabkan penurunan
kadar glukosa darah. Pada kondisi glukosa darah meningkat
(misalnya saat setelah makan yang lebih banyak mengandung unsur
karbohidrat), maka akan merangsang sekresi insulin dan mencegah
sekresi glukagon. Insulin bekerja meningkatkan afinitas molekul
karier didalam membran sel dengan glukosa sehingga
mempermudah dan mempercepat masuknya glukosa ke dalam sel.
Setelah glukosa berada di dalam sitoplasma, selanjutnya jika tidak
dimanfaatkan sebagai sumber energi, oleh insulin akan disintesis
menjadi glikogen (cadangan glukosa) di dalam beebagai sel hati,
otot, atau jaringan lain. Sel α (alfa) pulau Langerhans pankreas
menghasilkan hormon glukagon. Glukagon bekerja sebagai faktor
hiperglikemik artinya sebagai faktor yang menyebabkan
meningkatnya kadar glukosa darah, karena glukagon berperan
merangsang proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. Glukagon
bersifat lebih poten daripada epinefrin (adrenalin). Penurunan kadar
glukosa darah dikenali oleh sel α pankreas berperan menghasilkan
hormon glukagon. Hormon glukagon berperan merangsang
pembebasan glukosa dari glikogen (terutama di sel hati) sehingga
kadar gula darah kembali normal.
Disamping memacu pembebas-an insulin oleh pankreas, kadar
glukosa darah juga mempengaruhi perilaku makan. Mekanisme
pengaturan (kontrol) perilaku makan adalah sebagai berikut: kadar
glukosa darah mempengaruhi glukostat yaitu pusat kenyang (satiety
center). yang terdapat pada basal hipotalamus. Pusat ini
menghambat hipotalamus lateral yang merupakan pusat makan
(feeding center). Pada kondisi kadar glukosa darah rendah, pusat
kenyang tidak lagi menghambat pusat makan sehingga memacu
pusat tersebut dan timbul keinginan untuk makan (nafsu makan).
Akibat dari pengambilan makanan, maka kadar glukosa darah
meningkat dan kembali normal.
Kelainan gangguan sintesis dan sekresi insulin menyebabkan
penyakit diabetes mellitus (DM) atau kencing manis. Pada penderita
DM ditandai dengan gejala meningkatnya kadar glukosa darah.
Gejala lain yang mengikuti antara lain terdapat glukosa dalam urin
(glukosuria), rasa haus dan banyak minum (polidipsia), lapar dan
banyak makan (polifagia), volume air kencing meningkat (poliuria),
luka sukar sembuh, dan impotensi.
8.8. Saluran Pencernaan
Mukosa usus halus menghasilkan hormon sekretin dan kolesistokinin
(CCK). Hormon sekretin disintesis dan disekresikan oleh mukosa
usus halus (terutama jejunum) ke dalam sirkulasi darah ketika
makanan yang sangat bersifat asam memasuki usus halus. Hormon
sekretin apabila disuntikkan secara intravena akan meningkatkan
sekresi bikarbonat oleh pankreas dan saluran empedu.
Hormon kolesistokinin disintesis dan disekresikan oleh mukosa usus
halus bagian depan (terutama duodenum) memiliki peran
merangsang motilitas kantung empedu. Kolesistokinin dibebaskan
ketika makanan yang mengandung lemak memasuki duodenum.
Kolesistokinin berperan merangsang sel asinar pankreas untuk
mengeluarkan enzim-enzim pencernaan dan kontraksi kantung
empedu untuk mengeluarkan getah empedu ke lumen usus halus.
Menurut kamus kedokteran Dorland’s bahwa kole (chole, latin)
adalah sesuatu yang memiliki kaitan dengan empedu (Arey et al.,
1961;271). Gastrin dihasilkan oleh mukosa gastrium (lambung)
berperan merangsang sekresi asam lambung (HCL).
8.9. Mekanisme Pengaturan Kadar Ion Kalsium
Kalsium merupakan ion penting dalam tubuh untuk kontraksi otot dan
disimpan dalam tulang. Regulasi kadar ion kalsium melibatkan selsel
kelenjar paratiroid, usus,dan ginjal. Jika kadar kalsium darah
turun sel, maka kelenjar paratiroid akan mensekresikan hormon
parathormon yang bekerja (1) membebaskan simpanan kalsium dari
tulang, (2) meningkatkan absorpsi kalsium dari usus, dan (3)
meningkatkan reabsorpsi kalsium dari cairan ultrafiltrat oleh tubulus
ginjal sehingga kadar kalsium darah kembali normal.
Kata-kata Penting
Neuron
Sensoris
motoris

No comments:

Post a Comment